Efektifitas Pemberian Soyghurt yang Mengandung Bakteri Asam Laktat dalam Memperbaiki Kerusakan Jaringan Hati Mencit (Mus musculus L.) yang Dipapar Timbal

(1)

EFEKTIFITAS PEMBERIAN SOYGHURT YANG

MENGANDUNG BAKTERI ASAM LAKTAT DALAM

MEMPERBAIKI KERUSAKAN JARINGAN HATI MENCIT

(Mus musculus L.) YANG DIPAPAR TIMBAL

TESIS

OLEH

LAVARINA WINDA

097030031/BIO

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

EFEKTIFITAS PEMBERIAN SOYGHURT YANG

MENGANDUNG BAKTERI ASAM LAKTAT DALAM

MEMPERBAIKI KERUSAKAN JARINGAN HATI MENCIT

(Mus musculus L.) YANG DIPAPAR TIMBAL

TESIS

OLEH

LAVARINA WINDA

097030031/BIO

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

EFEKTIFITAS PEMBERIAN SOYGHURT YANG

MENGANDUNG BAKTERI ASAM LAKTAT DALAM

MEMPERBAIKI KERUSAKAN JARINGAN HATI MENCIT

(Mus musculus L.) YANG DIPAPAR TIMBAL

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains dalam Program Studi Magister Ilmu Biologi

pada Program Pascasarjana Fakultas MIPA

Universitas Sumatera Utara

OLEH

LAVARINA WINDA

097030031/BIO

PROGRAM MAGISTER BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(4)

PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : EFEKTIFITAS PEMBERIAN

SOYGHURT YANG MENGANDUNG BAKTERI ASAM LAKTAT DALAM MEMPERBAIKI KERUSAKAN JARINGAN HATI MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIPAPAR TIMBAL Nama Mahasiswa : LAVARINA WINDA

Nomor Induk Mahasiswa : 097030031 Program Studi : Magister Biologi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed)

Ketua Anggota

(Dr. Herla Rusmarilin, M.P)

Ketua Program Studi, D e k a n,

(Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed) (Dr. Sutarman, M.Sc)


(5)

PERNYATAAN ORISINALITAS

EFEKTIFITAS PEMBERIAN SOYGHURT YANG MENGANDUNG BAKTERI ASAM LAKTAT DALAM MEMPERBAIKI KERUSAKAN JARINGAN HATI MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIPAPAR TIMBAL

T E S I S

Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar.

Medan, Februari 2013

Lavarina Winda NIM. 097030031


(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lavarina Winda

NIM : 097030031

Program Studi : Magister Biologi Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Tesis saya yang berjudul:

EFEKTIFITAS PEMBERIAN SOYGHURT YANG MENGANDUNG

BAKTERI ASAM LAKTAT DALAM MEMPERBAIKI KERUSAKAN JARINGAN HATI MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIPAPAR TIMBAL beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, Februari 2013


(7)

Telah diuji pada

Tanggal : 14 Februari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed Anggota : 1. Dr. Herla Rusmarilin, M.P

2. Dr. It Jamilah, M.Sc 3. Drs. Kiki Nurtjahja, M.Sc


(8)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

NAMA : Lavarina Winda, S.Si

Tempat dan Tanggal Lahir : Lubuk Pakam, 9 Maret 1975

Alamat Rumah : Jl. Sutomo Ujung Gg. A No. 55 Medan-20235 Telepon/HP : +62616630214 / +628126379453

e-mail :

Instansi Tempat Bekerja : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara windaa.lvr@gmail.com

Alamat Kantor : Jl. dr. T. Mansur No. 5 Medan-20155

Telepon/Faks : +62618211045 ; +62618210555 / +620618216264

DATA PENDIDIKAN

SD : Negeri 1 Lubuk Pakam Tamat : 1987 SMP : SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Tamat : 1990

SMA : SMAK Dep. Kes. Medan Tamat : 1993


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan tesis yang berjudul: “Efektifitas Pemberian Soyghurt yang Mengandung Bakteri Asam Laktat dalam Memperbaiki Kerusakan Jaringan Hati Mencit (Mus musculus L.) yang Dipapar Timbal” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang pendidikan strata-2 pada Program Magister Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya penelitian dan penyusunan tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed dan Dr. Herla Rusmarilin, M.P selaku pembimbing, yang dengan penuh perhatian dan kesabaran memberikan motivasi, bimbingan dan saran-sarannya dalam penelitian dan penulisan tesis ini.

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.

Dekan Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara, Dr. Sutarman, M.Sc atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

Ketua Program Studi Magister Biologi Fakultas MIPA, Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed, dan seluruh komisi penguji Dr. It Jamilah, M.Sc dan Drs. Kiki Nurtjahja, M.Sc beserta Staf Pengajar pada Program Studi Magister Biologi Program Pascasarjana Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

Kepada keluarga tercinta Papa Adwinarta dan Ibunda Lisdayanizma serta kedua adikku Koko Adliswan, S.E. dan Adil Winazta, S.Kom yang telah tulus memberikan kasih sayang, motivasi, doa, dan nasehat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Kepada semua pihak yang banyak membantu yang namanya tidak tersebutkan, penulis ucapkan terimakasih.

Penulis berharap semoga pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Februari 2013


(10)

EFEKTIFITAS PEMBERIAN SOYGHURT YANG MENGANDUNG BAKTERI ASAM LAKTAT DALAM MEMPERBAIKI KERUSAKAN JARINGAN HATI MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIPAPAR TIMBAL

ABSTRAK

Paparan timbal dapat mengakibatkan kerusakan sel-sel hepatosit yang berakibat meningkatnya kadar enzim Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT) dalam darah yang sering menjadi indikator adanya kerusakan hati. Tujuan penelitian ini ialah untuk pembuatan soyghurt dengan menggunakan starter soyghurt yang mengandung bakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus, dan melihat manfaatnya dalam memperbaiki kadar SGOT dan SGPT yang dihasilkan oleh jaringan hati serta gambaran makroskopis dan histopatologi hati mencit (Mus musculus L.) jantan yang diberi timbal. Perlakuan waktu fermentasi pada pembuatan soyghurt ialah 4, 6, dan 8 jam pada suhu inkubasi 40 oC. Analisa jumlah bakteri asam laktat berdasarkan Standard Plate Count. Identifikasi jenis bakteri dilakukan dengan pengamatan karakteristik sifat morfologi dan sifat fisiologis bakteri. Sifat morfologi dilakukan uji pewarnaan Gram dan motilitas bakteri, sedangkan sifat fisiologisnya dilakukan uji katalase, indol, H2S,

pembentukan gas, fermentasi glukosa, penggunaan sitrat, reduksi nitrat, hidrolisa pati, ketahanan suhu, dan fermentasi karbohidrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu fermentasi yang baik pada pembuatan soyghurt adalah 8 jam dengan jumlah koloni sebesar 1,71 x 109 cfu/ml. Pemberian timbal meningkatkan kadar SGOT dengan nilai (544,00±30,26 IU/ml), kadar SGPT (116,43±11,13 IU/ml) dan kerusakan sel hati dengan nilai (28,57±8,13). Sebaliknya pemberian soyghurt dapat menurunkan kadar SGOT (456,29±26,87 IU/ml), kadar SGPT (85,86±7,06 IU/ml) dan perbaikan sel-sel hati (19,05±6,30); p < 0.05. Hasil menunjukkan bahwa soyghurt yang mengandung bakteri asam laktat efektif dalam memperbaiki kerusakan jaringan hati mencit yang terpapar timbal.

Katakunci: bakteri asam laktat, fermentasi soyghurt, makroskopis dan histopatologi hati, SGOT, SGPT


(11)

THE EFFECTIVENESS OF SOYGURT CONTAINING LACTIC ACID BACTERIA IN REPAIRING LIVER TISSUE DAMAGE OF LEAD

EXPOSED MICE (Mus musculus L.)

ABSTRACT

The influence of metalloid lead again the liver cells damage, which may consequently increase of Glutamat Oksaloasetat Transaminase Serum (SGOT) and Glutamat Piruvat Transaminase Serum (SGPT), in the blood plasma and therefore both of them frequently used as indicators of liver cells damage. The aim of this study was to investigate the production of soygurt which lactic acid bacteria (Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus thermophilus) as well as its benefit in improving the levels of SGOT and SGPT, also the macroscopic and histopahologic of mice (Mus musculus L.) to be exposed by lead. During the fermentation, the soygurt was incubated at 40 0C for 4, 6, and 8 hours. Total colony count of the lactic acid bacteria was carried out using Standard Plate Count, whilst the identification of the type of the lactic acid bacteria was performed the morphological and physiological characteristics of the bacteria. The morphological characteristic was tested using Gram staining and motility of the bacteria, while the physiological characteristic was tested by the catalase, indol, H2S, the gas formation, the glucose fermentation, the utilization of citrate,

reduction of nitrate, hydrolysis of starch, resistance to temperature and carbohydrate fermentation. The result showed that the optimal fermentation time of soygurt production was 8 hours and the total colony was 1,71 x 109 cfu/ml. Exposure to lead increased the levels of mean ± S.D of the SGOT (554.00 ± 30.26 IU/ml), SGPT (116.43 ± 11.13 IU/ml) and hepatocyte cell damage (28.57 ± 8.13). In contrary, the administration of soygurt reduced the levels of SGOT (456. 29 ± 26.87 IU/ml), SGPT (85.86 ± 7.06 IU/ml) and improvement of hepatocytes (19.05 ± 6.03); p < 0.05. The result demonstrated that soygurt containing lactic acid bacteria was effective in repairing liver tissue damage in lead-exposed mice.

Keywords: lactic acid bacteria, soygurt fermentation, macroscopy and histopathology of the liver, SGOT, SGPT


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

ABSTRAK ii

ABSTRACT iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah 5

1.3. Kerangka Pemikiran 6

1.4. Tujuan Penelitian 7

1.5. Hipotesis Penelitian 7

1.6. Manfaat Penelitian 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Timbal 8

2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Timbal 8

2.1.2. Metabolisme Timbal 9

2.1.3. Toksisitas Timbal 10


(13)

2.2. Yoghurt dan Soyghurt 12

2.2.1. Yoghurt 12

2.2.2. Soyghurt 15

2.3. Bakteri Asam Laktat 19

2.3.1. Streptococcus thermophilus 22 2.3.2. Lactobacillus bulgaricus 23 2.3.3. Bakteri Asam Laktat sebagai Probiotik 24

2.4. Hati (Hepar) 27

2.4.1. Morfologi Hati Mencit (Mus musculus L.) 27 2.4.2. Morfologi dan Histologi Hati Manusia 28

2.4.3. Fisiologi Hati 30

2.4.4. Kelainan Fungsi Hati dan Kadar

Transaminase 32

2.4.5. Intoksikasi Hati 33

2.5. Mekanisme Kerusakan Hati Akibat Timbal dan Perlindungan Soyghurt terhadap Hati

34

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 39

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 39

3.3. Bahan dan Alat Penelitian 39

3.4. Pembuatan Starter Soyghurt (Koswara, 2006) 41 3.5. Pembuatan Susu Kedelai (Yudhi, 2008) 41 3.6. Pembuatan Soyghurt (Koswara, 2006) 41 3.7. Isolasi dan Identifikasi BAL Soyghurt 42


(14)

3.7.1. Preparasi Alat dan Bahan 42

3.7.2. Pembuatan Media 42

3.7.3. Pengenceran Sampel 42

3.7.4. Isolasi Bakteri Asam Laktat 43 3.7.5. Penghitungan Jumlah Koloni BAL 44 3.7.6. Identifikasi Bakteri Asam Laktat 44

