Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009
f. Banyak msasalah-masalah tidak dipecahkan oleh pemerintah, baik sengaja
maupun tidak. g.
Pembuatan kebijakan tidak berhadapan dengan kelompok yang ada di masyarakat.
h. Banyak pengambilan keputusan didasarkan pada informasi dan komunikasi
yang kurang akurat. i.
Kebijakan yang dibuat sering direflesiksikan sebagai consensus, dari pada subtansi dari pemecahan masalah.
j. Terjadi perbedaan dalam mendefinisikan kebijakan antara pembuat kebijakan
dengan masyarakat yang terlibat. k.
Banyak program yang dibuat dan dilaksanakan tidak seperti yang dirancang. l.
Organisasi yang ada dalam masyarakat memiliki kepentingan dan fokus yang berbeda.
2.1.2 Tahap-tahap Dalam Perumusan Kebijakan Publik
Winarno 2008:119-123 dalam bukunya mengemukakan suatu keputusan kebijakan mencakup tindakan-tindakan oleh seorang pejabat atau lembaga resmi
untuk menyetujui, mengubah, atau menolak suatu alternatif kebijakan yang dipilih. Tahap-tahap dalam perumusan kebijakan itu terlahir dari beberapa tahapan atau
langkah-langkah mekanisme pembuatan sebuah kebijakan, yaitu:
Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009
a. Perumusan Masalah
Mengenali dan merumuskan masalah merupakan langkah yang paling fundamental dalam perumusan kebijakan. Untuk dapat merumuskan kebijakan
dengan baik, maka masalah-masalah publik harus dikenali dan didefinisikan dengan baik pula. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk memecahkan
masalah yang ada dalam masyarakat. b.
Agenda Kebijakan Tidak semua masalah publik akan masuk ke dalam agenda kebijakan. Masalah-
masalah tersebut saling berkompetisi antara satu dengan yang lain. Hanya masalah-masalah tertentu yang pada akhirnya akan masuk ke dalam agenda
kebijakan. Suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan harus memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti masalah tersebut mempunyai dampak
yang besar bagi masyarakat dan membutuhkan penanganan yang harus segera dilakukan.
c. Pemilihan Alternatif Kebijakan Untuk Memecahkan Masalah
Setelah masalah-masalah publik didefinisikan dengan baik dan para perumus kebijakan sepakat untuk memasukkan masalah tersebut ke dalam agenda
kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah membuat pemecahan masalah. Para perumus kebijakan akan berhadapan dengan alternatif-alternatif pilihan kebijakan
yang dapat diambil untuk memecahkan masalah tersebut.
Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009
d. Tahap Penetapan Kebijakan
Setelah salah satu dari sekian alternatif kebijakan diputuskan diambil sebagai cara untuk memecahkan masalah kebijakan, maka tahap paling akhir dalam
pembentukan kebijakan adalah menetapkan kebijakan yang dipilih tersebut sehingga mmempunyai kekuatan hukum yang mengikat.
Alternatif kebijakan yang diambil pada dasarnya merupakan kompromi dari berbagai kelompok kepentingan yang terlibat dalam pembentukan kebijakan tersebut.
Selain itu, proses penyusunan keputusan dan peranan dari analisis serta perencanaan kebijakan seperti yang dinyatakan oleh Mayer 1984:12-18 mempunyai langkah-
langkah proses penyusunan kebijakan adalah: a.
Penetapan goals, mengacu kepada pemilihan tujuan-tujuan yang luas dan jangka panjang yang mana kebijakan atau rencana dikembangkan sesuai dengan
pencapaian objektivesnya. b.
Penilaian kebutuhan, menyajikan suatu elaborasi dari model perencanaan rasional, yang telah mendapat perhatian yang meningkat dengan munculnya
perencanaan layanan manusia. c.
Spesifikasi objective, mengacu kepada penetapan target-target khusus yang dapat dituangkan dalam pelaksanaan, biasanya bersifat kuantitatif dan dapat dicapai
dalam perspektif waktu tertentu dan bersumber pada kebijakan atau rencana tertentu.
d. Perancangan perangkat tindakan alternatif, mengacu kepada pengembangan atau
identifikasi berbagai cara untuk mencapai obyektives kebijakan.
Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009
e. Perkiraan konsekuensi dari tindakan-tindakan alternatif, mengacu kepada analisis
pengaruh-pengaruh positif dan negatif yang dijabarkan dari perangkat tindakan alternatif.
f. Pemilihan perangkat tindakan, mengacu kepada penetapan, oleh penyusun
kebijakan, perangkat tindakan yang kelihatannya paling tepat untuk mencapai objectives.
g. Implementasi, mengacu kepada pelaksanaan perangkat tindakan yang dipilih.
h. Evaluasi hasil, mengacu kepada penetapan hasil nyata yang dicapai dengan
menjalankan perangkat yang dipilih. i.
