Rendro Masetio :  Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.
USU Repository © 2009
EDI, dari kantor Importir  ke Bea dan Cukai hanya penyampaian data tapi tidak tahu sudah sampai atau belum data tersebut.
31
C. Standar Kepabeanan ASEAN
Pemakaian EDI banyak keluhan dari pihak pengguna jasa, tapi menurut Bea dan Cukai  hal itu merupakan taraf penyesuaian. Untuk memajukan sistim percepatan
lalu lintas barang di  pelabuhan Bea dan Cukai mengeluarkan Keputusan No. 81 Tahun 1999 yang terus berjalan  sampai dengan berlakunya ketentuan baru yaitu
Keputusan No. 7 Tahun 2003 yang berlaku 1 April 2003 tentang Sistim dan Prosedur Pelaksanaan Komputerisasi melalui EDI yang harus  sudah dilakukan. Pelaksanaan
EDI ini merupakan upaya yang dilakukan oleh pihak Bea dan  Cukai untuk menghindari adanya tatap muka antara pihak pengguna jasa dan pejabat Bea  Cukai,
untuk menjaga tidak terjadinya suap-menyuap atau KKN.
Dewasa ini telah dicanangkan standar kepabeanan  Asean yang tercakup di dalam ASW Asean Single Window.  Asean Single Window  yang ditandatangani 9
Desember 2005 di Kualalumpur, Malaysia dimana Indonesia dan 5 Negara Lainnya Malaysia, Singapore, Thailand, Phillipina, Brunei harus sudah menerapkan ASW
pada tahun 2008. Sedangkan 4 negara Asean lainnya CMV pada tahun 2012. Sesuai ASW Asean Single Window action plan  setiap negara membentuk kelembagaan
untuk membentuk NSW. NSW didesain sebagai sistem yang menerapkan single admission, single synchronize and processing document, dan single decision.
Maksudnya, NSW akan mengatur sendiri izin mana yang dibutuhkan oleh tiap instansi. Sistem ini juga sekaligus menyinkronisasi semua prosedur dari masing-
masing instansi. Sinkronisasi ini perlu untuk membuat single decision  yang
31
Ibid.
Rendro Masetio :  Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.
USU Repository © 2009
menyangkut  cargo clearance  dan  custom clearance.  Jadi, tak diperlukan lagi keputusan dari beberapa instansi.
32
Latar Belakang Penerapan Sistem NSW dan ASW di Indonesia :
33
Dasar Hukum Penerapan Sistem NSW ASW adalah : 1.  Komitmen RI dengan Internasional Regional Asean.
2.  Kesepakatan pemimpin negara Asean dalam The Declaration of Asean Concord II Bali Concord II pada 7 Oktober 2003;
3.  Kesepakatan Menteri-menteri Ekonomi dalam Asean Agreement to Establish and Implement The Asean Single Window, Kuala Lumpur 9 Desember 2005;
4.  Kesepakatan Menteri Keuangan Asean dalam Asean Protocol to Establish and Implement The Asean Single Window, Desember 2006.
5.  Kondisi kinerja pelayanan lalulintas barang ekspor-impor 6.  Lead Time waktu penanganan barang impor yang masih terlalu lama berdasarkan
Studi JICA tahun 2005 memakan waktu 5,5 hari; 7.  Masih adanya biaya-biaya dalam penanganan lalu  lintas barang ekspor-impor,
sehingga mengakibatkan ekonomi biaya tinggi high cost economy; 8.  Tingkat validitas dan akurasi data atas transaksi dan kegiatan ekspor-impor yang
belum memadai, terutama terkait dengan data perijinan ekspor-impor; 9.  Kepentingan nasional yang menghendaki adanya kontrol thd lalulintas barang
eksporimpor secara lebih baik, terkait isu terorisme, trans-national crime,  drug trafficking, illegal activity, IPR dan perlindungan konsumen.
34
32
National Single Window: Satu Pintu untuk Semua, diakses dari situs : http:www.wartaekonomi.comdetail.asp?aid=8676cid=27  kormonev.menpan.go.id,  Senin, 2 April
2007.
