Kerangka Teori 1 Teori Kepentingan Nasional
9
F. Kerangka Teori F.1 Teori Kepentingan Nasional
Teori yang pertama di pakai oleh peneliti pada penilitian ini adalah teori kepentingan nasional, karena teori ini sangat penting untuk menjela skan dan
memahami perilaku internasional serta dasar untuk menjelaskan perilaku luar negeri suatu Negara. Kepentingan nasional merupakan salah satu teori yang paling dikenal
luas di kalangan hubungan Internasional dan politik luar negeri, karena konsep ini adalah tujuan yang paling mendasar dan faktor yang menetukan yang menjadi
pemandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik luar negeri sebuah Negara. Selain itu konsep ini juga sering digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan
politik luar negeri atau evaluasi suatu Negara. Bagi para penganut realis, kepentingan nasional dianggap sebagai upaya
Negara untuk mengejar power, dimana power adalah segala sesuatu yang dapat mengembangkan dan memelihara control terhadap Negara lain. Hubungan kekuasaan
atau pengendalian ini dapat melalui teknik pemaksaan atau kerjasama.Karena itu kekuasaan dan kepentingan nasional dianggap sebagai sarana sekaligus tujuan dari
tindakan suatu Negara secara khas untuk bertahan hidup dalam kancah perpolitikan internasional.
Konsep kepentingan nasional dapat diartikan secara minimum sebagai suatu kepentingan untuk kesejahteraan umum, hak untuk mempertahankan kelangsungan
hidup suatu Negara, hak, kepentingan ekonomi, hak perlindungan hukum.Dalam arti yang lebih khusus yaitu untuk mempertahankan dan memelihara identitas politik dan
Universitas Sumatera Utara
10 kulturalnya.Agar kepentingan nasionalnya terwujud, suatu Negara bisa saja membuat
suatu kerjasama atau bahkan konflik sekalipun
16
. Konsep kepentingan nasional juga mempunyai indikasi dimana Negara atau state berperan sebagai aktor utama di dalam
formulasi politik yang merdeka berdaulat. Selanjutnya, di dalam mekanisme interaksinya masing-masing Negara atau aktor berupaya untuk mengejar kepentingan
nasionalnya. Kepentingan inilah yang akhirnya diformulasikan kedalam konsep “power”. kepentingan “interest” di defenisikan kedalam terminologi power.
17
Menurut Joseph Franked, kepentingan nasional tidak bisa di defenisikan secara sempit dengan mengabaikan kepentingan-kepentingan moral, religi, dan
kepentingan kemanusian
18
. Menurut Nicholas Spykman, mengatakan bahwa kepentingan nasional juga
mencakup kepentingan moral, religi, kebudayaan, dan sebagainya. Tetapi untuk mengejar kepentingan-kepentingan ini tetap diperlukan power yang mencukupi.
19
Menurut Paul Seabury konsep kepentingan nasional secara normative dan deskriptif. Secara normative konsep kepentingan nasional berkaitan dengan kumpulan
cita-cita suatu bangsa yang berusaha dicapai melalui hubungan dengan Negara lain. Namun tidak sekedar cita-cita mengejar power saja, melainkan ada juga cita-cita
16
K.J. Holsti.
International politics: A Framework for analysis. Fourth Edition, Terj. M. Tahir Azhary.
Jakarta : Erlangga, 1991. Hlm. 31-32
17
J. Frankie.
Hubungan Internasional, Terj. Laila H. Hasyim.
Jakarta : Bumi Aksara, 1991
18
Raulish, Kepentingan Nasional dalam Realisme, diakses pada 8 Maret 2014 dari http:blog.ub.ac.idraulisilviana20100609kepentingan-nasional-dalam-realisme.
