Pemusnahan atau pengolahan sampah

b. Pengumpulan sampah Pengumpulan sampah tanggung jawab dan masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu setiap rumah tangga harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing- masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara TPS sampah, dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir TPA. Mekanisme, sistem atau cara pengangkutannya untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat, yang didukung oleh partisipasi masyarakat produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga, tanpa memerlukan TPS, maupun TPA, sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya dibakar atau dijadikan pupuk Notoatmodjo, 2003.

c. Pemusnahan atau pengolahan sampah

Ada beberapa cara yang dilakukan dalam pemusnahan sampah diantaranya : Notoatmodjo, 2003 1. Ditanam landfill, yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang diatas tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbundengan tanah. 2. Dibakar inceneration, yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar didalam tungku pembakaraan incenerator. 3. Dijadikan pupuk composting, yaitu pengelolaan sampah menjadikan pupuk campos, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk, ini sering dilakukan di daerah pedesaan. Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007 USU e-Repository © 2008 Apabila setiap rumah tangga dibiasakan untuk memisahkan sampah organik dan sampah anorganik kemudian sampah organik diolah menjadi pupuk tanaman dapat dijual dipakai sendiri. Sedangkan sampah anorganik dibuang, dan akan segera dipungut oleh para pemulung, dengan demikian maka masalah sampah akan berkurang.

2.3.1.2 Pembuangan tinja

Pembuangan tinja merupakan upaya yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola tinja agar tidak menimbulkan masalah kesehatan. Ada beberapa persyaratan dalam pembuangan tinja, antara lain meliputi konstruksi jamban harus kuat, harus dihindari kontak tinja dengan vektor dan tidak menimbulkan bau yaitu dengan leher angsa serta lobang penampungan tinja harus tidak menimbulkan pencemaran pada sumber air bersih atau memiliki jarak 11 meter. Persyaratan tersebut dapat dipenuh dengan memperhatikan antara lain sebaiknya jamban tersebut artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang privacy. 1. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat. 2. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau. 3. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih. Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan berbeda dengan daerah perkotaan. Teknologi jamban didaerah pedesaan disamping harus Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007 USU e-Repository © 2008 memenuhi persyaratan jamban sehat, juga harus didasarkan pada sosial budaya dan ekonomi masyarakat pedesaan. Jenis-jenis jamban yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah Notoatmodjo, 2003. 1. Jamban cemplung pit privy 2. Jamban cemplung berventilasi ventilation improved pit privy 3. Jamban leher angsa angsa latrine Berdasarkan pola pencemaran yang dapat sebagai jalur penularan penyakit dapat digambarkan seperti berikut : Wagner Lanoix, 1958 Tinja Air Tangan Tanah Lalat Makanan Mulut Gambar 2.1. : Jalur Penularan Penyakit Diare melalui mulut dari Tinja Manusia Agar penyakit diare dapat dikurangi, maka pencegahan primer yang dapat dilakukan antara lain menggunakan jamban dan membuang tinja bayi yang benar. Pengalaman dibeberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat dan keluarga harus buang air besar di jamban. Pada pertemuan di Kyoto ditetapkan strategi memasyarakatkan air bersih, WC, dan hygiene, pertemuan itu mendesak pemerintah masing-masing negara untuk menyediakan ketiga hal tersebut mencakup setengah dari jumlah penduduk Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007 USU e-Repository © 2008 dunia sampai dengan tahun 2015 Val Curtis and Sandy Cairncross 2003. Perlu diperhatikan oleh keluarga adalah harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga jamban dibersihkan secara teratur bila tidak ada jamban jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta ± 10 meter dari sumber air minum; buang air besar menggunakan alas kaki. Di sisi lain banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi tidak berbahaya, hal ini tidak benar. Karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja harus dibuang secara bersih dan benar, yang harus diperhatikan keluarga adalah kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan buang ke jamban, bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau olehnya. Bila tidak ada jamban pilih tempat untuk membuang tinja anak seperti dalam lobang atau di kebun kemudian ditimbun, bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun Depkes RI, 2003.

