Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG

PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

DI KABUPATEN ACEH TAMIANG

TESIS

Oleh

SITI ERNA LATIFI SURYANA

077024033/SP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG

PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

DI KABUPATEN ACEH TAMIANG

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) dalam Program Studi Pembangunan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SITI ERNA LATIFI SURYANA

077024033/SP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN ACEH TAMIANG

Nama Mahasiswa : Siti Erna Latifi Suryana Nomor Pokok : 077024033

Program Studi : Studi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Drs. Humaizi, MA) (Drs. Kariono, M.Si) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. M. Arif Nasution MA) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 13 Agustus 2009

____________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Drs. Humaizi, MA Anggota : 1. Drs. Kariono, M.Si

2. Drs. Agus Suriadi, M.Si 3. Husni Thamrin, S.Sos, MSP 4. Prof. Dr. M. Arif Nasution MA


(5)

PERNYATAAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

DI KABUPATEN ACEH TAMIANG

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar perpustakaan.

Medan, 13 Agustus 2009 Penulis,


(6)

ABSTRAK

Pemberlakuan Qanun Kabupaten Aceh Tamiang No. 2 tahun 2005 tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor memberikan kewenangan pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor pada Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang untuk dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sejalan dengan itu, pelaksanaan pengujian berkala kendaraan bermotor belum terlaksana dengan maksimal yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka perlu diteliti dengan tujuan untuk mengetahui implementasi pengujian kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang yang dilihat dari aspek Organisasi, Interpretasi dan Pelaksanaan untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui dalam implementasi kebijakan pengujian kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang.

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh Tamiang tentang implementasi kebijakan kendaraan bermotor, yang akan diteliti dengan pendekatan kualitatif yang mendeskripsikan hasil penelitian secara lengkap sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara bersama informan.

Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang belum terlaksana dengan maksimal yang dilihat pada variabel organisasi yaitu kurangnya sumber daya manusia yang mempunyai pendidikan dan golongan/pangkat yang cukup untuk menduduki jabatan yang ada di struktur organisasi dan kondisi alat uji yang tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya serta kurangnya tenaga profesional dibidang pengujian yang mempunyai sertifikasi pengujian. Variabel interpretasi tentang peraturan kebijakan qanun, petunjuk pelaksanaan administrasi dan petunjuk teknis pengujian telah berjalan sesuai dengan peraturan nasional dengan kondisi prasarana dan sarana seadanya, dan variabel penerapan pelaksanaan yaitu dalam prosedur kerja, program kerja dapat berjalan dengan minimnya petugas dan waktu pelaksanaan dijadwalkan pada jam kerja. Implementasi kebijakan mempunyai hambatan selain dari tiga variabel tersebut dan masih rendahnya kesadaran pemilik kendaraan akan pentingnya pengujian kendaraan bermotor dan kurangnya koordinasi antara DPRD dangan SKPD.


(7)

ABSTRACT

For adopting Qanun system No. 2 of 2005 on Aceh Taming refers to a Regularly Examination for Vehicle there is a referral of authority how to implement the examination to vehicle on Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang is based reason to give service for public. However, in examining regularly to vehicle run not done yet optimally as the rules. In this case, it to search what it the basic and to know the implementation of vehicle examination on Dinas Perhubungan, Komunikasi and Informatika Kabupaten Aceh Taming, the object is to see from the organization, interpretation and the implementation point of view. Still, it is to know the barriers as found in implementing the policies mainly in examining the vehicle available as served by Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika.

This study was conducted on Kabupaten Aceh Taming regarding the implementation, the existing of local regulation on vehicle, this research adopting the qualitative approach, is to describe out the result of the study as obtained completely refers to the problem to search. The collecting of the data was conducted by interview and have them from informant.

The result to this study then take a conclusion is the implementation of examining the vehicle on Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika of Kabupaten Aceh Tamiang is not running yet properly, this condition can be seen on the organization variable as shortage the human resources, since mostly them have not education and officially rank as requested to occupy the position available on organizational structure and also the examination tool as it can not function well and also for shortage professional person having a certification qualified. Variable of interpretation on regulations of qanun, guidance how to implement the administration and technical specs how to examine has run well refers to the national ruled, its condition with infrastructure and superstructure is existing, and variable of implementing as required perhaps according to the working procedure, working program as it can run well for minimal official and the implementation work as scheduled on working time. The implementation in doing still has barrier beside the three variables and for existing awareness of the owner of vehicle and they wish to have official examination, bad coordination to DPRD and SKPD also give contribution present a worst consequence.


(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

Tiada daya dan upaya melainkan atas kehendak Allah SWT. Syukur terbaik hanyalah kepunyaan-Nya, penguasa atas segala yang ada di bumi dan di langit. Puji terbesar adalah milik-Nya, pemilik segala karunia yang melingkupi segenap makhluk diseluruh alam semesta. Atas setitik keridhoan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis ini.

Tesis ini berjudul ”Implementasi Kebijakan tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang”. Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Pascasarjana Program Magister Studi Pembangunan di Universitas Sumatera Utara.

Peneliti menyadari bahwa dalam proses penyusunan Tesis ini melibatkan berbagai pihak. Oleh sebab itu, mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya dan penghargaan yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan, baik moril maupun materil dalam bentuk dorongan semangat maupun sumbangan pemikiran, informasi, data dan lain-lain. Semoga Allah SWT membalas kebaikannya, Amin.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya terutama kepada:


(9)

1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H Sp.A.(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

3. Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Ketua Program Magister Studi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

4. Drs. Humaizi, MA, selaku Pembimbing Pertama yang penuh kesabaran meluangkan waktu untuk senantiasa memberikan motivasi, bimbingan serta pencerahan intelektual yang sangat berkesan bagi penulis, sejak proses awal penyusunan proposal sampai penulisan tesis ini selesai;

5. Drs. Kariono, MSi, selaku Pembimbing Kedua yang telah banyak memberikan dorongan dan saran serta dukungan moril dalam upaya pencerahan intelektual, sejak proses awal penyusunan proposal sampai penulisan tesis ini selesai;

6. Drs. Agus Suriadi, Msi dan Husni Thamrin, S.Sos, MSP, selaku dosen pembanding dalam ujian tesis yang telah memberikan masukan dan koreksinya demi penyempurnaan penyusunan tesis ini;

7. Seluruh Dosen dan Staf di Program Magister Studi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak membantu baik dibidang Akademik maupun Administratif;

8. Drs. H. Abd. Latief, selaku Bupati Aceh Tamiang yang telah memberikan izin tugas belajar kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Pasca Sarjana (S2) Magister Studi Pembangunan di Universitas Sumatera Utara;


(10)

9. Ayahanda, ibunda dan teristimewa buat suamiku tercinta dr. Fachrul Junaidi yang dengan sabar, penuh pengertian serta pengorbanan senantiasa memberikan dorongan pada penulis ke arah kemajuan dan memberikan do’a serta motivasi selama penulis mengikuti studi dan penulisan tesis ini;

10. Seluruh rekan-rekan seperjuangan angkatan XII MSP khususnya Kak Helen, Ita dan Anggi atas dukungan dan kerjasamanya, mudah-mudahan kita semua akan menjadi sukses, amin;

11. Seluruh rekan-rekan di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang khususnya Pirman, Rudi dan Linda, atas bantuannya; 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang sedikit banyak

memberikan bantuan dan peluang untuk penyelesaian penulisan tesis ini, baik langsung maupun tidak langsung.

Tiada karya anak manusia yang sempurna, karena kesempurnaan karya hanyalah milik Allah SWT semata. Seperti halnya Tesis ini, senantiasa memerlukan saran dan kritik sebagai masukan bagi perbaikan dimasa yang akan datang.

Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat. Atas segala kekurangan Tesis ini, penulis mohonkan maaf. Terima Kasih ...

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

Medan, 13 Agustus 2009 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama Lengkap : Siti Erna Latifi Suryana 2. Nama Panggilan : Erna

3. Tempat/Tanggal Lahir : Idi, 1 Juni 1981 4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Agama : Islam

6. Golongan Darah : - O -

7. Status : Menikah

8. Nama Suami : dr. Fachrul Junaidi 9. Nama Orang Tua

Ayah : Drs. H. Abd. Latief

Ibu : Hj. Siti Rahmah

10. Alamat Asli : Dsn. Satelit Graha, Desa Kebun Tanah Terban Kec. Karang Baru – Kab. Aceh Tamiang 11. Alamat Medan : Jln. Medan – Binjai km 10,8

Komplek Villa Mulia Mas Blok B1. No.31

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri No.1 Idi : 1987 - 1990

2. SD Negeri No.10 Langsa : 1990 - 1993 3. SLTP Negeri No.5 Langsa : 1993 - 1996 4. SMU Negeri No.3 Langsa : 1996 - 1999 5. Program Studi Diploma III LLAJ

Sekolah Tinggi Transportasi Darat - Bekasi : 1999 - 2002 6. Program Studi Diploma IV Transportasi Darat

Sekolah Tinggi Transportasi Darat - Bekasi : 2003 - 2004 7. Magister Studi Pembangunan

Universitas Sumatera Utara – Medan : 2007 – 2009

III. RIWAYAT PEKERJAAN

1. Pemegang Kas Kantor Perhubungan

Kabupaten Aceh Tamiang : 2005 - 2006 2. Staf Perencanaan Dinas Perhubungan dan


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ……….. ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ……….… vii

DAFTAR TABEL ………. x

DAFTAR GAMBAR ………. xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………. 1

1.2 Perumusan Masalah ………...……….. 6

1.3 Tujuan Penelitian .……….……….……….. 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Kerangka Pemikiran ……….….... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Kebijakan Publik …...………... 11

2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik ... 12

2.1.2 Tahap-tahap Dalam Perumusan Kebijakan Publik ... 14

2.2 Implementasi Kebijakan ...……...……… 23

2.2.1 Teori Implementasi Kebijakan ... 23

2.2.2 Pengertian Implementasi Kebijakan ... 28


(13)

2.3 Pengujian Kendaraan Bermotor ... 33

2.3.1 Sasaran Pengujian Kendaraan Bermotor ... 35

2.3.2. Manfaat Pengujian Kendaraan Bermotor ... 36

BAB III : METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Jenis Penelitian ... 37