19
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
11 lainnya.Sedangkan secara deskriptif kepentingan nasional sebagai tujuan yang harus
dicapai suatu bangsa secara tetap melalui kepemimpinan pemerintah
20
. Hans J. Morgenthau mengatakan bahwa konsep kepentingan nasional
merupakan usaha dari suatu Negara untuk mengejar “power”, power dianggap sebagai
segala sesuatu yang mengembangkan dan memelihara kontrol suatu Negara terhadap Negara lain
21
. Lebih lanjut di dalam bukunya “ The Concept of Interest Defined in Terms of Power”, power menurut Morgenthau berada di antara nalar, akal, atau
“reason” yang mencoba untuk memahami politik internasional dengan fakta-fakta yang harus di pahami. Atau dapat dikatakan bahwa power adalah instrumen penting
untuk mencapai suatu kepentingan nasional. Konsep kepentingan nasional dianggap sama dengan konsep yang umum didalam dua hal yaitu kesejahteraan umum dan
perlindungan hukum. Konsep ini memuat arti minimum yang inheren, yaitu kepentingan nasional sebuah Negara adalah melindungi identitas fisik, politik, dan
kultural Negara tersebut dari Negara atau bangsa lain. Hans J. Morgenthau juga menyampaikan pandangannya sebagai berikut:
“ The concept of the national interest then contains two elements,one of this is logically required and in that sense necessary, and one that is
variable and determined by circumstance”
22
.
20
Ibid.
21
Scott Burchill dan Andrew Linklater, Teori-Teori Hubungan Internasional, Penj. M. Sobirin. Bandung : Nusamedia, 2009. hlm 103.
22
Aleksius Jemadu.
Politik Global dalam Teori dan Politik,
.Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008. Hlm. 67
Universitas Sumatera Utara
12 Dengan demikian menurut Morgenthau kepentingan nasional juga di dasarkan
pada dua elemen yaitu, pertama di dasarkan pada pemenuhan kebutuhan sendiri, yang kedua mempertimbangkan berbagai kondisi lingkungan strategi di sekitarnya. Dalam
memenuhi kebutuhan sendiri dapat di peroleh dengan dengan cara melindungi kelangsungan hidup bangsa dalam mempertahankan kedaulatan integritas wilayah
nasional, sistem politik, dan identitas budaya dari ancaman bangsa lain. Sedangkan dalam pertimbangan berbagai kondisi lingkungan di lakukan dengan menjalankan
kebijakan politik luar negeri melalui upaya diplomasi demi terciptanya perdamaian dunia
F.2 Teori Intervensi
Dalam proses lepasnya Timor leste dari Indonesia tidak terlepas dari adanya campur tangan atau pun intervensi dari pihak Australia yang pada saat itu sangat
berperan aktif. Untuk menjelaskan bagaimana intervensi Australia ke timor timur maka peneliti menggunakan konsep intervensi agar dapat menjelaskan bagaimana
intervensi yang dilakukan oleh Australia pada Timor timur. Intervensi adalah campur tangan suatu Negara terhadap urusan dalam negeri
Negara lainnya dengan maksud baik untuk memelihara atau mengubah keadaan atau barang di Negara tersebut. Selain itu adapun defenisi intervensi adalah campur tangan
yang berlebihan dalam urusan politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Sehngga Negara
Universitas Sumatera Utara
13 yang melakukan intervensi sering dibenci Negara lain.Menurut J.G. Starke, intervensi
dibedakan menjadi tiga, yaitu
23
: 1.
Intervensi “Intern” Internal Intervention; Misalnya suatu Negara campur tangan diantara pihak-pihak yang bertikai disuatu Negara
lainnya yang bersifat mendukung pemerintah Negara tersebut atau pihak pemberontak.
2. Intervensi “Ekstern” External Intervention; Misalnya suatu Negara
melakukan campur tangan dengan mengadakan hubungan dengan Negara lain, umumnya dalam keadaan yang bermusuhan.