3.7.6.1. Pewarnaan Gram 44

3.7.6.2. Uji Motilitas 44

3.7.6.3. Uji Katalase 45

3.7.6.4. Uji Indol 45

3.7.6.5. Uji H2

Pembentukan Gas

S, Fermentasi Glukosa dan

45

3.7.6.6. Uji Sitrat 46

3.7.6.7. Uji Reduksi Nitrat 46 3.7.6.8. Uji Hidrolisis Pati 46 3.7.6.9. Uji Ketahanan Suhu 46 3.7.6.10. Fermentasi Karbohidrat 46

3.8. Pemeliharaan Hewan Coba 47

3.9. Perlakuan Hewan Coba 47

3.10. Pengamatan Perubahan Prilaku Mencit 48

3.11. Pengukuran Bobot Badan Mencit 48

3.12. Pengukuran Berat Hati Mencit 48

3.13. Pemeriksaan Kadar Enzim GOT dan GPT 48

3.14. Pemeriksaan Histopatologi Hati 49


(15)

3.16. Pengamatan Sel Hati secara Mikroskopis 51

3.17. Analisis Data 51

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 52

4.2. Isolasi dan Penghitungan Jumlah Koloni BAL 52 4.3. Identifikasi Bakteri Asam Laktat 54

4.4. Perubahan Prilaku Mencit 56

4.5. Bobot Badan Mencit 57

4.6. Berat Hati Mencit 59

4.7. Pemeriksaan Kadar Enzim GOT dan GPT 61 4.8. Kerusakan Hati secara Makroskopis 63 4.9. Kerusakan Sel Hati secara Mikroskopis 65

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 70

5.2. Saran 70

DAFTAR KEPUSTAKAAN 71


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul Halaman

2.2.1 Standar Nasional Indonesia untuk Yoghurt 2981:2009 14 2.2.2 Perbandingan Komposisi Nutrien Susu Kedelai dan Susu Sapi 17 2.3 Karakterisasi Empat Genus Bakteri Asam Laktat 22 2.3.3 Bakteri Asam Laktat yang Digunakan sebagai Probiotik 26

4.2a Jumlah Koloni BAL pada Soyghurt Suhu Inkubasi 40 oC

dengan Waktu Fermentasi 4, 6, dan 8 jam 53

4.2b Jumlah Koloni Bakteri S. thermophilus dan L. bulgaricus pada

Pengenceran 10-7 waktu Fermentasi 8 jam 54 4.3 Karakterisasi Morfologi dan Sifat Fisiologi S. thermophilus

dan L. bulgaricus 55

4.4 Prilaku Mencit Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57 4.5 Hasil Rata-rata Peningkatan dan Penurunan Bobot Badan

Mencit Sebelum dan Sesudah Perlakuan 58

4.6 Hasil Rata-rata Berat Hati Mencit Sesudah Perlakuan (g) 59 4.7 Hasil Rata-rata Kadar SGOT dan SGPT Mencit (Mus

musculus L.) Sesudah Perlakuan 61

4.8 Derajat Kerusakan Hati Mencit (Mus musculus L.) secara

Makroskopis Sesudah Perlakuan 63

4.9 Hasil Rata-rata Kerusakan Sel Hati Mencit secara


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul Halaman

1.3 Kerangka Pemikiran Penelitian 6

2.1.2 Akumulasi Timbal dalam Tubuh Manusia 9

2.2.2 Soyghurt 19

2.3 Skema Pembentukan Asam Laktat dari Glukosa oleh BAL

Homofermentatif dan Heterofermentatif 20

2.3.1 Streptococcus thermophilus 23

2.3.2 Lactobacillus bulgaricus 24

2.4.1 Morfologi Hati Mencit (Mus musculus L.) 28

2.4.2a Morfologi Hati Manusia Normal 28

2.4.2b Struktur Mikroskopis Lobulus Hati Manusia 29

2.4.2c Sistem Asinus Hati Manusia 30

3.7.4 Cara Pengenceran Soyghurt untuk Isolasi Bakteri pada Media

Biakan dalam Cawan Petri 43

4.5 Peningkatan dan Penurunan Bobot Badan Mencit 58 4.6 Rata-rata Berat Hati Mencit (Mus musculus L.) 60 4.7 Rata-rata Kadar Enzim SGOT dan SGPT Mencit 62

4.8a Gambaran Hati Mencit secara Makroskopis 64

4.8b Gambaran Hati Mencit secara Makroskopis 64

4.8c Gambaran Hati Mencit secara Makroskopis 64

4.8d Gambaran Hati Mencit secara Makroskopis 64

4.9a Gambaran Histologi Hati Mencit secara Mikroskopis 65 4.9b Gambaran Histologi Hati Mencit secara Mikroskopis 66 4.9c Gambaran Histologi Hati Mencit secara Mikroskopis 67 4.9d Gambaran Histologi Hati Mencit secara Mikroskopis 67


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran

A Surat Ethical Clearance L-1

B Ringkasan Kegiatan Penelitian L-2

C Skema Perlakuan Hewan Coba L-3

D Diagram Alir Pembuatan Starter Soyghurt L-4

E Diagram Alir Pembuatan Susu Kedelai L-5

F Diagram Alir Pembuatan Soyghurt L-6

G Reaksi Karbohidrat dari Genus Lactobacillus L-7 H Pola Fermentasi Gula oleh Bakteri Asam Laktat L-8 I Reaksi Karbohidrat dari Genus Streptococcus L-9

J Tabel Uji Statistik L-10

K Hasil Uji Morfologi dan Fisiologi Bakteri Asam Laktat L-19


(19)

EFEKTIFITAS PEMBERIAN SOYGHURT YANG MENGANDUNG BAKTERI ASAM LAKTAT DALAM MEMPERBAIKI KERUSAKAN JARINGAN HATI MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIPAPAR TIMBAL

ABSTRAK

Paparan timbal dapat mengakibatkan kerusakan sel-sel hepatosit yang berakibat meningkatnya kadar enzim Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT) dalam darah yang sering menjadi indikator adanya kerusakan hati. Tujuan penelitian ini ialah untuk pembuatan soyghurt dengan menggunakan starter soyghurt yang mengandung bakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus, dan melihat manfaatnya dalam memperbaiki kadar SGOT dan SGPT yang dihasilkan oleh jaringan hati serta gambaran makroskopis dan histopatologi hati mencit (Mus musculus L.) jantan yang diberi timbal. Perlakuan waktu fermentasi pada pembuatan soyghurt ialah 4, 6, dan 8 jam pada suhu inkubasi 40 oC. Analisa jumlah bakteri asam laktat berdasarkan Standard Plate Count. Identifikasi jenis bakteri dilakukan dengan pengamatan karakteristik sifat morfologi dan sifat fisiologis bakteri. Sifat morfologi dilakukan uji pewarnaan Gram dan motilitas bakteri, sedangkan sifat fisiologisnya dilakukan uji katalase, indol, H2S,

pembentukan gas, fermentasi glukosa, penggunaan sitrat, reduksi nitrat, hidrolisa pati, ketahanan suhu, dan fermentasi karbohidrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu fermentasi yang baik pada pembuatan soyghurt adalah 8 jam dengan jumlah koloni sebesar 1,71 x 109 cfu/ml. Pemberian timbal meningkatkan kadar SGOT dengan nilai (544,00±30,26 IU/ml), kadar SGPT (116,43±11,13 IU/ml) dan kerusakan sel hati dengan nilai (28,57±8,13). Sebaliknya pemberian soyghurt dapat menurunkan kadar SGOT (456,29±26,87 IU/ml), kadar SGPT (85,86±7,06 IU/ml) dan perbaikan sel-sel hati (19,05±6,30); p < 0.05. Hasil menunjukkan bahwa soyghurt yang mengandung bakteri asam laktat efektif dalam memperbaiki kerusakan jaringan hati mencit yang terpapar timbal.

Katakunci: bakteri asam laktat, fermentasi soyghurt, makroskopis dan histopatologi hati, SGOT, SGPT


(20)

THE EFFECTIVENESS OF SOYGURT CONTAINING LACTIC ACID BACTERIA IN REPAIRING LIVER TISSUE DAMAGE OF LEAD

EXPOSED MICE (Mus musculus L.)

ABSTRACT

The influence of metalloid lead again the liver cells damage, which may consequently increase of Glutamat Oksaloasetat Transaminase Serum (SGOT) and Glutamat Piruvat Transaminase Serum (SGPT), in the blood plasma and therefore both of them frequently used as indicators of liver cells damage. The aim of this study was to investigate the production of soygurt which lactic acid bacteria (Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus thermophilus) as well as its benefit in improving the levels of SGOT and SGPT, also the macroscopic and histopahologic of mice (Mus musculus L.) to be exposed by lead. During the fermentation, the soygurt was incubated at 40 0C for 4, 6, and 8 hours. Total colony count of the lactic acid bacteria was carried out using Standard Plate Count, whilst the identification of the type of the lactic acid bacteria was performed the morphological and physiological characteristics of the bacteria. The morphological characteristic was tested using Gram staining and motility of the bacteria, while the physiological characteristic was tested by the catalase, indol, H2S, the gas formation, the glucose fermentation, the utilization of citrate,

reduction of nitrate, hydrolysis of starch, resistance to temperature and carbohydrate fermentation. The result showed that the optimal fermentation time of soygurt production was 8 hours and the total colony was 1,71 x 109 cfu/ml. Exposure to lead increased the levels of mean ± S.D of the SGOT (554.00 ± 30.26 IU/ml), SGPT (116.43 ± 11.13 IU/ml) and hepatocyte cell damage (28.57 ± 8.13). In contrary, the administration of soygurt reduced the levels of SGOT (456. 29 ± 26.87 IU/ml), SGPT (85.86 ± 7.06 IU/ml) and improvement of hepatocytes (19.05 ± 6.03); p < 0.05. The result demonstrated that soygurt containing lactic acid bacteria was effective in repairing liver tissue damage in lead-exposed mice.

Keywords: lactic acid bacteria, soygurt fermentation, macroscopy and histopathology of the liver, SGOT, SGPT


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Timbal merupakan salah satu logam berat yang bersifat racun bagi manusia, dapat ditemukan pada semua lingkungan sekitar kita, dan merupakan logam berat yang lebih tersebar luas dibanding logam toksik lainnya. Pakar lingkungan sependapat bahwa timbal merupakan kontaminan terbesar dari seluruh debu logam di udara (Winarno, 1993). Mayoritas timbal berasal dari pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor, emisi industri, dan penggunaan cat bangunan yang mengandung timbal. Timbal juga dapat mencemari air minum karena adanya kontaminasi dari pipa, solder, dan kran air (Hariono, 2005).

Timbal yang paling banyak terdapat di udara adalah timbal anorganik, terutama berasal dari pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor yang mengandung Pb tetraethyl. Pemaparan timbal bisa melalui makanan, minuman, inhalasi (terhirup partikel-partikel timbal) dan melalui permukaan kulit. Absorpsi timbal sebagian besar terakumulasi pada jaringan lunak dan tulang. Sebagian besar timbal masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan sampai di alveoli paru-paru menembus dinding alveoli dan masuk ke sirkulasi darah (Venugopal et al., 1978). Timbal yang masuk ke dalam tubuh pada tingkat tertentu akan menyebabkan perubahan pada beberapa molekul tubuh dan pada akhirnya akan menggaggu fungsi tubuh. Salah satu organ yang ikut mengalami perubahan akibat paparan timbal yang berlebihan adalah hati. Kerusakan hati yang diakibatkan oleh timbal adalah timbal tingkat tertentu dapat menginduksi pembentukan radikal bebas dan menurunkan kemampuan sistem antioksidan tubuh sehingga dengan sendirinya akan terjadi stres oksidatif (Gurer dan Ercal, 2000). Stres oksidatif adalah keadaan yang tidak seimbang antara antioksidan yang ada dalam tubuh dengan produksi senyawa reactive oxygen species (ROS). Stres oksidatif dapat menyebabkan terjadinya reaksi peroksidasi lipid membran dan sitosol yang mengakibatkan terjadinya serangkaian reduksi asam lemak sehingga merusak organisasi membran dan organela sel. Membran sel sangat penting bagi fungsi


(22)

reseptor, terjadinya peroksidasi lipid membran akan mengakibatkan hilangnya fungsi sel secara total, dan jika hal ini berlanjut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan dan kematian sel (Singh, 1992; Evans, 2000; Mahdi et al., 2007).