3.2 Definisi Konsep ... 37

3.3 Informan Kunci ... 38

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.5 Lokasi Penelitian ... 39

3.6 Teknik Analisa Data ... 40

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Aceh Tamiang ... 41

4.1.1 Visi Kabupaten Aceh Tamiang ………... 41

4.1.2 Misi Kabupaten Aceh Tamiang ………... 43

4.1.3 Geografis dan Topografis ……… 45

4.1.4 Ketinggian ……… 46

4.1.5 Tekstur Tanah ……….. 48

4.1.6 Jenis Tanah ……….. 50

4.1.7 Demografi ……….... 51

4.1.8 Kondisi Ekonomi Kabupaten Aceh Tamiang ………….. 52

4.1.9 Kondisi Transportasi Kabupaten Aceh Tamiang ……… 53

4.2 Gambaran Umum Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang ……… 54

4.2.1 Struktur dan Susunan Organisasi ……… 54

4.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi ………...……….. 57

4.2.3 Susunan Kepegawaian ……….………... 59


(14)

4.3 Mekanisme Pelaksanaan Sistem Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika

Kabupaten Aceh Tamiang ……….... 62

4.4 Gambaran Umum Informan Penelitian ………...……….. 69

4.4.1 Umur Informan ……..……….. 69

4.4.2 Jenis Kelamin ……….. 70

4.4.3 Pendidikan Informan ………... 70

4.5 Penilaian Informan terhadap Pengujian Kendaraan Bermotor yang diselenggarakan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang ………..……. 71

4.5.1 Organisasi ……… 72

4.5.2 Interpretasi ………... 81

4.5.3 Pelaksanaan ……….. 85

4.5.4 Faktor-faktor Penghambat Pelaksanaan Implementasi Kebijakan tentang Kendaraan Bermotor di Kabupaten Aceh Tamiang ………. 88

4.5.5 Manfaat Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor Bagi Masyarakat ……...………….………... 90

BAB V : PENUTUP ... 93

5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Saran ... 96


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Prospek Taman Kendaraan Wajib Uji Menurut Kartu Induk …….... 5 2. Luas dan Nama Kecamatan dalam Kabupaten Aceh Tamiang ..…… 46 3. Luas Wilayah Menurut Ketinggian Tanah di Kabupaten Aceh

Tamiang ………..…... 47 4. Luas Wilayah Berdasarkan Kelas Tekstur Tanah di Kabupaten Aceh

Tamiang ……….... 49

5. Luas Daerah Berdasarkan Jenis Tanah di Kabupaten Aceh Tamiang.. 51 6. Jumlah Penduduk di Kabupaten Aceh Tamiang Berdasarkan Jenis

Kelamin ………... 52

7. Komposisi Pegawai Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Informatika Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Golongan …... 59 8. Komposisi Pegawai Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Informatika Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Tingkat

Pendidikan Formal …... 60 9. Sarana Operasional Pegawai Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Informatika Kabupaten Aceh Tamiang ………... 61 10. Jenis dan Panjang Jalan di Kabupaten Aceh Tamiang ………....….. 61 11. Komposisi Informan Berdasarkan Umur ………... 69 12. Komposisi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ………... 70 13. Komposisi Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ……….. 70


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Kerangka Pemikiran Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian

Kendaraan Bermotor di Kabupaten Aceh Tamiang ………..…. 10

2. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang ..…………...…... 56

3. Mekanis Pelaksanaan Pengujian …………...………... 63

4. Prosedur Uji Periodik PKB Wilayah ………..….. 66

5. Surat Permohonan Uji Kendaraan Bermotor ………... 67


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Surat Permohonan Izin Penelitian ………... 102 2. Daftar Pedoman Wawancara ……….………..…. 106 3. Daftar Identitas Responden ………... 113


(18)

B A B I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kabupaten Aceh Tamiang terbentuk pada tahun 2002 yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonomi, maka urusan pelayanan publik dibidang pengujian kendaraan bermotor dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten/Kota yaitu pada Dinas Perhubungan. Penyelenggaraan pelayanan pengujian kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang telah berlangsung lebih kurang 4 (empat) tahun berubah yakni mencapai target maksimal dalam perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang ditetapkan melalui Qanun Kabupaten Aceh Tamiang No. 2 tahun 2005 tentang Pengujian Berkala Kendaraan bermotor dan No. 3 tahun 2005 tentang Retribusi Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor.

Sejak ditetapkan Qanun No. 2 Tahun 2005, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang belum bisa melayani masyarakat dengan maksimal, hal ini dikarenakan selama ditetapkan qanun tersebut masyarakat dengan mudahnya mendapatkan surat keterangan laik jalan cukup menunjukan Buku Surat Tanda Uji Kendaraan (STUK) dan tidak lagi ada pemeriksaan Kondisi Teknis Kendaraan, dan mendapat pengesahan perpanjangan Uji Berkala selama 6 (enam) bulan yang ditanda tangani Pejabat Penguji Kendaraan Bermotor.


(19)

Situasi dan kondisi pelayanan pada Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang yang seperti ini sudah berlangsung cukup lama, sebab pengujian kendaraan bermotor belum terlaksana dengan maksimal sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga akibatnya banyak kendaraan angkutan yang tidak laik teknis dan jalan yang beroperasi diseluruh jaringan jalan di Kabupaten Aceh Tamiang. Sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh asap gas buang, kecelakaan lalu lintas karena kondisi rem yang tidak layak pakai serta komponen kendaraan lainnya tidak laik secara teknis namun tetap dipaksakan beroperasi.

Seharusnya pelaksanaan pengujian berkala kendaraan bermotor di Unit Pengujian Kendaraan Bermotor yang pemeriksaan dilakukan oleh Penguji yang memiliki kualifikasi teknis, dan dilengkapi dengan papan informasi yang berisikan persyaratan administrasi, besar biaya administrasi, tata pelaksanaan administrasi dan tata pelaksanaan teknis pengujian kendaraan bermotor, sehingga ada ketransparanan dalam pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor dan masyarakat mengetahui ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan pengujian kendaraan tersebut.

Pengujian kendaraan bermotor meliputi kegiatan memeriksa, mencoba dan meneliti diarahkan kepada setiap kendaraan bermotor yang wajib uji berkala secara keseluruhan pada bagian-bagian kendaraan secara fungsional dalam sistem komponen serta dimensi teknis kendaraan bermotor baik berdasarkan ketentuan yang berlaku maupun berdasarkan ketentuan persyaratan teknis yang objektif. Kendaraan bermotor yang wajib uji berkala untuk memenuhi ambang batas laik jalan yang sesuai dengan


(20)

ketentuan Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1993 tentang Kendaraan dan pengemudi, pasal 127 meliputi:

1. Emisi gas buang kendaraan bermotor 2. Kebisingan suara kendaraan bermotor 3. Efisiensi sistem rem utama

4. Efisiensi sistem rem parkir 5. Kincup roda depan

6. Tingkat suara klakson

7. Kemampuan pancar dan arah sinar lampu utama 8. Radius putar

9. Alat penunjuk kecepatan

10. Kekuatan untuk kerja dan ketahanan ban luar untuk masing-masing jenis, ukuran dan lapisan

11. Kedalaman alur ban luar

Bagi kendaraan yang dinyatakan lulus uji mendapat perpanjangan buku uji berkala selama enam bulan dan dilengkapi dengan tanda samping, yaitu berat kosong kendaraan, jumlah berat yang diperbolehkan/diizinkan, daya angkut barang, masa berlaku surat/tanda uji dan kelas jalan terendah yang boleh dilalui dan bagi kendaraan yang dinyatakan tidak lulus uji berkala, maka petugas penguji wajib memberitahukan secara tertulis yaitu perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan, waktu dan tempat dilakukan pengujian ulang tanpa dipungut biaya lagi.

Sedangkan manfaat yang diperoleh bagi kendaraan yang telah mengikuti pengujian kendaraan bermotor adalah sebagai berikut:

1. Manfaat secara teoritis yang didapatkan bagi kendaraan yang mengikuti pengujian berkala kendaraan bermotor selama enam bulan sekali yaitu:


(21)

a. Pengendalian kendaraan yang dioperasikan di Indonesia.

b. Mempermudah penyidikan pelanggaran menyangkut kendaraan yang bersangkutan.

c. Memenuhi kebutuhan data lainnya dalam rangka perencanaan pembangunan nasional.

2. Manfaat secara praktis yang diharapkan bagi kendaraan yang mengikuti pengujian kendaraan bermotor untuk kelestarian lingkungan yang disebabkan oleh asap gas buang kendaraan bermotor dan keselamtan baik materi maupun jiwa, maka diharuskan mengikuti pengujian kendaraan bermotor untuk memperkecil kerusakan-kerusakan berat pada waktu pemakaian dan akan mengurangi kecelakaan lalulintas yang diakibatkan oleh kendaraan tersebut. Saat ini angkutan umum yang telah mendapatkan Buku Surat Uji Kendaraan/Pengesahan perpanjangan Uji Berkala dari Dinas Perhubungan, Telekomunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang sejak dikeluarkan Qanun No. 2 tahun 2005 sebagai berikut:


(22)

Tabel 1. Prospek Taman Kendaraan Wajib Uji Menurut Kartu Induk TAHUN

JENIS KENDARAAN

2006 2007 2008

Mobil Penumpang 1 1 1

Becak 173 173 173

Mobil Bis 244 252 267

Mobil Barang 768 793 819

Kereta Tempelan 4 4 4

Kereta Gandengan 2 2 2

Tangki 33 33 33

Mobil Khusus 0 0 0

Jumlah Kendaraan 1225 1258 1299

Sumber : Dinas Perhubungan, Telekomunikasi dan Informatika Kab. Aceh Tamiang

Dari data prospek taman kendaraan wajib uji tersebut terlihat bahwa sejak ditetapkan Qanun no. 2 tahun 2005, kendaraan yang wajib mengikuti pengujian berkala kendaraan bermotor di Kabupaten Aceh Tamiang mencapai 1.000 lebih kendaraan per-tahun, maka sudah lebih dari 5.000 kendaraan sejak ditetapkan Qanun tersebut yang tidak mengikuti pengujian sesuai dengan prosedur. Hal tersebut disebabkan keterbatasan dana untuk pengadaan alat uji dan biaya pemeliharaan alat uji kendaraan bermotor serta kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) dibidang pengujian kendaraan bermotor, maka efek dari kendala-kendala tersebut adalah kondisi kendaraan angkutan umum rawan mengalami kerusakan yang lebih parah terutama saat dipergunakannya dan polusi udara yang semakin meningkat.


