Oksidasi Lipid Asam Askorbat

sel, menurunkan fluiditas membran dan meningkatkan kecepatan hemolisis. Gambar 4. Efek Pb pada metabolisme glutathion Patrick, 2006

II.4. Oksidasi Lipid

Oksidasi lipid terbentuk dari 3 proses dasar inisiasi, propagasi dan terminasi akibat proses pembentukan radikal bebas yaitu: Inisiasi : RH R• + H • ROOH + M n+ RO• + M n++ + OH ROOH + M n++ ROO• +M n+ + H + 2 ROOH ROO• + RO• + H 2 O Propagasi: R• + O 2 ROO• ROO• + RH lambat ROOH + R• RO• + RH ROH + R• Terminasi: R• + R• RR R• + ROO• ROOR ROO• + ROO• ROOR + O 2 RH, R, RO, ROO, ROOH dan M berturut-turut merupakan symbol untuk asam lemak tidak jenuh atau ester dengan atom H pada atom karbon alilik, radikal alkil, radikal alkoksil, radikal peroksil, hidroperoksida dan logam transisi Apriyanto, 2002. II.5. Peroksidasi lipid Peroksidasi lipid adalah mekanisme dari trauma sel, baik pada tumbuhan ataupun hewan. Digunakan sebagai indikator dari stres oksidatif pada sel dan jaringan. Peroksida lipid yang berasal dari asam lemak tak jenuh ganda, bersifat tidak stabil dan mengalami perubahan membentuk beberapa senyawa kompleks Mc Kee dan Mc Kee, 2003. Asam lemak tidak jenuh ganda mudah sekali teroksidasi oleh radikal bebas atau senyawa-senyawa reaktif lainnya seperti H 2 O 2 . Reaksi peroksidasi lipid dimulai dengan keluarnya atom hidrogen dari asam lemak tidak jenuh ganda. Radikal lipid yang terbentuk kemudian bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksil yang bersifat radikal, ketika radikal peroksil ini menarik atau mengeluarkan atom hidrogen dari molekul asam lemak yang lain. Salah satu akibat penting peroksidasi lipid adalah pembentukan senyawa-senyawa aldehyde, terutama Malondialdehyde MDA. Sehingga pengukuran MDA sering digunakan sebagai indikator peroksidasi lipid jaringan Mc Kee dan Mc Kee, 2003.

II.6. Asam Askorbat

Antioksidan dengan berat molekul kecil yang ditemukan dalam makanan adalah asam askorbat atau sering disebut asam askorbat, vitamin A, vitamin E, zink, selenium dan karotenoid. Sudaryanti, 1999. Asam askorbat mula-mula dikenal sebagai asam heksuronat dengan rumus C 6 H 8 O 6 Gambar 5 Asam askorbat bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reducing agent pendonor elektron yang kuat dan antioksidan. Bukti substansial yang menghubungkan radikal bebas dengan penyakit, mengarah pada penelitian mengenai nutrien antioksidan dan antioksidan farmakologis untuk pencegahan penyakit Tuminah, 2000. Gambar 5. Rumus bangun asam askorbat Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan, antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu: 1. Anti oksidan pencegah Pada dasarnya adalah untuk mencegah terbentuknya radikal hidroksil yaitu radikal yang paling berbahaya. Termasuk ke dalam antioksidan pencegah adalah : a. Katalase dalam sitoplasma, dapat mengkatalisis H 2 O 2 menjadi H 2 O dan O 2 . Komponen katalase adalah Fe 2+ . b. Enzim SOD Superoksida dismutase yang ada di dalam tubuh manusia, yaitu yang berada di mitokondria Mn-SOD dan di sitoplasma CuZn-SOD. c. Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutathion peroksidase yag dapat meredam H 2 O 2 menjadi H 2 O melalui siklus reduksi-oksidasi glutathion. d. Senyawa yang mengandung gugus sulfhidril glutathion, sistein dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi H 2 O. 2. Antioksidan pemecah rantai Antioksidan pemecah rantai dapat digolongkan menjadi antioksidan endogen dan antioksidan eksogen. Yang termasuk ke dalam antioksidan eksogen adalah asam askorbat, vitamin E serta beta karoten. Sedangkan golongan endogen adalah glutathion dan sistein. Vitamin E dan beta karoten bersifat lipofilik sehingga dapat berperan pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid. Sebaliknya asam askorbat, glutathion dan sistein bersifat hidrofilik dan berperan dalam sitosol dan cairan ekstrasel Sudaryati, 1999; Mayes, 2003. Vitamin-vitamin tersebut dapat secara langsung maupun tidak langsung memberikan elektron pada enzim yang membutuhkan. Penggunaan vitamin tersebut diharapkan akan memberikan efek yang optimal dalam menghadapi aktivitas senyawa oksigen reaktif ROS. Dewoto dan Wardhini, 1995; Christyaningsih, 2003. Asam askorbat juga berfungsi sebagai donor ekuivalen pereduksi, yang dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat yang juga bertindak sebagai sumber vitamin. Asam askorbat merupakan agen pereduksi yang mampu mereduksi senyawa- senyawa seperti oksigen molekular, nitrat, dan sitokrom a dan c. Mekanisme kerja berbagai aktivitas asam askorbat masih belum jelas. Dalam beberapa proses asam askorbat tidak berpartisipasi secara langsung, tapi diperlukan untuk mempertahankan agar kofaktor logam dapat berada dalam keadaan tereduksi Mayes, 2003. Asam askorbat menstimulasi banyak proses metabolisme berkat sistem redoksnya yaitu mudah dioksidasi dan direduksi kembali dengan bantuan glutathion. Pada beberapa reaksi asam askorbat bersifat sebagai donor elektron. Asam askorbat dosis 400mg dapat melindungi otot dari kerusakan oksidatif selama aktivitas jangka panjang seperti berolahraga berat dan menstimulasi reparasi fungsi otot Tjay dan Rahardja, 2002. Dari beberapa penelitian telah diketahui bahwa pemberian asam askorbat dengan dosis besar dapat menanggulangi beberapa proses penyakit. Beberapa infeksi virus dapat diatasi dengan pemberian asam askorbat dosis 500 mg bahkan 1000 mg. Sedangkan asam askorbat dengan dosis 200 mg sampai 500 mg telah terbukti dapat mengatasi kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh berbagai logam berat Klenner, 1997. Penelitian yang dilakukan oleh Dawson et al 1999, telah membuktikan bahwa asam askorbat dengan dosis 1000 mg secara signifikan dapat menurunkan kadar Pb darah pada perokok. Adapun dosis optimal asam askorbat sebagai antioksidan sangat tergantung derajat paparan radikal bebas Sanjoto, 2001. Angka Kecukupan Gizi AKG asam askorbat adalah 35 mg untuk bayi dan meningkat kira-kira sampai 60 mg pada dewasa. Kebutuhan asam askorbat akan meningkat 300-500 kali pada penyakit infeksi, tukak peptik, neoplasma dan keadaan- keadan yang dapat meningkatkan metabolisme tubuh. Dewoto dan Wardhini , 1995.

II.7. Sel Darah Merah