Plumbum Pb Plumbum Pb dalam susunan unsur merupakan logam berat yang terdapat secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Plumbum Pb Plumbum Pb dalam susunan unsur merupakan logam berat yang terdapat secara

alami di kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami. Pb dapat ditemukan di lingkungan dalam bentuk senyawa terutama sebagai mineral seperti galena, serusite, mimetit dan piromorphite. Polusi lingkungan oleh Pb berlangsung pada peleburan dan penyulingan Pb, pembakaran bahan bakar yang mengandung Pb, serta pembakaran batu bara dan minyak bumi. Pb digunakan dalam bentuk murni dan kombinasi dengan elemen lain, membentuk berbagai senyawa organik dan anorganik WHO, 1977. Apabila Pb terhirup atau tertelan oleh manusia, di dalam tubuh ia akan beredar mengikuti aliran darah, diserap kembali di dalam ginjal dan otak, serta disimpan di dalam tulang dan gigi. Manusia menyerap Pb melalui udara, debu, air dan makanan. Menurut Material Safety Data Sheet MSDS 2006, Pb diidentifikasi sebagai racun berat grade 3 dan oksidan kuat grade 3. Berakibat fatal bila termakan atau terhirup, menyebabkan iritasi kulit, mata dan saluran napas, neurotoksin, merusak gusi, sistem saraf pusat, ginjal dan sistem reproduksi. II.1.1 Sifat fisika dan kimia Plumbum Pb atau yang sehari-hari dikenal sebagai timah hitam adalah logam berat berwarna kelabu kebiruan yang termasuk kedalam golongan IV-A pada tabel Periodik unsur kimia. Pb memiliki nomor atom NA 82 dengan berat atom BA 207,19 dan berat jenis 11,34. Bersifat lunak dengan titik leleh 327°C dan titik didih 1.620°C. Pada suhu 550-600° Pb menguap dan di udara membentuk Pb oksida. Walaupun bersifat lunak dan lentur, Pb sangat rapuh, sulit larut dalam air dingin namun dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat Palar, 1994. Senyawa organometalik yang terpenting adalah Pb tetraethyl tetra ethyl lead TEL dan Pb tetrametil tetra methyl lead TML yang tidak larut dalam air tetapi mudah larut dalam pelarut organik dan lemak Palar, 1994. Menurut data dari Environmental Protection Agency EPA tahun 1977, Pb termasuk kedalam ”Top- 20” dari bahan berbahaya dan beracun B3 sebagaimana arsenic, mercury , cadnium dan chromium Sudarmaji et al, 2006. II.1.2. Metabolisme Pb Pajanan Pb dapat berasal dari makanan, minuman, udara, lingkungan umum dan lingkungan kerja yang tercemar Pb. Pb diabsorpsi masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan sekitar 10-30 , saluran pencernaan 5-10 Palar, 1994 dan sangat sedikit melalui kulit sehingga dapat diabaikan. Absorpsi Pb melalui saluran pernafasan dipengaruhi oleh ukuran partikel, volume pernafasan dan daya larut DeRoos, 1997. Sebanyak 30-40 Pb yang diabsoprsi melalui pernafasan akan masuk aliran darah. Palar, 1994. Distribusi Pb yang diabsorpsi ke dalam darah sebanyak 95 diikat oleh eritrosit. Sebagian lainnya berdifusi ke jaringan lunak sumsum tulang, sistem saraf, ginjal dan hati dan ke jaringan keras tulang, kuku, rambut, dan gigiPalar, 1994. Pada jaringan lunak sebagian Pb disimpan dalam aorta, hati, ginjal, otak, dan kulit. Pb yang ada di jaringan lunak bersifat toksik Ardyanto, 2005. Eksresi Pb melalui ginjal sebanyak 75-80, saluran cerna 15 dan lainnya melalui empedu, keringat, rambut dan kuku Palar, 1994. Kadar Pb dalam urin merupakan cerminan pajanan baru sehingga pemeriksaan Pb urin dipakai untuk pajanan dari lingkungan kerja. Goldstein dan Kipen, 1994. II.1.3. Toksisitas Pb Ukuran keracunan suatu zat ditentukan oleh kadar dan lamanya paparan. Keracunan yang disebabkan oleh Pb dalam tubuh mempengaruhi berbagai jaringan dan organ tubuh Darmono, 2001. Mekanisme toksisitas Pb masih kontroversial, Pb dipercaya berinteraksi secara kovalen dengan ion phosphat tertier pada asam-asam nukleat Holtzman et al, 1984. Pb juga dilaporkan menghambat sintesa DNA dan pertumbuhan sel in vitro El-Ashmawy et al, 2006 dan menginduksi pemecahan DNA melalui perubahan sistem redoks seluler dan penekanan pembentukan protein kinase C- , yang mengesankan logam ini berperan sebagai penyebab tumor Fracasso et al, 2002. Pemberian senyawa Pb konsentrasi tinggi melalui makanan menyebabkan kerusakan hati yang hebat dengan melibatkan radikal-radikal bebas Sipos et al, 2003. Pada orang dewasa kadar Pb darah 10 gdL akan mempengaruhi perkembangan sel darah, kadar Pb darah 40 g dL akan mempengaruhi beberapa fungsi dari kemampuan darah untuk membentuk hemoglobin, gangguan sistem saraf yang menyebabkan kelelahan, irritabilitas, kehilangan ingatan dan reaksi lambat Shannon, 1998. Menurut Ding et al, 2000 pada penelitiannya menemukan bahwa terdapat bukti tak langsung radikal hidroksil menjadi molekul yang paling merusak pada hewan yang dipapar Pb. Produk peroksidasi lipid yang diukur sebagai malondialdehid-asam thiobarbituric MDA-TBA dan radikal hidroksil yang diukur sebagai 2,3 asam dihidroksi benzoik 2,3 DHBA pada sel endotel pembuluh darah, setelah pemaparan plumbum 48 jam meningkat secara bermakna. Percobaan lain yang dilakukan oleh Pagliara et al 2003 secara in vivo pada tikus, dengan pemberian PbNO 3 2 yang diinjeksikan intra vena didapati terjadinya penurunan kadar glutathion tereduksi GSH hepar, dan mungkin berhubungan dengan terjadinya apoptosis sel hepar. II.1.4. Dampak pencemaran Pb Menurut ketentuan WHO, kadar Pb dalam darah manusia yang tidak terpapar oleh Pb adalah sekitar 10-25 gdL. Paparan bahan tercemar Pb dapat menyebabkan gangguan pada organ sebagai berikut Sudarmaji, 2006: a. Gangguan sistem syaraf ; berupa encephalopathy, ataxia, stupor dan coma. Pada anak-anak dapat menimbulkan kejang tubuh dan neuropathy perifer. b. Gangguan fungsi ginjal; berupa tidak berfungsinya tubulus renal, nefropati irreversible, sclerosis vaskuler, sel tubulus atropi, fibrosis dan sclerosis glomerulus, menimbulkan aminoaciduria, glukosuria dan bila berlanjut dapat terjadi nefritis kronis. c. Gangguan sistem reproduksi; berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin, bahkan dapat menyebabkan cacat kromosom. d. Gangguan sistem hematopoitik; berupa anemia e. Gangguan DNA ; DNA repair dihambat

II.2. Radikal Bebas