2.3.1.3 Pembuangan air limbah

Air limbah merupakan air buangan dari hasil samping aktivitas manusia yang mempunyai potensi menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat. Dalam pembuangan air limbah, perlu diperhatikan ketentuan yang dipersyaratkan dari segi kesehatan antara lain tidak menimbulkan pencemaran sumber air bersih dan saluran pembuangan harus tertutup untuk menghindari kontak dengan vektor penyebab penyakit khususnya penyakit saluran pencernaan. Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007 USU e-Repository © 2008 Menurut Kusnoputranto 2000 pengelolaan air buangan yang tidak baik akan berakibat buruk terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Beberapa akibat buruk yang timbul adalah : 1. Akibat terhadap lingkungan Air buangan antara lain mempunyai sifat fisik, kimiawi dan bakteriologis yang dapat menjadi sumber pengotoran, sehingga bila tidak dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan bau yang tidak enak serta pemandangan yang tidak menyenangkan. 2. Akibat terhadap kesehatan masyarakat Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat menyebabkan gangguaan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat menjadi media tempat berkembang biaknya mikroorganisme patogen, larva nyamuk ataupun serangga lainnya, dan dapat menjadi media trasmisi penyakit, terutama penyakit-penyakit yang penularannya melalui air yang tercemar seperti cholera, thiplus abdominalis, disentri baciler dan sebagainya. Sesuai dengan zat-zat yang terkandung dalam air limbah, maka air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup, antara lain Notoatmodjo, 2003. 1. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama kholera, typhus abdominalis, desentri baciler. 2. Menjadi media berkembang biaknya mikroorganisme patogen. 3. Menjadi tempat-tempat berkembang biaknya nyamuk atau hidup larva nyamuk. 4. Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap. Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007 USU e-Repository © 2008 5. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup lainnya. 6. Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak nyaman, dan sebagainya. Menurut Kusnoputranto 2000, untuk mencegah akibat-akibat buruk tersebut diperlukan kondisi dan persyaratan agar pembuangan air buangan termasuk tinja dengan upaya-upaya sedemikan rupa sehingga air limbah tersebut : 1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum. 2. Tidak mengakibatkan pencemaran terhadap permukaan tanah. 3. Tidak menyebabkan pencemaran atas air untuk mandi, perikanan, air sungai, atau tempat-tempat rekreasi. 4. Tidak dapat dihinggapi serangga, tikus dan tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit dan vektor. 5. Tidak terbuka kena udara luar jika tidak diolah serta tidak dapat dicapai oleh anak- anak. 6. Baunya tidak mengganggu. Sistem pembuangan dan pengelolaan air limbah atau air buangan yang tentunya telah mengandung bahan, zat, kotoran baik berupa zat-zat organik atau mikroorganisme maka air limbah harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan efek negatif atau gangguan terhadap manusia dan lingkungannya. Sistem atau cara pembuangan air limbah dikenal beberapa macam antara lain sistem riol saluran. Saluran air kotor ada kalanya terbuka dan ada pula secara tertutup. Saluran tersebut mulai dari sumbernya sampai kepada tempat penampungan atau pembuangannya. Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007 USU e-Repository © 2008 Saluran terbuka seperti parit, selokan, jelas akan dapat mempengaruhi lingkungan yang dilaluinya, dipandang cara ini kurang baik. Saluran tertutup riol dapat dipandang lebih baik karena tidak langsung mempengaruhi lingkungan yang dilalui, akan tetapi tempat penampung pembuangannya jangan mengotori tempat sumber air minum dan tempat lainnya.