(23)

Kondisi ini jelas menjadi dilema, dimana di satu sisi penggunaan angkutan umum merupakan kebutuhan masyarakat dalam aktivitas sehari-hari, sementara di sisi lain pemerintah dalam mengalokasikan anggaran belum menetapkan pada sarana dan parsarana pengujian kendaraan bermotor sebagai prioritas.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti proses implementasi kebijakan tentang pengujian kendaraan bermotor di Kabupaten Aceh Tamiang, dimana penelitian ini belum pernah dilakukan oleh para peneliti terdahulu menunjukan bahwa setiap daerah memiliki situasi, kondisi dan waktu yang berbeda, juga perbedaan terletak pada variabel-variabel yang digunakan yaitu Organisasi, Interpretasi dan Pelaksanaan dalam penelitian ini .

1.2 Perumusan Masalah

Dalam asumsi umum, masalah biasanya selalu diartikan suatu kondisi ketidaksesuaian antara apa yang diinginkan dengan kenyataan yang diperoleh. Masalah merupakan suatu kesulitan yang mengharuskan setiap orang untuk berusaha mencari solusi untuk mengatasi atau memecahkannya.

Berdasarkan asumsi tersebut yang telah dikemukakan, maka ada dua hal yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah implementasi kebijakan tentang pengujian kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang ?


(24)

2. Apa hambatan yang ditemui dalam implementasi kebijakan pengujian kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang ?.

1.3 Tujuan Penelitian

Mengacu pada permasalahan maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan Tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui implementasi pengujian kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang, yang dilihat dari aspek: Organisasi, Interpretasi dan Pelaksanaan.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang ditemui dalam implementasi kebijakan pengujian kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain:

1. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dalam melakukan evaluasi terhadap berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan khususnya tentang kebijakan pengujian kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang.


(25)

2. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan penelitian di bidang implementasi kebijakan publik.

1.5 Kerangka Pemikiran

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai program, diantaranya adalah program menurunkan angka kecelakaan. Sejalan dengan kebijakan pemerintah secara nasional tersebut, Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang juga mengeluarkan suatu kebijakan yaitu Qanun Kabupaten Aceh Tamiang Nomor 2 Tahun 2005 Tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor. Untuk membuat suatu implementasi kebijakan tersebut sejalan dengan pendapat Jones, maka standar penilaian yang dapat dipakai adalah:

1. Organisasi yaitu Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang, yang terdiri dari:

a. Struktur organisasi: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang mempunyai struktur organisasi pelaksanaan.

b. Keahlian pelaksana: Mempunyai SDM yang berkualitas dibidang pengujian kendaraan atau yang mempunyai sertifikat pengujian kendaraan bermotor, dan


(26)

c. Perlengkapan alat uji kendaraan: Mempunyai sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor.

2. Interpretasi adalah Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu:

a. Sesuai dengan peraturan: Kebijaksanaan yang telah dibuat harus sesuai dengan peraturan yang berlaku baik peraturan tingkat Pusat, Provinsi atau Kabupaten/Kota.

b. Petunjuk pelaksana: Tata pelaksanaan yang bersifat administratif, dan c. Petunjuk teknis: Pelaksanaan secara teknis yang diterapkan

dilapangan.

3. Pelaksanaan yaitu peraturan/kebijakan berupa petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis telah berjalan sesuai dengan:

a. Prosedur kerja: Memiliki prosedur kerja yang jelas agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi tumpang tindih.

b. Program kerja: Program kerja harus sudah terprogram dengan baik, sehingga tujuan program dapat direalisasikan dengan efektif, dan c. Jadwal kegiatan: Mempunyai jadwal pelaksanaan pengujian kendaraan


(27)

Berdasarkan perihal diatas maka sebagai kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Implementasi Kebijkan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor di Kabupaten Aceh Tamiang

QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NO. 2 TAHUN 2005

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

ORGANISASI INTERPRETASI PELAKSANAAN

- Struktur organisasi - Keahlian pelaksana - Perlengkapan alat uji

- Sesuai dengan peraturan - Sesuai petunjuk pelaksana - Sesuai petunjuk teknis

- Prosedur kerja - Program kerja - Jadwal kegiatan


(28)

B A B II

TINJAUAN PUSTAKA

Urusan masyarakat pada dasarnya adalah kajian administrasi negara yang semakin berkembang pesat. Urusan masyarakat mengacu pada penyelesaian substansial atas masalah-masalah masyarakat. Urusan masyarakat dilakukan dan diselesaikan oleh pemerintah sebagai suatu perwujudan hubungan timbal balik. Urusan masyarakat oleh pemerintah tertuang dalam bentuk kebijakan masyarakat.

Sebenarnya sulit untuk memperlakukan konsep kebijakan sebagai sebuah gejala yang sangat khas dan konkrit. Mengenai kebijakan sangat sulit untuk mengidentifikasi saat-saat tertentu kapan kebijakan itu dibuat, sebab kebijakan tersebut seringkali berkelanjutan dan malah berkembang di dalam tahap yang secara konvernsional disebut tahap implementasi.

2.1 Kebijakan Publik

Kebijakan publik adalah keputusan-keputusan yang mengikat bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh pemegang haruslah dibuat oleh otoritas atau orang banyak, umumnya melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas nama


(29)

Kebijakan publik itu sebagai keputusan yang diambil untuk bertindak dalam rangka memberikan pelayanan kepada publik sesuai norma-norma yang ada pada publik. Norma-norma tersebut menyangkut akan hal interaksi penguasa, penyelenggara negara dengan rakyat serta bagaimana seharusnya kebijakan-kebijakan publik itu dilaksanakan. Ukuran normatifnya adalah keadilan sosial, partisipasi dan aspirasi warga negara, masalah-masalah lingkungan, pelayanan, pertanggungjawaban administrasi dan analisis yang etis.

2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik

Banyak sekali kebijakan publik yang diartikan oleh beberapa ahli dari sudut pandang masing-masing, diantaranya:

Parker (Lase,2007:26) memberikan batasan bahwa ”Kebijakan publik adalah suatu tujuan tertentu atau serangkaian tindakan yang dilakukan oleh pemerintah pada periode tertentu dalam hubungan dengan suatu subyek atau suatu tanggapan atas suatu krisis”.

Sesuai dengan pendapat Chandler dan Plano (Tangkilisan,2003:1) ”Kebijakan publik adalah Pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah public atau pemerintah”.

Sedangkan Thomas R. Dye (Tangkilisan,2003:1) memberikan pengertian dasar mengenai ”Kebijakan publik sebagai apa yang tidak dilakukan maupun yang dilakukan oleh pemerintah”.


(30)

Menurut Thomas Dye (Subarsono,2005:2) menyebutkan kebijakan publik adalah pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Definisi kebijakan publik dari Thomas Dye tersebut mengandung makna bahwa:

a. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta;

b. Kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah.

Woll memberikan definisi ”Kebijakan publik sebagai Sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat” (Tangkilisan,2003:2).

Selanjutnya Jones (1994:55) memandang kebijakan publik adalah Suatu kelanjutan kegiatan pemerintah di masa lalu dengan hanya mengubahnya sedikit demi sedikit. Prinsip-prinsip pendekatan Jones tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kejadian-kejadian dalam masyarkat diinterpretasikan dengan cara yang berbeda oleh organisasi yang berbeda dan dalam waktu yang berbeda.

b. Banyak masalah yang timbul karena adanya peristiwa yang sama.

c. Ada berbagai tingkatan atau tahapan yang harus dilalui kelompok penekan untuk memasuki proses kebijakan yang ada.

d. Tidak semua masalah-masalah publik menjadi agenda pemerintah.

e. Banyak juga kepentingan elit yang diangkat menjadi isu kebijakan dalam pemerintahan.


(31)

f. Banyak msasalah-masalah tidak dipecahkan oleh pemerintah, baik sengaja maupun tidak.

g. Pembuatan kebijakan tidak berhadapan dengan kelompok yang ada di masyarakat.

h. Banyak pengambilan keputusan didasarkan pada informasi dan komunikasi yang kurang akurat.

i. Kebijakan yang dibuat sering direflesiksikan sebagai consensus, dari pada subtansi dari pemecahan masalah.

j. Terjadi perbedaan dalam mendefinisikan kebijakan antara pembuat kebijakan dengan masyarakat yang terlibat.

k. Banyak program yang dibuat dan dilaksanakan tidak seperti yang dirancang. l. Organisasi yang ada dalam masyarakat memiliki kepentingan dan fokus yang

berbeda.

2.1.2 Tahap-tahap Dalam Perumusan Kebijakan Publik

Winarno (2008:119-123) dalam bukunya mengemukakan suatu keputusan kebijakan mencakup tindakan-tindakan oleh seorang pejabat atau lembaga resmi untuk menyetujui, mengubah, atau menolak suatu alternatif kebijakan yang dipilih. Tahap-tahap dalam perumusan kebijakan itu terlahir dari beberapa tahapan atau langkah-langkah mekanisme pembuatan sebuah kebijakan, yaitu:


(32)

a. Perumusan Masalah

Mengenali dan merumuskan masalah merupakan langkah yang paling fundamental dalam perumusan kebijakan. Untuk dapat merumuskan kebijakan dengan baik, maka masalah-masalah publik harus dikenali dan didefinisikan dengan baik pula. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk memecahkan masalah yang ada dalam masyarakat.

b. Agenda Kebijakan

Tidak semua masalah publik akan masuk ke dalam agenda kebijakan. Masalah-masalah tersebut saling berkompetisi antara satu dengan yang lain. Hanya masalah-masalah tertentu yang pada akhirnya akan masuk ke dalam agenda kebijakan. Suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan harus memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti masalah tersebut mempunyai dampak yang besar bagi masyarakat dan membutuhkan penanganan yang harus segera dilakukan.

c. Pemilihan Alternatif Kebijakan Untuk Memecahkan Masalah

Setelah masalah-masalah publik didefinisikan dengan baik dan para perumus kebijakan sepakat untuk memasukkan masalah tersebut ke dalam agenda kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah membuat pemecahan masalah. Para perumus kebijakan akan berhadapan dengan alternatif-alternatif pilihan kebijakan yang dapat diambil untuk memecahkan masalah tersebut.


