Integrasi Timor Timur ke dalam pemerintahan Indonesia tahun 1976-1999.

(1)

ABSTRAK

INTEGRASI TIMORTIMUR KE DALAM

PEMERINTAHAN INDONESIA

TAHUN 1976 - 1999

Rendra Purnawan Japesa Universitas Sanata Dharma

2015

Tujuan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis tiga permasalahan pokok, yaitu :1) Proses integrasi Timor Timur kewilayah Republik Indonesia. 2) Faktor integrasi Timor Timur dengan Indonesia. 3) Dampak integrasi terhadap perkembangan wilayah Timor Timur.

Makalah ini disusun melalui studi pustaka, mengunakan pendekatan multidimensional, dan ditulis secara deskrptif analitis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :1) proses integrasi dimulai ketika Indonesia memiliki kepentingan untuk membendung pengaruh paham komunis di ASIA 2) Rakyat Timor Timur berkeinginan untuk bergabung dengan Indonesia agar kenflik sosial di Timor Timur berakhir. 3) dampak negative dari integrasi menimbulkan banyak korban jiwa maupun harta bagirakyat Timor Timur, dan dampak positif banyak membantu perkembangan polapikir masyarakat Timor Timur dalam memandang dan menyelesaikan permasalahan.


(2)

ABSTRACT

The integration of East Timor into the Indonesian government

in1976 - 1999

Rendra Purnawan Japesa Sanata Dharma University

2015

The purpose of this papers for description something and anality 3 main/major problems. 1) Th integration process of Timor Timur to the Republic of Indonesia Region. 2) Factor integration of Timor Timur with Indonesia. 3) The impact of integration for development Timor Timur region.

This papers created by study literature with approach multydimensional, an written by description analysis.

The goal of the research showes that : 1) The prosess of integration begen when Inonesia have interst for stem comunism in ASIA. 2) Timor Timur citizen wanna joine with Indonesia with that the social conflict of Timor Timur done. 3) The negatively impact from integration cause many fatalities which aset for Timor Timur cityzen and the positive impact so much helpfull development mindset for Timor Timur citizen when facing problems.


(3)

INTEGRASI TIMOR TIMUR KE DALAM

PEMERINTAHAN INDONESIA

1976 - 1999

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh

RENDRA PURNAWAN JAPESA NIM : 091314014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

INTEGRASI TIMORTIMUR KE DALAM PEMERINTAHAN INDONESIA

TAHUN 1976 - 1999 MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :

RENDRA PURNAWAN JAPESA NIM : 091314014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Makalah ini saya persembahkan kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan berkat dan rahmatnya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.

2. Kedua orang tuaku terkasih, Bapak Syamsu Udaya dan Ibu Rosina, yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang, membimbingku dengan penuh kesabaran, dan selalu memotivasiku untuk terus belajar.

3. Adikku terkasih, Dewi Juwita Cahyati dan pacarku Leny Astriani yang selalu motivasi untuk segera menyelesaikan makalah ini.


(8)

v

MOTTO

“Jas Merah” Jangankali melupakan sejarah, tapi jangan juga sekali-Kali meratapi sejarah, karena yang seharusnya kita lakukan adalah belajar dari

sejarah. (Soekarno)

Tak ada kesulitan yang tak terkalahkan. Bahkan kesulitan yang bersifat khayalan pun bias diatasi dengan berfikir yang benar.

(Norman Vincent Peale)

Semakin keras anda bekerja, semakin sulit untuk menyerah. (Vince Lombardi)


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 Agustus 2015 Penulis


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Rendra Purnawan Japesa

Nomor Mahasiswa : 091314014

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Integrasi Timor Timur ke Dalam Pemerintahan Indonesia Tahun 1976-1999”.

Demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 26 Agustus 2015

Yang menyatakan


(11)

viii

ABSTRAK

INTEGRASI TIMORTIMUR KE DALAM PEMERINTAHAN INDONESIA

TAHUN 1976 - 1999 Rendra Purnawan Japesa Universitas Sanata Dharma

2015

Tujuan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis tiga permasalahan pokok, yaitu :1) Proses integrasi Timor Timur kewilayah Republik Indonesia. 2) Faktor integrasi Timor Timur dengan Indonesia. 3) Dampak integrasi terhadap perkembangan wilayah Timor Timur.

Makalah ini disusun melalui studi pustaka, mengunakan pendekatan multi dimensional, dan ditulis secara deskrptif analitis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :1) proses integrasi dimulai ketika Indonesia memiliki kepentingan untuk membendung pengaruh paham komunis di ASIA 2) Rakyat Timor Timur berkeinginan untuk bergabung dengan Indonesia agar kenflik sosial di Timor Timur berakhir. 3) dampak negative dari integrasi menimbulkan banyak korban jiwa maupun harta bagirakyat Timor Timur, dan dampak positif banyak membantu perkembangan polapikir masyarakat Timor Timur dalam memandang dan menyelesaikan permasalahan.


(12)

ix

ABSTRACT

The integration of East Timor into the Indonesian government in1976 - 1999

Rendra Purnawan Japesa Sanata Dharma University

2015

The purpose of this papers for description something and anality 3 main/major problems. 1) Th integration process of Timor Timur to the Republic of Indonesia Region. 2) Factor integration of Timor Timur with Indonesia. 3) The impact of integration for development Timor Timur region.

This papers created by study literature with approach multydimensional, an written by description analysis.

The goal of the research showes that : 1) The prosess of integration begen when Inonesia have interst for stem comunism in ASIA. 2) Timor Timur citizen wanna joine with Indonesia with that the social conflict of Timor Timur done. 3) The negatively impact from integration cause many fatalities which aset for Timor Timur cityzen and the positive impact so much helpfull development mindset for Timor Timur citizen when facing problems.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah

yang berjudul “INTEGRASI TIMOR TIMUR KE DALAM

PEMERINTAHAN INDONESIA TAHUN 1976 - 1999.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak mungkin dapat diselesaikan jika tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin mengucap kanterimakasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Dra. Theresia Sumini, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

3. Bapak Dr. Anton Haryono, M. Hum selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar membimbing, memberikan banyak pengarahan dan masukkan, serta saran selama proses penulisan dan penyusunan makalah ini.

4. Seluruh dosen danpihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah, yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

5. Seluruh karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan pelayanan dan membantu penulis dalam memperoleh sumber penulisan makalah ini.

6. Seluruh keluargaku, terkhusus untuk kedua orang tuaku, Bapak Sanyu Udaya dan Ibu Rosina, serta adikku Dewi J C, dan juga pacarku tersayang Leny Astriani terimakasih atas dukungan, do’adan semangat yang selalu diberikan kepada saya.

7. Teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 2009, terimakasih atas dukungan dan do’anya.


(14)

xi

8. Semua pihak yang telah membantu, namun tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terimakasih atas dukungan dan do’anya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, guna penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 26 Agustus 2015


(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BABIPENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 6

D. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II PROSES INTEGRASI TIMOR TIMUR KE WILAYAH REPUBLIK INDONESIA ... 8


(16)

xiii

B. Campur Tangan Pemerintah Indonesia... ... 12

C. Perang Saudara. ... 13

D. Deklarasi Sepihak Fretilin ... 14

E. Deklarasi Balibo ... 17

F. Invasi Militer Indonesia ke Timor Timur... 19

G. Peresmian Integrasi Timor Timur Oleh Indonesia ... 22

H. Operasi Keamanan Setelah Peresmin Integrasi ... 23

I. Pemilu Pertama di Timor Timur... 26

BAB III FAKTOR INTEGRASI TIMOR TIMOR DENGAN INDONESIA ... 29

A. Faktor Dari Rakyat Timor Timur ... 29

B. Faktor Dari Pemerintah Indonesia... 32

BAB IV DAMPAK INTEGRASI TERHADAP PERKEMBANGAN TIMOR TIMUR ... 37

A. Dampak Negatif Dari Integrasi Timor Timur ke Indonesia ... 37

1... ... ... ...D alam Bidang Sosial ... 37

a)... ... ...O perasi Seroja Berlanjut ... 37

b)... ... ...P emberontakan Pertama Setelah Takluknya Timor Timur Oleh ABRI... 39

c)... ... ...T ragedi Santa Cruz ... 40

2.... ... ... ...D alam Bidang Politik ... 43

3.... ... ... ...D alam Bidang Ekonomi ... 44


(17)

xiv

B. Dampak Positif Dari Integrasi Timor Timur Dengan Indonesia... 45

1... ... ... ...D alam Bidang Sosial ... 45

2.... ... ... ...D alamBidang Politik ... 48

3.... ... ... ...D alam Bidang Ekonomi ... 51

C. Dampak Lepasnya Timor Timur Dari Indonesia………..53

BAB V KESIMULAN... 56

DAFTAR PUSTAKA... 60


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Silabus... 63


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Timor merupakan suatukawasan yang sudah dikenal secara luas sejak

kurang lebih 200 tahun yang lalu, terutama karena eksotisme produk kayu

cendananya yang aromanya sangat mempesona. Jauh sebelum Belanda dan

Portugis masuk ke wilayah ini, pulau Timor adalah bagian dari jaringan

perdagangan yang secara politis berpusat di Jawa Timur dan kemudian bergabung

dengan Sulawesi, jaringan ini terikat dalam satu jaringan komersial dengan Cina

dan India.1

Kawasan pulau Timor membujur dari arah barat daya ke timur laut.