2.3.1.4 Penyediaan Air Bersih

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan asasi manusia untuk kelangsungan hidupnya dan merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang kesehatan. Dalam penyehatan telah banyak upaya penyehatan air sesuai dengan tanggung jawab Departemen Kesehatan yaitu program penyehatan air, pengawasan kualitas air, perbaikan kualitas air, dan pembinaan pemakai air. Upaya-upaya penyediaan air bersih akan mengarah pada pemberian dampak kondisi lingkungan yang menjadi lebih baik, sehingga dapat mencegah penyebaran berbagai penyakit akibat air terutama penyakit diare. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyediaan air bersih yang berkaitan dengan kejadian diare adalah tercukupi dari segi kuantitas baik untuk mandi, mencuci, maupun memasak dan air minum, hindari wadah tempat penampungan air kontak langsung dengan tanah, jauh dari sumber pencemaran kotoran hewan atau lainnya, serta jauh dari tempat anak-anak bermain, tidak memasukkan jari atau tangan kotor kedalam wadah tempat penampungan air bersih tapi gunakanlah gayung atau cangkir bila hendak mengambil air, tapi bila sudah selesai hendaklah gayung diletakkan dengan cara telungkup. Air untuk keperluan memasak hendaklah ditutup Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007 USU e-Repository © 2008 didalam suatu wadah agar tidak masuk kotoran. Tercukupi dari segi kuantitas baik untuk mandi, mencuci, maupun memasak dan air minum serta hindari kontak bak penampungan agar tidak tercemar. Beberapa persyaratan dalam penyediaan air bersih, khususnya untuk kebutuan air minum meliputi : Notoatmodjo, 2003 a. Syarat fisik Persyaratan fisik untuk ai minum yang sehat adalah bening tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, suhu di bawah suhu udara luar. Dalam kehidupan sehari- hari kondisi air yang demikian tidak sulit untuk mengenalinya. b. Syarat bakteriologis Air untuk keperluan air minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel contoh air tersebut. Bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. Coli, maka air tersebut memenuhi syarat kesehatan. c. Syarat kimia Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang tertentu. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. Salah satu sarana dalam penyediaan air bersih yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah sumur gali. Agar air dari sumur gali tidak menimbulkan dampak negatif pada pemakai, maka sumur gali harus memenuhi persyaratan Sanropie, 1986 : Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007 USU e-Repository © 2008 1. Lokasi - Jarak minimum10 meter dari sumber pencemaran misalnya jamban, tempat pembuangan air kotor, lobang resapan, tempat pembuangan sampah, kandang ternak dan tempat-tempat pembuangan kotoran lainnya. - Pada tempat-tempat yang miring misalnya pada lereng pegunungan, letak sumur gali harus di atas dari sumber pencemaran. - Lokasi sumur gali harus terletak pada daerah yang lapisan tanahnya mengandung air sepanjang musim. - Lokasi sumur gali agar diusahakan pada daerah yang bebas banjir. 2. Konstruksi - Dinding sumur harus kedap air sedalam 3 meter dari permukaan tanah untuk mencegah rembesan dari air permukaan - Bibir sumur harus kedap air minimal setinggi 0,7 meter dari permukaan tanah untuk mencegah rembesan air bekas pemakaian ke dalam sumur. - Cara pengambilan air dari dalam sumber sedemikian rupa sehingga dapat mencegah masuknya kembali melalui alat yang digunakan misalnya pompa tangan, timba dengan gerekan dan sebagainya. - Lantai harus kedap air dengan jarak antara tepi lantai dengan tepi luar dinding minmal 1 meter dengan kemiringan ke arah tepi lantai. - Saluran pembuangan air kotor atau air bekas harus kedap air sepanjang minimal 10 meter dihitung dari tepi sumur - Dilengkapi dengan sumur atau lobang resapan air limbah bagi daerah yang tidak memiliki saluran penerimaan air limbah. Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007 USU e-Repository © 2008