Hati merupakan jaringan tubuh yang terbesar dan organ metabolisme yang paling kompleks di dalam tubuh. Organ ini terlibat dalam metabolisme zat makanan serta obat dan toksikan (Lu, 1995). Hati mempunyai ribuan fungsi vital meliputi metabolisme asam amino, karbohidrat, protein, lemak, cairan empedu, kolesterol, vitamin, tempat penyimpanan hasil-hasil metabolisme, merombak obat-obatan dan zat-zat toksik atau bahan-bahan lain yang membahayakan tubuh dan diekskresikan bersama dengan empedu, dan darah. Selain itu juga berfungsi untuk mengatur volume darah, tempat utama untuk biotransformasi yaitu mengubah partikel-partikel menjadi molekul hidrofobik yang larut dalam air dan pertahanan terhadap xenobiotik (Burt dan Day, 2002). Rangkaian proses-proses yang terjadi dalam hati tersebut dapat mengakibatkan kerusakan yang parah pada hati dengan akibat hilangnya fungsi dan struktur sel hati, yang akhirnya dapat berdampak buruk terhadap kesehatan dan seluruh organ (Antoine et al., 2008).

Setiap zat-zat yang masuk ke dalam tubuh mengalami proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi (Sulistia et al., 1995). Setelah diabsorpsi dari saluran cerna, zat ini diangkut melalui vena porta ke hati, jadi hati adalah organ pertama yang dikenai oleh zat-zat kimia yang diabsorpsi dari saluran cerna. Secara umum sel-sel hati akan bereaksi terhadap zat-zat racun yang masuk ke dalam tubuh, dan akan mengaktifkan mekanisme pertahanan di dalam hati dengan menginduksi sistem perlindungan (superoksid dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx) atau glutation reduktase (GR), dan katalase) untuk mempertahankan fungsi sel (Grattagliano et al., 2009). Adanya kerusakan pada hati akibat paparan timbal dapat dideteksi dengan melakukan pemeriksaan biokimia dan pemeriksaan histopatologi hati. Salah satu pemeriksaan biokimia hati yang berguna untuk tujuan tersebut adalah pemeriksaan kadar enzim golongan transaminase yaitu, Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT). SGOT dapat ditemukan pada berbagai tempat di tubuh, tapi lebih berguna sebagai petanda kerusakan hati dan jantung, sedangkan SGPT lebih terkonsentrasi pada hati.


(23)

Kedua enzim ini akan keluar dari sel hati apabila sel hati mengalami kerusakan sehingga dengan sendirinya akan menyebabkan peningkatan kadarnya dalam serum (Widman, 1992). Sedangkan pemeriksaan histopatologi hati merupakan suatu pemeriksaan yang dapat membuktikan adanya kerusakan hati yang ditandai dengan adanya perubahan struktur sel hati dari struktur normalnya (Lu, 1995).

Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan ketahanan tubuh khususnya hati dari bahaya berbagai toksikan. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pencegahan dan perbaikan kerusakan hati dapat dilakukan dengan pemberian pangan probiotik yang mengandung kultur aktif bakteri asam laktat Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus. Bakteri S. thermophilus dan L. bulgaricus dapat menghilangkan toksisitas timbal dan kadmium dengan mengikat bahan toksik tersebut (Salim et al., 2011). Mahdi et al. (2007) mengatakan bahwa manfaat dari pangan probiotik hasil dari fermentasi seperti yoghurt dapat memperbaiki kerusakan pada jaringan hati yang terpapar formaldehid pada dosis 25 ppm. Keberadaan formaldehid dapat menyebabkan menurunnya secara drastis antioksidan dalam tubuh, seperti superoksid dismutase dan glutation peroksidase atau glutation reduktase, sebaliknya meningkatkan produksi senyawa ROS dalam tubuh, yang dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Penelitian lain oleh Guven dan Gulmez (2003) menyatakan bahwa kefir sebagai pangan probiotik hasil fermentasi memiliki efek perlindungan terhadap tubuh akibat kerusakan toksikan tetraklorida (CCl4) yang menyebabkan menurunnya antioksidan di dalam tubuh. Menurut Vij et al. (2011) soyghurt sebagai pangan probiotik dapat berfungsi sebagai antioksidan dalam mencegah penyakit degeneratif.

Pangan fungsional menurut Badan POM RI no HK 00.05.52.0685 tahun 2005 adalah pangan olahan yang mengandung satu atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu, terbukti tidak membahayakan dan bermanfaat bagi kesehatan. Salah satu komponen pangan fungsional adalah probiotik. Probiotik merupakan mikrobia hidup digunakan sebagai suplemen makanan dan berpengaruh menguntungkan bagi kesehatan manusia melalui peningkatan keseimbangan mikrobiota dalam saluran pencernaan (Fuller, 1992). Probiotik adalah organisme hidup yang apabila


(24)

dikonsumsi dalam jumlah cukup dapat memberi manfaat bagi kesehatan (FAO/WHO, 2002). Probiotik merupakan flora normal dari golongan BAL yang bekerja mempertahankan kesehatan host (Miller, 2004). Penemuan fungsi probiotik yang pertama kali diperoleh seorang peneliti Rusia yang bernama Ilya Metchnikoff tahun 1908. Atas penemuannya itu, menghantarkannya memperoleh Nobel. Sejak saat itu, produk probiotik terus diteliti dan dikembangkan (Shurtleff dan Aoyagi, 2007).

Salah satu produk dari probiotik yang telah dikenal luas adalah soyghurt, dibuat dari fermentasi susu kedelai dengan menambahkan bakteri Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus. Kedua bakteri ini juga umum dipakai pada proses pembuatan yoghurt (Heller, 2001). Soyghurt merupakan salah satu produk makanan yang sangat populer saat ini. Selain sebagai makanan, produk yang dibuat dari susu kedelai ini dianggap sebagai produk yang dapat membantu pencernaan mencegah diare, mencegah peningkatan kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi, bahkan dinyatakan dapat membantu melawan kanker (Yusmarini dan Efendi, 2004). Kombinasi bakteri S. thermophilus dan L. bulgaricus ini bersifat sinergis. Jika kedua bakteri ini ditumbuhkan bersama-sama akan memproduksi asam laktat lebih banyak dibandingkan jika tumbuh secara terpisah. S. thermophilus dan L. bulgaricus merupakan BAL homofermentatif yang merubah glukosa menjadi asam laktat. Lamanya fermentasi/inkubasi biasanya diantara 4-8 jam dengan suhu 40 o

Soyghurt bernilai gizi tinggi karena mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium, phosphor, zat besi, berbagai vitamin terutama vitamin A, vitamin B kompleks (kecuali B12), vitamin C, D, dan E (Yusmarini dan Efendi, C. Pada mulanya L. bulgaricus tumbuh dominan dan menghasilkan asam amino glisin dan histidin, kedua senyawa ini akan merangsang pertumbuhan S. thermophilus (Hidayat et al., 2006). Lama waktu fermentasi berpengaruh terhadap aktivitas bakteri, karena semakin lama fermentasi bakteri semakin aktif, dan semakin banyak jumlahnya, sehingga kemampuan memecah substrat semakin besar. Lama waktu fermentasi juga berpengaruh terhadap total asam, karena semakin lama fermentasi, L. bulgaricus yang digunakan dalam proses fermentasi semakin aktif sehingga menghasilkan asam laktat semakin banyak (Kunaepah, 2008).


(25)

2004). Soyghurt juga mengandung senyawa seperti isoflavon dan bersifat sebagai antioksidan (Vij et al., 2011; Pyo dan Song, 2009). Dengan suplementasi soyghurt ini diharapkan dapat mencegah dan mengeliminasi senyawa radikal bebas akibat paparan timbal, serta dapat mencegah terjadinya stres oksidatif pada sel dan organ hati.

Dengan melihat besarnya potensi bahan-bahan bioaktif serta keberadaan bakteri S. thermophilus dan L. bulgaricus yang terdapat di dalam soyghurt dan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh timbal terutama terhadap hati maka penulis tertarik untuk melihat apakah soyghurt mampu melindungi kerusakan hati yang disebabkan oleh timbal.

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penelitian tentang efektifitas pemberian soyghurt dalam perbaikan kerusakan hati mencit yang dipapar timbal dibatasi aplikasinya pada bakteri S. thermophilus dan L. bulgaricus serta perbaikan kerusakan hati yang terpapar timbal, didasarkan pada pertimbangan bahwa kedua bakteri tersebut sangat menentukan keberhasilan proses fermentasi soyghurt dalam menghasilkan metabolit sekunder, diharapkan dapat mencegah dan mengeliminasi senyawa ROS dan radikal bebas akibat paparan timbal, dan mencegah terjadinya kerusakan pada organ hati dan sel-sel hati.

Guven dan Gulmez (2003) menyatakan bahwa produk susu fermentasi memberikan efek protektif yang lebih baik terhadap senyawa toksik dan karsinogen. Begitu juga Smith (2003) menyatakan yoghurt banyak mengandung berbagai vitamin yang berperan sebagai antioksidan yang dapat menetralkan senyawa ROS dan radikal bebas yang bersifat merusak sel dan organ hati. Vij et al. (2011) juga menyatakan soyghurt bermanfaat bagi kesehatan yang berpotensi sebagai antioksidan yang merupakan jalur pertahanan tubuh. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu :

1. Apakah perbedaan lama waktu fermentasi pada proses pembuatan soyghurt dapat menghasilkan jumlah koloni bakteri asam laktat yang bervariasi.


(26)

2. Apakah bakteri asam laktat pada soyghurt memiliki potensi dalam memperbaiki kerusakan hati yang terpapar timbal.

1.3. Kerangka Pemikiran

Timbal merupakan senyawa toksik dan bersifat karsinogen. Pengaruh negatif paparan timbal dapat membentuk radikal bebas dalam tubuh serta menurunkan kemampuan antioksidan sehingga dengan sendirinya akan terjadi stres oksidatif. Stres oksidatif dapat menyebabkan terjadinya reaksi peroksidasi lipid membran, yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel, apabila berlanjut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan dan kematian sel-sel hati (Mahdi et al., 2007).

Upaya pencegahan terhadap kerusakan hati ini diperlukan suatu asupan untuk melindungi hati dari kerusakan dengan pemberian soyghurt, yang pembuatannya menggunakan kultur BAL S. thermophilus dan L. bulgaricus. Pertumbuhan BAL pada pembuatan soyghurt sangat dipengaruhi oleh waktu fermentasi, sehingga diperlukan penggunaan waktu yang berbeda untuk melihat seberapa banyak jumlah koloni S. thermophilus dan L. bulgaricus pada fermentasi soyghurt sehingga penyembuhan kerusakan hati dapat terlihat nyata. Begitu juga untuk dapat memantau pengaruh asupan soyghurt dalam mencegah kerusakan hati yang terpapar timbal, dipakailah suatu pemeriksaan biokimia berupa pemeriksaan kadar enzim transaminase (SGOT/SGPT) dan pemeriksaan histopatologis organ hati.

Gambar 1.3. Kerangka Pemikiran Penelitian

Timbal

Stres

Oksidatif

- Inokulasi BAL - Fermentasi: 4, 6, 8 jam

HATI

Peroksidasi Lipid

SGOT

SGPT

Gambaran - Makroskopis - Histopatologi Hati


(27)

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitianinibertujuan untuk :

1. Mendapatkan waktu fermentasi yang sesuai bagi pertumbuhan S. thermophilus dan L. bulgaricus pada pembuatan soyghurt.

2. Menentukan jumlah koloni bakteri asam laktat S. thermophilus dan L. bulgaricus pada pembuatan soyghurt.

3. Mengevaluasi kemampuan bakteri asam laktat S. thermophilus dan L. bulgaricus pada soyghurt dalam menurunkan kadar SGOT/SGPT, serta memperbaiki gambaran makroskopis dan histopatologi hati mencit (Mus musculus L.) yang terpapar timbal.