Satu-satunya batas darat adalah disebelah barat daya, yaitu dengan bagian barat pulau

Timoryang merupakan wilayah dari provinsi NTT. Luas wilayah pulau Timor

bagian timuradalah 14.989.375 km2, sedangkan belahan bagian barat yang masuk

provinsi NTT adalah 13.819.41 km2.2Keadaan alam pulau Timor kurang bagus

karena kondisi tanahnya terdiri dari bebatuan kapur dan pegunungan yang tidak

vulkanis seperti di pulau Jawa, sehingga tumbuh-tumbuhan tidakbanyak

jenisnya,akan tetapi kayu cendana banyak tumbuh diwilayah ini.

1

Jhon GTaylor,Perang Tersembunyi ( Sejarah Timor Timur Yang Dilupakan),Jakarta, Porum solidaritas untuk rakyat Timor Timur, 1998, hlm, 2.

2

A Kardiyat Wiharyanto,SEJARAH INDONESIA DariProklamasi Sampai Pemilu 2009. Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma,2011,hlm, 198.


(20)

2

Produk kayu cendana inilahyang menjadi daya tarik bangsa Eropa datang

kewilayah timur Indonesia.Kedatangan Portugis pertamakali di kawasan Timor

adalah di pulau Solor.Ada dua versi kedatangan bangsa Portugis ke pulau Timor.

Versi pertama menyatakan bahwa Portugis tiba dipulau Timor tahun 1511, ketika

penjajahan Portugis Alfonso de Abrau mengelilingi pulau tersebut dan membuat

peta mengenainya. Sementara versi kedua menyatakan bahwa kedatangan bangsa

Portugis untuk pertama kalinya ke Pulau Timor adalah tahun 1519, ketika

Ferdinand Magallen menjejakkan kaki untuk pertama kalinya dipulau itu dengan

menumpang kapal berbendera Spanyol. Sampai saat ini para sejarawan belum

sepakat mengenai kapan persisnya Bangsa Portugis datangke pulau Timor.

Setelah Belanda menguasai sebagian wilayahpulau Timor bagian barat yaitu

wilayah Solor, kegiatan Portugis terdesak ke pulau Timor bagian timur, pada

tahun 1640 orang-orang Portugis mulai membangun tempat tinggal baru di Timor,

khusus untuk para pastor dan pedagang. Sejak saat itu perhatian Portugis semakin

terpusat ke pulau Timor bagian timur ini. Siasat pertama yang berorientasi pada

agama dan perdagangan mulai berubah bentuk menjadi ekspansi teritorial dengan

mendirikan benteng-benteng. Politik adu domba dipraktikkan antara raja-raja

setempat yang diakhiri dengan pengakuan kekuasaan Portugis oleh masyarakat

pribumi.3

Akan tetapi secara administratif atau secara de facto Portugal menancapkan

kekuasaanya pada tahun 1665 saat Raja Muda Portugal yang berkedudukan di

3


(21)

India mengangkat Simon Luis sebagai kepala daerah Timor pertama.4 Sementara

itu Belanda semakin memperluas kekuasannya kewilayah Nusa Tenggara Timur,

sehingga Portugis semakin terdesak dan pada tahun 1769 tinggal menguasai

daerah Timor bagian timur saja.Pengaruh Portugis mengalami kemunduran di

wilayah-wilayah jajahannya.Sejak tahun 1662 satu demi satu wilayah jajahan

Portugis jatuh ketangan lawan-lawannya yaitu Belanda dan Inggris, begitupun

denganwilayah jajahannya di Indonesia khususnya pulau Timor bagian barat

(Flores) kecuali Timor bagian timur. Meskipun Portugis hanya menguasai

sebagiankecil wilayah pulau Timor, Portugis tidak begitu saja dengan mudah

menanamkan kekuasaanya di daerah tersebut.Itu terbukti sejak Portugis mulai

berusaha menguasai daerah Timor Timur, rakyat secara terus menerus melakukan

perlawanan.5 Sejarah mencatat bahwa bangsa Timor melakukan perlawanan

terhadap Portugis untuk pertamakalinya pada tahun 1641. Pada waktu itu

sejumlah penguasa lokal, yaitu mereka yang tinggal dikawasan Wahale,

mengontrol sebagian wilayah pantai Timor. Akantetapi tahun 1642 Portugis

mampu menguasai keadaan setelah pasukan mereka memenangkan pertempuran

didaerah Atapupu.6

Pulau Timormerupakan satu kesatuan pulau yang dibagi dua menjadi

wilayah Portugis dan Belanda pada masa kolonial. Portugismenguasai wilayah

Timor bagian timur atau yang sekarang disebut dengan Timor Leste dan Belanda

4

Genewati dkk, Keamanan Diperbatasan Indonesia-Timor Leste. Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009, hlm. 55-56.

5

A K Wiharyanto, op, cit, hlm. 200. 6


(22)

4

menguasai daerah Timor bagian Barat atau yang disebut sebagai Provinsi Nusa

TenggaraTimur.7

Pulau Timor bagian timur bukan bagian dari tanah jajahan Belanda

melainkan jajahan Portugal.Dengan demikianmaka kemerdekaan Republik

Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak mencakup

wilayah Timor bagian timur.8 Akan tetapi Timor Timur pernah berintegrasi

dengan pemerintahan Republik Indonesia pada tahun 1976 sampai dengan tahun

1999 yang kemudian mendeklarasikan kemerdekaan wilayahnya sebagai Negara

yang merdeka dan berdiri sendiri dengan nama Timor Leste.

Dalam proses menginterasikan Timor Timur kewilayah pemerintahan

Indonesia, Indonesia merancang sebuah Undang-Undang Integrasi dan

mendirikan Majelis Rakyat pada bulan Mei 1976. Tugas dari anggota Majelis ini

adalah menyusun petisi yang diperuntukkan kepada Presiden Soeharto yang

meminta Indonesia untuk mengabulkan integrasi.9 Petisi ini ditandatangani oleh

Arnaldo dos Reis Araujo sebagai ketua PSTT (Pemerintahan Sementara Timor

Timur) dan Guilherme Goncalves selaku dewan perwakilan rakyat daerah, isi

utama dari petisi singkat ini adalah agar Timor-Leste disatukan dengan Indonesia

tanpa dilakukannya sebuah referendum.

Pada tahun 1975, perkembangan politik di Timor Timur mengalami keadaan

yang paling kritis dengan adanya tindakan sepihak dari Fretilin, dengan

7

Ibid., hlm. 55. 8

Setyohadi, Sejarah Perjalanan Bangsa Indonesia Dari Masa Ke Masa, Jakarta,2002,hlm. 158. 9

(Komisi Penerimaan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi (CAVR) di Timor-Leste), Chaga! Laporan Komisi Penerimaan Kebenarandan Rekonsiliasi( CAVR ) di Timor-Leste. Volum 1,Jakarta, PT Gramedia, 2010, hlm. 238.