Akhirnya, evaluasi terhadap hasil kebijakan memberikan proses balikan, dimana hasil-hasil kembali dituangkan dalam proses perencanaan.
Sinambela 2006:39 Masyarakat luas sebagai elemen terbesar dalam suatu tatanan kehidupan sosial diharapkan dapat ikut serta dalam proses penentuan arah
kebijakan pemerintah dan pembangunan, Kebijakan yang dimaksud dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Cara otoritatif, mendasarkan pernyataan kebijakan dari pihak yang berwenang.
b. Cara statistik, mendasarkan pernyataan kebijakan pada argumen yang diperoleh
dari sampel. c.
Cara klasifikasional, pernyataan kebijakan ini didasarkan pada argumen yang berasal dari suatu keanggotaan.
d. Cara intuitif, kebijakan berdasarkan dari argumen yang berasal dari batin.
Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009
e. Cara analisentrik, pernyataan kebijakan pada argumen yang berasal dari validitas
metode atau aturan yang ditetapkan oleh analis. f.
Cara eksplanatori, pernyataan yang dibuat atas argumen yang dibuat dari suatu penyebab.
g. Cara pragmatis, didasarkan dari argumen yang berasal dari motivasi, kasus paralel
atau analogi. h.
Cara kritik-nilai, didasarkan pada argumen yang diangkat dari etika. Setelah membangun argumentasi, menurut Sinambela 2006:40 langkah
selanjutnya yang harus diwujudkan adalah perlu adanya kemampuan untuk mengakomodasi semua segmen kepentingan publik dengan tahap-tahapan yang
dilalui adalah sebagai berikut: a.
Perumusan masalah; membantu menemukan asumsi yang tersembunyi, mendiagnosis penyebabnya, memetakan tujuan yang memungkinkan, memadukan
pandangan yang bertentangan dan merancang peluang kebijakan yang baru. b.
Peramalan; kebijakan yang dapat menguji masa depan dan mengestimasi akibat dari kebijakan yang ada atau diusulkan.
c. Rekomendasi, kebijakan yang dapat membantu mengestimasi tingkat resiko dan
ketidakpastian. d.
Pemantauan, implementasi kebijakan yang membantu menilai tingkat kepatuhan dan menemukan letak pihak-pihak yang bertanggung jawab pada setiap tahap
kebijakan.
Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009
e. Penilaian evaluasi, dalam tahap ini diharapkan tidak hanya menghasilkan
kesimpulan mengenai seberapa jauh masalah telah terselesaikan, tetapi juga menyumbang klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari kebijakan.
Sedangkan menurut Mayer 1984:112-118 Proses penyiapan sebuah rancangan penelitian meliputi sembilan tahap, yaitu:
a. Alasan penelitian. Proses perancangan mulai dengan pengajuan relevansi
penyelidikan yang dimakud terhadap proses pembuatan kebijakan, disertai dengan analisis tentang masalah kebijakan oleh peneliti.
b. Historis dari masalah kebijakan. Proses dalam perancangan penyelidikan, peneliti
meninjau usaha-usaha yang pernah dilakukan untuk mencapai tujuan itu sebagai saran.
c. Kerangka konseptual. Dilengkapi dengan perspektif yang diperoleh pada tahap
pertama dan kedua dari perencanaan penelitian peneliti harus menyusun sebuah kerangka yang logis untuk hal yang akan diselidiki.
d. TujuanTujuan-tujuan Penelitian. Kerangka konseptual dapat mempermudah
peneliti dalam merumuskan tujuantujuan-tujuan yang diinginkan dalam penyelidikan.
e. Studi populasi. Rancangan tentang studi populasi mencakup empat keputusan,
yaitu Penentuan unit observasi, Penunjukan populasi dari unit yang akan diobservasi, Pengadopsian prosedur pemilihan dan pengukuran unit-unit
observasi dan Penentuan banyak unit yang akan diobservasi.
Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009
f. Data yang akan dikumpulkan. Penelitian harus menentukan tentang data yang
akan dikumpulkan sehubungan dengan populasi yang dipelajari. g.
Prosedur-prosedur pengumpulan data. Sesudah data yang akan dikumpulkan dispesifikasi, selanjutnya peneliti akan memutuskan prosedur yang sebaiknya
digunakan untuk mengumpulkan data, memberikan ikatan-ikatan terhadap seperangkat usaha penelitian.
h. Analisis data. Data yang akan dikumpulkan telah ditentukan, peneliti harus
mempertimbangkan secara simultan mengenai prosedur analisis data yang sesuai. i.