1.5. Hipotesis

1. Dihasilkan waktu fermentasi yang sesuai terhadap pertumbuhan bakteri asam laktat pada pembuatan soyghurt.

2. Diperoleh jumlah bakteri asam laktat yang optimum pada pembuatan soyghurt.

3. Bakteri asam laktat S. thermophilus dan L. bulgaricus pada soyghurt mampu menurunkan kadar SGOT/SGPT, serta memperbaiki gambaran makroskopis dan histopatologi hati mencit yang terpapar timbal.

1.6. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi tentang pengaruh lama waktu fermentasi pada pembuatan soyghurt terhadap jumlah koloni bakteri starter S. thermophilus dan L. bulgaricus yang memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar SGOT/SGPT, memperbaiki gambaran makroskopis dan histopatologi hati mencit yang terpapar timbal sehingga dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat maupun industri yang memproduksi pangan fungsional.


(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Timbal

2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Timbal

Timbal sering juga disebut sebagai timah hitam atau plumbum, logam ini disimbolkan dengan Pb. Timbal pada tabel periodik unsur kimia termasuk dalam kelompok logam golongan IV-A. Timbal mempunyai nomor atom (NA) 82 dan berat atom (BA) 207,2 merupakan suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan dengan titik leleh 327 oC dan titik didih 1.725 oC. Pada suhu 550-600 o

Timbal banyak digunakan pada pabrik baterai, pabrik pembuatan kaca, pabrik kabel listrik, pabrik cat pewarna karet, pewarna tinta, bahan peledak, bahan pembuatan tekstil, reagensia kimia, dan pewarna rambut (Sudarmaji et al., 2006). Timbal digunakan sebagai bahan solder untuk perekat atau pematri barang-barang elektronik. Merupakan salah satu bahan paduan yang mempunyai kemampuan sangat tinggi untuk menahan sinar-x dan sinar-y, sehingga lempengan timbal banyak dipakai sebagai pelindung bahan radioaktif. Timbal juga ditambahkan ke dalam bahan bakar kendaraan bermotor dalam bentuk senyawa tetraethyllead (TEL) yang berfungsi sebagai bahan anti letupan (anti knocking) karena sifatnya yang dapat menaikkan angka oktan bahan bakar minyak (bensin). Namun disisi lain ternyata TEL memberikan dampak polusi terhadap lingkungan hidup yaitu mencemari udara. Senyawa timbal yang dihasilkan dari pembakaran pada mesin kendaraan bermotor sangat berbahaya, dan jika masuk ke dalam tubuh manusia C timbal menguap dan membentuk oksigen dalam udara lalu membentuk timbal oksida. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan logam-logam biasa, kecuali emas dan merkuri, merupakan logam yang lunak sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah. Walaupun bersifat lunak dan lentur, timbal sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas, dan air asam. Timbal dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat, dan asam sulfat pekat (Palar, 2008).


(29)

dapat menimbulkan gangguan pada sistem saraf dan sistem peredaran darah (Sugiyarto dan Suyanti, 2010).

2.1.2. Metabolisme Timbal

Timbal adalah logam berat yang dapat menyebabkan keracunan dan terakumulasi dalam tubuh manusia (Gambar 2.1.2). Proses masuknya timbal ke dalam tubuh dapat melalui makanan dan minuman, udara, dan penetrasi pada kulit. Penyerapan lewat kulit ini dapat terjadi disebabkan karena senyawa ini dapat larut dalam minyak dan lemak (Palar, 2008). Timbal melalui udara masuk ke saluran pernafasan akan terserap dan berikatan dengan darah paru-paru kemudian diedarkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Sekitar 90% timbal yang terserap oleh darah berikatan dengan sel-sel darah merah (Palar, 2008). WHO (2009) menetapkan kadar timbal pada darah anak 10 µg/l, dan dewasa 50 µg/l. Timbal yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman, masuk ke saluran pencernaan dan akan diikutkan dalam proses metabolisme tubuh (Naria, 2005).

Gambar 2.1.2 Akumulasi Timbal dalam Tubuh Manusia (Depkes RI, 2001 dalam Naria, 2005)

Asap rokok juga merupakan sumber pemaparan timbal, dimana orang yang merokok dan menghirup asapnya akan terpapar timbal pada level yang lebih tinggi daripada orang yang tak terpapar asap rokok. Rokok mengandung 2,4 µg timbal dan 5% nya terdapat pada asap rokok (Gajawat et al., 2006). Timbal yang diabsorpsi oleh tubuh akan mengikat gugus aktif dari enzim ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidrase), dimana enzim ini berfungsi pada sintesis sel darah


(30)

merah. Adanya senyawa timbal akan mengganggu kerja enzim ini sehingga sintesa sel darah merah menjadi terganggu (Palar, 2008).

Timbal masuk ke dalam tubuh akan didistribusikan ke darah, cairan ekstraseluler, dan beberapa tempat deposit. Tempat deposit timbal berada di jaringan lunak (hati, ginjal, dan saraf) dan jaringan keras (tulang dan gigi). Pada tulang sekitar (60%), hati (25%), ginjal (4%), saraf (3%), dan ke jaringan lainnya (Venugopal, 1978). Hal ini sejalan dengan penelitian Hariono (2005), setelah pemberian timbal peroral pada tikus akan terjadi akumulasi timbal tertinggi pada jaringan lunak terjadi berturut-turut pada ginjal, disusul hati, otak, paru, jantung, otot, dan testis. Kadar timbal tertinggi dalam jaringan keras ditemukan pada tulang rusuk, kepala, paha, dan gigi.

Dampak paparan timbal pada orang dewasa berpengaruh pada tekanan darah tinggi, keguguran, pria yang kurang subur, gagal ginjal, kehilangan keseimbangan, gangguan pendengaran, ketulian, dan rusaknya saraf seperti lambat dalam beraksi. Pada wanita hamil timbal dapat melewati plasenta kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin yang menyebabkan janin dalam kandungannya ikut terpapar, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur, dan timbal akan dikeluarkan bersama dengan air susu ibu. Wanita hamil yang terpapar timbal berat badan bayinya rendah, mengalami toksisitas dan bahkan kematian. Adanya timbal yang berlebihan dalam tubuh anak akan mengakibatkan kejadian anemia yang terus menerus, dan akan berdampak pada penurunan intelegensia. Pada anak-anak tingkat penyerapan timbal mencapai 53% dan akan menjadi lebih tinggi lagi apabila si anak kekurangan kalsium, zat besi dan zinc dalam tubuhnya, sedangkan dewasa hanya menyerap 10-15%. Anak dapat menyerap tiga kali dosis lebih besar dibandingkan orang dewasa karena memiliki perbandingan permukaan penyerapan dan volume yang lebih besar (Nasution, 2007).

2.1.3. Toksisitas Timbal

Ukuran keracunan suatu zat ditentukan oleh kadar dan lamanya pemaparan. Keracunan timbal dapat menyebabkan efek akut dan kronis. Keracunan akut yaitu akibat pemaparan yang terjadi dalam waktu yang relatif


(31)

singkat (dapat terjadi dalam waktu 2-3 jam), dengan kadar yang relatif besar. Keracunan akut yang disebabkan oleh timbal biasanya terjadi karena kecelakaan misalnya, peledakan atau kebocoran yang tiba-tiba dari uap logam timbal, kerusakan sistem ventilasi di dalam ruangan. Keracunan akut ditandai oleh rasa terbakar pada mulut, terjadinya perangsangan dalam gastrointestinal, dan diikuti dengan diare. Keracunan kronis terjadi karena absorpsi timbal dalam jumlah kecil, tetapi dalam jangka waktu yang lama dan terakumulasi dalam tubuh. Durasi waktu dari permulaan terkontaminasi sampai terjadi gejala atau tanda-tanda keracunan dalam beberapa bulan bahkan sampai beberapa tahun. Gejala keracunan kronis ditandai oleh rasa mual, anemia, sakit di sekitar perut, dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Keracunan yang disebabkan oleh timbal dapat mempengaruhi organ dan jaringan tubuh. Organ-organ tubuh yang menjadi sasaran dari keracunan timbal adalah sistem peredaran darah, sistem saraf, sistem urinaria, sistem reproduksi, sistem endokrin, dan jantung (Palar, 2008).

Kadar timbal dalam darah merupakan indikator pemajanan yang sering dipakai dengan pajanan eksternal. Kadar timbal dalam darah merupakan petunjuk langsung jumlah timbal yang masuk ke dalam tubuh. Dengan demikian untuk mengetahui dan mengukur kadar timbal dalam tubuh manusia dapat dilihat melalui darah, sekret, jaringan lunak, dan tulang (Naria, 2005).

Studi toksisitas timbal menunjukkan bahwa kandungan timbal dalam darah sebanyak 100 µg/l dianggap sebagai tingkat aktif (level action) berdampak pada gangguan perkembangan dan penyimpangan perilaku. Sedangkan kandungan timbal 450 µg/l membutuhkan perawatan segera dalam waktu 48 jam. Kandungan timbal lebih dari 700 µg/l menyebabkan kondisi gawat secara medis (medical emergency). Untuk kandungan timbal di atas 1.200 µg/l bersifat sangat toksik dan dapat menimbulkan kematian. Pada anak kadar timbal 68 µg/l dapat menyebabkan anak makin agresif, kurang konsentrasi, bahkan menyebabkan kanker. Keracunan timbal pada kadar yang tinggi, pada anak dapat menyebabkan anemia, kerusakan otak, hati, ginjal, saraf dan pencernaan, koma, kejang-kejang atau epilepsi, serta dapat menyebabkan kematian (Naria, 2005).


(32)

2.1.4. Efek Timbal terhadap Organ Hati

Penggunaan timbal dalam jumlah besar atau penggunaan yang berulang-ulang menyebabkan sifat kumulatif pada organ hati, serta dapat mengakibatkan keracunan. Sekitar 90% timbal masuk ke dalam sirkulasi darah dan 25% terdeposit pada organ hati (Palar, 2008).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk melihat efek yang di timbulkan timbal terhadap organ hati yaitu, penelitian Hariono (2005) pemberian timbal asetat 0,5 g/kgBB/oral/hari pada tikus ditemukan hati dan ginjal tikus secara makroskopis terjadi perubahan warna menjadi pucat, pada pemeriksaan histopatologi hati terlihat adanya degenerasi hidrofik. Penelitian Anggraini (2008) dengan memberikan timbal 100 mg/kgBB/oral/hari pada mencit selama 4 minggu terjadi kerusakan pada organ hati dan ginjal. Syahrizal (2008) juga melaporkan pemberian timbal 20 mg/kgBB selama 7 hari pada mencit terjadi nekrosis pada hepatosit hati. Begitu juga dengan penelitian Gajawat (2006) pemberian timbal 20 mg/kgBB secara intraperitoneal pada mencit menunjukkan kerusakan pada sel-sel hati.