(23)

melakukan proklamasi kemerdekaan pada tanggal 25 November 1975. Namun

partai lain menandingi deklarasi kemerdekaan Fretilin dengan melakukan

deklarasi “integrasi” yang isinya ingin bergabung dengan Indonesia, dan ahkirnya masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan melalui

UU No. 7 Th. 1976 (LN. 1976-36) tentang Pengesahan Penyatuan Timor Timur

ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu juga lahir PP No. 19

Th. 1976 (LN. 1976-36) tentang Pembentukan Propinsi Daerah Tingkat I Timor

Timur serta dipertegas lagi melalui Ketetapan MPR No. VI/MPR/1976 yang

mengukuhkan penyatuan wilayah Timor Timur yang terjadi pada tanggal 17 Juli

1976 ke dalam wilayah Negara Kesatuan RI. Proses integrasi ini didasarkan pada

Deklarasi Balibo yang ditandatangani pada tanggal 30 November 1975. Deklarasi

Balibo dan ketentuan-ketentuan di atas menjadi dasar klaim bagi pemerintah

Indonesia. Namun pada ahkirnya persaudaraan itu hanya berlangsung 23 tahun,

yang disebabkan timbulnya perbedaan keinginan antara pemerintah Indonesia

dengan Fretilin yang mengklaim sebagai pemerintah.

Pada tanggal 17 Juli 1976, Presiden Soeharto menandatangani

undang-undang yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,

meresmikan tindakan Indonesia mengintegrasikan Timor-Leste.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk mengetahui lebih jelasnya


(24)

6

terjadinya Refrendum 1976 - 1999, dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut :

1. Bagaimana proses integrasi Timor Timur ke wilayah Republik Indonesia?

2. Apa yang menjadi Faktorintegrasi Timor Timur dengan Indonesia?

3. Bagaimana dampak integrasi terhadap perkembangan wilayah TimorTimur?

C.Tujuan dan Manfaat penulisan

1. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan permasalahan di atas maka tujuan penulisan ini adalah

untuk mendeskripsikan dan menganalisis :

a. Proses integrasi Timor Timur ke wilayah Republik Indonesia.

b. Faktor integrasi Timor Timur dengan Indonesia.

c. Dampak integrasi terhadap perkembangan wilayah Timor.

2. Manfaat Penulisan

Hasil dari penulisan ini diharapkandapat memberikan berbagai manfaat

antara lain:

a. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan mengenai sejarah Timor Timor dari awal

proses integrasi sampai terjadinya refrendum1976-1999, menambah wawasan,

meningkatkan sikap kritis dan menambah kesadaran sejarah serta menambah

bekal bagi penulis untuk menjadi seorang guru sejarah yang berkualitas dan

profesional dalam meningkatkan karya dalam bidang pendidikan.


(25)

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah koleksi kepustakaan dan

dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi teman-teman, dan siapapun yang

membutuhkan.

c. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi ilmu

pengetahuan khususnya sejarah Indonesia mengenai Timor Timur dari awal

proses integrasi sampai terjadinya refrendum1976-1999,

D.Sistematika Penulisan

Penulisan tentang "Timor Timur pada Masa di Bawah Pemerintahan

Indonesia 1967 - 1999" ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika penulisan

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penulisan.

BAB II Bab ini menguraikan tentang proses integrasi Timor Timur

ke wilayah Republik Indonesia.

BAB III Bab ini menguraikan tentang faktor integrasi Timor Timur

dengan Indonesia

BAB IV Bab ini menguraikan tentang dampak integrasi terhadap

Perkembangan wilayah Timor Timor.

BAB V Bab ini berisikan kesimpulan dari pembahasan

permasalahan yang telah diuraikan dalam bab II, III, dan


(26)

8

BAB II

PROSES INTEGRASI TIMOR TIMUR KE WILAYAH REPUBLIK INDONESIA

A.Terbentuknya Partai Politik di Timor Timur

Kekacauan politik yang menyebabkan terjadinya Revolusi Anyelir dalam

pemerintahan Portugal mengakibatkan berpindahnya kekuasaan dari pemerintahan

sipil ketangan militer.Pemerintahan Portugis yang diambil alih oleh militer

berusaha memperbaiki keadaan keterbelakangan Portugis di Eropa seperti

pertentangan politik yang berlarut-larut, keadaan ekonomi Portugis yang semakin

merosot, pengangguran terus meningkat, dan perang di daerah jajahan terus

berkobar. Pemerintahan dibawah kekuasaan militer ini segera memenuhi janjinya

untuk mengembalikan hak-hak sipil, para tahanan politik dibebaskan, partai

pemerintah dibubarkan, polisi rahasia dihapus, sensor pers ditiadakan dan kepada

rakyat diberikan kebebasan untuk membentuk partai politik dan mengambil

bagian dalam menyusun kebijaksanaan pemerintahan.

Pemerintahan baru itu juga mengumumkan maksudnya untuk menerapkan

azas-azas demokrasi di provinsi-provinsi seberang lautan dan sehubungan dengan

itu bermaksud mengadakan suatu referendum pada tanggal 31 Maret 1975 dimana

rakyat dapat menentukan status politik dan hari depan negerinya sendiri.

Untuk menyikapi hal tersebut rakyat Timor Timur bergegas membentuk


(27)

9

pemerintahan Portugis juga mendukung dibentuknya partai politik di Timor

Timur dan juga memberikan kesempatan dan hak kepada masing-masing partai

politik untuk mengkampanyekan pilihan politiknya serta mempersiapkan rakyat

untuk mengikuti pemilihan umum guna menentukan nasib Timor Timur. Partai

politik yang terbentuk pertama kali di Timor Timur adalah Partai UDT (Uni

Demokratik Timor, Persatuan Demokratik Timor) yang terbentuk pada tanggal 11

Mei 1974, partai Sosialis Demokrat, Frente Revolucionaria da Timor-Leste

Independente ( FRETILIN)1, muncul dari ASDT (Asosiasi Sosial Demokratik

Timor) yang dibentuk pada tanggal 20 Mei 1974. Manifesto pertama ASDT

menyerukan penolakan terhadap kolonialisme, partisipasi segera orang Timor

dalam pemerintahan lokal, dan diskriminasi rasial, melawan korupsi,

danmembangun hubungan baik dengan negara tetangga. ASDT sendiri tumbuh

dari komite untuk pembelaan buruh yang muncul segera setelah kup di Lisabon,

sedangkan tranformasi dari ASDT ke FRETILIN merupakan perwujudan sebuah

perubahan orientasi menuju perlunya membentuk sebuah organisasi politik

berbasiskan masa diseputar semboyan kemerdekaan.2 Tokoh-tokoh penting dalam

berdirinya partai ini antara lain, Francisco Xavier do Amaral, Alarico Jorge

Frenandes, Nicolau dos Reis Lobato, Mari Alkatiri, Rogerio Tiago de Fatima

Lobato, Jose Manuel Horta, Abilio Araujo, Francisco Borja da Costa, Antonio

Duarte Carvarinho dan Vicente dos Reis.

APODETI (Asosiasi Rakyat Demokratik Timor) merupakan partai minoritas

yang terbentuk dari sebuah pertemuan tiga puluh sampai empat puluh orang

1

A. KWiharyanto, Sejarah Indonesia Dari Proklamasi Sampai Pemilu 2009, Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, 2011, hlm 202.

2


(28)

10

Timor pada tanggal 27 Mei 1974.3Dukungan awal dari partai ini adalah beberapa

orang dari komunitas Arab di Dili (kecuali Mari Alkatiri dan Hamis Bassarawen),

yang mengajukan permintaan integrasi terhadap konsulat Indonesia, kemudian

mendapat dukungan dari para Liurai (Raja/Kepala Desa).Pemimpin APODETI

yang paling menonjol adalah Guilherme Goncalves, Arnaldo dos Reis Araujo dan

Ojorio Doares.Selain dukungan dari komunitas Arab dan liurai setempat,

terbentuknya partai ini tidak terlepas dari bantuan dinas intelijen Indonesia,

BAKIN yang sebelumnya sudah masuk ke Timor dan membangun jaringan

dengan agen-agen konsulat Indonesia di Dili.

Tiga partai kecil lainnya yang terbentuk namun tidak banyak berpengaruh

yaitu: KOTA (Klibur Oan Timor Aswain, Pasukan Ksatria Timor), Partai

TRABALHISTA (Partai Buruh) dan terakhir Partai ADILTA (Perkumpulan

Demokratik untuk Integrasi Timor-Timur dengan Australia), dari tiga partai ini

tidak satupun yang mempunyai pengaruh yang signifikan selama masa akhir

kekuasaan Portugis dibandingkan dengan tiga partai lainnya.