33
Ibid.
34
Penerapan Asean Single Window ASW dan National Single Window NSW,  diakses dari situs : http:www.ekon.go.idv3contentview3941  http:www.indonesia.go.idid  -  REPUBLIK
INDONESIA Powered by Mambo Generated: 23 February, 2008, 18:35
Rendro Masetio :  Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.
USU Repository © 2009
1.  Keppres No. 54 Tahun 2002 jo. Keppres No. 24 Tahun 2005 Tentang Tim Koordinasi Peningkatan Kelancaran Arus Barang Ekspor dan Impor : Tim
Keppres 54 tahun 2002 akan lebih berfokus pada perumusan konsep tata ruang di pelabuhan dan tata kerja antar kelembagaan di pelabuhan untuk meningkatkan
kelancaran arus barang, sedangkan Tim Persiapan NSW harus berfokus pada perumusan tata laksana penanganan barang ekspor-impor melalui harmonisasi
bisnis proses dan tata kelola sistem pelayanan antar entitas di pelabuhan. 2.  Inpres No.3 Tahun 2006 dan Inpres No. 6 Tahun 2007 :
Penerapan sistem NSW telah menjadi salah satu program kebijakan nasional yang harus diterapkan di Indonesia, dengan target penyelesaian Blue print  pada Juli
2007 dan piloting NSW pada akhir Desember 2007. 3.  Keputusan Menko Perekonomian No. 22M.Ekon032006 : Menko Perekonomian
membentuk Tim Persiapan NSW, dengan menunjuk Menteri Keuangan selaku Ketua dan Menteri Perdagangan bersama Menteri Perhubungan selaku Wakil
Ketua, sekaligus menetapkan 5 Satuan Tugas yang meliputi bidang Legal, Kesesuaian Prosedur, Teknologi Informasi, Kepelabuhanan dan Kebandarudaraan.
Secara umum hal-hal yang ingin dicapai melalui NSW, adalah : a.  menghilangkan interaksi langsung antar-orang-orang yang terlibat langsung
dengan proses ekspor-impor. Jadi, tak ada lagi deal-deal dengan uang yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi.
b.  mempercepat proses ekspor-impor. c.  persiapan menuju integrasi ekonomi Asean.
Di Indonesia, telah diuupayakan untuk membentuk National Single Window NSW. Dasar Pembentukan NSW adalah Agreement to Establish and Implement the
Indonesia  melalui Keputusan Menko Perekonomian No. Kep-22M.EKON032006
Rendro Masetio :  Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.
USU Repository © 2009
tanggal 7 Maret 2006 membentuk Tim Persiapan National Single Window NSW. Tugas Utama Tim NSW adalah membangun NSW sebagai sistem elektronik yang
mampu melayani proses pengajuan dan pengolahan data dan informasi; pengambilan keputusan penyelesaian dokumen kepabeanan, kepelabuhanan dan kebandarudaraan
secara terpadu dengan prinsip kesatuan, kecepatan  pelayanan, konsisten, sederhana, transparan, efisien dan berkelanjutan. Perkembangan NSW di negara Asean  lainnya,
kecuali Singapore, adalah seperti  di Filipina yang telah  memiliki Executive Order untuk penerapan NSW, sedangkan Thailand memiliki pilot project  yang focus pada
pertukaran informasi dan proses penerbitan dokumen kepabeanan yang didasarkan pada Asean Custom Declaration, sedangkan Malaysia telah mempunyai design NSW
tetapi sedang mempertimbangkan pilot project-nya.
35
35
Ibid.
Selanjutnya NSW sesungguhnya merupakan turunan dari ide pembentukan pasar bersama Asean  yang diharapkan terealisasi pada 2020. Namun, pada KTT
Asean  di Kuala Lumpur, Malaysia, 9  Desember 2005, rencana pasar bebas bersama dimajukan menjadi tahun 2015. Untuk mendukung rencana itu, negara-negara Asean
sepakat membuat rancangan Asean  Single Window  ASW. Dalam action  Plan-nya, enam negara Asean  Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina,
dan Thailand, hingga Septembern2008, sudah harus mengintegrasikan semua NSW. Empat negara lainnya Myanmar, Kamboja, Laos, dan Vietnam menyusul pada 2012.