2.2. Yoghurt dan Soyghurt 2.2.1. Yoghurt

Yoghurt merupakan salah satu jenis produk susu fermentasi yang terkenal. Prinsip dasar fermentasi yoghurt adalah inokulasi bakteri kultur starter pada susu yang telah mengalami pemanasan dan pendinginan. Komponen karbohidrat utama pada susu adalah laktosa. Laktosa yang merupakan karbohidrat utama pada susu akan digunakan oleh kultur starter sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya. Laktosa akan dihidrolisis dengan produk akhir asam piruvat. Selanjutnya asam piruvat akan diubah menjadi asam laktat oleh enzim laktat dehidrogenase. Selain menghasilkan aroma yang khas, asam laktat juga berperan dalam pembentukan gel yoghurt. Secara sederhana, reaksi perubahan laktosa menjadi asam laktat adalah sebagai berikut (Tamime dan Robinson, 1999):

C12H22O11 + H2O → 4C3H6O

Laktosa air asam laktat


(33)

Berbagai jenis susu dapat digunakan untuk membuat yoghurt, seperti susu sapi, susu krim, dan susu skim (susu tanpa lemak) dengan bentuk menyerupai bubur atau es krim yang rasanya asam (Shurtleff dan Aoyagi, 2007). Yoghurt dibuat melalui proses fermentasi dengan menggunakan campuran bakteri asam laktat Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus yang dapat menguraikan laktosa menjadi asam laktat. Adanya asam laktat inilah yang menyebabkan yoghurt berasa asam (Heller, 2001). S. thermophilus dan L. bulgaricus bekerjasama dalam memfermentasi susu segar untuk mengubahnya menjadi yoghurt. Selama fermentasi hanya kadar laktosa (gula susu) yang berubah banyak, yaitu menurun menjadi sekitar 20% sampai 50% dari jumlah semula. Kadar laktosa turun karena diubah menjadi asam laktat oleh bakteri S. thermophilus dan L. bulgaricus, kedua bakteri ini merupakan spesies mikroba yang esensial dan aktif dalam hubungan simbiotik (Herastuti et al., 1994).

Akumulasi asam laktat menyebabkan penurunan nilai pH atau meningkatkan keasaman susu. Kasein adalah protein utama susu yang terpengaruh dengan perubahan pH atau keasaman. Jika pH susu lebih rendah dari 4.6 kasein tidak dapat stabil dan terkoagulasi membentuk gel yoghurt (Tamime dan Robinson, 1999). Saat susu difermentasi menjadi yoghurt, terjadi kenaikan kadar vitamin-vitamin sebagai kegiatan bakteri yaitu vitamin A, vitamin B kompleks diantaranya vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (niasin), vitamin B6 (piridoksin), asam folat, asam pantotenat, dan biotin. Kadar protein, lemak, dan mineral meski tidak bertambah banyak dari susu, tetapi menjadi lebih bermanfaat bagi tubuh karena lebih mudah diserap. Yoghurt memiliki dua kelebihan dibanding dengan susu segar. Pertama karena selama fermentasi kadar laktosa turun, sehingga yoghurt aman dikonsumsi oleh orang yang lanjut usia atau yang alergi terhadap laktosa/susu (Widodo, 2002). Kedua yoghurt lebih awet dibanding susu segar karena asam laktat pada yoghurt berfungsi sebagai pengawet alami. Dengan dikeluarkannya asam laktat oleh bakteri yoghurt, banyak bakteri lain yang tak tahan asam akan pertumbuhannya. Hal tersebut mengakibatkan yoghurt bisa bertahan dari serangan mikroba pembusuk (Soeharsono, 2010).

Pembuatan yoghurt merupakan salah satu metode yang tertua dalam sejarah pengawetan susu. Yoghurt yang baik memiliki tekstur yang halus, lembut,


(34)

konsisten dan tidak ada sineresis. Komposisi bahan baku dan formulasi yang tepat serta proses pengolahan yang benar dibutuhkan untuk menghasilkan yoghurt dengan tekstur dan konsistensi yang baik. Dewasa ini yoghurt telah mengalami perkembangan dalam proses pembuatannya sehingga menghasilkan yoghurt dengan aroma dan citarasa yang semakin baik dan bervariasi. Citarasa khas pada yoghurt disebabkan oleh terbentuknya asam laktat, asam asetat, karbonil, diasetil, dan asetaldehid (Widodo, 2002). Standar Nasional Indonesia untuk yoghurt disajikan pada Tabel 2.2.1.

Tabel 2.2.1. Standar Nasional Indonesia untuk Yoghurt 2981:2009 No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1 Keadaan penampakan Cairan kental

semi padat

Bau Normal/khas

Rasa Khas/asam

Konsistensi Homogen

2 Kadar lemak (b/b) % Min 3,0

3 Total padatan susu bukan lemak (b/b)

% Min 8,2

4 Protein (b/b) % Min 2,7

5 Kadar abu (b/b) % Maks 1,0

6 Keasaman (dihitung sebagai laktat) (b/b)

% 0,5-2,0

7 Cemaran logam

Timbal (Pb) mg/kg Maks 0,3

Tembaga (Cu) mg/kg Maks 20

Timah (Sn) mg/kg Maks 40

Raksa (Hg) mg/kg Maks 0,03

8 Arsen mg/kg Maks 0,1

9 Cemaran mikroba

Bakteri Coliform APM/g

atau koloni/g

Maks 10

Salmonella - Negatif/25g

Listeria monocytogenes - Negatif/25g

Sumber: Badan Standardisasi Nasional (BSN)

Manfaat yoghurt bagi kesehatan tubuh telah banyak dibuktikan oleh para peneliti di dunia, karena kandungan nilai gizi yang baik dan mudah dicerna oleh tubuh. Selain untuk tujuan kesehatan, yoghurt juga sering dikonsumsi untuk tujuan diet atau pengobatan. Yoghurt yang dikonsumsi secara teratur dapat


(35)

menyeimbangkan mikroflora usus sehingga bakteri-bakteri yang merugikan dapat ditekan jumlahnya dan sebaliknya usus akan didominasi oleh bakteri yang menguntungkan. Manfaat yoghurt lainnya yaitu, dikenal sebagai minuman sehat anti diare karena dapat mencegah aktivitas dan pertumbuhan berbagai bakteri patogen penyebab gastroenteritis yang dapat menyebabkan diare dan radang usus. Hal ini dikarenakan L. bulgaricus mempunyai aktivitas anti enterotoksin terhadap E. coli. Yoghurt yang mempunyai keasaman 1% dapat menyebabkan bakteri-bakteri patogen seperti Salmonella sp. dan Coliform tidak aktif, penghambatan tersebut diperkuat oleh adanya produksi senyawa-senyawa antibiotik yang dihasilkan oleh mikroba yoghurt (Tamime dan Robinson 1999).

Konsumsi yoghurt juga dapat menurunkan kadar kolesterol darah, diduga yoghurt mengandung satu senyawa yang dapat menghambat terjadinya sintesis kolesterol. Konsumsi yoghurt pun berpengaruh baik pada pertumbuhan tulang dan gigi, karena dengan mengkonsumsi yoghurt kemampuan absorpsi kalsium, fosfor dan fluor akan meningkat (Widyaningsih, 1995). Yoghurt menghasilkan zat-zat gizi yang diperlukan oleh hati sehingga berguna untuk mencegah penyakit kanker (Yusmarini dan Efendi, 2004). Memiliki fungsi sebagai antimikroba dan dapat meningkatkan sistem imunitas atau ketahanan tubuh (Salji, 1991).

2.2.2. Soyghurt

Soyghurt merupakan produk minuman dari bahan dasar susu kedelai yang difermentasi dengan bantuan kultur starter bakteri asam laktat S. thermophilus dan L. bulgaricus. Bakteri S. thermophilus berperan dalam pembentukan citarasa dari soyghurt, sedangkan L. bulgaricus berperan dalam pembentukan aroma soyghurt (Herawati dan Wibawa, 2009). Dibandingkan dengan yoghurt, soyghurt mempunyai beberapa kelebihan yaitu, lebih sedikit memerlukan kultur bakteri dan lebih kaya akan citarasa. Dilihat dari segi gizinya soyghurt mengandung kadar protein lebih tinggi dari yoghurt (Yusmarini et al., 2009). Cara pembuatan yoghurt sama dengan cara pembuatan soyghurt, hanya bahan dasarnya yang berbeda, yoghurt berbahan dasar dari susu sapi atau susu skim, sedangkan soyghurt bahan dasarnya dari susu kedelai. Kultur bakteri yang digunakan juga


(36)

sama yaitu bakteri Streptococcusthermophilus dan Lactobacillus (bulgaricus atau acidophilus).

Proses fermentasi pada soyghurt sedikit mendapat kesulitan. Hal ini karena jenis karbohidrat yang terdapat pada susu kedelai sangat berbeda jauh dengan karbohidrat dari susu sapi. Karbohidrat pada susu kedelai terdiri dari golongan oligosakarida yang tidak dapat digunakan sebagai sumber energi maupun sumber karbon oleh kultur stater. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pembuatan soyghurt, jika susu kedelai langsung diinokulasikan dengan kultur dan diinkubasi selama 4-6 jam pada suhu 40-45 o

Soyghurt yang berbahan dasar susu kedelai dilihat dari segi gizinya, mengandung kadar protein lebih tinggi dari susu sapi (Tabel 2.2.2), karenanya susu kedelai dapat digunakan sebagai pengganti susu sapi, terutama bagi orang yang alergi susu sapi, yaitu mereka yang tidak punya atau kurang enzim laktase dalam saluran pencernaannya, sehingga tidak mampu mencerna laktosa dalam susu sapi. Akibatnya, laktosa akan lolos ke dalam usus besar dan akan dicerna oleh jasad renik yang ada di sana. Efeknya orang tersebut akan menderita diare tiap kali minum susu sapi (Santoso, 2009). Susu kedelai mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, dan zat besi. Secara umum susu kedelai mempunyai kandungan vitamin A, B1, B2, B3,

C, maka tidak akan dihasilkan perubahan pada pH maupun viskositasnya, dengan kata lain tidak terbentuk yoghurt kedelai. Agar proses fermentasi dapat berjalan dengan baik, perlu diberi penambahan sumber gula terlebih dahulu ke dalam susu kedelai sebelum diinokulasi. Sumber-sumber gula yang dapat ditambahkan adalah sukrosa (gula pasir), glukosa, fruktosa, atau dengan penambahan susu bubuk skim sebagai sumber laktosa (Herawati dan Wibawa, 2009). Soyghurt dengan penambahan susu skim sebelum fermentasi akan menghasilkan soyghurt dengan total asam dan kekentalan yang sesuai dengan standar yoghurt. Penambahan susu skim selain dapat meningkatkan kekentalan juga dapat memperbaiki citarasa soyghurt. Penambahan susu skim tersebut selain sebagai sumber protein juga sebagai sumber laktosa. Laktosa berfungsi sebagai sumber karbon dan energi bagi S. thermophilus dan L. bulgaricus. Protein meningkatkan total padatan susu, sehingga mempengaruhi kekentalan (Helferich dan Westhoff, 1980).


(37)

terkandung dalam jumlah cukup banyak ialah vitamin A, D, dan E. Keunggulan lain dari susu kedelai adalah tidak mengandung kolesterol (Koswara, 2006).

Tabel 2.2.2. Perbandingan Komposisi Nutrien Susu Kedelai dan Susu Sapi Jenis nutrisi Satuan Susu kedelai Susu sapi

Kadar air g 88,72 87,99

Kalori kkal 50 61

Protein g 3,6 2,29

Lemak g 1,84 3,34

Karbohidrat g 5,76 4,66

Kadar abu g 0,48 0,72

Mineral

Kalsium (Ca) mg 3 119

Fosfor (P) mg 56 93

Zat besi (Fe) mg 0,8 0,1

Magnesium (Mg) mg 28 13

Kalium (K) mg 191 152

Natrium (Na) mg 3 49

Seng (Zn) mg 0,39 0,38

Tembaga (Cu) mg 0,1 -

Mangan (Mn) mg 0,2 -

Vitamin

Tiamin mg 0,122 0,038

Riboflavin mg 0,042 0,162

Niasin mg 0,22 0,084

Vitamin B6 mg 0,062 0,042

Asam pantotenat mg 0,076 0,314

Folasin µg 1 5

Asam lemak jenuh % 40-48 60-70

Asam lemak tak jenuh % 52-60 30-40

Kolesterol % 0 9,24-9,9

Sumber: Direktorat Gizi, Depkes RI dalam Santoso (2009)

Susu kedelai dikonsumsi karena manfaatnya, mengandung isoflavon (Sacks et al., 2006), antioksidan alami, tidak mengandung laktosa sehingga dapat dikonsumsi oleh orang yang tidak tahan terhadap susu sapi dan baik untuk penderita penyakit diabetes, kanker, penyakit ginjal (Chang et al., 2005) juga mengurangi risiko penyakit jantung (Cavalini et al., 2009). Susu kedelai yang difermentasi menjadi soyghurt berperan penting dalam menurunkan risiko terkena penyakit degeneratif. Hal tersebut salah satunya disebabkan karena adanya senyawa isoflavon yang terdapat pada kedelai. Isoflavon berfungsi melakukan


(38)

regulasi untuk menghambat pertumbuhan kanker terutama kanker prostat, menurunkan risiko terkena penyakit jantung, diabetes, ginjal, dan osteoporosis (Koswara, 1992). Isoflavon merupakan faktor kunci dalam kedelai sehingga memiliki potensi memerangi penyakit tertentu (Ginting et al., 2009).