Pada awal perjuangan untuk memenangkan referendum, ketiga partai

menunjukkan sikap yang cukup sportif.Pihak Portugispun menunjukkan pula

kemampuannya sebagai stabilisator yang dapat mencegah munculnya

ekstrimis-ekstrimis di Timor.Prinsip hubungan baik dengan Indonesia benar-benar

dipelihara dan berbagai usaha kerjasama dengan propinsi NTT diusahakan dapat

berkembang.

3

(Komisi Penerimaan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi (CAVR) di Timor-Leste),,Chega (Laporan Komisi Penerimaan Kebenaran dan Rekonsiliasi ( CAVR) di Timor-Leste), Jakarta, PT Gramedia, 2010, hlm 206.


(29)

11

Ketenangan tersebut menghilang setelah adanya pergantian gubernur beserta

stafnya, pada tanggal 18 November 1974 Gubernur Fernando Alvos Aldeia

diganti oleh Letkol Lemos Pires yang diantara anggota stafnya ada tiga orang

yang berasal dari partai komunis Portugal PCP (Partido Comunista Portugues),

yaitu Mayor Fransisco de Mota sebagai ketua kabinet urusan politik, Mayor

Yonathan sebagai kabinet urusan sosial, dan Kapten Ramos sebagai perwira

inteligen. Dengan demikian terganggunya proses dekolonisasi tidaklain

disebabkan oleh adanya unsur-unsur PCP yang sengaja menyusup ke Timor.

Strategi mereka adalah dekolonisasi harus menghasilkan suatu posisi dan kondisi

Timor Timur yang menguntungkan gerakan komunis Internasional.4 Oleh karena

itu mereka berusaha langsung mengerahkan proses dekolonisasi, meskipun

bertentangan dengan ketentuan pemerintahan Lisbon. Hasil pendekatan dan

penjajakan delegasi Indonesia pada pertengahan bulan Oktober 1974, ternyata

dalam proses dekolonisasi di Timor Timur pemerintah Lisbon tetap berpegang

pada sikap dasar yaitu menyerahkan masa depan Timor Timur sepenuhnya pada

aspirasi rakyat Timor, merdeka dan berdiri sendiri bagi Timor adalah suatu hal

yang tidak realistis, berintegrasi dengan Indonesia adalah kedudukan masa depan

Timor Timur yang paling realistis, menghargai dan mengakui serta memberi

kesempatan pada Indonesia untuk menggarap masa depan Timor Timur, dan

menyadari sepenuhnya atas kepentingan dan kedudukan Indonesia dalam masalah

Timor Timur.

4

Hendro Subroto, Saksi Mata Perjuangan Integrasi Timor Timur, Jakarta,Pustaka Sinar Harapan, 1996, hlm 21.


(30)

12

B.Campur Tangan Pemerintah Indonesia

Meskipun Revolusi Bunga pada awalnya berjalan mulus di Portugal,

bulan-bulan dan tahun-tahun setelahnya merupakan ketidakstabilan politik, saat

beberapa pemerintahan minoritas berturut-turut terbentuk, dan kemudian runtuh,

sampai partai sosialis berkuasa pada tahun 1982.Ketidakstabilan ini membatasi

kemampuan Portugal untuk secara efektif menangani berbagai peristiwa yang

terjadi di Timor Timur.Dengan destabilisasi aktif yang dilancarkan oleh

Indonesia, pemerintahan Portugal tidak mampu menjalankan proses dekolonisasi.5

Pemerintah Indonesia yang pada awalnya berambisi untuk menggabungkan

bekas jajahan Portugis tersebut dengan badan intelijennya yaitu BAKIN melalui

suatu operasi komodo yang telah berhasil membentuk partai politik APODETI,

namun para pendiri partai ini sedikit kecewa, karena minimnya dukungan yang

diperoleh oleh partai tersebut. Oleh sebab itu, Jendral Ali Moertopo yang

memimpin operasi tersebut mulai mencari cara baru untuk mencapai tujuannya.

Operasi Komodo yang dijalankan oleh militer Indonesia dan propaganda

yang mengunakan surat kabar Berita Yudha dan Harian Antara, berhasil

mempengaruhi beberapa tokoh UDT seperti Oliveir, Joao Carrascalao dan Lopez

da Cruz untuk keluar dari koalisi dan akibat dari propaganda media tersebut

berakibat runtuhnya koalisi antara UDT dan FRETILIN yang berujung pada

perang saudara (sipil) di Timor Timur.

5


(31)

13

C.Perang Saudara

Badan intelijen BAKIN melalui operasi Komodo dan kedua media

propagandanya, memperluas berita–berita yang isinya hanya menggembar-gemborkan FRETILIN sebagai partai komunis yang telah menerima senjata dari

Cina dan akan melakukan kudeta. Informasi seperti inilah yang menambah

keyakinan UDT terhadap ancaman FRETILIN yang semakin radikal.

Oleh sebab itu ketiga pemimpin UDT ini kemudian melakukan pertemuan

dengan Ali Moertopo di Jakarta untuk menanyakan posisi Indonesia.Ternyata

dalam pertemuan itu Moertopo sudah mengambil sikap yang begitu keras untuk

mencapai tujuannya.Ia mengatakan bahwa sekarang FRETILIN adalah gerakan

komunis, yang sedang merencanakan untuk melakukan kudeta di pertengahan

Agustus dan apabila kudeta itu berhasil maka Indonesia akan ikut campur.6Hal ini

ditambah lagi dengan pernyataan Soeharto pada awal bulan Juli yang mengatakan

“Timor Timur tidak akan bertahan lama”.Sebaliknya dari pertemuan itu, ketiga pemimpin UDT melewati Denpasar, Bali. Di Denpasar mereka ditemui oleh agen

BAKIN yang menyamar sebagai diplomat Malaysia dan menyatakan kepada

ketiga pemimpin UDT ini bahwa negaranya akan sangat mendukung apabila

mereka berhasil mencegah pemerintahan yang berhaluan kiri di Timor Timur.

Ketiga pemimpin UDT ini tiba di Dili pada tanggal 6 Agustus

1975.Kedatangan mereka di Dili langsung disodori dengan berita-berita yang

tidak jauh berbeda dengan yang mereka dengar sebelumnya di Jakarta.Akhirnya

pada tanggal 9 dan 10 Agustus 1975 UDT melakukan kudeta mendahului

6

Taylor, Jhon G,Perang Tersembunyi ( Sejarah Timor Timur Yang Dilupakan). Porum solidaritas untuk rakyat Timor Timur, Jakarta, 1998, hlm 89.


(32)

14

Fretilin.Mereka berhasil menguasai beberapa tempat penting di Dili seperti

bandara, pelabuhan, pusat komunikasi dan beberapa tempat utama yang dianggap

pentingbagi mereka.Mereka mulai melakukan penangkapan terhadap

anggota-anggota FRETILIN di beberapa daerah seperti Bacau, Same, Ainaro, dan

Maubesi. Pemerintah setempat dengan timnya yang diutus dari Portugal untuk

penyelesaian proses dekolonisasi mencoba melakukan negoisasi dengan UDT

maupun FRETILIN namun situasi yang makin parah membuat usaha Lemos Pires

tidak menemukan hasil yang positif. Dengan serangan dari UDT yang semakin

bertambah maka FRETILIN dengan komite sentralnya mulai melakukan rencana

untuk melakukan serangan balasan melawan UDT.

Regerio Lobato, seorang negosiator militer utama pada saat itu, yang

merupakan adik dari salah satu pendiri FRETILIN yaitu Nocolau Lobao berhasil

mengajak unit-unit tentara di Aileu dan Maubesi bergabung untuk melawan

pasukan UDT. Akhirnya pada tanggal 20 Agustus 1975 FRETILIN melancarkan

balasan kudeta.Perang antara UDT dan FRETILIN pun semakin gencar dan

pertempuran ini dimenangkan oleh pihak Fretilin yang berhasil memukul mundur

pasukan UDT ke perbatasan Indonesia. Sementara itu, Lemos Pires beserta

stafnya yang merupakan utusan dari pemerintahan Portugal, tidak sanggup lagi

mengendalikan situasi pada saat itu memilih mundur ke sebuah pulau lepas pantai


(33)

15

D.Deklarasi Sepihak Fretilin

Kudeta yang dilancarkan UDT dan dibalas dengan kontra kudeta oleh

FRETILIN berlangsung singkat namun berdarah.FRETILIN pun keluar sebagai

pemenang serta satu-satunya partai yang berkuasa di Timor Timur pada saat itu.

