meningkat, antara lain penyakit saluran pencernaan seperti diare karena banyaknya lalat yang hidup dan berkembang biak di lingkungan, terutama
ditempat-tempat sampah.
5.3. Hubngan Perilaku Ibu yang memiliki Anak Balita Usia 2 – 5 tahun dengan Pembuangan Tinja
Hasil analisis data dari tindakan ibu balita terhadap pembuangan tinja pada kelompok kasus dan kontrol sama-sama memiliki persentase yang tinggi yaitu
83,3 dan 76,7. Secara statistik hal ini menggambarkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kasus dan kontrol p 0,05. Hal ini dapat diketahui dari hasil
wawancara mendalam dengan ibu balita dari kelompok kontrol tabel 4, yang mana semua anggota keluarga sudah membuang air besar di WC, walaupun masih
ada rumah yang tidak mempunyai WC tetapi mereka tetap membuang air besar di WC dengan cara mencari WC ketempat lain seperti pergi ke WC menasah, ke WC
umum,dan sebagian besar dari rumah anak balita juga sudah mempunyai WC dan, mengorek lubang lalu ditutup lagi.
Praktek tindakan sanitasi pembuangan tinja dengan benar, termasuk perhatian orang tua dalam membantu dan menemani anak buang air besar di
tempat yang benar. Hal ini mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Namun kasus diare masih endemis di Kecamatan
Suka Makmur dikarenakan masih ada anggota keluarga balita yang buang air besar ke sungai. Tindakan anggota keluarga yang tidak mau membersihkan WC,
sehingga WC kotor, WC berada diluar rumah. Anak buang air besar tidak ditemani. Anak dicebokkan disaluran irigasi kelompok kasus tabel 13.
Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007
USU e-Repository © 2008
Kenyataan ini mungkin tidak jauh berbeda dengan kejadian yang terjadi di Garda yang mana 98 rumah di Garda sudah mempunyai WC tetapi daerah tersebut
masih saja endemis diare dikarenakan perilaku masyarakatnya yang masih suka buang air besar di sungai walaupun dirumah sudah ada WC dan ibu masih senang
memanfaatkan air sungai saluran irigasi dengan alasan jumlah air banyak, menghemat tenaga listrik, kesempatan untuk ber intraksi dengan tetangga lebih
banyak.
5.4. Hubungan Perilaku Ibu yang memiliki Anak Balita Usia 2 – 5 tahun dengan Pembuangan limbah cair
Hasil analisis data dari tindakan ibu terhadap penanganan limbah cair kaitannya dengan diare menunjukkan bahwa antara kelompok kasus dengan
kelompok kontrol telah melakukan tindakan dengan baik 61,1 dan 60,0. Namun dari kedua kelompok tersebut tidak menunjukkan perbedaan dalam
bertindak terhadap penanganan limbah cair p 0,05 dalam arti keduanya telah menunjukkan tindakan yang benar.
Tidak signifikannya dalam pembuangan limbah cair dikarenakan tindakan ibu di Kecamatan Suka Makmur pada umumnya telah baik persentase lebih tinggi
dibanding yang kurang baik, dapat diketahui dari hasil wawancara mendalam dengan ibu balita diri kelompok kontrol tabel 5, sebagian besar keluarga balita
membuang air limbah digot jalan yang di bangun oleh pemerintah. Mereka yang memasang pipa ada juga yng mengoret paret untuk mengalirkan air limbah dari
kamar mandi ke got jalan, atau kesaluran iargasi atau keparet persawahan. Ada juga yang membuang air limbah keluarga disalurkan ke got tertutup ke sumur
Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007
USU e-Repository © 2008
serapan yang berjarak 12 meter dari kamar mandi. Ada juga keluarga yang membuat saluran limbah dari semen di tutup pakai genteng di alirkan ke paret
persawahan, tindakan ini mencegah kejadian diare. Limbah cair tidak dibuang pada lokasi bermain anak-anak, sehingga
anak-anak dapat tehindar dari kemungkinan kontak langsung dengan limbah cair. Air limbah di alirkan keparit sehingga bisa menyerap kedalam tanah tidak
dibiarkan tergenang dan membusuk dan air limbah juga tidak dibuang dibawah kolong rumah sehingga nyamuk dan lalat tidak bersarang disana Depkes RI,
1989. Tindakan ibu telah baik dalam pembuangan limbah cair, sehingga
pengaruh terhadap kejadian diare juga tidak bermakna tapi kejadian diare di Kecamatan Suka Makmur masih endemis. Dapat diperkirakan dari hasil observasi
dan wawancara mendalam dengan ibu balita kelompok kasus tabel 4.5, banyak rumah keluarga yang memanfaatkan saluran umum yang dibuat oleh pemerintah
tapi tidak dirawat oleh warga sehingga macet. Saluran limbah ada tapi tidak dirawat, sehingga salurannya pecah dan lepas dari sambungannya. Hal ini
kemungkinan seperti yang terjadi di Negara Mesir, dimana 78 rumah sudah tersambung dengan pipa saluran pembuangan air limbah tetapi kebanyakan
rumah tidak terhubung dengan sistim pembuangan air limbah yang benar sehingga air limbah mencemari air tanah membuat Negara Mesir endemis diare
www.C.Goveid, Susan Watts 2004.
Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007
USU e-Repository © 2008
5.5. Hubungan Perilaku Ibu yang memiliki Anak Balita Usia 2 – 5 tahun dengan Penyediaan air bersih
Hasil analisis data dari tindakan ibu balita usia 2 – 5 tahun, menunjukkan bahwa antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol tindakan sanitasi
penyediaan air bersih masih kurang baik yaitu 32,2 dan 21,1 tabel 4.2, namun hasil analisis statistik dari kedua kelompok tersebut menunjukkan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan p 0,05 terhadap praktek sanitasi penyediaan air bersih, dapat diketahui lagi dari hasil obsevasi dan wawancara
mendalam dengan ibu balita kelompok kontrol tabel 6, semua ibu balita sudah memanfaatkan air sumur bercincin dan kusus untuk air minum dimasak dengan
tujuan jika ada bakteri didalam air akan mati dan tidak menyebabkan anak sakit
perut, selain tindakan ibu yang sudah baik dari hasil observasi kondisi air dalam
sumur jernih tidak berwarna dan tidak berbau. Air bersih untuk keperluan rumah tangga diharuskan memenuhi syarat
kualitas air, air minum tidak berwarna, tidak berasa tidak berbau, bebas dari bakteri patogen serta jarak sumber air dengan pembuangan tinja dan tempat
pembuangan sampah minimal 10 meter. Menurut temuan dari kelompok kasus
tabel 15, air minum disimpan dalam ceret mulutnya tidak disumbat, kemungkinan dari mulut ceret binatang seperti lalat dan semut bisa masuk
kedalam air minum yang membawa bibit penyakit sehingga pada saat air diminum sudah terjadi kontaminasi dan bisa menyebabkan sakit perut, kemudian
diketahui lagi dari hasil observasi masih banyak dijumpai ibu balita yang tidak menyimpan air bersih untuk keperluan memasak tetapi dalam penggunaannya air
langsung diambil dari sumur tidak ditampungdiendapkan terlebih dahulu serta
Siti Rahmah : Hubungan Perilaku Ibu Yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare…, 2007
USU e-Repository © 2008
masih ada ibu balita yang menggunakan air saluran irigasi untuk mencuci alat masak Notoatmodjo, 2003.
Dampak negatif masalah menggunakan air yang salah dan penanganan air bersih yang tidak benar dapat menimbulkan penyakit diare, secara global dapat
membunuh 2,5 juta orang pertahun, terutama pada kelompok kurang dari 5 tahun Watts, 2004.
Praktek penyediaan air bersih yang kurang baik di Kecamatan Suka Makmur kemungkinan disebabkan juga oleh karena penelitian dilakukan pada
pasca bencana Tsunami, sehingga beberapa sumber air bersih terjadi gangguan hal ini mungkin yang menyebabkan Kecamatan Suka Makmur endemis diare. Selain
itu kemungkinan pengetahuan ibu terhadap sanitasi penyediaan air bersih dalam kondisi bencana masih kurang.
Menurut Kusnoputranto 2000, air permukaan merupakan badan air yang mudah sekali dicemari terutama oleh kegiatan manusia untuk itu diperlukan
pengolahan yang baik sebelum air permukaan dipakai sebagai sumber air bersih. Air bukan media satu-satunya dalam penularan penyakit.
5.6. Hubungan Perilaku Ibu yang memiliki Anak Balita Usia 2 – 5 tahun dengan Kebersihan rumah