2. Pengolahan limbah cair secara kimia
Bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap koloid, menetralkan limbah cair dengan cara menambahkan bahan kimia tertentu agar terjadi reaksi
kimia untuk menyisihkan bahan polutan. Penambahan zat pengendap disertai dengan pengadukan cepat menyebabkan terjadinya penggumpalan, hasil akhir pengolahan biasanya
merupakan endapan yang kemudian dipisahkan secara fisika.. Proses ini memiliki kelemahan, yaitu bagaimana mengambil unsur baru sebagai hasil reaksi yang terjadi. Contoh pengolahan
secara kimia lainnya seperti: oksidasi dan reduksi, netralisasi dan klorinasi, disinfektan Sugiharto. 1987.
3. Pengolahan limbah cair secara biologi
Pengolahan secara biologi ini memanfaatkan mikroorganisme yang berada di dalam air untuk menguraikan bahan-bahan polutan. Pengolahan limbah cair secara biologi ini dipandang
sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Pengolahan ini digunakan untuk mengolah air limbah yang biodegradable.
2.7. Koagulasi dan Flokulasi
Istilah koagulasi kimia dipakai untuk semua reaksi dan mekanisme kimia dalam destabilisasi partikel koloid membentuk partikel yang berukuran lebih besar. Koagulasi adalah peristiwa
destabilisasi partikel-partikel koloid dalam larutan, partikel-partikel tersebut membentuk lapisan secara kimia yang kemudian diikuti dengan flokulasi. Bahan yang dipakai untuk
proses koagulasi dinamakan koagulan Tchobanoglous, 2003.
Macam-macam koagulan yaitu: Al
2
SO
4 3
Aluminium sulfat, NaAlO
2
Sodium aluminat, AlCl
3
Aluminium klorida, FeCl
3
Ferri clorida, FeSO
4
Ferro sulfat, Fe
2
SO
4 3
Ferri sulfat, CuSO
4
Tembaga sulfat dan ozon. Penggabungan beberapa koagulan dalam proses koagulasi juga dapat dilakukan seperti NaAlO
2
+ Al
2
SO
4 3
. 18 H
2
O Laing, 1940.
Koagulan yang sering digunakan adalah alum aluminium sulfat. Karakteristik dari logam kation multivalensi adalah memiliki kemampuan menarik koagulan ke muatan
partikel koloid Proste, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya partikel koloid selalu mempunyai muatan negatif, baik pada air alam maupun air buangan. Dalam hal ini, penambahan koagulan yang bermuatan positif akan
menetralkan muatan muatan negatif dari koloid yang bermuatan negatif sehingga membentuk endapan Robert, 1986. Pada proses koagulasi, ketika konsentrasi dari ion pusat di dalam
medium dispersi adalah kecil, ketebalan lapisan rangkap listrik adalah besar. Dua partikel koloid yang berdekatan tidak dapat bersatu dengan yang lain disebabkan adanya lapisan
rangkap listrik yang tebal, oleh karena itu koloidnya stabil. Namun ketika konsentrasi ditingkatkan, kuatnya tarikan diantara muatan pertama dan ion pusatnya ditingkatkan
sehingga menyebabkan lapisan rangkapnya berkurang. Lapisan ini kemudian ditekan secukupnya dengan dilanjutkan penambahan ion pusat.
Bentuk flok merupakan hasil dari penambahan koagulan, yang diikuti dengan flokulasi. Flokulasi adalah penggabungan dari partikel-partikel hasil koagulasi menjadi
partikel yang lebih besar dan memiliki kecepatan mengendap yang lebih besar.
2.8. Elektrokoagulasi