Sedangkan UDT yang kalah dan terjebak di perbatasan, memperoleh ijin masuk

ke wilayah Indonesia dan melanjutkan Movimento Anti Comunista Revolusionario

(MARC, Gerakan Revolusi Anti Komunis), yang dikoordinir F.X. Lopes da Cruz,

yang pembentukannya diumumkan di Dili pada hari-hari setelah kup

UDT.7Sementara dari pihak Portugal yang melarikan diri ke Atauro diminta

kembali oleh FRETILIN untuk melanjutkan program dekolonisasinya.Namun

perwakilan Portugal tersebut memilih melanjutkan perjalanan dan menolak

permintaan kembali dari FRETILIN, sehingga praktis FRETILIN lah yang

menjadi satu-satunya partai berkuasa dan menjalankan roda pemerintahan secara

de faco.

FRETILIN yang secara de facto telah menguasai Timor Timur dan

menjalankan beberapa programnya yang dulu hanya berfokus pada mobilisasi

kekuatan rakyat berubah menjadi mobilisasi untuk bagaimana membentuk suatu

pemerintahan yang kuat.Tugas-tuganya itu kemudian diserahkan kepada seluruh

anggota komite sentral yang ada pada saat itu.Fokus perhatian Komite Sentral pun

tidak lagi hanya di Dili namun meluas keseluruh daerah Timor Timur untuk

menjalankan program pemerintahan yang disepakati bersama.

7

Hill, Helen Mary, Gerakan Pembebasan Nasional Timor Loro Sae, Yayasan HAK dan Sahe Institute for Liberation, Universitas Michigan, 2000, hlm 183.


(34)

16

Namun situasi di perbatasan yang terus menerus menunjukkan

perkembangan kurang baik bagi pemerintahan FRETILIN, memicu perlu

dilakukannya proklamasi kemerdekaan segera secara sepihak, karena melihat

situasi di perbatasan semakin mengkhawatirkan. Ide untuk dilakukannya

proklamasi ini berawal dari sikap para tentara FRETILIN dan beberapa

pemimpinnya yangmerasa bahwa mereka berjuang dan ingin dinyatakan mati

sebagai seorang tentara dan pejuang yang membela tanah airnya, dengan melawan

tentara invasi dantidak mau dinyatakan sebagai tentara propinsi bagian Portugal.

Para tentara FRETILIN mulai memikirkan keadaan di perbatasan dan

keinginan tentaranya yang sedang bertempur di perbatasan melawan tentara

Indonesia.Untuk itu, FRETILIN mulai mengutus beberapa orang untuk

melakukan diplomasi ke beberapa Negara agar mendukung dan mengakui jika

FRETILIN melakukan proklamasi kemerdekaan secara sepihak.Ramos Horta ke

Australia dan Marie Alkatiri ke Afrika untuk diplomasi dengan beberapa Negara

yang merupakan bekas jajahan Portugis.

Pemerintahan Australia menunjukkan sikap yang tidak jelas terhadap usaha

diplomasi yang disampaikan oleh utusan Timor Timur, bahkan ketika jurnalis

warganegaranya yang terbunuh di perbatasan pun tidak menunjukkan sikap yang

keras terhadap Operasi Militer Indonesia. Berbeda dengan di Afrika,

sekembalinya Marie Alkatiri dari Afrika mengatakan bahwa 25 pemerintahan

Afrika akan mengakui proklamasi kemerdekaan Timor Timur setelah sepuluh


(35)

17

Sebenarnya FRETILIN dan para pemimpinnya tetap menaruh perhatian

kepada pemerintahan Portugal untuk kembali dan menyatakan kemerdekaan

kepada Timor Timur, namun sikapPortugal yang pada saat itu juga menunjukkan

sikap yang tidak jelas, bahkan Portugal malah melakukan negosiasi dengan

Indonesia tentang masa depan Timor Timur, sikap ini membuat FRETILIN dan

para pemimpinnya terpaksa mengambil tindakan untuk mengantisipasi adanya

serangan besar-besaran dari militer Indonesia. Maka pada tanggal 28 November

1975 FRETILIN dan seluruh rakyat Timor Timur menyatakan Proklamasi

kemerdekaannya secara sepihak (Unilateral) dilapangan gedung pemerintahan

pusat di Dili.

Fretilin membacakan deklarasi di hadapan 2.000 orang yang berkumpul di

depan gedung pemerintahan Portugis. Pasukan Fretilin berparade sesuai dengan

satuan mereka, dan pada pukul 17.55 bendera Portugis yang sudah berkibar

berabad-abad di Timor Timur diturunkan, dan menggantinya dengan bendera baru

yaitu bendera Republik Demokratik Timor-Leste.

Walaupun Fretilin telah mendeklarasikan kemerdekaanpada 1 Desember,

deklarasi sepihak pada 28 November ini terjadi secara tak terduga dan

tiba-tiba.menyebabkan pelaksanaannya tidak matang, seperti dalam proses penulisan

naskah proklamasinya, penjahitan benderanya, dan tidak semua pemimpin Fretilin


(36)

18

E.Deklarasi Balibo

Sehari setelah deklarasi kemerdekaan Timor-Leste sepihak oleh FRETILIN

ke empat partai politik menanggapi deklarasi sepihak Fretilin.Empat partai politik

Timor-Leste seperti UDT, APODETI, KOTA, dan TRABALHISTA

mengeluarkan Proklamasi integrasi untuk mengimbangi langkah yang diambil

Fretilin.Mereka yang pro integrasi Proklamasi menuduh deklarasi sepihak Fretilin

menghambat solusi damai atas konflik dan hak rakyat Timor Timur atas

penentuan nasib sendiri. Kemudian proklamasi itu menyatakan bahwa seluruh

bekas koloni Timor Portugis akan diintegrasikan ke dalam wilayah Republik

Indonesia, dan menggambarkan hal ini sebagai pengungkapan paling tegas dari

perasaan rakyat Timor Timur. Pemerintah dan rakyat Indonesia diminta untuk

mengambil segala langkah untuk melindungi hak hidup rakyat yang kini

menganggap dirinya sebagai rakyat Indonesia namun hidup di bawah teror dan

praktik fasis Fretilin dengan persetujuan pemerintahan Portugis.8

Dari pihak Indonesia Deklarasi sepihak Fretilin menjadi pemicu bagi

Presiden Suharto untuk mengesahkan invasi besar-besaran Indonesia atas Timor

Timur. Ketika menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik menerima proklamasi

integrasi pada tanggal 1 Desember, pihak Indonesia menyatakan perjuangan berat

masih ada didepan dan Indonesia akan memberikan dukungan terselubung atau

terbuka secara menyeluruh, Adam Malik menyimpulkan dengan mengatakan

diplomasi sudah berakhir. Kini Timor Timurakan diselesaikan di medan tempur.9

8

Soekanto (ed.), Integrasi,Surakarta, Yayasan Parikesit, 1976, hlm 283-284. 9„‟Malik Warm‟‟


(37)

19

Keinginan invasi besar-besaran untuk menguasai Timor Timur menjadi jelas

pada bulan Desember, Indonesia melancarkan operasi militer yang diberi nama

Operasi Flamboyan. Operasi ini didukung oleh pemerintah Australia untuk

menggabungkan Timor Timur kedalam wilayah Indonesia setelah Perdana Mentri

Australia Gough Whitlam bertemu dengan Presiden Suharto di Wonosobo.