Kandungan isoflavon pada kedelai berkisar 2-4 mg/kg kedelai. Senyawa isoflavon ini pada umumnya berupa senyawa kompleks atau konjugasi dengan senyawa gula melalui ikatan glukosida. Jenis senyawa isoflavon ini terutama adalah genistin, daidzin, dan glisitin. Bentuk seyawa demikian ini mempunyai aktivitas fisiologis kecil. Selama proses pengolahan, baik melalui proses fermentasi maupun proses non-fermentasi, senyawa isoflavon dapat mengalami transformasi, terutama melalui proses hidrolisa sehingga dapat diperoleh senyawa isoflavon bebas yang disebut aglikon yang lebih tinggi aktivitasnya. Senyawa aglikon tersebut adalah genistein, daidzein, dan glisitein. Isoflavon kedelai dapat menurunkan risiko penyakit jantung dengan membantu menurunkan kadar kolesterol darah juga dapat membantu menurunkan osteoporosis (Koswara, 2006). Kandungan senyawa isoflavon dalam susu kedelai juga berpotensi sebagai anti-inflamasi, anti-kanker, anti-virus, anti-alergi dan anti-kolesterol, serta dapat meningkatkan fungsi kekebalan sel (Vij et al., 2011).

Susu kedelai jika proses pembuatannya kurang baik, maka susu kedelai masih mengandung senyawa anti-gizi dan senyawa penyebab off-flavor (penyimpangan citarasa dan aroma pada produk olahan kedelai). Senyawa anti-gizi yang mempengaruhi mutu olahan kedelai ialah antitripsin dan asam fitat. Sedangkan senyawa off-flavor pada kedelai ialah glukosida, saponin, dan estrogen. Dalam pengolahan, senyawa-senyawa tersebut harus dihilangkan atau diinaktifkan, sehingga akan dihasilkan produk olahan kedelai dengan mutu terbaik dan aman untuk dikonsumsi manusia (Koswara, 1992).

Susu kedelai yang difermentasi memiliki banyak kelebihan daripada susu kedelai yang tidak difermentasi. Fermentasi menghancurkan bakteri patogen yang tidak diinginkan, meningkatkan citarasa, dan mengurangi aroma langu (Shurtleff dan Aoyagi, 2007). Apabila dibandingkan dengan kasein susu, kedelai memiliki kemampuan antioksidan yang lebih besar dalam mencegah oksidasi lemak. Hasil fermentasi susu kedelai tidak mengandung laktosa maupun kolesterol sehingga


(39)

sangat baik untuk kesehatan. Selain itu pada fermentasi susu kedelai terdapat senyawa antikolesterolemia yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu non fermentasi (Vij et al., 2011).

Di Indonesia belakangan ini soyghurt menjadi semakin populer. Produk ini dengan mudah dapat dijumpai di berbagai pasar swalayan, dengan berbagai kemasan, warna, dan citarasanya yang khas. Beberapa jenis produk soyghurt dapat dilihat pada Gambar 2.2.2.

Gambar 2.2.2. Soyghurt (Anonim, 2011)

2.3. Bakteri Asam Laktat (BAL)

Bakteri asam laktat secara luas digunakan sebagai starter untuk fermentasi minuman, daging, dan sayuran. BAL termasuk aman jika ditambahkan dalam pangan karena sifatnya tidak toksik, tidak menghasilkan toksin, dan umumnya memenuhi status GRAS (Generally Recognized As Safe), yaitu mikroorganisme yang tidak beresiko terhadap kesehatan, bahkan beberapa jenis bakteri tersebut berguna bagi kesehatan. BAL memetabolisme berbagai jenis karbohidrat secara fermentatif menjadi asam laktat sehingga disebut bakteri asam laktat (Fuller, 1992). BAL yang biasa digunakan untuk starter dalam pembuatan yoghurt adalah sekelompok bakteri yang dapat mengubah laktosa menjadi asam laktat. BAL ini dapat digolongkan menjadi dua grup, yaitu golongan bakteri homofermentatif dan golongan bakteri heterofermentatif. Klasifikasi ini berdasarkan hasil akhir dari fermentasi glukosa (Fardiaz, 1992). Skema pembentukan asam laktat oleh bakteri homofermentatif dan heterofermentatif dapat dilihat pada Gambar 2.3.


(40)

Gambar 2.3. Skema Pembentukan Asam Laktat dari Glukosa oleh BAL Homofermentatif dan Heterofermentatif (Fardiaz, 1992)

Bakteri asam laktat homofermentatif mengubah keseluruhan glukosa menjadi asam laktat melalui jalur glikolisis sedangkan heterofermentatif memfermentasi glukosa menjadi asam laktat melalui jalur fosfoketolase. Bakteri asam laktat yang tergolong homofermentatif dapat mengubah 95% dari glukosa menjadi asam laktat, CO2 dan asam-asam volatil lainnya juga dihasilkan tetapi

dalam jumlah yang sangat kecil. Beberapa contoh BAL yang bersifat homofermentatif adalah Streptococcus, Pediococcus, dan beberapa spesies Lactobacillus seperti L. bulgaricus, L. lactis, L. acidophilus, L. helveticus. BAL yang tergolong heterofermentatif mengubah glukosa menjadi asam laktat, etanol atau asam asetat, asam format, dan CO2

Homofermentatif

dalam jumlah yang hampir sama. Beberapa contoh BAL heterofermentatif adalah Leuconostoc dan beberapa spesies Lactobacillus, misalnya L. fermentum, L. brevis, L. plantarum, L. rhamnosus, L. buchneri, L. pastorianus, dan L. hirgadii (Axelsson, 2004).


(41)

Bakteri asam laktat homofermentatif digunakan dalam pengawetan makanan karena produksi asam laktat dalam jumlah besar serta mampu menghambat bakteri penyebab kebusukan makanan dan bakteri patogen lainnya. Golongan BAL heterofermentatif lebih ditujukan kepada pembentukan flavor dan komponen aroma, seperti asetaldehid, dan diasetil (Fardiaz, 1992). Jenis BAL yang biasa dipakai sebagai starter pada pembuatan yoghurt dan soyghurt adalah S. thermophilus dan L. bulgaricus (Kusmiati dan Malik, 2002).

Bakteri asam laktat bermanfaat untuk peningkatan kualitas higiene dan keamanan pangan melalui penghambatan secara alami terhadap flora berbahaya yang bersifat patogen. BAL dapat berfungsi sebagai pengawet makanan karena mampu memproduksi asam organik, menurunkan pH lingkungannya, dan mengekskresikan senyawa yang mampu menghambat mikroorganisme patogen seperti H2O2, diasetil, CO2

Klasifikasi BAL menjadi beberapa genus didasarkan pada perbedaan sifat morfologi dan fisiologi. Secara morfologi BAL termasuk bakteri Gram positif berbentuk batang (basil) dan bulat (kokus) dalam bentuk berpasangan, membentuk rantai atau tetrad, tidak berspora, dan non motil. Secara fisiologi, katalase negatif, tidak mereduksi nitrat, dan mampu memproduksi asam laktat sebagai produk akhir metabolik selama fermentasi karbohidrat. Klasifikasi terbaru menggolongkan BAL ke dalam 20 genus, namun dari sudut pandang teknologi pangan hanya terdapat 12 genus BAL yang utama, yaitu Aerococcus, Carnobacterium, Enterococcus, Lactobacillus, Lactococcus, Leuconostoc, Pediococcus, Streptococcus, Tetragenococcus, Oenococcus, Weisella, dan Vagococcus (Salminenet al., 2004), namun hanya empat genus diantaranya yang berperan penting dalam fermentasi susu yaitu Lactobacillus, Streptococcus, Pediococcus, dan Leuconostoc (Pato, 2003). Perbedaan karakteristik dari ke empat genus bakteri asam laktat dapat dilihat pada Tabel 2.3.

, asetaldehid, asam-asam amino, dan bakteriosin. Pertumbuhan dan metabolisme dari spesies bakteri pada usus tergantung dari substrat yang tersedia, yang umumnya berasal dari makanan yang dikonsumsinya. Wright dan Salminen (1999) menyatakan kelebihan BAL adalah kemampuannya untuk bertahan hidup mengkolonisasi usus, memproduksi asam laktat, bakteriosin, dan merangsang pembentukkan antibodi tubuh.


(42)

Tabel 2.3. Karakterisasi Empat Genus Bakteri Asam Laktat (Santoso, 2008)

Karakteristik Genus Bakteri Asam Laktat

Lactobacillus Leuconostoc Pediococcus Streptococcus

Bentuk sel Batang Bulat Bulat Bulat Pengaturan sel Tunggal/

berpasangan

Berpasangan/ rantai

Tetrad Berpasangan

Produksi gas - + - -

Pengecatan Gram + + + +

Katalase - - - -

Motilitas - - - -

Dekstran - ± - -

Tipe fermentasi Homo/Hetero Hetero Homo Homo Pertumbuhan

pada 10 °C ± ± ± ±

Pertumbuhan

pada 45 °C ± - ± ±

Pertumbuhan

pada pH 3,5 ± ± - ±

Pertumbuhan

pada pH 9.0 - - - ±

Tipe

peptidoglikan DAP (+) DAP (-) DAP (+) DAP (+) Keterangan: (-) Negatif, (+) Positif, (±) Variasi Antara Spesies,

Homo= Homofermentatif, Hetero=Heterofermentatif, DAP= Asam Diaminopimelat

2.3.1. Streptococcus thermophilus

Streptococcus thermophilus termasuk ke dalam kingdom Prokariota, divisi Bacteria, filum Firmicutes, kelas Coccus, ordo Lactobacilles, famili Streptococcaceae, genus Streptococcus, dan spesies S. thermophilus (Buchanan dan Gibbons, 1974). S. thermophilus merupakan bakteri asam laktat berbentuk bulat dengan diameter 0,7-0,9 µm, koloni berpasang-pasangan atau membentuk rantai panjang, Gram positif, anaerob fakultatif, katalase negatif, tidak berspora, bersifat termodurik, tidak toleran terhadap konsentrasi garam lebih besar dari 6,5%, menyukai suasana mendekati netral dengan pH optimum untuk pertumbuhannya adalah 6,5. Suhu optimum pertumbuhan S. thermophilus antara 40-45 oC, suhu minimum 20-25 oC, suhu maksimum 50-52 oC (Erkus, 2007). S. thermophilus bersifat homofermentatif, memfermentasi laktosa, sukrosa, glukosa, fruktosa, dan produksi utamanya adalah asam laktat (Tamime dan Deeth, 1980) (Gambar 2.3.1).