3. Inter
vensi “Penghukuman” Punitive Intervention; Merupakan suatu tindakan pembalasan areprisal melalui tindakan perang kecil sebagai
pembalasan terhadap kerugian yang di timbulkan oleh Negara lainnya. Selain itu intervensi juga dibagi kedalam dua bentuk lain yaitu
24
: Intervensi Unilateral
Intervensi unilateral merupakan campur tangan suatu Negara terhadap Negara lain yang berada dalam konflik dengan dasar menjaga keamanan
bersama collective security. Situasi konflik ini menambah tanggapan militer, seperti tindakan polisi. Intervensi militer bersumber dari pemerintahan suatu
Negara sama halnya dengan intervensi diplomatic dengan cara mengadakan
23
. Georffrey Robinson,Timor Timur 1999 Kejahatan terhadap Umat manusia, 2003, hal 35 http:perpustakaan-elsam.or.idopacindex.php?p=show_detailid=3366 Diakses tanggal 10 Maret
2014
24
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
14 perjanjian dengan Negara yang tengah mengalami konflik internal didasarkan
pada sikap dan tindakan yang meyakinkan. Intervensi Multilateral
Intervensi multilateral merupakan campur tangan Negara-negara lain dalam konflik suatu Negara dibawah paying PBB sebagai organisasi
internasional.disini suatu Negara akan melakukan campur tangan dengan mangadakan hubungan dengan Negara lain.
F.3 Teori Interaksi Internasional
Interaksi internasional merupakan keseluruhan proses komunikasi dan pertukaran yang berkaitan dengan aspek-aspek politis antara aktor-aktor di dalam
sistem internasional, dimana di dalam proses tersebut akan terlihat tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan perilaku dari aktor-aktor tersebut yang akan dipengaruhi oleh
konteks dan tingkatan level di mana proses tersebut muncul dan bekerja.
Bentuk-bentuk interaksi dapat dibedakan berdasarkan keterlibatan pihak-pihak yang melakukan interaksi, ditinjau dari jumlah intensitas interaksi, dan pola interaksi
yang dijalankan oleh masing-masing pihak.
Dalam hubungan internasional, interaksi yang terjadi antar aktor dapat dikenali karena adanya faktor-faktor reccurent, accommodate, ignore, pretend, bargain, dan
resist dari berbagai macam aksi negara lain.
Universitas Sumatera Utara
15 Untuk dapat memahami pola-pola interaksi yang terjadi diantara para
pelakunegara, maka dapat ditinjau melalui
25
.
1. Scale, berhubungan dengan jumlah dan tipe aktor-aktor yang terlibat
dalam arena geografis, dimana interaksi tersebut bekerja secara cakupan isu yang menjadi objek interaksi.
2. Directions, berhubungan dengan arah mana interaksi tersebut cenderung
memihak. 3.
Internsity, berhubungan dengan intensitas dan interaksi pada jumlah yang continity hal tersebut dilaksanakan.
4. Duration, berhubungan dengan masa interaksi tersebut berlangsung apakah
berlangsung secara permanen, terinstruksi secara formal ataukah hanya secara temporer dan trasier.
Sedangkan Keohane, Robert, and Joseph S Nye menyatakan bahwa interaksi internasional sebagai pergerakan berbagai hal yang membahas tapal batas negara
dimana terdapat sekurang-kurangnya salah satu aktor yang mewakili suatu organisasi pemerintah atau antar pemerintah. Untuk itu terdapat pengelompokkan interaksi
internasional pada tiga bentuk, yaitu
26
: 1.
Interaksi antara negara dengan negara. 2.
Interaksi antara negara dengan aktor bukan negara 3.
Interaksi antar aktor bukan negara dengan aktor bukan negara.
25
Sulfri Jusuf, S.H.
Hubungan Internasional dan Politik Luar Nageri.
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1989. Hlm. 70
26
Ibid. hlm. 72
Universitas Sumatera Utara
16 Dalam interaksi antar negara terdapat hubungan pengaruh dan respons.negara
memberikan pengaruh langsung ataupun tidak langsung yang dituntut harus dapat menentukan sikap melalui respons, manifestasi dalam hubungannya dengan negara
lain untuk mempengaruhi atau memaksa pemerintah untuk memaksa keinginan politik negara bersangkutan.
Menyangkut keinginan politik dari masing-masing negara, didasarkan pada kepentingan nasional masing-masing negara, baik kepentingan yang berasal dari
lingkungan internal maupun eksternal. Bentuk interaksi yang dilaksanakan suatu negara untuk tujuan memenuhi kepentingan nasional, maka suatu negara tidak dapat
terlepas dari kebijakan yang ditujukan ke luar negara politik luar negeri, maupun politik yang menjangkau kondisi domestik politik dalam negeri.