Rendro Masetio :  Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.
USU Repository © 2009
adanya koordinasi yang baik dan integritas, profesionalisme serta etos kerja dan moral yang tinggi.
Dengan demikian penerapan konsep Good Governance dalam
penyelenggaraan kekuasaan  pemerintah negara merupakan tantangan tersendiri.
76
Belum dikelolanya sektor pelabuhan secara maksimal antara lain disebabkan karena tidak adanya pengelolaan tata laksana dan kepemerintahan yang baik yang
sebenarnya merupakan cermin dan manifestasi dari aturan hukum, aturan main, dan etika. Kondisi semacam ini dikatakan sebagai ketiadaan Good Governance.
77
Hukum Progresif digunakan untuk membahas dan menganalisis apa yang menjadi  faktor penghambat di pelabuhan dan bagaimana mengatasinya. Seperti yang
telah  dijelaskan di atas bahwa permasalahan pokok kepelabuhanan adalah kurang optimalnya  peralatan  penunjang kegiatan kepelabuhanan; tidak sinergis dan
kondusifnya pembagian  tugas dan wewenang antara pelaksana fungsi pemerintahan dan fungsi pengusahaan di pelabuhan sehingga berdampak pada tanggung jawab dari
masing-masing pihak.
3. Hukum Progresif Sebagai Sarana Refungsionalisasi Pelabuhan
Saat ini dunia menuju perdagangan bebas, efisiensi dan daya saing menjadi topik utama, siapa yang bisa berkompetitif dapat tetap bertahan. Menoleh pada fungsi
pelabuhan Indonesia, banyak yang harus ditata, dan hukum yang dapat ditegakkan di tengah-tengah pelaksanaan fungsi pelabuhan diharapkan dapat memberikan
pemecahan  dan menata kembali fungsi pelabuhan Indonesia yang baik sehingga mempunyai nilai positif dalam pengembangan fungsi kepelabuhanan Indonesia.
76
Ibid.
77
Susilo Bambang Yodhoyono,  Revitalisasi Ekonomi Indonesia: Bisnis, Politik dan Good Governance, Brighten Press, Jakarta, 2004,  hal:17
Rendro Masetio :  Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.
USU Repository © 2009
Di samping itu permasalahan yang sangat penting adalah perilaku dari pihak- pihak terkait dalam pelaksanaan kegiatan fungsi kepelabuhanan, yaitu adanya perilaku
yang  menyimpang dengan melakukan pungutan bersifat tidak resmi bagi para pengguna jasa  kepelabuhanan dan terjadi kebocoran-kebocoran di tubuh lembaga
pengusahaan jasa kepelabuhanan yaitu korupsi dana sehingga menyebabkan kerugian bagi negara. Keadaan  ini menyebabkan tidak kondusifnya kegiatan di pelabuhan dan
tidak tercapainya tujuan  untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan memakmurkan rakyat Indonesia.
78
Apabila dicerna lebih mendalam, pelaksana dari kegiatan fungsi kepelabuhanan  adalah manusia, aparat penegakan hukum di pelabuhan adalah
manusia. Oleh karena itu digunakanlah teori Hukum Progresif dari Satjipto Rahardjo untuk menganalisis  permasalahan di pelabuhan. Diharapkan Refungsionalisasi
pelabuhan dapat diperbaiki melalui pendekatan hukum Progresif.
79
78
Departemen Perdagangan RI, Op.cit, hal. 22.
79
Ibid.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kegiatan kepelabuhanan di Indonesia dianalisis dengan melihat kembali pada ide hukum Progresif yang
digunakan  sebagai pisau untuk menganalisis suatu masalah di pelabuhan dalam rangka reformasi  pelabuhan, dimana hukum akan didayagunakan. Konsep hukum
menurut hukum Progresif  adalah tidak ditekankan hanya pada peraturan-peraturan saja tetapi lebih kepada tingkah  laku. Dihubungkan dengan kegiatan kepelabuhanan,
jelas tidak hanya menganalisis peraturan-peraturan positif dalam pelaksanaan kegiatan kepelabuhanan tetapi juga kepada  perilaku  behaviour  dari para pihak pelaksana
kegiatan kepelabuhanan dan pihak-pihak berkepentingan yang terkait.
Rendro Masetio :  Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.