Pengadministrasian. Peneliti mengetahui populasi yang akan dipelajari, hakekat data yang akan dikumpulkan dan jenis-jenis prosedur yang akan dipakai untuk
pengumpulan dan penganalisisan data yang memiliki serangkaian keputusan administratif.
Wiliam N. Dunn 1999:214-234 mengemukakan beberapa karakteristik masalah publik yang sangat membantu dalam perumusan masalah, yaitu:
a. Interdependensi masalah kebijakan, yaitu masalah pada bidang tertentu
berpengaruh terhadap bidang yang lain, artinya suatu masalah merupakan bagian dari suatu sistem masalah yang bersumber dari kondisi yang menimbulkan
ketidakpuasan dari setiap kelompok. b.
Subyektivitas masalah kebijakan, yaitu masalah publik meskipun bersifat sangat obyektif tetapi dalam proses artikulasinya tetap merupakan hasil berpikir dan
hasil interprestasi dari analisis atau pengambilan kebijakan.
Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009
c. Artifisial masalah kebijakan, dimana masalah tidak dapat dipisahkan dengan
individu atau kelompok yang mengidentifikasikannya. d.
Dinamika masalah kebijakan, bahwa masalah selalu berada dalam suasana atau kondisi yang terus menerus berubah. Setiap masalah dapat didefinisikan dengan
berbagai cara, demikian pula pemecahannya. Tjandra,2005:132 Sehubungan dengan kebijakan pelayanan publik,
pemerintahan daerah perlu memiliki kepekaan dan kemampuan dalam: a.
Memahami secara benar tugas pokok dan fungsi dari pemerintah darah. b.
Kemampuan pemerintah daerah dalam menyusun prioritas, khususnya dalam pengembangan infrastruktur daerah dan pemberian layanan.
c. Kemampuan menyusun alokasi infrastuktur berkait dengan kebutuhan dan
prioritas pembangunan dan kemampuan dalam membuat perencanaan pembangunan infrastruktur dan penganggaran.
d. Kemampuan dalam menyusun standar layanan.
e. Kemampuan melakukan komunikasi politik dengan masyarakat, sehingga
diperoleh masukan yang produktif berkaitan dengan arah pembangunan. Selain dari pendapat diatas proses sebuah kebijakan publik
Haldun,2008:27 terlahir dari beberapa tahap-tahapan atau langkah-langkah mekanisme pembuatan sebuah kebijakan, yaitu:
Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009
a. Hal yang pertama sekali adalah gejala atau isu yang menjadi masalah publik,
disebut isu apabila masalahnya bersifat strategis yakni bersifat mendasar yang menyangkut banyak orang atau bahkan keselamatan bersama, biasanya berjangka
panjang, yang tidak bisa diselesaikan oleh orang seorang dan memang harus diselesaikan. Isu ini diangkat sebagai agenda politik untuk diselesaikan.
b. Dari isu kemudian menggerakkan pemerintah untuk merumuskan kebijakan
publik dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut. Rumusan kebijakan ini akan menjadi hukum bagi seluruh negara dan warganya termasuk pimpinan
negara. c.
Kebijakan publik ini dilaksanakan baik oleh pemerintah, masyarakat atau pemerintah bersama-sama dengan masyarakat.
d. Namun dalam proses perumusan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan diperlukan
tindakan evaluasi sebagai sebuah siklus baru sebagai penilaian apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik dan benar.
e. Implementasi kebijakan bermuara kepada out put yang dapat berupa kebijakan itu
sendiri maupun manfaat langsung yang akan dapat dirasakan oleh pemanfaat. f.
Dalam jangka panjang kebijakan tersebut menghasilkan out come dalam bentuk implementasi kebijakan yang diharapkan semakin meningkatkan tujuan yang
hendak dicapai dengan kebijakan tersebut.
Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai tahap-tahap dalam perumusan kebijakan publik tersebut ada tiga hal yang pokok berkenanan dengan kebijakan
publik yaitu: a.
Formulasi kebijakan b.
Implementasi kebijakan c.
Evaluasi kebijakan Namun yang menjadi perhatian dalam pembahasan penelitian ini yang sesuai
dengan judul ”Implementasi Kebijakan tentang Pengujian Kendaraan Bermotor di Kabupaten Aceh Tamiang” adalah bagaimana implementasi suatu kebijakan terhadap
objek yang terkena kebijakan tersebut yang dianalisis sampai dengan implementasi kebijakan.
2.2 Implementasi Kebijakan 2.2.1 Teori Implementasi Kebijakan