(33)

d. Tahap Penetapan Kebijakan

Setelah salah satu dari sekian alternatif kebijakan diputuskan diambil sebagai cara untuk memecahkan masalah kebijakan, maka tahap paling akhir dalam pembentukan kebijakan adalah menetapkan kebijakan yang dipilih tersebut sehingga mmempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

Alternatif kebijakan yang diambil pada dasarnya merupakan kompromi dari berbagai kelompok kepentingan yang terlibat dalam pembentukan kebijakan tersebut. Selain itu, proses penyusunan keputusan dan peranan dari analisis serta perencanaan kebijakan seperti yang dinyatakan oleh Mayer (1984:12-18) mempunyai langkah-langkah proses penyusunan kebijakan adalah:

a. Penetapan goals, mengacu kepada pemilihan tujuan-tujuan yang luas dan jangka panjang yang mana kebijakan atau rencana dikembangkan sesuai dengan pencapaian objektivesnya.

b. Penilaian kebutuhan, menyajikan suatu elaborasi dari model perencanaan rasional, yang telah mendapat perhatian yang meningkat dengan munculnya perencanaan layanan manusia.

c. Spesifikasi objective, mengacu kepada penetapan target-target khusus yang dapat dituangkan dalam pelaksanaan, biasanya bersifat kuantitatif dan dapat dicapai dalam perspektif waktu tertentu dan bersumber pada kebijakan atau rencana tertentu.

d. Perancangan perangkat tindakan alternatif, mengacu kepada pengembangan atau identifikasi berbagai cara untuk mencapai obyektives kebijakan.


(34)

e. Perkiraan konsekuensi dari tindakan-tindakan alternatif, mengacu kepada analisis pengaruh-pengaruh positif dan negatif yang dijabarkan dari perangkat tindakan alternatif.

f. Pemilihan perangkat tindakan, mengacu kepada penetapan, oleh penyusun kebijakan, perangkat tindakan yang kelihatannya paling tepat untuk mencapai objectives.

g. Implementasi, mengacu kepada pelaksanaan perangkat tindakan yang dipilih. h. Evaluasi hasil, mengacu kepada penetapan hasil nyata yang dicapai dengan

menjalankan perangkat yang dipilih.

i. Akhirnya, evaluasi terhadap hasil kebijakan memberikan proses balikan, dimana hasil-hasil kembali dituangkan dalam proses perencanaan.

Sinambela (2006:39) Masyarakat luas sebagai elemen terbesar dalam suatu tatanan kehidupan sosial diharapkan dapat ikut serta dalam proses penentuan arah kebijakan pemerintah dan pembangunan, Kebijakan yang dimaksud dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Cara otoritatif, mendasarkan pernyataan kebijakan dari pihak yang berwenang. b. Cara statistik, mendasarkan pernyataan kebijakan pada argumen yang diperoleh

dari sampel.

c. Cara klasifikasional, pernyataan kebijakan ini didasarkan pada argumen yang berasal dari suatu keanggotaan.


(35)

e. Cara analisentrik, pernyataan kebijakan pada argumen yang berasal dari validitas metode atau aturan yang ditetapkan oleh analis.

f. Cara eksplanatori, pernyataan yang dibuat atas argumen yang dibuat dari suatu penyebab.

g. Cara pragmatis, didasarkan dari argumen yang berasal dari motivasi, kasus paralel atau analogi.

h. Cara kritik-nilai, didasarkan pada argumen yang diangkat dari etika.

Setelah membangun argumentasi, menurut Sinambela (2006:40) langkah selanjutnya yang harus diwujudkan adalah perlu adanya kemampuan untuk mengakomodasi semua segmen kepentingan publik dengan tahap-tahapan yang dilalui adalah sebagai berikut:

a. Perumusan masalah; membantu menemukan asumsi yang tersembunyi, mendiagnosis penyebabnya, memetakan tujuan yang memungkinkan, memadukan pandangan yang bertentangan dan merancang peluang kebijakan yang baru. b. Peramalan; kebijakan yang dapat menguji masa depan dan mengestimasi akibat

dari kebijakan yang ada atau diusulkan.

c. Rekomendasi, kebijakan yang dapat membantu mengestimasi tingkat resiko dan ketidakpastian.

d. Pemantauan, implementasi kebijakan yang membantu menilai tingkat kepatuhan dan menemukan letak pihak-pihak yang bertanggung jawab pada setiap tahap kebijakan.


(36)

e. Penilaian (evaluasi), dalam tahap ini diharapkan tidak hanya menghasilkan kesimpulan mengenai seberapa jauh masalah telah terselesaikan, tetapi juga menyumbang klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari kebijakan.

Sedangkan menurut Mayer (1984:112-118) Proses penyiapan sebuah rancangan penelitian meliputi sembilan tahap, yaitu:

a. Alasan penelitian. Proses perancangan mulai dengan pengajuan relevansi penyelidikan yang dimakud terhadap proses pembuatan kebijakan, disertai dengan analisis tentang masalah kebijakan oleh peneliti.

b. Historis dari masalah kebijakan. Proses dalam perancangan penyelidikan, peneliti meninjau usaha-usaha yang pernah dilakukan untuk mencapai tujuan itu sebagai saran.

c. Kerangka konseptual. Dilengkapi dengan perspektif yang diperoleh pada tahap pertama dan kedua dari perencanaan penelitian peneliti harus menyusun sebuah kerangka yang logis untuk hal yang akan diselidiki.

d. Tujuan/Tujuan-tujuan Penelitian. Kerangka konseptual dapat mempermudah peneliti dalam merumuskan tujuan/tujuan-tujuan yang diinginkan dalam penyelidikan.

e. Studi populasi. Rancangan tentang studi populasi mencakup empat keputusan, yaitu Penentuan unit observasi, Penunjukan populasi dari unit yang akan diobservasi, Pengadopsian prosedur pemilihan dan pengukuran unit-unit observasi dan Penentuan banyak unit yang akan diobservasi.


(37)

f. Data yang akan dikumpulkan. Penelitian harus menentukan tentang data yang akan dikumpulkan sehubungan dengan populasi yang dipelajari.

g. Prosedur-prosedur pengumpulan data. Sesudah data yang akan dikumpulkan dispesifikasi, selanjutnya peneliti akan memutuskan prosedur yang sebaiknya digunakan untuk mengumpulkan data, memberikan ikatan-ikatan terhadap seperangkat usaha penelitian.

h. Analisis data. Data yang akan dikumpulkan telah ditentukan, peneliti harus mempertimbangkan secara simultan mengenai prosedur analisis data yang sesuai. i. Pengadministrasian. Peneliti mengetahui populasi yang akan dipelajari, hakekat

data yang akan dikumpulkan dan jenis-jenis prosedur yang akan dipakai untuk pengumpulan dan penganalisisan data yang memiliki serangkaian keputusan administratif.

Wiliam N. Dunn (1999:214-234) mengemukakan beberapa karakteristik masalah publik yang sangat membantu dalam perumusan masalah, yaitu:

a. Interdependensi masalah kebijakan, yaitu masalah pada bidang tertentu berpengaruh terhadap bidang yang lain, artinya suatu masalah merupakan bagian dari suatu sistem masalah yang bersumber dari kondisi yang menimbulkan ketidakpuasan dari setiap kelompok.

b. Subyektivitas masalah kebijakan, yaitu masalah publik meskipun bersifat sangat obyektif tetapi dalam proses artikulasinya tetap merupakan hasil berpikir dan hasil interprestasi dari analisis atau pengambilan kebijakan.


(38)

c. Artifisial masalah kebijakan, dimana masalah tidak dapat dipisahkan dengan individu atau kelompok yang mengidentifikasikannya.

d. Dinamika masalah kebijakan, bahwa masalah selalu berada dalam suasana atau kondisi yang terus menerus berubah. Setiap masalah dapat didefinisikan dengan berbagai cara, demikian pula pemecahannya.

(Tjandra,2005:132) Sehubungan dengan kebijakan pelayanan publik, pemerintahan daerah perlu memiliki kepekaan dan kemampuan dalam:

a. Memahami secara benar tugas pokok dan fungsi dari pemerintah darah.

b. Kemampuan pemerintah daerah dalam menyusun prioritas, khususnya dalam pengembangan infrastruktur daerah dan pemberian layanan.

c. Kemampuan menyusun alokasi infrastuktur berkait dengan kebutuhan dan prioritas pembangunan dan kemampuan dalam membuat perencanaan pembangunan infrastruktur dan penganggaran.

d. Kemampuan dalam menyusun standar layanan.

e. Kemampuan melakukan komunikasi politik dengan masyarakat, sehingga diperoleh masukan yang produktif berkaitan dengan arah pembangunan.

Selain dari pendapat diatas proses sebuah kebijakan publik (Haldun,2008:27) terlahir dari beberapa tahap-tahapan atau langkah-langkah mekanisme pembuatan sebuah kebijakan, yaitu:


(39)

a. Hal yang pertama sekali adalah gejala atau isu yang menjadi masalah publik, disebut isu apabila masalahnya bersifat strategis yakni bersifat mendasar yang menyangkut banyak orang atau bahkan keselamatan bersama, biasanya berjangka panjang, yang tidak bisa diselesaikan oleh orang seorang dan memang harus diselesaikan. Isu ini diangkat sebagai agenda politik untuk diselesaikan.

b. Dari isu kemudian menggerakkan pemerintah untuk merumuskan kebijakan publik dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut. Rumusan kebijakan ini akan menjadi hukum bagi seluruh negara dan warganya termasuk pimpinan negara.

c. Kebijakan publik ini dilaksanakan baik oleh pemerintah, masyarakat atau pemerintah bersama-sama dengan masyarakat.

d. Namun dalam proses perumusan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan diperlukan tindakan evaluasi sebagai sebuah siklus baru sebagai penilaian apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik dan benar.

e. Implementasi kebijakan bermuara kepada out put yang dapat berupa kebijakan itu sendiri maupun manfaat langsung yang akan dapat dirasakan oleh pemanfaat. f. Dalam jangka panjang kebijakan tersebut menghasilkan out come dalam bentuk

implementasi kebijakan yang diharapkan semakin meningkatkan tujuan yang hendak dicapai dengan kebijakan tersebut.