NSW sebenarnya dirancang sebagai portal khusus yang menyediakan jasa layanan ekspor-impor secara elektronik. Kelak, dengan  portal ini, pengurusan izin ekspor-
impor hanya lewat satu pintu. Memang tujuan NSW untuk meningkatkan efisiensi dalam ekspor-impor.
Rendro Masetio :  Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.
USU Repository © 2009
Untuk Indonesia, pemerintah berencana menerapkan NSW untuk memperlancar urusan ekspor-impor. Kelak, NSW menyatu dengan  Asean  Single
Window.  Jadi, mengurus izin ekspor ke seluruh negara Asean  cukup lewat satu negara.  Seperti terjadi beberapa waktu yang lalu,  sebanyak 2.500 pekerja Pelabuhan
Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang tergabung dalam Aliansi Pekerja  Pelabuhan Indonesia APPI, menggelar aksi unjuk rasa. Mereka berjalan kaki dari depan gedung
Jakarta International Container  Terminal  menuju Plumpang. Para pekerja itu menuntut dihapuskannya pungli di pelabuhan.
Sekjen APPI, Agus Barlianto mengajak semua komponen untuk memberantas pungli di pelabuhan.  Aksi itu sekaligus ingin mendeklarasikan 20 Mei sebagai
Gerakan Anti Pungli di Pelabuhan  GAPP. Sebelum  tanggal itu, APPI akan memaparkan titik-titik pungli sekaligus besarannya di pelabuhan.  Dimana menurut
sejumlah pengusaha, pungli dalam pengurusan dokumen di bea cukai dan syahbandar memang menempati  urutan teratas.  Salah satu penyebab pungli, adalah  karena
pengurusan surat-surat masih memungkinkan adanya tatap muka  langsung. Pengurusan dokumen secara tatap muka, yang membuka kemungkinan terjadinya
pungli, inilah yang bakal diberantas lewat penerapan National Single Window NSW. Kelak, setelah proyek NSW rampung, semua pengurusan dokumen dilakukan secara
elektronik, tidak ada tatap muka, dan hanya lewat satu pintu. Carut-marut proses ekspor-impor memang sejak lama menjadi keluhan
kalangan pengusaha. Mulai dari rumitnya prosedur perizinan, lamanya waktu
Rendro Masetio :  Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.
USU Repository © 2009
clearance, mahalnya biaya pengurusan, dan banyaknya pungli justru dilakukan oleh oknum-oknum bea  cukai sendiri.  Masalah lainnya, selama ini kebijakan izin ekspor-
impor belum terstandarisasi dan tak ada  sinkronisasi  antar  instansi. Dan juga, belum terotomatisasi. Semua dokumen masih hard copy. Ini menyebabkan pengurusan
Rendro Masetio :  Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.
USU Repository © 2009
dokumen menjadi lama dan kerap kali harus tatap muka. Maka, tak heran jika pungli pun marak. Kalangan pengusaha pun sejak lama jengah.
Thomas Darmawan, ketua umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia  GAPMMI, mengeluh selama ini pengusaha sering mendapat
hambatan sewaktu di pelabuhan. Sebelum suatu barang  mendapat izin  keluar dari pelabuhan oleh bea cukai, barang tersebut harus terlebih dahulu mendapat izin dari
Departemen  Perdagangan, dinas  karantina, Badan POM, Kementerian Lingkungan Hidup, dan instansi-instansi lainnya. Untuk mengurus semua izin itu  dibutuhkan
waktu 5 - 8 hari, padahal makanan punya masa kedaluwarsa yang tidak dapat dijual kembali kalau ditahan terlalu lama.
36
A. Pengertian dan Prosedur Kegiatan Eksport Import