2.3.1.5. Kebersihan rumah

Berdasarkan laporan dari Save the Children 1996, menyimpulkan bahwa dalam suatu keluarga beserta dengan segala lingkungannya untuk tumbuh kembang anak, maka lingkungan rumah harus ramah anak, dalam arti bahwa lingkungan rumah yang menyediakan fasilitas yang sesuai kebutuhan anak untuk perkembangannya, sesuai usia dan gender, rumah yang aman dan terlindungi dari perlakuan salah, kekerasan dan kejahatan, kesempatan untuk bermain dan belajar, tersedia ruang pribadi. Konstruksi rumah yang memadai dari bahan bangunan yang tidak terkontaminasi dengan bahan beracun berbahaya. Akses ke air, listrik, pengaturan air buangan, terlindungi dari kemacetan dan bahaya kendaraan, polusi udara dan racun serta kebisingan dan kepadatan permukiman. Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain kebutuhan sandang dan pangan. Rumah berfungsi pula sebagai tempat tinggal serta digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu suatu rumah yang sehat dan nyaman merupakan sumber inspirasi penghuninya untuk berkarya, sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya. Faktor-faktor risiko lingkungan pada bangunan rumah yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit utamanya diare antara lain air bersih, limbah rumah tangga, sampah serta perilaku penghuni dalam rumah. Upaya pengendalian faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya ancaman dan melindungi keluarga dari dampak kualitas lingkungan perumahan dan rumah tinggal yang tidak sehat, kebersihan rumah dipengaruhi oleh kondisi fisik rumah yaitu : Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007 USU e-Repository © 2008 a. Kelembaban Kelembaban sangat berperan dalam pertumbuhan kuman penyakit. Kelembaban yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai oleh kuman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan yang lembab dapat mendukung terjadinya penularan penyakit. Kelembaban didalam rumah disebabkan oleh 3 faktor : 1. Kelembaban yang baik dari tanah 2. Merembes melalui dinding 3. Bocor melalui atap Usaha-usaha untuk mencegah tejadinya hal ini adalah drainase saluran air yang baik disekitar rumah, lantai kedap air dan membuat lapisan yang menahan lembab damp prop course Lubis, 1985. Menurut keputusan Menteri Kesehatan No.829 tahun 1999 persyaratan kesehatan rumah, kelembaban udara yang diperbolehkan antara 40 - 70 . b. Ventilasi penghawaan Ventilasi adalah sarana untuk memelihara kondisi atmosfer yang menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Suatu ruangan yang terlalu padat penghuninya dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan penghuni rumah tersebut, untuk itu pengaturan sirkulasi udara sangat diperlukan Lubis, 1985. Menurut Permenkes No.829 tahun 1999 persyaratan kesehatan perumahan, luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10 dari luas lantai. c. lantai Lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan penyakit terhadap penghuninya. Oleh karena itu Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007 USU e-Repository © 2008 perlu dilapisi dengan yang kedap air disemen, dipasang tegel, teraso atau lainnya. Selain itu lantai rumah harus mudah dibersihkan Depkes RI, 1989. d. Pencahayaan Salah satu syarat rumah sehat adalah tersedianya cahaya yang cukup, karena suatu rumah atau ruangan yang tidak mempunyai cahaya, selain dapat menimbulkan perasaan kurang nyaman, juga dapat menimbukan penyakit. Sinar matahari berperan secara langsung dalam mematikan bakteri dan organisme lain yang terdapat dilingkungan rumah, khususnya sinar matahari pagi yang dapat menghambat perkembang biakan bakteri. Dengan demikian sinar matahari sangat diperlukan didalam ruangan rumah terutama ruangan tidur, sinar matahari sebaiknya tidak terhalang oleh pepohonan maupun tembok yang tinggi Azwar, 1989. e. Kepadatan hunian Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah bakteri penyebab penyakit menular, seperti TBC, gangguan saluran pernafasan dan diare, selain itu kepadatan hunian dapat mempengruhi kualitas udara di dalam rumah. Dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat udara dalam rumah mengalami pencemaran oleh karena CO 2 dalam rumah akan cepat meningkatkan dan akan menurunkan kadar O 2 yang ada diudara. Kepadatan dapat dilihat dari : 1. Standar minimal yang dibutuhkan dalam menentukan luas lantai bangunan yaitu, 14 m 2 untuk orang pertama dan 9 m 2 untuk setiap penambahan 1 orang Depkes RI, 1994. Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007 USU e-Repository © 2008 2. Kepadatan hunian ruang tidur Luas ruang tidur minimal 8 m 2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang dalam suatu ruang tidur, kecuali anak dibawah usia 5 tahun Permenkes No. 829 1989.