(40)

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai tahap-tahap dalam perumusan kebijakan publik tersebut ada tiga hal yang pokok berkenanan dengan kebijakan publik yaitu:

a. Formulasi kebijakan b. Implementasi kebijakan c. Evaluasi kebijakan

Namun yang menjadi perhatian dalam pembahasan penelitian ini yang sesuai dengan judul ”Implementasi Kebijakan tentang Pengujian Kendaraan Bermotor di Kabupaten Aceh Tamiang” adalah bagaimana implementasi suatu kebijakan terhadap objek yang terkena kebijakan tersebut yang dianalisis sampai dengan implementasi kebijakan.

2.2 Implementasi Kebijakan

2.2.1 Teori Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Dunn. W. D (1999:24-25) menganjurkan bahwa disetiap tahapan proses kebijakan publik, termasuk tahapan implementasi kebijakan, penting dilakukan analisa. Analisa di sini tidak identik dengan evaluasi, karena dari tahapan penyusunan agenda hingga Policy Evaluation sudah harus dilakukan analisa. Ungkapan Dunn yang terkenal adalah lebih baik perumusan masalah public benar tapi pelaksanaan salah, daripada perumusan masalah


(41)

keliru tapi pelaksanaannya benar. Hal ini memberi arti penting kesinambungan tahapan kebijakan, termasuk implementasi yang tepat bagi pengujian kendaraan bermotor untuk kepentingan publik yang memang suatu kebutuhan masyarakat, sehingga persoalan-persoalan publik mendapat solusi yang tepat melalui implementasi.

Seperti dimaklumi bahwa kebijakan publik pada dasarnya merupakan suatu proses yang kompleks yang berangkatan dari tahap pendefenisian masalah hingga evaluasi dampak kebijakan. Oleh karena itu, implementasi kebijakan merupakan salah satu tahap sejak dari sekian tahap kebijakan publik. Hal ini berarti bahwa implementasi kebijakan hanya merupakan salah satu variabel penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan suatu kebijakan didalam memecahkan persoalan-persoalan publik.

Keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak variabel atau faktor dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain. Terdapat beberapa teori implementasi antara lain:

Menurut pendapat Edward (2003: 12-13) Implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel adalah:

a. Komunikasi, agar implementasi menjadi efektif, maka mereka yang tanggungjawab adalah untuk mengimplementasikan sebuah keputusan mesti tahu apa yang seharusnya mereka kerjakan.


(42)

b. Sumberdaya, jika personalia yang bertanggungjawab dalam melaksanakan semua kebijakan kurang sumberdaya untuk melakukan sebuah pekerjaan efektif, implementasi tidak akan efektif pula.

c. Disposisi, sikap dari implementor adalah faktor kritis ketiga didalam pendekatan terhadap studi implementasi kebijakan publik.

d. Struktur birokrasi, jika sumberdaya yang cukup untuk mengimplementasikan sebuah kebijakan dan para implementor tahu apa yang harus dikerjakan dan ingin mengerjakannya, implementasi mungkin masih dicegah karena kekurangan dalam struktur birokrasi.

Sedangkan menurut Grindle (Subarsono,2005:93) Implementasi dipengaruhi oleh dua variabel, yaitu:

a. Variabel isi kebijakan, mencakup: Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan, jenis manfaat yang akan dihasilkan, derajat perubahan yang diinginkan, kedudukan pembuat kebijakan, (siapa) pelaksana program dan sumberdaya yang dikerahkan

b. Variabel lingkungan kebijakan, mencakup: Seberapa besar kekuasaan, kepentingan dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan, karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa, tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.


(43)

Seterusnya menurut Meter dan Horn (Tangkilisan,2003:20) menyatakan bahwa model implementasi kebijakan dipengaruhi 6 faktor, yaitu:

a. Standar dan sasaran kebijakan dan sasaran yang menjelaskan rincian tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh.

b. Sumberdaya kebijakan berupa dana pendukung implementasi.

c. Komunikasi inter organisasi dan kegiatan pengukuran digunakan oleh pelaksana untuk memakai tujuan yang hendak dicapai.

d. Karakteristik pelaksanaan, yaitu karakteristik organisasi yang merupakan faktor krusial yang akan menentukan berhasil tidaknya suatu program.

e. Kondisi sosial, ekonomi dan politik yang dapat mempengaruhi hasil kebijakan. f. Sikap pelaksanaan dalam memahami kebijakan yang akan ditetapkan.

Dalam pandangan Weimer dan Vining (Subarsono,2005:103), ada tiga kelompok variabel yang dapat memengaruhi keberhasilan implementasi suatu program, yaitu:

a. Logika kebijakan, suatu kebijakan yang ditetapkan masuk akal dan mendapat dukungan teoretis.

b. Lingkungan tempat kebijakan dioperasikan akan memengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan.

c. Kemampuan implementasi kebijakan, Keberhasilan suatu kebijakan dapat dipengaruhi oleh tingkat komptensi dan ketrampilan dari para implementor kebijakan.


(44)

Demikian juga menurut Mazmanian dan Sabatier (Eriza,2006:31) ada tiga kelompok variabel yang memrngaruhi keberhasilan implementasi, yakni:

a. Variabel independent, yaitu mudah tidaknya masalah dikendalikan yang berkenaan dengan indikator masalah teori dan teknis pelaksanaan keragaman objek dan perubahan seperti apa yang dikehendaki.

b. Variabel intervening, yaitu variabel kemampuan kebijakan untuk menstruktur proses implementyasi dengan indikator kejelasan dan konsistensi tujuan, keterpaduan hirarkis diantara lembaga pelaksana dan perekrutan pejabat pelaksanaan dan keterbukaan kepada pihak luar.

c. Vaeiabel dependent, yaitu pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam bentuk kebijakan pelaksanaan, kepatuhan objek, hasil nyata, penerimaan atas hasil nyata dan kebijakan yang bersifat mendasar.

Selanjutnya menurut teori Cheema dan Rondinelli (Subarsono,2005:101) Analisis implementasi program-program pemerintah yang bersifat desentralisasi, ada empat kelompok variable yang dapat mempengaruhi kinerja dan dampak suatu program, yakni:

a. Kondisi lingkungan. b. Hubungan antar organisasi

c. Sumberdaya organisasi untuk implementasi program d. Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana.


(45)

Sedangkan menurut Jones (1994:296) ada tiga pilar penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Organisasi, setiap organisasi harus memiliki struktur organisasi, adanya sumber daya manusia yang berkualitas sebagai tenaga pelaksana dan perlengkapan atau alat-alat kerja serta didukung dengan perangkat hukum yang jelas.

b. Interpretasi, maka mereka yang bertanggungjawab dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku, harus dilihat apakah pelaksanaannya telah sesuai dengan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.

c. Penerapan, peraturan/kebijakan berupa petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis telah berjalan sesuai dengan ketetentuan, untuk dapat melihat ini harus pula dilengkapi dengan adanya prosedur kerja yang jelas, program kerja serta jadwal kegiatan disiplin.

2.2.2 Pengertian Implementasi Kebijakan

Studi implementasi adalah studi perubahan yang terjadi dan perubahan bisa dimunculkan, juga merupakan studi tentang mikrostruktur dari kehidupan politik yaitu organisasi di luar dan di dalam sistem politik menjalankan urusan mereka dan berinteraksi satu sama lain dan motivasi yang membuat bertindak secara berbeda (Persons,2005:463).


(46)

Dalam setiap perumusan suatu tindakan apakah itu menyangkut program maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi, karena suatu kebijaksanaan tanpa diimplementasikan maka tidak akan banyak berarti.

Sesuai dengan hal tersebut, Van Meter dan Van Horn (Winarno,2008:146) mengemukakan ”Implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya”.

Standar dan sasaran kebijakan didasarkan pada kepentingan utama terhadap faktor-faktor yang menentukan pencapaian kebijakan. Mengidentifikasi indikator-indikator pencapaian merupakan tahap yang krusial dalam analisis implementasi kebijakan. Indikator-indikator pencapaian ini menilai sejauh mana ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan telah direalisasikan. Dampak kondisi-kondisi ekonomi, sosial dan politik pada kebijakan publik merupakan pusat perhatian yang besar selama dasawarsa yang lalu. Para peminat perbandingan politik dan kebijakan publik secara khusus tertarik dalam mengidentifikasikan pengaruh variabel-variabel lingkungan pada hasil-hasil kebijakan. Faktor-faktor implementasi keputusan-keputusan kebijakan mendapat perhatian yang kecil, namun menurut Van Meter dan Van Horn, faktor-faktor ini mempunyai efek yang mendalam terhadap pencapaian badan-badan pelaksana.


(47)

Sedangkan menurut George C. Edwards (2003:1) ”Implementasi kebijakan adalah salah satu tahap kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya”.

Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu dapat mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu, suatu kebijakan yang telah direncanakan dengan sangat baik, dapat mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan.

Selanjutnya dikemukakan oleh Charles O’Jones (Harahap,2004:15) mengemukakan ”Implementasi adalah suatu proses interaktif antara suatu perangkat tujuan dengan tindakan atau bersifat interaktif dengan kegiatan-kegiatan kebijaksanaan yang mendahuluinya, dengan kata lain implementasi merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program dengan pilar-pilar organisasi, interpretasi dan pelaksanaan”.

Sedangkan menurut Mazmanian dan Sabatier (Gustina,2008), menjelaskan lebih lanjut tentang konsep implementasi kebijakan sebagai berikut:

Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yaitu kejadian-kejadian atau kegiatan yang timbul setelah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan negara, yaitu mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.


(48)

Drucker (Eriza,2006) merumuskan ”Implementasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah digariskan terlebih dahulu”.

Sedangkan Wibawa (Tangkilisan,2003:20) berpendapat ”Implementasi kebijakan adalah untuk menetapkan arah agar tujuan kebujakan publik dapat direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan pemerintah”.

Berdasarkan pendapat para ahli dalam menentukan tahapan implementasi kebijakan tersebut, terlihat bahwa implementasi program adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat terhadap sesuatu objek/sasaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Namun implementasi kebijakan yang sesuai dengan penelitian ini adalah menggunakan teori Charles O’Jones dengan melalui tiga pilar yaitu organisasi, interpretasi dan pelaksanaan dikarenakan lokasi penelitian ini merupakan daerah baru pemekaran yang masih membutuhkan peraturan daerah, sarana, prasarana dan tenaga profesional untuk mendukung teori tersebut yaitu struktur organisasi, keahlian pelaksana, perlengkapan alat uji, qanun yang sesuai dengan peraturan pemerintah, sesuai dengan petunjuk pelaksana dan teknis, prosedur kerja dan program kerja yang jelas serta jadwal kegiatan pelaksanaan yang tetap.