Militer Indonesia pun menpersiapkan pasukannya untuk melakukan invasi

besar-besaran ke wilayah Timor Timur dengan membentuk Komando Tugas

Gabungan Operasi Seroja. Pasukan ditambah 3.200 orang, bantuan ini termasuk

Detasemen Tempur ke 2 Kopassandha, Batalion Infanteri Surabaya, kapal selam

ratulangi, dua pesawat pengangkut, dan 3 batalion dari Brigade Infanteri ke 2

Jawa Timur. Komando operasi Seroja membuat strategi penyerangan dari dua sisi

oleh pasukan gabungan terhadap Dili. Puncaknya pada tanggal 7 Desember 1945,

Indonesia melancarkan serangan besar-besaran terhadap Dili

F.Invasi Militer Indonesia ke Timor Timur

Militer Indonesia merasa frustasi karena gagal memancing intervensi

dengan cara mendorong konflik internal. Sekarang pemimpin Operasi Komodo

harus banting stir, yaitu langsung memakai jalan keluar militer. Pemerintahan

FRETILIN harus dilenyapkan secepatnya, sebelum mereka berhasil memantapkan

diri menjadi salah satu pemegang kuasa yang dipercaya orang.Untuk mencapai

sasaran ini kontrol kewilayahan mereka harus terus dikurangi dengan cara

penyerangan di kantong wilayah yang dikontrol FRETILIN.Jika ini gagal, maka


(38)

20

Internasional, opini luar negeri harus digarap dengan hati-hati, agar siap menerima

hasil apapun.Untuk itu operasi Komodo terus mendengungkan mitos bahwa

perang saudara tidak berhenti setelah bulan Agustus. Mitos ini diterbitkan di surat

kabar asing agar terlihat perang saudara di Timor Timur masih bergejolak,

padahal sumber perang itu adalah serangan perbatasan oleh pasukan Indonesia

sendiri.10

Pada tanggal 7 Desember 1975, 10.000 anggota pasukan tentara Indonesia

yang didukung kapal-kapal perang buatan Rusia, pesawat-pesawat angkut, tank

ampibi, pesawat perang dan helikopter buatan Amerika, dengan nama sandi

Operasi Seroja, pada tanggal 8 Desember 1975 dilaksanakan penyerbuan atas Dili.

Dimulai dengan pengeboman dipagi buta, disusul dengan serangan udara pukul 5

pagi dan pada saat yang sama tentara elit Indonesia, kopassandha mendarat di

dermaga. Dalam susunan strategi perang saat itu akan dilakukan pengepungan Dili

secara cepat oleh pasukan khusus dari daerah perbatasan. Tetapi mereka harus

melewati perlawanan ketat FRETILIN sehingga rencana semula gagal.Pasukan

penyerbuan yang dipimpin oleh Jendral Murdani, dengan anak buahnya, Kolonel

Dading. Dengan 10.000 tentara yang telah diturunkan berasal dari divisi

Brawijaya, Jawa Timur dan Siliwangi, Jawa Barat, melakukan serangan yang

sangat brutaldan terjadi pembunuhan yang sistematik terhadap penduduk sipil di

Dili. Kekerasan dan perampasan harta benda dengan cara-cara yang primitive.

Bahkan Uskup Dili, Mgr. Costa Lopez, menggambarkan begitu tentara mendarat

dimulailah pembunuhan terhadap siapapun yang mereka temui. Mayat-mayat

10


(39)

21

bergelimpangan di jalan, yang kami lihat hanyalah tentara yang membunuh dan

terus membunuh.11

Sekitar pukul 9 pagi tahun 1975 di Dili, sekelompok orang, kebanyakan

perempuan dan anak-anak juga telah dibunuh dengan cara sama. Seorang saksi

mata mengatakan bahwa tentara Indonesia menyambar anak-anak dari ibunya dan

melemparnya ke kerumunan, kemudian perempuan-perempuan itu dibunuh satu

per satu, dan semua yang melihat disuruh menghitung.12Medan pembunuhan lain

adalah di sekitar barak Polisi Portugis di selatan kota.

Pada tanggal 10 Desember pasukan lain mendarat di Bacau, sedangkan pada

tanggal 25 dan 26 Desember jumlah pasukan ditambah lagi sekitar 15.000 dari

10.000 pasukan yang sudah ada. Penambahan itu dilakukan untuk mendorong

gerak pasukan di kota-kota seperti Dili dan Bacau ke daerah pedalaman.Dengan

dukungan dari pemerintah Australia terhadap pendudukan militer Indonesia atas

Timor Timur, dan memberi pengesahan melalui pengakuan de jure atas

kedaulatan Indonesia.Bahkan setiap pernyataan yang penting dikeluarkanoleh

Indonesia, diterima begitu saja sebagai aksioma untuk perumusan kebijakan luar

negeri Australia.

Setelah pasukan Indonesia masuk lebih dalam lagi di wilayah Timor Timur

pasukan FRETILIN mundur lebih jauh lagi ke pedalaman, pertama ke Maubisse

dan kemudian ke pantai selatan.Pembantaian tahanan terjadi ketika FRETILIN

bergerak mundur tahanan yang dibantai itu adalah mereka yang menjadi pengikut

partai UDT dan APODETI.Ketika komite FRETILIN terpecah, sebagian berada di

11

Uskup Timor Timur, 1983 dalam John G. Taylor.,op. cit., hlm 122. 12


(40)

22

Aileu dan sebagian berada di Maibisse.Dalam keadaan seperti inilah FRETILIN

melakukan beberapa eksekusi massal terhadap para tahanan di daerah Aileu.13

Menyadari keterbatasannya dan keterdesakannya oleh militer Indonesia

pada tanggal 15 Mei sampai Juli 1976, FRETILIN mengadakan konfrensi

nasional di Soibada di daerah pedalaman timur untuk menentukan strateginya.

FRETILIN membuat keputusan untuk memobilisasi resistensi

nasional.Strateginya mencakup resistensi semi gerilya. Hal ini akan mendukung

secara logistik oleh penduduk sipil yang akan ikut dengan FRETILIN.

G.Peresmian Intergrasi Timor Timur Oleh Indonesia

Tidak lama setelah pertemuan FRETILIN di Soibada, Indonesia merancang

apa yang disebut sebagai sebuah undang-undang integrasi. Pemerintahan

sementara yang didirikan Indonesia di Dili, mengumpulkan orang-orang dalam

suatu badan yang disebut Majelis Rakyat selama Mei 1976, diketahui oleh

Guilherman Goncalves.Majelis ini merupakan orang-orang terpilih dari setiap

daerah yang mewakili orang Timor.Para anggota majelis menyusun petisi kepada

Presiden Soeharto untuk mengabulkan integrasi.Mario Carrascalao

mengemukakan bahwa ini merupakan satu-satunya fungsi yang dilakukan Majelis

Rakyat.

Petisi ini ditandatangani oleh Arnaldo dos Reis Araujo sebagai ketua PSTT,

dan Guilherme Goncalves selaku kepala dewan perwakilan rakyat daerah

(DPRD), walaupun badan ini belum dibentuk. Mereka mengklaim dirinya

13


(41)

23

mewakili rakyat Timor, dan menyebut deklarasi Balibo sebagai dasarbagi klaim

tersebut, isi utama dari petisi singkat ini adalah agar Timor Timur disatukan

dengan Indonesia tanpa dilakukannya sebuah referendum.14Kelompok itupun

diterbangkan seluruhnya ke Jakarta untuk menyampaikan petisi tersebut kepada

presiden Soeharto. Pada tanggal 7 Juni 1976 Arnaldo dos Reis Araujo, Guilherme

Goncalves, Francisco Xavier Lopes da Cruz, dan Mario Carrascalao menyerahkan

petisi tersebut kepada presiden Soeharto.