(43)

Gambar 2.3.1. Streptococcus thermophilus (Kunkel, 2008)

S. thermophilus bersimbiosis secara mutualisme dengan L. bulgaricus, keberadaan ke duanya secara bersamaan di dalam susu dapat menyebabkan pertumbuhan keduanya menjadi lebih cepat (Helferich dan Westhoff, 1980). Komponen yang dihasilkan oleh S. thermophilus berupa asam format dan asam laktat yang dapat menurunkan pH sehingga menstimulir pertumbuhan L. bulgaricus sedangkan L. bulgaricus menghasilkan asam amino seperti valin, histidin, dan glisin yang dibutuhkan oleh S. thermophilus (Tamime dan Robinson, 1999).

2.3.2. Lactobacillus bulgaricus

Lactobacillus bulgaricus dikelompokkan ke dalam kingdom Prokariota, divisi Bacteria, filum Firmicutes, kelas Bacilli, ordo Lactobacilles, famili Lactobacillaceae, genus Lactobacillus, dan spesies L. bulgaricus (Buchanan dan Gibbons, 1974). L. bulgaricus merupakan bakteri Gram positif, anaerob fakultatif, homofermentatif, berbentuk batang dengan diameter 0,5-0,8 μm panjangnya ± 2-9 μm, tidak berspora, dan bersifat katalase negatif. L. bulgaricus termasuk jenis bakteri termofilik karena hidup secara optimum pada suhu 45 oC, suhu minimum 22 oC, dan suhu maksimum 50-52 o


(44)

Gambar 2.3.2. Lactobacillus bulgaricus (Singer, 2008)

Pada pembuatan yoghurt, L. bulgaricus berperan dalam penurunan pH sampai sekitar 4.0. Selain itu, L. bulgaricus juga memberi kontribusi terhadap flavor yoghurt melalui produksi asam laktat, asetaldehid, asam asetat, dan diasetil (Winarno et al., 1993). Bakteri L. bulgaricus ini lebih tahan terhadap asam dibanding Streptococcus dan Pediococcus. Oleh karena itu, lebih banyak terdapat pada tahapan terakhir dari tahapan fermentasi tipe asam laktat (Tserovska et al., 2000). Lactobacillus merupakan flora normal dalam usus dan vagina manusia, tidak patogen dan toksigenik, dan dapat mempertahankan viabilitas selama penyimpanan (Macfarlane dan Cummings, 1999). L. bulgaricus di dalam susu lebih bersifat proteolitik yang berkontribusi pada tekstur dan aroma produk susu fermentasi, yaitu dengan membebaskan valin, histidin, dan glisin yang diperlukan oleh S. thermophilus selama pertumbuhannya.

2.3.3. Bakteri Asam Laktat sebagai Probiotik

Pemilihan BAL sebagai probiotik sangat berkaitan dengan sifatnya yang memenuhi kriteria aman untuk dikonsumsi (Generally Recognized As Safe, GRAS), dimana hal ini merupakan syarat utama untuk probiotik (Beasley, 2004) dan kemampuannya untuk menghasilkan zat yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme lain. Kedua sifat tersebut, dan beberapa sifat lainnya, menjadi alasan untuk memanfaatkannya sebagai probiotik.

Bakteri probiotik merupakan mikroorganisme non patogen yang jika dikonsumsi akan memberikan pengaruh yang positif terhadap fisiologi dan kesehatan inangnya (Sunaryo, 2011). Probiotik menurut Fuller (1992) adalah


(45)

mikroorganisme yang bila dikonsumsi, baik dalam bentuk sel kering maupun produk fermentasi memberikan efek menguntungkan dengan memperbaiki sifat mikroflora indigenous. Salminen et al. (1999) menyatakan bahwa probiotik adalah sediaan sel mikroba hidup atau komponen dari sel mikroba yang memiliki pengaruh menguntungkan terhadap kesehatan dan kehidupan inangnya. Menurut Sandholm et al. (1999) probiotik sangat penting bagi tubuh karena menunjukkan peranan fisiologis yang penting dalam menjaga keseimbangan mikroflora saluran pencernaan sehingga terbentuk suatu ekosistem yang unik, yaitu terjadi interaksi yang kompleks yang bekerja secara sinergis dan antagonistis tergantung dari strain yang terlibat, jumlah, dan aktivitas metaboliknya.

Suatu bakteri dapat dikatakan bakteri probiotik apabila bersifat non patogen, menghasilkan asam dengan cepat, tahan terhadap garam empedu, mampu menempel pada epitel dinding saluran pencernaan, serta mampu memproduksi substansi antimikroba termasuk asam organik, hidrogen peroksida dan bakteriosin. Sejumlah peneliti juga mengungkapkan beberapa pengaruh positif bagi kesehatan dari probiotik yaitu: meningkatkan ketahanan terhadap penyakit infeksi terutama infeksi usus dan diare, menurunkan tekanan darah, menurunkan konsentrasi kolesterol serum darah, mengurangi resiko lactose intolerance, mempengaruhi respon imun, menurunkan resiko terjadinya tumor dan kanker, dan bersifat antimutagenik serta bersifat antikarsinogenik (Kusumawati, 2002).

Efek probiotik dapat dipertahankan jika makanan pembawa mengandung minimal organisme probiotik 106-108 cfu/ml, atau 108-1010 cfu/gr (preparat kering) (Vinderola et al., 2000). Konsumsi minimal per hari dianjurkan oleh Gilliland (1989) adalah 106-109 sel. Konsumsi probiotik sebaiknya teratur karena waktu kolonisasi dari mikroorganisme probiotik bersifat terbatas, ditambah lagi adanya kompetisi dengan mikroorganisme intestinal patogen. Diantara genus dan spesies BAL yang mempunyai potensi untuk digunakan sebagai probiotik dapat dilihat pada Tabel 2.3.3.

Tabel 2.3.3. Bakteri Asam Laktat yang Digunakan sebagai Probiotik (Goldin, 1988; Ray, 2004 dalam Sudiarta, 2011)


(46)

Genus Spesies

Lactobacillus L. acidophilus, L. plantarum, L. casei, L. rhamnosus, L. bulgaricus, L. reuteri, L. fermentum, L. brevis, L. cellobiosus, L. lactis

Streptococcus S. lactis, S. cremoris, S. thermophilus, S. intermedius

Leuconostoc L. mesenteroides, L. paramesenteroides, L. lactis, L. carnosum, L. gelidum

Pediococcus P. cerevisiae, P. acidilactici, P. halophilus, P. pentosaceus

Penggunaan BAL sebagai probiotik bermanfaat untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan (Reid, 2001). Beberapa jenis BAL diketahui efektif dalam menghambat pertumbuhan berbagai jenis mikroba patogen seperti S. aureus, E. coli, S. typhimurium, P. aeruginosa, K. pneumonia, dan L. monocytogenes (Beasley, 2004).

Naidu dan Clemens (2000) menyatakan bahwa BAL dengan aktivitas probiotiknya berperan penting dalam mengatur ekosistem saluran pencernaan. Aktivitas probiotik terbagi atas tiga spektrum yaitu nutrisi, fisiologi, dan efek antimikroba. Aspek nutrisi berupa penyediaan enzim untuk membantu metabolisme komponen makanan (laktase), sintesis beberapa vitamin (K, folat, piridoksin, pantotenat, biotin, dan riboflavin) dan menghilangkan racun metabolit komponen makanan di dalam usus. Aspek fisiologi meliputi kemampuan menjaga keseimbangan komposisi mikroflora usus dan menstimulasi sistem kekebalan usus. Efek antimikroba yang dimiliki oleh probiotik yaitu kemampuannya untuk memperbaiki ketahanan terhadap bakteri patogen. Upaya untuk menghasilkan produk yoghurt/soyghurt yang berkualitas sebagai probiotik, dilakukan kombinasi dua jenis BAL sebagai starter yaitu bakteri S. thermophilus dan L. bulgaricus. Kombinasi kedua bakteri ini dalam yoghurt/soyghurt yang difermentasikan dapat mencapai kadar asam sebesar 0,8-1,0% oleh bakteri S. thermophilus dan 1,5-2% oleh bakteri L. bulgaricus (Soeharsono, 2010). Bakteri S. thermophilus dan L. bulgaricus memproduksi senyawa antimikroba yaitu bakteriosin, diacetil, asetaldehid, dan hidrogen peroksida (Beasley, 2004). BAL yang menghasilkan sejumlah komponen antimikrobial difokuskan pada bakteriosin dan pemanfaatannya. Bakteriosin adalah toksin yang menyerupai protein yang disekresikan oleh bakteri untuk menghambat pertumbuhan bakteri lain. Sejumlah


(47)

bakteriosin dari BAL yang erat hubungannya dengan pangan telah diidentifikasi yaitu nisin, diplococcin, acidophilin, bulgarican, lactacin, dan plantaricin. Diasetil dan asetaldehid berfungsi menambah aroma dan flavor pada susu fermentasi, disamping memberi efek antimikrobial, sedangkan hidrogen peroksida (H2O2)

dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen disamping dapat memperpanjang daya simpan susu segar ataupun hasil prosesing susu (Adriani, 2010). Probiotik dari makanan belum banyak dibuktikan bisa melekat dimukosa usus. Untuk mendapatkan manfaat dari probiotik, dilakukan usaha mengkonsumsi secara terus menerus yang salah satunya adalah soyghurt yang mengandung probiotik handal (Adriani, 2010).

2.4. Hati (Hepar)

2.4.1. Morfologi Hati Mencit (Mus musculus L.)

Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan yang umum digunakan dalam suatu penelitian. Hewan ini paling kecil diantara jenisnya dan memiliki galur mencit yang berwarna putih. Termasuk hewan pengerat (rodentia) yang dapat dengan cepat berkembang biak dan mudah beradaptasi dengan lingkungan. Pemeliharaan hewan ini pun relatif mudah, walaupun dalam jumlah yang banyak. Pemeliharaannya ekonomis dan efisien dalam hal tempat dan biaya. Mencit memiliki variasi genetik cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik (Malole dan Pranomo, 1989). Hal-hal tersebut menjadi dasar pemilihan mencit sebagai hewan uji pada penelitian ini. Taksonomi mencit adalah kingdom Animal, filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Rodentia, famili Muridae, subfamili Murinae, genus Mus, spesies musculus (Ballenger, 1999).

Mencit (Mus musculus L.) memiliki empat lobus hati yaitu, lobus medial, dua lobus lateral (kiri dan kanan), dan satu lobus kaudatus (Gambar 2.4.1). Lobus hati mencit/tikus memperlihatkan dasar sistem vena hepatik, sistem portal dan segmen-segmen yang mirip dengan hati manusia (Kogure et al., 1999).


(48)

Gambar 2.4.1. Morfologi Hati Mencit (Mus musculus L.)

(University Animal Care Committee; McGill, 2009)

2.4.2. Morfologi dan Histologi Hati Manusia

Hati merupakan organ intestinal terbesar dengan berat antara 1400-1600 g atau sekitar 2,5% berat badan orang dewasa, terletak di dalam rongga perut dengan permukaan atasnya cembung melekat pada diafragma, sedangkan bagian bawahnya cekung bersentuhan dengan lambung dan duedenum. Hati dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut dengan kapsula Glissoni, yang terdiri dari empat lobus yaitu lobus kanan, lobus kiri, lobus kaudatus, dan lobus kuadratus (Gambar 2.4.2a). Lobus kanan merupakan lobus terbesar, organ ini diikat oleh ligamentum falsiform yaitu memisahkan antara lobus kanan dan lobus kiri (Robbins dan Cotran, 2010).


(49)

Hati terdiri dari lobulus-lobulus hati, yang terdiri atas triad portal dan vena sentralis (Gambar 2.4.2b). Di dalam lobulus hati ini tersusun secara radier sel hati (hepatosit)yang berbentuk polihedral berdiameter 20-25 mikron, dengan inti bulat di tengah dan kadang dijumpai lebih dari satu inti. Diantara barisan hepatosit terdapat celah yang disebut dengan sinusoid. Sinusoid dibatasi oleh sel kupffer dan sel endotel. Sel kupffer merupakan sel retikuloendotel yang mampu memfagositosis bakteri dan benda asing lain dalam darah (Guyton, 2006).

