Hasil penelitian yang dilakukan Sulastri 2001 menyatakan bahwa kejadian diare mencapai 50 atau lebih di negara berkembang seperti Indonesia dan
disebabkan oleh Shigella Wibowo, 2002.
2.3. Faktor-Faktor Risiko yang Mempengaruhi terjadinya Penyakit Diare
Beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya diare antara lain, sanitasi lingkungan, perilaku, status gizi, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, dan
pemberian ASI eksklusif Suharyono, 1991.
2.3.1 Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah kegiatan untuk melindungi kesehatan manusia melalui pengendalian, pengelolaan dan pencegahan faktor-faktor lingkungan yang
mengganggu kesehatan Achmadi, 1992. Penyakit diare umumnya terjadi pada daerah yang memiliki kondisi sanitasi lingkungan yang buruk. Keadaan tersebut merupakan
gambaran hasil interaksi antara agent, host dan lingkungan. Dari hasil penelitian yang dikemukakan Zulkifli 2003 menjelaskan bahwa 76 anak yang menderita diare
berasal dari keluarga yang memiliki sanitasi lingkungan buruk, tidak tersedianya sarana air bersih dan sosial ekonomi yang rendah. Kegiatan-kegiatan yang dapat
mencegah atau menurunkan kejadian diare adalah dengan sanitasi rumah Depkes RI, 2002.
Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007 USU e-Repository © 2008
2.3.1.1 Penanganan sampah
Penanganan sampah yang tidak benar dapat menyebabkan timbulnya penyakit diare, karena sampah yang dibiarkan membusuk tanpa ada tempat penampungan.
Upaya yang dilakukan seseorang terhadap sampah rumah tangga mulai dari fase penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir.
a. Penyimpanan sampah
Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara, sebelum sampah tesebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang dimusnahkan. Dalam
penyimpanan sampah yang bersifat sementara ini sebaiknya disediakan tempat sampah yang berbeda untuk macam dan jenis sampah tertentu. Idealnya sampah basah
hendaknya dikumpulkn bersama sampah basah. Demikian pula sampah kering, sampah mudah terbakar,dan sebagainya, hendaknya ditempatkan sendiri secara terpisah.
Maksudnya dari pemisahan penyimpanan ini ialah untuk memudahkan pemusnahannya kelak Azwar, 1995.
Adapun syarat-syarat tempat sampah yang dianjurkan ialah : 1.
Konstuksinya kuat, tidak mudah bocor, penting untuk mencegah berserakan sampah.
2. Tempat sampah mempunyai tutup, dan mudah dibuka, dikosongkan isinya serta
dibersihkan. Dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.
3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh satu
orang.
Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007 USU e-Repository © 2008
b. Pengumpulan sampah Pengumpulan sampah tanggung jawab dan masing-masing rumah tangga atau
institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu setiap rumah tangga harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-
masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara TPS sampah, dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir TPA.
Mekanisme, sistem atau cara pengangkutannya untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat, yang didukung oleh partisipasi
masyarakat produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga,
tanpa memerlukan TPS, maupun TPA, sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya dibakar atau dijadikan pupuk Notoatmodjo, 2003.
c. Pemusnahan atau pengolahan sampah