Organisasi Gambaran Umum Informan Penelitian

Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 Berdasarkan informasi dari beberapa informan, diperoleh keterangan bahwa Qanun Kabupaten Aceh Tamiang No 2 tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor tahun 2005 yang telah di setujui oleh dewan empat tahun yang lalu baru dapat dioperasikan tahun 2008 dengan keterbatasan sarana, alat dan sumber daya manusianya. Untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci menurut teori Charles O’Jones aktivitas utama yang paling penting dalam implementasi kebijakan adalah organisasi, interpretasi dan pelaksanan, berikut ini pembahasannya:

4.5.1 Organisasi

Setiap organisasi harus memiliki struktur organisasi, adanya sumber daya manusia yang berkualitas sebagai tenaga pelaksana dan perlengkapan atau alat-alat kerja serta didukung dengan perangkat hukum yang jelas. Berdasarkan pengamatan penulis bahwa petugas yang terlibat dalam pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang yaitu pegawai yang telah mengikuti pendidikan pengujian kendaraan bermotor serta memiliki kualifikasi teknis. Tugas pelaksana Pengujian Kendaraan Bermotor di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang yang utama adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat yang dipercayakan kepadanya untuk mencapai tujuan Negara. Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 Agar tugas-tugas pelaksana Pengujian Kendaraan Bermotor di Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka setiap petugas dituntut memiliki kemampuan yang memadai sesuai dengan bidangnya. a. Struktur organisasi Struktur organisasi memberikan gambaran yang jelas tentang jabatan, tupoksi dan merupakan kerangka pedoman kerja bagi pegawai guna mewujudkan visi dan misi Kabupaten Aceh Tamiang dalam bidang perhubungan, komunikasi dan informatika. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Hadsah tanggal 17 Juni 2009 menyatakan bahwa: Semenjak Dinas Perhubungan dan Pariwisata berubah menjadi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika yang berdasarkan Ketentuan PP 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah terbentuklah Qanun Kabupaten Aceh Tamiang Nomor 3 tahun 2007 tentang struktur organisasi, jadi setiap sub bidang membawahi tiga kepala seksi sehingga kurangnya orang-orang untuk menduduki jabatan tersebut yang sesuai dengan pangkatgolongan dan pendidikan. Terutama bidang penguji kendaraan bermotor harus mempunyai pendidikanlatihan khusus bidangnya. Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 Selanjutnya wawancara dengan Bapak Sulaiman pada tanggal 18 juni 2009 sebagai berikut ”Struktur organisasi sudah ada, tetapi kami masih dibawah Seksi Angkutan dan Lalu lintas hanya terdiri dari dua orang PNS. Saya sebagai kepala pengujian yang memiliki sertifikat dan satu PNS lagi mengurus administrasi dan dibantu 10 tenaga honorer, untuk mencapai tupoksi dibidang ini, kami masih kurangnya pegawai”. Dari wawancara dengan Ibu Hadsah dan Pak Sulaiman dapat diketahui bahwa setelah terjadi pergantian dinas dari Dinas Perhubungan dan Pariwisata menjadi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, maka banyak jabatan- jabatan baru yang lowong dan belum terisi demikian juga halnya pada Bidang Pengujian Kendaraan Bermotor yang berada dibawah Seksi Angkutan dan Lalu lintas, dimana jumlah pegawai negeri sipil pada pengujian kendaraan bermotor hanya terdiri dari kepala pengujian kendaraan bermotor yang memiliki sertifikat penguji satu orang, satu staf yang mengurus masalah administrasi dan dibantu oleh tenaga honorer. Menurut penulis hal ini menunjukan bahwa masalah kurangnya jumlah tenaga pengujian dibidang kendaraan bermotor, mestinya selain kepala pengujian ada pegawai negari sipil yang memiliki keahlian dibidang dimaksud, ada pegawai negeri sipil yang memiliki keahlian dibidang penguji untuk membantu pelaksaan pengujian kendaraan bermotor, dimana terjadi pembagian yang jelas pada bidang-bidang tertentu, tetapi di Kabupaten Aceh Tamiang belum sepenuhnya bisa diakomodir sebagai daerah Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 pemekaran yang masih baru