(49)

2.2.3 Implementasi dari Penyelesaian yang Dipilih

Implementasi dari penyelesaian (alternative keputusan) yang dipilih pada langkah sebelumnya, meliputi perencanaan dan mempersiapkan kegiatan yang harus dilaksanakan agar alternative penyelesaian tersebut betul-betul menyelesaikan masalah. Kurangnya perhatian terhadap langkah implementasi merupakan salah satu sebab utama, kenapa suatu alternatif penyelesaian yang baik sering kali tidak mampu menyelesaikan masalah yang seharusnya diselesaikan.

Kasim (2002:13) Ada beberapa tendensi yang dapat mengurangi efektivitas langkah implementasi tersebut, yaitu:

1. Tidak memahami benar-benar apa yang perlu dikerjakan. Hal ini dapat dikurangi apabila para pelaksana keputusan diikutsertakan dalam memikirkan masalah implementasi keputusan tersebut.

2. Tidak berusaha agarada (penerimaan) dan motivasi pihak-pihak terkait terhadap apa yang harus dikerjakan sebagai konsekuensi keputusan.

3. Tidak memberi cukup sumber daya bagi apa yang perlu dikerjakan. Tidak boleh mengasumsikan bahwa sudah pernah ada sebelumnya sebab kondisi sekarang sudah berubah.


(50)

2.3 Pengujian Kendaraan Bermotor

Pengujian kendaraan bermotor disebut juga uji kir adalah serangkaian kegiatan menguji dan/atau memeri 44 tahun 1993 tentang kendaraan dan pengemudi, Pengujian Kendaraan bermotor dilaksanakan secara berkala 6 (enam) bulan sekali dalam rangka menjamin keselamatan, kelestarian lingkungan dan pelayanan umum.

Sesuai dengan Undang-Undang RI No.14 tahun 1992 tujuan transportasi adalah untuk mewujudkan lau lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien, maupun memadukan modal transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong, penggerak dan menunjang pembangunan nasional dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Maka untuk mewujudkan hal tersebut diatas semua peruntukkannya harus memenuhi persyaratan teknis dan ambang batas laik jalan serta sesuai dengan kelas jalan yang dilalui. Pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor bersifat pelayanan umum dan lebih diutamakan pada pertimbangan menyangkut aspek keselamatan secara teknis terhadap pengguna/kendaraan bermotor di jalan sampai pada tujuannya dan kelestarian lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor yang digunakan di jalan, sehingga tidak untuk mencari keuntungan materil.


(51)

Pengaturan dan pembinaan kendaraan maupun pengemudi tersebut tidak dapat dipisahkan dari sistem lalu lintas dan angkutan jalan yang secara keseluruhan merupakan bagian tidak terpisahkan dari sistem transportasi nasional. Pada kenyataannya, kegiatan pengaturan dan pembinaan tersebut menuntut keterlibatan serta dukungan berbagai instansi pemerintah maupun masyarakat yang mempunyai kaitan tugas dengan bidang lalu lintas dan angkutan jalan. Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal, diperlukan adanya pengaturan dan pembinaan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. Hal ini dapat dicapai jika kegiatan pengaturan dan pembinaan pada masing-masing instansi pemerintah tersebut terkoordinasi secara utuh, tertib, teratur dan sinergenik antara satu dengan lainnya, tanpa mengurangi tugas dan tanggung jawab masing-masing instansi.

Di dalam Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1993 diatur kewajiban pemilik untuk mendaftarkan kendaraan bermotornya, dalam rangka mengumpulkan data yang dapat digunakan untuk tertib administrasi, pengendalian kendaraan bermotor yang dioperasikan di Indonesia, mempermudah penyidikan pelanggaran atau kejahatan yang menyangkut kendaraan yang bersangkutan, serta dalam rangka perencanaan kendaraan yang bersangkutan, serta dalam rangka perencanaan, rekayasa dan manajemen lalu lintas dan angkutan jalan, dan memenuhi kebutuhan data lainnya dalam rangka perencanaan pembangunan nasional.


(52)

2.3.1 Sasaran Pengujian Kendaraan Bermotor

Sasaran pengujian kendaraan bermotor meliputi kegiatan memeriksa, mencoba dan meneliti diarahkan kepada setiap kendaraan bermotor wajib uji berkala secara keseluruhan pada bagian-bagian kendaraan secara fungsional dalam sistem komponen serta dimensi teknisnya baik berdasarkan ketentuan yang berlaku. Kendaraan bermotor yang wajib uji berkala untuk memenuhi ambang batas laik jalan yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1993 meliputi: 12. Emisi gas buang kendaraan bermotor

13. Kebisingan suara kendaraan bermotor 14. Efisiensi sistem rem utama

15. Efisiensi sistem rem parkir 16. Kincup roda depan

17. Tingkat suara klakson

18. Kemampuan pancar dan arah sinar lampu utama 19. Radius putar

20. Alat penunjuk kecepatan

21. Kekuatan untuk kerja dan ketahanan ban luar untuk masing-masing jenis, ukuran dan lapisan

22. Kedalaman alur ban luar

Pelaksanaan Pengujian kendaraan bermotor di Unit Pengujian Kendaraan Bermotor dan pemeriksaan dilakukan oleh Penguji yang memenuhi persyaratan yang oleh pejabat yang ditunjuk akan diberi bermotor meliputi kegiatan memeriksa, menguji, mencoba dan meneliti diarahkan kepada setiap kendaraan bermotor wajib uji secara keseluruhan pada bagian-bagian kendaraan secara fungsional dalam sistem komponen serta dimensi teknisnya baik maupun berdasarkan persyaratan teknis yang objektif.


(53)

2.3.2 Manfaat Pengujian Kendaraan Bermotor

Sesuai dengan PP 44 tahun 1993, manfaat pengujian kendaraan bermotor sebagai berikut:

a. Mencegah atau memperkecil kemungkinan terjadinya kendaraan lalu lintas, kebakaran, pencemaran lingkungan dan kerusan-kerusakan berat pada waktu pemakaian.

b. Memberikan informasi kepada masyarakat pengusaha tentang daya angkut yang diizinkan, muatan sumbu terberat serta kelas jalan terendah yang dapat dilalui sehingga diharapkan dapat mencegah kerusakan jalan di jembatan.

c. Memberi saran-saran perbaikan kepada pengusaha/pemilik kendaraan bermotor. d. Menginformasikan kelemahan-kelemahan terhadap produksi tertentu untuk

langkah penyempurnaan khususnya bagi produsen atau agen tunggal pemegang merek.

e. Menyajikan data kuantitatif tentang potensi angkutan, baik angkutan penumpang maupun angkutan barang dalam hubungan dengan pembinaan angkutan secara umum.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berusaha mendeskripsikan dan menyajikan hasil penelitian secara lengkap sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

3.2 Definisi Konsep

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel yang akan diukur dalam penelitian ini, perlu dirumuskan pengertian dan istilah yang digunakan untuk memperoleh batasan yang jelas dan memudahkan dalam menentukan indikatornya. Variabel dalam penelitian ini menggunakan satu variabel atau variabel tunggal, yaitu implementasi kebijakan.

Implementasi Kebijakan adalah tindakan-tindakan komponen pelaksana dalam mencapai tujuan sasaran pengujian kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang yang dilihat dari aspek:

a. Organisasi b. Interpretasi c. Pelaksanaan


(55)

3.3 Informan Kunci

Untuk menentukan informan menggunakan metode pengambilan sample

purposif (purposial sampling), ditetapkan dengan sengaja pada subjek yang dianggap

menguasai dan memiliki kemampuan untuk memberikan informasi tentang masalah yang diteliti sesuai dengan gejala dan fakta yang ada.

Dalam penelitian ini informan kunci yang berkaitan dengan implementasi kebijakan tentang pengujian kendaraan bermotor di Kabupaten Aceh Tamiang, yang menggunakan standar penilaian Jones adalah Organisasi, Interpretasi dan Pelaksanaan, maka akan dilakukan wawancara secara mendalam dengan informan kunci ialah:

1. DPRD Kabupaten Aceh Tamiang, yaitu: a. Ketua Komisi A: 1 orang

b. Ketua Komisi C: 1 orang c. Anggota Komisi C: 1 orang

2. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamaing, yaitu:

a. Kepala Dinas: 1 orang b. Staf Dinas: 1 orang

c. Kepala Pengujian Kendaraan Bermotor: 1 orang d. Staf Pengujian Kendaraan Bermotor: 1 orang.


(56)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dan untuk memperoleh data peneliti menggunakan cara:

1. Data Sekunder diperoleh melalui:

Studi kepustakaan yang bersumber pada laporan-laporan, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, terutama mengenai implementasi kebijakan tentang pengujian kendaraan bermotor di Kabupaten Aceh Tamaing. Data-data yang dikumpulkan merupakan data yang mempunyai kesesuaian dan kaitan dengan kebutuhan penelitian yang dilakukan.

2. Data Primer diperoleh melalui:

Mencari data primer dapat dilakukan dengan wawancara mendalam (in-dept

interview) dengan penggunaan alat penelitian verbal (tape recording) untuk

memperoleh data-data yang diperlakukan dalam penelitian ini menjadi lengkap.

3.5 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kabupaten Aceh Tamiang, khususnya pada Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang, Kantor DPRD Kabupaten Aceh Tamiang dan Terminal Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang.


(57)

3.6 Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dari lapangan, baik data sekunder maupun data primer akan disusun dan disajikan serta dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif berupa pemaparan yang kemudian dianalisis dan dinarasikan sesuai dengan masalah penelitian.


(58)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Aceh Tamiang

Kabupaten Aceh Tamiang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang secara hokum memperoleh status kabupaten definitive sejak tahun 2002 berdasarkan Undang-undang No. 4 Tahun 2002 tentang peningkatan status wilayah Pembantu Aceh Timur Wilayah III menjadi kabupaten. Jadi Kabupaten Aceh Tamiang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur. Kabupaten ini berada di jalur timur sumatera yang strategis, dan hanya berjarak lebih kurang 136 km dari Kota Medan Sumatera Utara.

4.1.1 Visi Kabupaten Aceh Tamiang

Adapun yang menjadi Visi Kabupaten Aceh Tamiang adalah “Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Aceh Tamiang Lahir dan Batin Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan Menjalankan Syariat Islam Secara Kaffah”.