Gambar 2.4.2b. Struktur Mikroskopis Lobulus Hati Manusia

Sel kupffer adalah sel makrofag yang khas. Fungsi utamanya adalah memetabolisir eritrosit tua, hemoglobin hasil pencernaan, dan mensekresi protein yang berhubungan dengan proses imunologis (Junqueira et al., 1998). Sel endotel yang membatasi sinusoid mempunyai pori yang besar. Diantara sel endotel dan hepatosit terdapat celah sempit yang dinamakan celah disse (ruang perisinusoidal). Karena pori yang besar pada endotel, akibatnya cairan darah dengan mudah mengalir dan menapis melalui dinding endotel dan berkontak langsung dengan permukaan hepatosit, sehingga memungkinkan pertukaran makro molekul dengan mudah dari lumen sinusoid ke sel hati dan sebaliknya. Di dalam ruang disse terdapat fibril, sel ito (stellata), sel pit, dan cairan yang dikeluarkan ke dalam limfe (Junqueira et al., 1998).

Sudut-sudut pertemuan antara lobulus-lobulus hati disebut dengan segitiga Kiernan (triad portal/daerah portal) yang terdiri dari vena porta, arteri hepatika,

Lobulus hati

Daerah portal

Vena sentralis Arteri hepatika Duktus biliaris

Vena porta Lempeng sel hati


(50)

dan duktus biliaris. Hati memiliki 3-6 daerah portal perlobulus. Dikenal beberapa bentuk lobulus pada hati yaitu, lobulus klasik, lobulus porta, dan asinus hati. Rappaport (1954) mengemukakan asinus hati sebagai unit struktural dan fungsional dari hati yang merupakan massa sel parenkim yang berbentuk agak oval. Pada setiap ujung asinus terdapat vena sentralis yang disebut dengan terminal hepatic venule. Asinus terbagi dalam 3 zona yaitu; zona 1 (periportal), zona 2 (midzonal), dan zona 3 (sentrilobular) (Gambar 2.4.2c).

Gambar 2.4.2c. Sistem Asinus Hati Manusia (Underwood 1992 dalam Agustiyanti 2008)

Zona 1 adalah yang terletak paling dekat dengan daerah portal, hepatosit pada daerah ini menerima darah yang mengandung oksigen dan nutrien paling banyak, akibatnya zona ini pertama kali dipengaruhi oleh perubahan darah yang masuk. Zona 2 adalah daerah yang terletak di tengah lobulus, sel-sel dalam daerah ini merupakan sel yang memberikan respon kedua terhadap darah. Zona 3 adalah daerah yang letaknya paling jauh dari daerah portal, dan menerima darah yang sedikit mengandung oksigen dan nutrien, daerah ini merupakan daerah yang paling sering mengalami kerusakan akibat zat kimia.

2.4.3. Fisiologi Hati

Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam, fungsi utama hati adalah pembentukan dan ekskresi empedu. Hati mengekskresikan empedu

Vena sentralis Vena sentralis Vena sentralis

Daerah portal: -Vena porta -Arteri hepatika -Duktus biliaris Daerah portal:

-Vena porta -Arteri hepatika -Duktus biliaris

Daerah portal:Vena porta, Arteri hepatika, Duktus biliaris


(51)

sebanyak satu liter per hari ke dalam usus halus. Unsur utama empedu adalah air 97%, elektrolit, dan garam empedu. Pigmen empedu (bilirubin) merupakan hasil akhir metabolisme dan secara fisiologis tidak mempunyai peran aktif, tetapi dapat dijadikan indikator penyakit hati dan saluran empedu, karena bilirubin dapat memberi warna pada jaringan dan cairan yang berhubungan dengannya.

Hati berperan penting dalam berbagai metabolisme, fungsinya dalam metabolisme karbohidrat, mengubah pentosa dan heksosa yang diserap usus halus menjadi glikogen dan disimpan di hati (glikogenesis), kemudian glikogen di pecah menjadi glukosa, karena proses ini, hati menjadi sumber glukosa dalam tubuh yang berfungsi menghasilkan energi, dan proses biosintesis. Fungsi hati sebagai metabolisme lemak yaitu mensintesis trigliserida dan fosfolipid. Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam amino; pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dalam cairan tubuh; pembentukan protein plasma berupa albumin (untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid), globulin berfungsi sebagai transport (kolesterol dan trigliserida, hormon steroid dan tiroid, dan inhibisi aktivitas tripsin). Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah membentuk fibrinogen dan protrombin, membuat darah berhenti mengalir (membeku) jika terluka (Kujovich, 2005). Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas, yang berperan dalam hal ini sel-sel kupffer, merupakan saringan penting bagi bakteri dan bahan-bahan asing melalui proses fagositosis. Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin yaitu menyimpan semua vitamin dalam hati khususnya vitamin A, D, dan E.

Hati juga berfungsi sebagai pusat detoksifikasi tubuh terhadap berbagai macam bahan seperti bakteri, virus, parasit, zat racun, logam berat, dan obat over dosis. Kemampuan hati untuk melakukan detoksifikasi dari bahan berbahaya tersebut karena hati juga mengandung antioksidan dengan berat molekul rendah dan enzim yang merusak kelompok oksigen reaktif (ROS) yaitu glutation tereduksi (GSH), vitamin C, vitamin E, superoksid dismutase (SOD), glutation peroksidase, dan katalase (Arief, 2003). Fungsi hati sebagai hemodinamik, hati merupakan organ yang penting untuk mempertahankan aliran darah, hati menerima 25% darah dari cardiac output, aliran darah hati yang normal sekitar 1500 cc/menit, aliran darah ke hati dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh


(1)

Te st S tatisticsb .000 28.000 -3. 500 .000 .001a Mann-W hit ney U

W ilcox on W Z

As ymp. Si g. (2-tailed) Ex act Sig. [2*(1-tai led Sig.)]

derajat kerusakan

Not correct ed for ties. a.

Groupi ng V ariable: Kelompok b.

Ranks

7 11.00 77.00

7 4.00 28.00

14 Kelompok P1 P2 Total derajat kerusakan

N Mean Rank Sum of Ranks

Te st S tatisticsb

.000 28.000 -3. 435 .001 .001a Mann-W hit ney U

W ilcox on W Z

As ymp. Si g. (2-tailed) Ex act Sig. [2*(1-tai led Sig.)]

derajat kerusakan

Not correct ed for ties. a.

Groupi ng V ariable: Kelompok b.

Ranks

7 9.50 66.50

7 5.50 38.50

14 Kelompok P1 P3 Total derajat kerusakan


(2)

Te st S tatisticsb 10.500 38.500 -2. 082 .037 .073a Mann-W hit ney U

W ilcox on W Z

As ymp. Si g. (2-tailed) Ex act Sig. [2*(1-tai led Sig.)]

derajat kerusakan

Not correct ed for ties. a.

Groupi ng V ariable: Kelompok b.

Ranks

7 4.00 28.00

7 11.00 77.00

14 Kelompok P2 P3 Total derajat kerusakan

N Mean Rank Sum of Ranks

Te st S tatisticsb

.000 28.000 -3. 500 .000 .001a Mann-W hit ney U

W ilcox on W Z

As ymp. Si g. (2-tailed) Ex act Sig. [2*(1-tai led Sig.)]

derajat kerusakan

Not correct ed for ties. a.

Groupi ng V ariable: Kelompok b.


(3)

Lampiran K. Hasil Uji Morfologi dan Fisiologi Bakteri Asam Laktat

Gambar 1. Uji Pewarnaan Gram: A. Streptococcus thermophilus

B. Lactobacillus bulgaricus

Gambar 2. Uji Motilitas Gambar 3. Uji Katalase A. Streptococcus thermophilus B. Lactobacillus bulgaricus

Gambar 4. Uji Indol Gambar 5. Uji TSIA

A. Streptococcus thermophilus B. Lactobacillus bulgaricus

A B A B

A B


(4)

Gambar 6. Uji Sitrat Gambar 7. Uji Reduksi Nitrat A. Streptococcus thermophilus B. Lactobacillus bulgaricus

Gambar 8. Uji Sitrat Gambar 9. Uji Reduksi Nitrat A. Streptococcus thermophilus B. Lactobacillus bulgaricus

Gambar 10. Jumlah Koloni Bakteri pada Fermentasi C. Koloni bakteri pada cawan Petri

D. Koloni bakteri fermentasi 4 jam E. Koloni bakteri fermentasi 6 jam

F. Koloni bakteri fermentasi 8 jam

A B

A B A B

D

F E


(5)

Lampiran L. Dokumentasi Penelitian

Gambar 11. A. Yoghurt komersial “Bio Kul” dan starter soyghurt B. Soyghurt pada fermentasi 4, 6, 8 jam

Gambar 12. A. Mencit (Mus musculus L.) jantan B. Gambaran organ insitu mencit

Gambar 13. A. Pengambilan sampel darah dari jantung dan organ hati B. Fiksasi organ hati dengan buffer formalin

Gambar 14. A. Automatic analyzer untuk pemeriksaan SGOT/SGPT B. Sampel darah di masukkan ke Analyzer Automatic

A B

B A

A B


(6)

Gambar 15. A. Penjernihan dengan xilol

B. Tissue processing (alat pemrosesan jaringan PA)

Gambar 16. A. Pengirisan dengan mikrotom

B. Infiltrasi sampel dalam media paraffin

Gambar 17. A. Alat untuk penempelan sediaan pada objek gelas B. Pewarnaan dengan Hematoksilin-Eosin

Gambar 18. A. Sampel dalam media parafin

B. Preparat histologi hati mencit yang siap diamati

A

A A A A

B B B

B B


Dokumen yang terkait

Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Asam Laktat Dalam Soyghurt Dan Efektifitas Pada Penyembuhan Gastritis Lambung Mencit (Mus musculus L) Yang Diinduksi Dengan Aspirin

9 90 130

Efektifitas Pemberian Soyghurt Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Dalam Darah Mencit (Mus musculus) Dengan Jumlah Bakteri Asam Laktat Dan Suhu Inkubasi Yang Optimum

0 28 119

PENGARUH PEMBERIAN JUS MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP KERUSAKAN SEL GINJAL MENCIT (Mus musculus) YANG DIPAPAR PARASETAMOL.

0 0 11

Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Asam Laktat Dalam Soyghurt Dan Efektifitas Pada Penyembuhan Gastritis Lambung Mencit (Mus musculus L) Yang Diinduksi Dengan Aspirin

0 0 20

Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Asam Laktat Dalam Soyghurt Dan Efektifitas Pada Penyembuhan Gastritis Lambung Mencit (Mus musculus L) Yang Diinduksi Dengan Aspirin

0 0 14

Efektifitas Pemberian Soyghurt yang Mengandung Bakteri Asam Laktat dalam Memperbaiki Kerusakan Jaringan Hati Mencit (Mus musculus L.) yang Dipapar Timbal

0 0 22

Efektifitas Pemberian Soyghurt yang Mengandung Bakteri Asam Laktat dalam Memperbaiki Kerusakan Jaringan Hati Mencit (Mus musculus L.) yang Dipapar Timbal

0 0 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Timbal 2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Timbal - Efektifitas Pemberian Soyghurt yang Mengandung Bakteri Asam Laktat dalam Memperbaiki Kerusakan Jaringan Hati Mencit (Mus musculus L.) yang Dipapar Timbal

0 0 31

BAB 1 PENDAHULUAN - Efektifitas Pemberian Soyghurt yang Mengandung Bakteri Asam Laktat dalam Memperbaiki Kerusakan Jaringan Hati Mencit (Mus musculus L.) yang Dipapar Timbal

0 0 7

EFEKTIFITAS PEMBERIAN SOYGHURT YANG MENGANDUNG BAKTERI ASAM LAKTAT DALAM MEMPERBAIKI KERUSAKAN JARINGAN HATI MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIPAPAR TIMBAL TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ma

0 0 18