Pada 25 Juni, sebuah misi pencarian fakta para pejabat Indonesia dan

sekelompok diplomat internasional yang terdiri atas sepuluh orang yaitu duta

besar Korea Selatan, Malaysia, Suriah untuk Jakarta, Charge d‟Affaires dari Afganistan dan Irak, seta para perwira yang mewakili Panam, Yaman Selatan,dan

India mengunjungi Dili, dengan didampingi wartawan Indonesia dan wartawan

asing. Dalam perjalanan selama satu hari tersebut, mereka menghadiri upacara

dimana kepala PSTT Arnaldo dos Reis Araujo menyampaikan pidato, dan

kelompok itu mengunjungi beberapa kota yang dekat dengan Dili. Misi itu

melaporkan bahwa pemerintahan yang efektif telah berjalan dengan baik dan

Dewan Perwakilan Rakyat berjalan sebagai “alat Demokrasi‟‟.Misi itu juga menemukan adanya keinginan untuk melakukan integrasi tanpa melakukan

referendum, yang mereka anggap sebagai mekanisme yang asing bagi orang

Timor. Pada 17 Juli 1976, Presiden Soeharto menandatangani Undang-Undang

14


(42)

24

yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPR-RI

meresmikan tindakan Indonesia mengintegrasikan Timor Timor.15

H.Operasi Keamanan Setelah Peresmian Integrasi

Sesuai dengan pernyataan menteri Luar Negri Indonesia Adam Malik ketika

menerima proklamasi integrasi Timor Timur di Balibo, beliau mengatakan bahwa

perjuangan yang dihadapi Indonesia di Timor Timur masih ada yaitu terkait

dengan keamanan di wilayah Timor Timur itu sendiri. Setelah resminya integrasi

Timor Timur dengan pemerintahan Republik Indonesia, operasi keamananpun

dilanjutkan.Sekitar pertengahan hingga akhir 1976, pesawat serang udara Bronco

OV-10 pertama buatan AS tiba di Indonesia dan dipergunakan untuk

melumpuhkan serangan dan menghancurkan pasukan pemberontak

Fretilin.Kekuatan udara menjadi bagian penting dari strategi ABRI di Timor

Timur, karena para pemberontak banyak bersembunyi di pedalaman hutan dan

perbukitan.

Walaupun Indonesia sudah menggunakan kekuatan udara tambahan yang

dipasok dari Amerika Serikat, situasi pada akhir 1976 itu pada dasarnya

merupakan kebuntuan. Pada April 1976, sebuah laporan dari kedutaan besar

Amerika mengemukakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh ABRI:

Jendral Yogi (Asisten Perencanaan, Depertemen

Pertahanan)…memperkirakan kekuatan Fretilin sekitar 3.000 dengan hanya 5.000 dari 15.000 pucuk senjata yang sejauh ini disita oleh Indonesia. Indonesia belum-belum sudah mengalami kekurangan

15


(43)

25

sumberdaya, dengan kekurangan pasokan amunisi untuk senjata ringan, artileri, tank, dan meriam angkatan laut.16

Pada paruh kedua 1977, operasi militer Indonesia semakin gencar, yang

mencakup penghancuran sumber makanan di pedalaman untuk memisahkan

masyarakat sipil dari resistensi bersenjata.Operasi ini mengakibatkan kematian

masyarakat sipil dalam jumlah yang tak terkira akibat serangan langsung serta

kelaparan dan wabah penyakit akibat dihancurkannya basis-basis Fretilin dan

sumber makanan.Dengan mundurnya Fretilin kesejumlah kecil daerah yang lebih

sempit, ABRI meluncurkan Operasi Cahaya, dengan maksud untuk memaksa para

pemimpin utama Fretilin menyerah bersama penduduk sipil yang tersisa.17Gunung

Matebian di wilayah timur dan beberapa wilayah di Suai dan Ermera di wilayah

barat menjadi ajang pengeboman udara yang paling gencar, yang mengakibatkan

kematian sekala besar dan akhirnya penyerahan diri puluhan ribu penduduk

sipil.Para pemimpin utama Fretilin ditangkap, menyerahkan diri, atau dibunuh,

sehingga resistensi bersenjata yang tersisa kacau-balau.Presiden Fretilin Nicolaus

Lobato terbunuh dalam pertempuran 31 Desember 1978.18Sedangkan Xanana

Gusmao berhasil meloloskan diri ke wilayah timur.ABRI terus melanjutkan

operasi penumpasan sampai pada awal 1979, dan pada Maret 1979 menyatakan

wilayah ini sudah ditaklukan.

Operasi militer antara pertengahan 1977 sampai pada awal 1979 sering

disebut sebagai kampaye “pengepungan dan penghancuran.‟‟Kampanye tersebut

16

Telegram, Kedutaan Besar Amerika Jakarta kepada Menteri Luar Negri di Washington, GOI Request for Help in Timor, 29 April 1976, dalam Chega!, hlm 241.

17

Chega.op. cit. hlm. 241. 18


(44)

26

punya dua tujuan, yaitu untuk menghancurkan kepemimpinan Fretilin dan

memaksa penduduk sipil yang tinggal di pedalaman bergunung-gunung

menyerahkan diri kepada ABRI di dataran rendah.Pada Agusutus 1977, ABRI

melancarkan operasi militer besar- besaran dengan pasukan awal terdiri atas tiga

batalion ditambah menjadi tujuh belas batalion pada bulan Agustus 1977. Fokus

awal dari ofensif ini adalah sektor barat, yang dikenal dengan nama sandi Operasi

Sisir. Seperti berbagai operasi sebelumnya, dukungan artileri Angkatan Laut dan

Udara adalah faktor penting bagi kemenangan ABRI.

Penggunaan kekuatan udara memberikan tekanan yang sangat besar kepada

Fretilin, karena kekuatan bersenjata Fretilin hanya bersenjata ringan.Ini menjadi

faktor utama yang membuat penduduk sipil di gunung menyerahkan diri, dan

memberikan kemenangan militer kepada ABRI atas Fretilin/Falintil pada tahun

1979. Selain ini, dukungan dari Negara luar juga manjadi faktor kemenganan

militer Indonesia seperti dukungan dari AS yang memasok 16 unit F5, sebuah

Skuadron A4, dan sebuah fasilitas pembuatan senapan M-16.19 Pada tahun 1978

Inggris mengumumkan niatnya untuk memasok pesawat Jet Hawk untuk

serangan darat.20 Sementara itu Ausralia memasok helikopter dan pesawat

angkut.21 Ini menjadi pertanda yang jelas bagi Indonesia bahwa negara-negara

Barat tidak menantang operasi militernya di Timor Timur.

19

Chega, ibid., hlm. 244. 20

Taylor, Jhon G, Perang Tersembunyi ( Sejarah Timor Timur Yang Dilupakan), Jakarta, Porum solidaritas untuk rakyat Timor Timur,1998,hlm. 78.

21


(45)

27

I. Pemilu Pertama di Timor Timur

Dengan selesainya operasi keamanan, militer Indonesia berkesimpulan

bahwa mereka telahberhasil mengamankan wilayah ini.Ketika pemilihan umum

diselenggarakan pada tahun 1982, ini juga diselenggarakan untuk pertamakalinya

di Timor Timur.Militer bertanggung jawab untuk menjaga keamanan bagi

pelaksanaan pemilu di seluruh kepulauan Indonesia.Untuk itu militer

membutuhkan pasukan yang besar dalam melaksanakan tugasnya untuk

mengawal keamanan pemilu di seluruh kepulauan Indonesia, menyebabkan

berkurangnya pasukan militer yang berada di wilayah Timor Timur.22

Hasil pemilu di Timor Timur menunjukkan lebih dari 99% suara memilih

Golkar, Partai Presiden Soeharto yang berkuasa.Hal ini, ditambah dengan

perhitungan suara yang sangat cepat, menunjukkan dengan kuat adanya hasil yang

dimanipulasi.Kemungkinan motif bagi manipulasi suara ditujukkan setahun

berikutnya ketika Gubernur Mario Carrascalao menyatakan bahwa : „‟ Orang-orang telah diberitahu bahwa dengan memilih Golkar, mereka akan menunjukkan

pandangan mereka tentang integrasi dengan Indonesia.‟‟23

Dalam peristiwa itu, Indonesia menggunakan suara sebagai bukti tentang

adanya dukungan bagi Indonesia.Xanana Gusmao tidak menahan-nahan

serkesmenya dalam pesannya kepada PBB pada tahun 1982 :

…partainya Suharto memenangi pemilu lagi. Di Timor Timur,

dibawah todongan senjata, semua penduduk memberikan suara yang mendukung Golkar. Sebuah paradoks yang mengherankan, Timor

22

Peter A, Rohi, “Hanya Dengan 1 Pistol di Pinggang Kotak Suara di Kawal Ke Los Palos’’, Sinar Harapan, 1 Juni 1982, hlm. 84.