Visi Kabupaten Aceh Tamiang tersebut mengandung tiga unsur penting yang hendak dicapai yaitu:

Kesejahteraan Mayarakat; Kabupaten Aceh Tamiang yang sejahtera memiliki arti

bahwa prinsip kesejahteraan harus menjadi landasan sekaligus tujuan utama dari pelaksanaan pembangunan di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang. Maknanya adalah setiap kegiatan dan produk yang dihasilkan dari pelaksanaan pembangunan di


(59)

Kabupaten Aceh Tamiang harus bisa menciptakan masyarakat Kabupaten Aceh Tamiang yang sejahtera, yaitu suatu masyarakat yang secara materiil terpenuhi melalui pertumbuhan (ekonomi) yang terus meningkat yang diikuti peningkatan pendapatan, kesehatan, pendidikan, rasa aman masyarakat dan diimbangi dengan pemerataan pendapatan, kualitas kesehatan dan kualitas pendidikan yang lebih baik.

Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945; Kabupaten Aceh Tamiang memiliki prinsip

bahwa dalam menjalankan roda pemerintahan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, maksudnya adalah ketaatan dan kepatuhan pada Pancasila dan UUD 1945 merupakan kewajiban dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam menjalankan roda pemerintahan daerah dan pelaksanaan proses pembangunan. Pancasila sebagai dasar negara dituangkan di dalam konstitusi dasar tertulis yaitu Undang-Undang Dasar 1945, sehingga keterkaitan antara dasar negara dan konstitusi ini mengandung unsur gagasan dasar, cita-cita, dan tujuan negara yang tertuang dalam Mukadimah atau Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Syariat Islam Secara Kaffah; Menyadari akan keinginan mendasar bahwa

masyarakat Aceh sejak awal kemerdekaan memperjuangkan agar syariat islam secara formal dan resmi menjadi sumber nilai dan sumber penuntun berperilaku dalam kehidupan sehari-hari baik secara pribadi, bermasyarakat dan kegiatan pemerintahan. Bagi masyarakat Kabupaten Aceh Tamiang adalah bagian integral dari masyarakat Aceh di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang menghendaki dilaksanakannya ”Syariat Islam Secara Kaffah”. Hal ini memiliki maknanya adalah bahwa


(60)

Pelaksanaan Syari`at Islam secara kaffah di Kabupaten Aceh Tamiang mengacu pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah (Al-Hadist).

Visi tersebut adalah merupakan suatu gambaran masa depan yang diinginkan oleh Kabupaten Aceh Tamiang sebagai Kabupaten yang baru pemekaran pada tahun 2002. Kabupaten Aceh Tamiang berkewajiban untuk mensejaterakan masyarakat Kabupaten Aceh Tamiang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 serta berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist untuk masa depan yang lebih maju, berbudaya serta berwawasan luas.

4.1.2 Misi Kabupaten Aceh Tamiang

Untuk mencapai visi tersebut, Kabupaten Aceh Tamiang mempunyai misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan sumber Daya Manusia (SDM) dengan menyediakan fasilitas Pendidikan yang berkualitas dan terjangkau;

2. Meningkatkan Infrastruktur dalam Kabupaten Aceh Tamiang; 3. Meningkatkan Perekonomian Rakyat;

4. Memanfaatkan potensi Sumber Daya Alam (SDA) berwawasan lingkungan; 5. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD);

6. Meningkatkan Pemahaman dan Pengamalan Syariat Islam yang benar melalui dakwah-dakwah Islamiah dan lain-lain;

7. Meningkatkan Potensi obyek-obyek Wisata serta pengembangannya melalui pembangunan prasarana pendukung;


(61)

8. Meningkatkan fungsi dan Peranan Perempuan dalam proses dan pelaksanaan pembangunan;

9. Meningkatkan Sektor Pertanian dan Perkebunan;

10. Meningkatkan Peranan Pemuda serta pembinaan dan pengembangan cabang olah raga;

11. Meningkatkan perikanan dan Kelautan;

12. Memberdayakan Sumber daya Hutan secara optimal melalui peningkatan produksi hasil hutan;

13. Meningkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat;

14. Menegakkan Supremasi Hukum melalui peningkatan kesadaran masyarakat tentang hukum dan pelaksanaan hukum bagi aparatur yang berwenang;

15. Mengupayakan kestabilan politik;

16. Meningkatkan kinerja Aparatur Pemerintah;

17. Meningkatkan pelayanan air bersih yang berkualitas dan kuantitas;

18. Meningkatkan pengawasan untuk mengatasi KKN baik bagi aparatur tingkat Kabupaten maupun tingkat Desa;

19. Mengusahakan lapangan kerja bagi masyarakat secara bertahap; 20. Melestarikan dan meningkatkan kesenian dan kebudayaan;

21. Mengusahakan investor untuk dapat menanamkan modalnya di Kabupaten Aceh Tamiang baik dari dalam negeri maupun luar negeri;

22. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dan unsur muspida dalam Kabupaten Aceh Tamiang.


(62)

4.1.3 Geografis dan Topografis

Kabupaten Aceh Tamiang terletak pada koordinat 03° 53 - 04° 32' LU dan 97° 44'- 98° 18' BT, Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara dan merupakan pintu gerbang memasuki Provinsi Naggroe Aceh Darussalam. Secara geografis batas-batas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang sebagai berikut:

a. Sebelah Utara dengan Kecamatan Langsa Timur, Kota Langsa dan Selat Malaka.

b. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Pinding, Kabupaten Gayao Lues dan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

c. Sebelah Barat dengan Kecamatan Serbajadi dan Kecamatan Biren Bayen Kabupaten Aceh Timur.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara dan Selat Malaka Kabupaten Aceh Tamiang memiliki luas wilayah 1.956,72 Km2 atau 195.672 Hektar, terdiri dari 12 Kecamatan, 27 Kemukiman, 1 Kelurahan, 212 Desa, dan 701 Dusun. Dari kedua belas Kecamatan tersebut, dapat terlihat pada tabel 2 bahwa Kecamatan Tenggulun merupakan yang paling luas yaitu 295,55 Km2 atau 29.555 Hektar.


(63)

Tabel 2. Luas dan Nama Kecamatan dalam Kabupaten Aceh Tamiang

Luas Jumlah

No Kecamatan

Km2 Ha Mukim Desa Lurah Dusun

1 Manyak Payed 267,11 26.711 4 39 - 109

2 Bendahara 132,72 13.272 7 33 - 107

3 Banda Mulia 47,78 4.778 1 10 - 39

4 Seruway 188,49 18.849 4 24 - 83

5 Rantau 51,71 5.171 2 16 - 67

6 Karang Baru 139,45 13.945 3 31 - 95

7 Sekerak 257,95 25.795 1 14 - 34

8 Kota K. Simpang 4,48 448 1 4 1 21

9 Kejuruan Muda 124,48 12.448 2 15 - 60

10 Bandar Pusaka 252,37 25.237 1 15 - 40

11 Tamiang Hulu 194,55 19.455 1 9 - 28

12 Tenggulun 295,55 29.555 - 5 - 18

Jumlah 1.956,72 195.672 27 212 1 701

Sumber : BPS Aceh Tamiang, Aceh Tamiang dalam Angka 2008

4.1.4 Ketinggian

Semakin tinggi letak suatu wilayah dari permukan laut maka secara umum komoditi yang dapat diusahakan untuk berproduksi secara maksimal sangat terbatas. Apabila dipaksakan untuk membudidayakan pada kondisi yang demikian akan mengakibatkan erosi dan memperbesar air permukaan sehingga menimbulkan tanah - tanah kritis dan mempengaruhi debit air.


(64)

Berdasarkan kelas ketinggian maka Kabupaten Aceh Tamiang didominasi kelas ketinggian 25 - 100 meter diatas permukaan laut yaitu seluas 69.864 Hektar (36,02 %). Sedangkan kelas ketinggian yang paling rendah jumlahnya adalah ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut yaitu hanya 7440 hektar atau 3,84 % dari luas keseluruhan wilayah Kabupaten Aceh Tamiang.

Tabel 3. Luas Wilayah Menurut Ketinggian Tanah di Kabupaten Aceh Tamiang

Luas No Kecamatan

0-10m 10-25m 25-100m 100-500m 500-1.000m >500-1.000m

1 Manyak Payed 14.211 2.172 6.364 3.964 -

2 Bendahara 18.05 - - - -

3 Banda Mulia* - - -

4 Seruway 13.757 4.79 302 - -

5 Rantau - 5.171 - - -

6 Karang Baru 1.748 7.859 21.53 6.867 -

7 Sekerak* - - -

8 Kota K. Simpang - 448 - - -

9 Kejuruan Muda - - 25.311 5.479 5.076 6.137

10 Bandar Pusaka* - - -

11 Tamiang Hulu - - 16.357 16.41 10.63 1.303

12 Tenggulun* - - -

Jumlah 47.802 20.440 69.864 32.720 15.076 7.440 Persentase 24,64 10,54 36,02 16,87 8,10 3,84 Ket : *) masih bergabung dengan Kecamatan Induk (sebelum pemekaran)


(65)

Sedangkan kemiringan lahan di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang sangat bervariasi yaitu dari datar sampai bergunung. Sebagian besar merupakan wilayah yang datar dengan kemiringan 0-2 % yaitu sebesar 104.246 hektar (53,74) yang terdapat pada bagian pesisir timur dan tengah wilayah Kabupaten Aceh Tamiang. Sementara wilayah yang bergunung dengan kemiringan > 40 % merupakan jumlah yang terkecil yaitu seluas 7.464 hektar (3,85 %), dapat dilihat pada tabel 3.

4.1.5 Tekstur Tanah

Penyusun tekstur tanah berkaitan erat dengan kemampuan memberikan Zat Hara untuk tanaman, Kelengasan tanah, Perambatan panas, perkembangan akar tanaman dan pengolahan tanah. Berdasarkan persentase perbandingan fraksi-fraksi tanah, maka tekstur tanah dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu : Halus, sedang, kasar. Makin halus tekstur tanah mengakibatkan kwalitasnya semakin menurun karena berkurangnya kemampuan mengisap air.

Teksur tanah di Wilayah kabupaten Aceh Tamiang adalah sebagian besar bertekstur halus yaitu seluas 131.233.67 Ha atau 98.99 % bertektur halus, tekstur sedang seluas 2011 Ha ( 1,04 % ) sedangkan tekstur kasar sebagian hanya terdapat dibagian pesisir pantai timur dengan luas 737,14 Ha (0.37%), dapat dilihat tabel 4.