dan masih banyak dibutuhkan sumber daya manusia dibidang dimaksud. Didukung dengan pendapat dari Pak Syafrizal Anwar sebagai panita pengesahan kebijakan pada tanggal 29 Juni 2009 yaitu: Kalau struktur organisasinya sesuai PP 41, kami telah mengesahkan sesuai pengusulan mereka, akan tetapi kalau masalah Tupoksi telah maksimal atau tidaknya itu bergantung di internalnya dalam pengelolaannya untuk memenuhi sebuah instansi tersebut, karena terkadang tupoksinya saja banyak sekali yang tidak dilaksanakan dengan maksimal. Hampir sejalan dengan pendapat Ibu Hadsah, Pak Syafrizal Anwar sebagai panita pengesahan kebijakan menyatakan struktur organisasi sudah disusun secara jelas, demikian juga dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing bidang. Ini berartinya bahwa Bidang Pengujian Kendaraan Bermotor pun sebenarnya sudah memiliki tupoksi yang jelas. Hanya saja didalam pelaksanaannya belum maksimal, hal ini terjadi karena sumber daya manusia yang masih kurang. Struktur organisasi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 b. Keahlian pelaksana Peraturan Pemerintah No.44 tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi menyatakan bahwa harus memiliki sertifikat pengujian yang diperoleh dengan melakukan sekolah pelatihan pengujian kendaraan bermotor, sementara di Kabupaten Aceh Tamiang hanya ada satu orang pengujian kendaraan bermotor yang akan memasuki masa pesiun. Dengan kondisi seperti ini, tentunya kualitas pemberian pelayanan pengujian kendaraan bermotor kepada masyarakat menjadi kurang maksimal. Menurut para informan dalam pelaksanaan pengujian diperlukan petugas yang memiliki tenaga skill dalam bidang pengujian tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak M. Chalil tanggal 18 Juni 2009 selaku staf pengujian kendaran bermotor, yang mengatakan: Ya... selama ini pelaksanaaan pengujian dilakukan oleh para pegawai harianhonorer dengan pengawasan Pak Sulaiman sebagai Kepala Pengujian sekaligus satu-satunya orang di Kabupaten Aceh Tamiang yang mempunyai sertifikat pengujian dan beliau juga yang membuat keputusan dan yang bertandatangan buku untuk menyatakan lulus atau tidak lulusnya kendaraan tersebut. Setidaknya diperlukan empat orang dalam pengujian ini karena setiap alat pengujian dipegang atau diawasi oleh satu orang yang pernah sekolah pengujian jadi pengujian di Kabupaten Aceh Tamiang berukuran standar yang terdiri dari uji rem, gas buang dan lampu masing-masing satu orang dan seorang lagi untuk pembuat keputusan atau kepala pengujian. Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 Sesuai dengan wawancara Pak Syafrizal Anwar tanggal 29 Juni 2009 sebagai informan dari anggota DPRD yaitu : ”Kebutuhan tersebut dinaslah yang lebih mengetahuinya, karna masalah teknis mereka yang menguasai, DPRD hanya sebagai pembuat anggaran pembelian dan pengawasan, jadi saya tidak terlalu jauh membuat campur tangan, asal dinas tersebut baik dalam melaksanakannya, baiklah dinas tersebut”. Berdasarkan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah sumber daya manusia PNS yang berada di bidang pengujian kendaraan bermotor masih kurang. Dimana, dibutuhkan setidak-tidaknya empat orang tenaga ahli yaitu yang bertugas pada uji gas buang, uji lampu, uji rem dan pengesahan buku uji, sedangkan kenyataan hanya ada satu orang pegawai negeri sipil yang memiliki sertifikasi di bidang pengujian kendaraan bermotor yaitu Bapak Sulaiman, sehingga tugas pengujian baik dibidang uji gas buang, uji lampu, uji rem dan lain-lain dilakukan oleh tenaga-tenaga honor dibawah pengawasan Kepala Pengujian Kendaraan bermotor tersebut, yang semestinya ada tenaga-tenaga PNS terlatih dan memiliki keahlian dibidang pengujian kendaraan bermotor pada masing-masing alat uji. Sementara itu berdasarkan Qanun Kabupaten Aceh Tamiang No.3 pasal 12 disebutkan bahwa ”Pengujian kendaraan bermotor harus dilakukan oleh tenaga penguji yang memiliki kualifikasi teknis sesuai dengan Peraturan Perundang- undangan yang berlaku denggan menggunakan fasilitas dan peralatan pengujian.” Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 Berangkat dari kondisi tersebut, pihak Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang harus segera mungkin melakukan pembenahan dilingkungan internalnya untuk mendukung ketersediaan tenaga profesional pengujian, maka diikutsertakan pengirim PNS untuk mengikuti pendidikan dan latihan pengujian kendaraan bermotor yang dilaksanakan oleh Pusat pendidikan latihan di daerah Tegal dan Bali, guna memenuhi kebutuhan permintaan masyarakat akan tenaga profesional dibidang pengujian. c. Perlengkapan alat uji kendaraan Untuk menjamin laik atau tidak laik jalannya suatu kendaraan bermotor tergantung pada fungsi alat uji kendaraan bermotor tersebut, sehingga faktor perlengkapan alat uji kendaraan bermotor sangat diperlukan dalam melaksanakan suatu kebijakan disamping sumber daya manusia sebagai pelaksananya. Pengujian kendaraan bermotor yang maksimal sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1993 tentang Kendaraan dan pengemudi, pasal 127 meliputi: 1. Emisi gas buang kendaraan bermotor 2. Kebisingan suara kendaraan bermotor 3. Efisiensi sistem rem utama 4. Efisiensi sistem rem parkir 5. Kincup roda depan 6. Tingkat suara klakson 7. Kemampuan pancar dan arah sinar lampu utama 8. Radius putar 9. Alat penunjuk kecepatan Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 10. Kekuatan untuk kerja dan ketahanan ban luar untuk masing-masing jenis, ukuran dan lapisan 11. Kedalaman alur ban luar Berbeda dengan kondisi perlengkapan alat uji kendaraan bermotor di Kabupaten Aceh Tamiang pada saat ini hanya ada alat uji ambang batas gas buang, lampu, rem dan alat uji gas dan lampu tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang menjalankan pengujian dengan peralatan seadanya dalam upaya pemberian pelayanan pengujian kendaraan bermotor kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan penulis pada Bapak T. Hayatul Kamal 17 Juni 2009 sebagai berikut : ”Pada akhir tahun 2008 tepatnya pada bulan Nopember telah terlaksana pengujian kendaraan bermotor sebagaimana mestinya sampai pada bulan april tahun 2009 setelah itu baru keadaan alat uji rusak karena sering terjadinya mati lampu”. Diungkapkan oleh Bapak Sulaiman, dalam wawancara pada tanggal 18 juni 2009 sebagai berikut: Kondisi alat uji sekarang ini dalam keadaaan rusak, bukannya kita tumbalkan PLN tapi inilah kenyataannya karena keseringan mati lampu mengakibatkan alat- alat uji menjadi rusak. Pengujian di Kabupaten Aceh Tamiang ini mempunyai pengujian berukuran standar yaitu alat uji rem, lampu dan gas buang. Kondisi alat uji rem masih dapat berfungsi akan tetapi alat uji lampu dan gas buang dalam keadaan rusak, dan untuk sementara ini kami melakukan pengujian lampu dan gas buang dengan cara manual yaitu kasat mata. Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009 Dari hasil wawancara diketahui bahwa pengujian kendaraan bermotor telah dilakukan sejak tahun 2008, sementara pada saat penelitian ini dilakukan kondisi alat pengujian tersebut dalam keadaan rusak dalam arti tidak bisa digunakan. Sebagaimana yang diketahui pengujian kendaraan bermotor dilakukan untuk menguji gas buang, lampu dan rem karena kerusakan alat pengujian, pengujian hanya dapat dilakukan untuk menguji rem. Hal ini berarti jika tetap dilaksanakan pengujian kendaraan bermotor, maka pengujian yang dilakukan tidak maksimal karena untuk pengujian gas buang dan lampu tidak dapat dilakukan. Sementara berdasarkan standar pengujian kendaraan bermotor, maka pengujian terhadap kendaraan bermotor yang harus dilakukan meliputi uji gas buang, uji lampu dan uji rem dan pengujian yang maksimal yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1993 tentang Kendaraan dan pengemudi pasal 127 karena berdasarkan peraturan tersebut pengujian tersebut juga menguji kondisi ban kendaraan bermotor karena kondisi daerah memerlukan pengujian yang maksimal. Selanjutnya belum ada penanganan yang serius terhadap kondisi kerusakan alat penguji, hal ini terjadi karena tidak adanya dana pemeliharaan alat penguji dimaksud dan masih belum ada tenaga ahli teknis dibidang pengujian kendaraan bermotor dimaksud sehingga tidak bisa segera diperbaiki. Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009

4.5.2 Interpretasi