USU Repository © 2009
Sejarah timbulnya ide hukum progresif adalah berdasar pengamatan yang dilakukan terhadap bagaimana penggunaan atau fungsi hukum di Indonesia sangat
buruk  performancenya. Sehingga, apabila dibingkaikan pada permasalahan kepelabuhanan  Indonesia sangat pas. Kebocoran-kebocoran di pelabuhan Indonesia,
kemerosotankemerosotan  di pelabuhan banyak diakibatkan oleh pihak pelaksana kegiatan  kepelabuhanan itu sendiri, yaitu pelaksana fungsi pemerintahan dan fungsi
pengusahaan  serta pemakai jasa kepelabuhanan, seperti terjadinya korupsi di PT Persero Pelabuhan  Indonesia, terjadinya pungutan tidak resmi. Kesemuanya itu
dilakukan oleh para pihak  penyelenggara kegiatan kepelabuhanan, padahal seharusnya justru ditangan para pihak  tersebutlah kinerja kepelabuhanan harus
ditingkatkan bukan malah menurun. Padahal terdapat lembaga-lembaga seperti Komisi Pemberantasan Korupsi,
untuk mengadili perbuatan pihak-pihak yang menyelewengkan dana negara, tapi tidak berjalan.  Mengapa, karena yang ditekankan dalam pelaksanaannya selalu kepada
peraturan itu  sendiri bukan ditekankan kepada insan manusianya yang sebagai pelaksana. Jadi hal yang sangat penting yang ditekankan oleh hukum progresif adalah
lebih kepada perilakuperilaku  manusia yang ditugasi untuk melaksanakan enforcement.
Ide hukum Progresif yang penting adalah bahwa paradigma harus berubah bahwa  hukum itu adalah untuk manusia bukan manusia untuk hukum, sehingga ada
keterkaitan dengan perilaku manusia. Jadi yang bisa merealisasikan paradigma bahwa hukum adalah untuk manusia, terutama perilaku-perilaku manusia di lapangan, karena
pihak-pihak tersebut yang bertugas menegakkan hukum. Jadi tidak bisa menyalahkan peraturan-peraturan positif saja, karena harus  bersandar  pada perilaku manusia itu
sendiri, karena manusia yang melaksanakan hukum.
Rendro Masetio :  Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.
USU Repository © 2009
Faktor penekanan manusia dalam penegakan hukum sangat penting sehingga harus  dijiwai oleh semangat empati, kejujuran yang pada akhirnya bermuara kepada
perilaku manusia itu sendiri, inilah yang menjadi garis besar ide dari hukum progresif. Seperti  dalam kegiatan kepelabuhanan, semuanya dijalankan oleh manusia, dan
hukum Progresif  memberikan ruang kepada faktor manusia. Hukum Progresif ingin memasukkan perilaku  sebagai unsur penting dalam hukum dan lebih khusus lagi
dalam penegakan hukum,  dalam hal ini penerapan hukum di setiap kegiatan kepelabuhanan.  Apabila hukum itu bertumpu pada peraturan dan perilaku, maka
hukum Progresif  lebih menempatkan faktor perilaku di atas peraturan. Dengan demikian faktor dan  kontribusi manusia dianggap lebih menentukan daripada
peraturan yang ada. Faktor  manusia ini adalah symbol daripada unsur-unsur greget compassion, empathy, sincerety, edication, commitment, dare dan determination.
Refungsionalisasi  kepelabuhanan dilakukan dengan menerapkan ide hukum Progresif, yaitu menekankan segi perilaku manusia pelaksana kegiatan kepelabuhanan
itu  sendiri yang justru menjadi salah satu penyebab kemerosotan pelayanan jasa kepelabuhanan, dan penyebab biaya tinggi di pelabuhan karena menerapkan hal yang
menyimpang dari peraturan yang ada yaitu mengenakan pungutan tidak tidak resmi kepada para pengguna jasa kepelabuhanan.
Penerapan hukum Progresif dalam kegiatan kepelabuhanan sangat membantu untuk menegakkan hukum, melalui para pelaksana kegiatan kepelabuhanan dan para
pengguna jasa kepelabuhanan itu sendiri. Melalui pihak-pihak inilah refungsionalisasi pelabuhan sangat diharapkan dapat ditegakkan. Diharapkan dengan Progresivisme
dapat menekan permasalahan-permasalahan yang selama ini terjadi di pelabuhan.
Rendro Masetio :  Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.
USU Repository © 2009
BAB  V KESIMPULAN DAN SARAN