2.3.1.6. Sanitasi makanan

Sanitasi makanan merupakan suatu upaya penyehatan makanan yang meliputi pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan, penyimpanan makanan jadi, penyajian makanan Depkes RI, 1997. Pemilihan bahan baku makanan untuk mendapatkan bahan baku makanan yang baik maka perlu memperhatikan : 1. Sumber pemasok makanan yang baik. Hal ini sulit dilakukan mengingat perjalanan yang panjang. 2. Umur makanan, karena makanan jika ditahan atau disimpan dalam waktu yang lama pada suhu yang tidak memadai akan meningkatkan terjadinya kerusakan. 3. Penampilan makanan seperti tekstur dan bau yang tidak normal berati telah menjadi kontaminasi yang disebabkan oleh benda asing atau bahan yang menginfeksi. Penyimpanan bahan makanan, makanan pada dasarnya adalah zat sekumpulan sel dari senyawa organik yang memerlukan udara untuk proses pernafasan yang disebut oksidasi. Oksidasi pada jenis makanan yang segar lebih jelas terlihat karena sel-selnya masih aktif seperti pada daging, sayuran dan buah-buahan yang masih baru. Makanan yang baik adalah makanan yang bergizi yang dibutuhkan oleh setiap Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007 USU e-Repository © 2008 makhluk hidup termasuk manusia. Zat gizi selain diperlukan oleh manusia juga dibutuhkan oleh bakteri, karena itu makanan yang tercemar oleh bakteri mudah menjadi rusak. Semangkin lama bahan makanan disimpan risiko kerusakan semakin besar. Penyimpanan bahan makanan sebaiknya dipisahkan dengan makanan jadi, mencegah tejadinya kontaminasi silang. Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah menjadi bahan yang siap santap, yang baik adalah mengikuti kaidah dari prinsip- prinsip hygienis dan sanitasi, dengan sebutan Cara Produksi Makanan yang Baik CPMB atau Good Manufacturing Practrice GMP. Prinsip sanitasi makanan adalah prinsip praktis tentang pengetahuan, sikap dan perilaku manusia dalam mengatasi asas kesehatan, asas kebersihan dan asas keamanan dalam menangani makanan. Penyimpanan makanan jadimatang merupakan campuran bahan yang lunak dan sangat disukai bakteri. Bakteri akan tumbuh dan berkembang dalam makanan yang berada dalam suasana yang cocok untuk hidupnya sehingga jumlahnya menjadi banyak diantara bakteri terdapat beberapa bakteri yang menghasilkan racun toksin. Sementara dalam makanan juga terdapat enzim terutama pada sayuran atau buah-buahan yang akan menjadikan buah-buahan menjadi matang, kalau diteruskan berlanjut akan menjadi busuk. Suasana lingkungan yang cocok untuk bakteri di antaranya adalah suasana banyak makanan protein dan banyak air Moisture, pH normal 6,8 -7,5 suhu optimum 10 - 60 o C serta tidak ada musuhnya. Oleh karena itu dalam penyimpanan makanan jadi perlu diperhatikan suhu makanan dan waktu tunggu makanan agar makanan jadi yang disimpan tidak menjadi rusak. Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007 USU e-Repository © 2008 Pengangkutan makanan yang sehat untuk mencegah terjadinya pencemaran makanan. Pencemaran pada makanan masak lebih tinggi risikonya dari pada pencemaran pada bahan makanan dalam proses pengangkutan makanan perlu diperhatikan mulai dari persiapan, pewadahan, orang, suhu dan kendaraan pengangkut. Penyajian makanan matang merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan. Makanan yang disajikan adalah makanan yang siap dan layak santap perlu diperhatikan adalah, tempat, cara dan prinsip penyajian yang harus memenuhi persyaratan kesehatan. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan adalah menyimpan makanan ditempat yang bersih, meletakkan makanan dalam wadah yang bersih dan tertutup, menyimpan makanan dalam ditempat yang dingin dan tehindar dari matahari langsung, menjaga makanan agar tidak dijamah oleh hewan dan anak-anak, menjaga piring, panci masak dan peralatan makanan agar selalu tetap bersih, mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum memasak dan menyajikan makanan.