(66)

Tabel 4. Luas Wilayah Berdasarkan Kelas Tekstur Tanah di Kabupaten Aceh Tamiang

Tekstur Tanah No Kecamatan

Halus Sedang Kasar Total 1 Manyak Payed 26.407,34 157,85 145,81 26.711 2 Bendahara 17.700,93 23,40 325,67 18.05

3 Banda Mulia* - - -

4 Seruway 18.593,34 - 255,66 18.849

5 Rantau 4.812,67 358,33 - 6.171

6 Karang Baru 37.984,85 55,15 - 38.04

7 Sekerak* - - -

8 Kota K. Simpang - 448,00 - 448

9 Kejuruan Muda 41.591,74 411,26 - 42.003

10 Bandar Pusaka* - - -

11 Tamiang Hulu 44.142,80 557,20 - 44.7

12 Tenggulun* - - -

Jumlah 191.233,60 2.011,10 727,14 193.972

Persentase 98,59 1,04 0,37 100.00

Ket : *) masih bergabung dengan Kecamatan Induk (sebelum pemekaran) Sumber : BPS Aceh Tamiang, Aceh Tamiang dalam Angka 2007


(67)

4.1.6 Jenis Tanah

Tanah yang terdapat, di Kabupaten Aceh Tamiang terdiri dari Aluvial sebesar 4,64 %, Hidromorfi Kelabu sebesar 42,23 %, Organosol dan Gley Humus sebesar 36,61 %, Podsolik Merah Kuning sebesar 1,69 % serta Komplek Podsolik Coklat, Latosol dan Litosol sebesar 14,83 % dari luas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang. Pada bagian pesisir timur wilayah ini di dominasi oleh jenis tanah Aluvial dan Hidromorf Kelabu, sedangkan pada bagian selatan atau pegunungan di dominasi oleh jenis tanah Komplek Podsolik Cokiat, Latosoi dan Litosol.

Jenis tanah ini mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap kesesuaian tanaman yang dapat dikembangkan. Jenis tanah Aluvial dan Hidromorf Kelabu umumnya relatif subur clan lebih sesuai untuk pengernbangan pertanian khususnya lahan basah, Podsolik Merah Kuning (PMK), Podsolik Coklat dan Latosol lebih sesuai untuk tanaman perkebunan atau tahunan. Sedangkan jenis tanah Litasol mernpunyai sifat yang mudah tererosi dan mempunyai kedalaman efektif yang dangkal sehingga mempunyai resiko erosi yang tinggi.


(68)

Tabel 5. Luas Daerah Berdasarkan Jenis Tanah di Kabupaten Aceh Tamiang

Jenis Tanah (Ha) No Kecamatan

Alluvial Grey Hydromorf Organsol & Gley Humus Red-Yellow Padsolik Brown Patsolik & Litosol

1 Manyak Payed 1.45 4.163 18.52 2.578

2 Bendahara 4.689 9.159 4.202 -

3 Banda Mulia* - - - -

4 Seruway 2.863 15.986 - -

5 Rantau - 5.171 - -

6 Karang Baru - 20.491 16.84 709

7 Sekerak* - - - -

8 Kota K.Simpang - 448 - -

9 Kejuruan Muda - 17.695 6.845 - 17.463

10 Bandar Pusaka* - - - -

11 Tamiang Hulu - 8.793 24.61 - 11.297

12 Tenggulun* - - - -

Jumlah 9.002 81.906 71.017 3.287 28.760

Persentase 4,64 42,23 36,61 1,69 14,83

Ket : *) masih bergabung dengan Kecamatan Induk (sebelum pemekaran) Sumber : BPS Aceh Tamiang, Aceh Tamiang dalam Angka 2007

4.1.7 Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tamiang pada Tahun 2007 adalah 258.135 jiwa yang terdiri dari 129.479 jiwa laki-laki dan 128.656 jiwa perempuan. Jumlah penduduk pada masing-masing Kecamatan dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut:


(69)

Tabel 6. Jumlah Penduduk di Kabupaten Aceh Tamiang Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk (Jiwa) No Kecamatan

Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio 1 Manyak Payed 14.745 14.546 29.291 101 2 Bendahara 5.297 5.498 10.795 96 3 Banda Mulia 9.919 9.841 19.760 100 4 Seruway 12.330 12.416 24.746 99 5 Rantau 16.396 16.553 32.949 99 6 Karang Baru 17.674 17.916 35.590 98 7 Sekerak 3.113 3.138 6.251 99 8 Kota K. Simpang 9.115 9.015 18.130 101 9 Kejuruan Muda 16.871 15.948 32.819 105 10 Bandar Pusaka 5.973 5.724 11.697 104 11 Tamiang Hulu 9.193 9.288 18.481 98 12 Tenggulun 8.853 8.773 17.626 100

Jumlah 129.479 128.656 258.135 101 Sumber : BPS Aceh Tamiang, Aceh Tamiang dalam Angka 2008

4.1.8 Kondisi Ekonomi Kabupaten Aceh Tamiang

Kabupaten Aceh Tamiang sejak mekar dari Kabupaten Aceh Timur terus berbenah diri, terutama dalam memajukan perekonomian daerahnya. Kabupaten ini memiliki tingkat aktivitas ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan dengan tetangganya Kabupaten Aceh Timur.


(70)

Hal demikian tidak terlepas dari tingginya aktivitas masyarakat dalam berbagai sector ekonomi yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang, didukung pula oleh letaknya yang berdekatan dengan ibu kota Provionsi Sumatera Utara. Semakin membaiknya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tamiang pada saat ini disebabkan daerah ini mulai bisa melepaskan diri dari dampak ganda (double impact), yaitu imbas krisis ekonomi nasional dan daerah persoalan konflik keamanan.

4.1.9 Kondisi Transportasi Kabupaten Aceh Tamiang

Salah satu unsur yang sangat penting bagi peningkatan pembangunan ekonomi di Kabupaten Aceh Tamiang adalah tersedianya prasarana dan sarana yang memadai, baik kuantitas maupun kualitas. Adanya daya dukung prasarana dan sarana yang baik memudahkan masyarakat dalam menjalankan aktivitas perekonomian sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat yang ada di wilayah tersebut. Salah satu prasarana yaitu transportasi.

Transportasi dalam wilayah Kabupaten Aceh Tamiang yaitu meningkatnya arus lalu lintas orang, barang dan jasa sehingga mendorong peningkatan pendapatan dan taraf hidup masyarakat.

Melihat letak geografis Kabupaten Aceh Tamiang, sarana transportasi darat memiliki peran yang signifikan dalam mendukung aktivitas ekonomi dan non ekonomi. Kabupaten ini memiliki batas darat langsung dengan Provinsi Sumatera Utara, dimana lalu lintas dari dan ke Provinsi Sumatera Utara dan ke daerah Provinsi Nanggoe Aceh Darussalam lainnya telah terhubung dengan baik. Jadi bisa dikatakan


(71)

Kabupaten Aceh Tamiang merupakan pintu masuk wilayah Provinsi Nanggoe Aceh Darussalam dari Kota Medan melalui Kabupaten Aceh Tamiang. Meningkatnya perjalanan menggunakan sarana darat akan memberikan dampak bagi perekonomian baik langsung maupun tidak langsung. Tentu saja ketersediaan saran jalan harus menyeimbangkan antara kuantitas dan kualitas sehingga frekuensi perjalanan menggunakan sarana darat akan terus meningkat.

4.2 Gambaran Umum Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang

4.2.1 Struktur dan Susunan Organisasi

Berdasarkan Qanun Nomor 3 tahun 2007 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang, susunan organisasinya terdiri dari:

1. Kepala Dinas

2. Sekretaris, terdiri dari: a. Sub bagian umum

b. Sub bagian penyusunan program dan pelaporan c. Sub bagian keuangan

3. Bidang perhubungan darat, terdiri dari: a. Seksi angkutan dan lalu lintas

b. Seksi penyuluhan dan ketertiban lalu lintas c. Seksi sarana dan prasarana


(72)

4. Bidang perhubungan laut dan sungai, terdiri dari: a. Seksi kesyahbandaran

b. Seksi lalu lintas angkutan angkutan sungai dan laut c. Seksi pengawasan dan keselamatan pelayaran

5. Bidang pemberdayaan sistem informasi dan teknologi telematika, terdiri dari: a. Seksi sistem informasi manajemen dan telematika

b. Seksi pemberdayaan

c. Seksi perizinan dan pengawasan

6. Bidang pelayanan media dan informasi, terdiri dari: a. Seksi bank data

b. Seksi pelayanan media dan informasi c. Seksi pos dan telekomunikasi

7. Kelompok jabatan fungsional, terdiri dari: a. Bendahara penerima

b. Bendahara Pengeluaran c. Bendahara gaji


(73)

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

KEPALA DINAS

S E K R E T A R I S

SUB BAG. UMUM

SUB BAG. PENYUSUNAN PROGRAM DAN PELAPORAN

SUB BAG. KEUANGAN BIDANG PELAYAN MEDIA DAN INFORMASI BIDANG PEMBERDAYAAN

SISTEM INFORMASI DAN TEKNOLOGI TELEMATIKA BENDAHARA GAJI BENDAHARA PENGELUARAN BENDAHARA PENERIMA BIDANG PERHUBUNGAN LAUT DAN SUNGAI

SEKSI POS DAN TELEKOMUNIKASI SEKSI PERIZINZN DAN

PENGAWASAN

SEKSI PELAYANAN MEDIA DAN INFOMASI SEKSI PEMBERDAYAAN

SEKSI BANK DATA SEKSI SISTEM INFORMASI

MANAJEMEN DAN TELEMATIKA

SEKSI PENGAWASAN DAN KESELAMATAN

PELAYARAN SEKSI LALU LINTAS ANGKUTAN SUNGAI

DAN LAUT SEKSI

KESYAHBANDARAN

SEKSI SARANA DAN PRASARANA SEKSI PENYULUHAN

DAN KETERTIBAN LALU LINTAS SEKSI ANGKUTAN DAN

LALU LINTAS BIDANG

PERHUBUNGAN DARAT

U P T D

Gambar 2. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Aceh Tamiang


(1)

Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009


(2)

Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009


(3)

Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009


(4)

Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009


(5)

Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009


(6)

Siti Erna Latifi Suryana : Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang, 2009