2.3.2. Faktor perilaku

Perilaku merupakan faktor yang sangat penting di dalam turut mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat setelah faktor lingkungan. Pada kasus penyakit diare biasanya faktor perilaku selalu dihubungkan dengan aspek “personal hygiene”. Karena penyakit diare merupakan penyakit saluran pencernaan, yang penyebarannya lebih sering akibat konsumsi makanan maupun minuman, sehingga masyarakat dengan kondisi “personal higiene” yang buruk akan berpotensi dalam timbul dan penyebaran diare. Di samping itu, faktor perilaku juga merupakan gambaran dari aspek pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang terhadap diare dan upaya penanganannya Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007 USU e-Repository © 2008 maupun terhadap faktor risiko lainnya.ada 3 jenis perilaku sanitasi yang dapat melindungi anak dari diare adalah mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan atau sesudah dari WC, pengelolaan faeces bayi, pengamanan penyimpanan air di rumah Susan, 2004. Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan dari pada perilaku hygiene perorangan yaitu mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan setelah buang air sebelum menyiapkan makanan dan mensuapi anak ; kebersihan pakaian atau mengganti pakaian, mandi dua kali sehari, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, kebersihan kuku atau memotong kuku serta menyikat gigi. Pada hygiene perorangan termasuk juga memelihara kebersihan penyiapan makanan, bahwa sesungguhnya makanan dapat tercemar melalui air, tangan yang tidak bersih, lalatserangga, apabila makanan tersebut terkontaminasi maka dapat meyebabkan diare. Cara-cara terjadinya pengotoran terhadap makanan berhubungan dengan kejadian diare adalah dalam mengolah atau menjamah makanan Depkes RI,2001. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran makanan dapat disebabkan oleh tangan penjamah makanan tidak bersih, makanan berasal dari binatang yang sakit sepeti susu dan daging, dapur dan peralatan yang kotor, pemakaian lap secara bersamaan untuk makanan mentah, matang dan peralatan dan makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi Suhardi, 2000.

2.4. Konsep Perilaku Kesehatan

Dokumen yang terkait

Perilaku Ibu Terhadap Penggunaan Multivitamin Untuk Anak Balita di Kelurahan Tanjung Mulla Kecamatan Medan Deli Tahun 2004

1 35 93

Hubungan Karakteristik Dan Perilaku Ibu Yang Memiliki Balita Dalam Pemanfaatan Posyandu Teratai Di Desa Namo Mbelin Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005

0 42 80

Pengaruh Pola Asuh terhadap Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar

3 41 99

Pengaruh Perilaku Ibu tentang Pola Makan Anak Balita terhadap Kejadian Diare di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011

0 80 158

Efektivitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Balita Tentang Penanggulangan Diare Di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara

2 43 133

Pengaruh Persepsi Ibu Balita Tentang Penyakit Diare Terhadap Tindakan Pencegahan Diare di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

2 41 80

Pengaruh Pola Asuh Anak Terhadap Terjadinya Balita Malnutrisi Di Wilayah Kerja Puskesmas Montasik Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar Tahun 2006

0 33 97

PENGARUH KEBIASAAN MENCUCI TANGAN PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK USIA 1-2 TAHUN TERHADAP KEJADIAN DIARE

1 4 50

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA USIA 3 BULAN – 2 TAHUN DI DESA Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Usia 3 Bulan 2 Tahun Di Desa Pulosari Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karangany

0 2 13

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS KALIKAJAR I KABUPATEN WONOSOBO NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Perilaku Ibu dalam Pencegahan Diare dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Kalikajar I Kabupaten

0 0 14