23


(46)

28

Timur dan Irian Jaya merupakan “provinsi kesayangan” Soeharto dan

pendukung Golkar.24

Walaupun pelaksanaan pemilu di Timor Timur banyak mengalami

kecurangan,akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pemerintahan

Indonesia sudah dilaksanakan dan dijalankan di Timor Timur. Segera setelah

pelaksanaan pemilu, pihak militer Indonesia memulai pendekatan baru untuk

menjaga keamanan di Timor Timur, yaitu dengan melakukan pendekatan

negosiasi dengan gerakan resistensi Timor Timur.Berbagai pertemuan lokal antara

pejabat Indonesia dan Falintil sering dilakukan yang kemudian membuka jalan

bagi beberapa kontak di tingkat yang lebih tinggi.Pada tanggal 20 Maret 1983,

dua orang mayor Indonesia dan beberapa staf militer bertemu dengan Xanana

Gusmao di Liaruca untuk melakukan negosiasi.Pada pertemuan ini dihasilkan

empat poin yang diminta oleh pihak Falintil diantaranya : (1) penarikan tanpa

sarat pasukan Indonesia dari Timor Timur; (2) sebuah misi penjaga perdamaian

PBB; (3) sebuah referendum yang bebas dan adil; dan (4) kehadiran

Falintil/Fretilin yang berkelanjutan untuk menjaga keamanan selama proses ini.25

Tiga hari kemudian tanggal 23 Maret 1983, Kolonel Purwanto sendiri yang

bertemu dengan Xanana Gusmao di Larigutu.Pertemuan ini menghasilkan

penandatanganan kesepakatan genjatan senjata antara militer Indonesia dengan

Falintil/Fretilin.Yang lainnya mengikuti, dan genjatan senjata pun menyebar ke

seluruh wilayah Timor Timur.26

24

Xanana Gusmao, „‟Message to the 37th

UN General Assembly, 14 Oktober 1982. Dalam Chega!, hlm 275.

25

Jill Jolliffe, Timor: Terra Sangrenta, O Jornal, Lisabon, 1989, hlm. 163-170. 26


(47)

29

BAB III

FAKTOR INTEGRASI TIMOR TIMUR DENGAN INDONESIA

A.Faktor dari Rakyat Timor Timur

Diantara partai politik yang lahir di Timor Timur, ada yang pro integrasi

yaitu partai politik APODETI.Karena tujuanya yang berbeda, maka partai ini

dikecam oleh dua partai lainnya. Namun APODETI terus berjuang dan

mengusahakan bahasa Indonesia diajarkan di Timor Timur. FRETILIN dan UDT

lalu membentuk koalisi, akan tetapi FRETILIN lebih condong ke komunis maka

koalisi keduanya berakhir.1Ketika berlangsung pembicaraan dekolonisasi Timor

Timur pada tanggal 26 Juni 1975 di Macao, FRETILIN memboikot, sehingga

masa depan Timor Timur belum dapat ditentukan pada saat pembicaraan itu.

Kemudian keadaan semakin memburuk ketika pengangkatan Kolonel Ramos

Pires menjadi Gubernur baru di Timor Timur pada tanggal 14 November 1974. Ia

sendiri cenderung kepada UDT, tetapi sebagian besar stafnya pro komunis

Portugal sehingga cenderung kepada FRETILIN. Bahkan mereka telah berpikir

untuk menjadikan Timor Timur sebagai pangkalan gerakan Komitern (Organisasi

Komunis Internasional).2

Staf Pires yang berhaluan komunis membantu FRETILIN dengan

persenjataan dan membiarkan partai menguasai Tropas (polisi kolonial Portugal).

1

Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, Jakarta, Balai Pustaka, 1993,hlm 488.

2

A, K, Wiharyanto, Sejarah Indonesia Dari Proklamasi Sampai Pemilu 2009, Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, 2011, hlm 202-203.


(48)

30

Dalam usahanya mengalahkan lawan-lawannya, FRETILIN tidak segan-segan

menggunakan kekerasan.Akibatnya banyak orang yang pro UDT dan APODETI

marasa diteror.Mereka melarikan diri menyeberang ke Timur Barat

(Indonesia).Pada pertengahan 1975 jumlah mereka yang melarikan diri ke Timur

Barat mencapai 50.000 orang.Untuk membantu mereka pemerintah Indonesia

menyediakan pangan, bahan bangunan, alat pertanian, dan uang yang dikeluarkan

sampai maret 1976 mencapai dua milyar rupiah.3

Untuk mengatasi kekacauan di Timor Timur, Portugal dan Indonesia

melakukan pertemuan di Roma pada tanggal 5 November 1975.Pertemuan itu

menghasilkan dokumen yang disebut Memorandum of Understanding.Dalam

dokumen itu kedua Negara mengakui hak semua partai atas Timor Timur.Dalam

kekacauan di Timor Timur FRETILIN menggunakan kekerasan sehingga UDT,

APODETI, KOTA dan TRABALISTA menggunakan senjata pula.Untuk

menjamin kemenangan, kelompok pro integrasi menerima sukarelawan dari

Indonesia, setelah mereka mengawal kembalinya pengungsi dari Timor Timur ke

kampung halamannya. Menghadapi keadaan yang kacau Kolonel Pires

meninggalkan Dili, melarikan diri dari tanggung jawab dan mengungsi ke pulau

Atauro.

Sadar kedudukannya yang semakin terdesak dan merasa diberi kesempatan

oleh Pires dengan mengundurkan diri, FRETILIN pada tanggal 28 November

1975 memproklamasikan berdirinya Republik Demokratis Timor Timur di Dili.

Dengan Xavier Do Amaral sebagai Presiden.

3


(49)

31

Guna menghadapi aksi FRETILIN yang dinilai sepihak, maka UDT,

APODETI, KOTA dan TRABALISTA pata tanggal 30 November 1975 juga

memproklamasikan penggabungan Timor Timur kedalam wilayah Indonesia di

Balibo. Proklamasi tersebut ditindaklanjuti dengan menegakkan kekuasaan di

seluruh Timor Timur.4

Berkat kerja sama yang baik dari keempat partai pro integrasi ini, maka

pada pertengahan Desember 1975 dapat dikatakan seluruh Timor Timur sudah

dikuasai pasukan gabungan pro integrasi, bahkan Dili pun dapat direbut pula.

Oleh karena itu, tindakan lanjutan dari gabungan partai yang pro integrasi adalah

mendirikan Pemerintahan Sementara Timor Timur (PSTT) yang berkedudukan di

Dili.Kepala PSTT adalah Arnaldo dos reis Araujo dan Xavier Lopez da Cruz

sebagai wakilnya.Kemudian dibentuk pula DPR Timor Timur sebagai wakil

rakyat dengan Guilherme Maria Goncalves sebagai ketua. Setelah merasa

semuanya jelas dan PSTT merasa yakin akan kedudukannya, maka DPR Timor

Timur yang beranggotakan 30 orang, disaksikan para anggota PSTT dan

undangan lain, pada tanggal 30 Mei 1976 menyelenggarakan sidang khusus

dengan pembahasan tunggal integrasi Timor Timur dengan Indonesia. Dalam

sidang itu diputuskan tiga keputusan yaitu, pertama, menyampaikan petisi

integrasi kepada Pemerintahan RI di Jakarta, kedua, menyerahkan kepada komisi

khusus rumusan petisi integrasi, ketiga, mempercayakan kepada ketua sidang

untuk menentukan delegasi.5

4

(Komisi Penerimaan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi (CAVR) di Timor-Leste), ,Chega (Laporan Komisi Penerimaan Kebenaran dan Rekonsiliasi ( CAVR) di Timor-Leste), Jakarta, PT Gramedia, 2010, hlm 221.

5


(50)

32

Dalam waktu singkat petisi integrasi selesai disusun dan pada tanggal 7 Juni

1976 delegasi petisi sudah menyampaikan pada pemerintah Indonesia di

Jakarta.Presiden Soeharto menyambut baik petisi itu karena berasal dari rakyat

Timor Timur. Namun, untuk ikut merasakan yang dialami rakyat Timor Timur,

pemerintah Indonesia mengirim delegasi 36 orang dengan menyertakan 11

perwakilan Negara asing dan 40 wartawan dalam dan luar negri ke Timor Timur.

Berdasarkan laporan delegasi maka pada tanggal 9 Juli 1976 pemerintahan

Indonesia menerima petisi dan segera dengan RUU integrasi. RUU itu diterima

oleh DPR pada tanggal 17 Juli 1976 sebagai UU No. 7 tahun 1976, yang

menyatakan bahwa Timor Timur secara resmi menjadi Provinsi ke 27. 6

Adapun alasan Indonesia menerima integrasi Timor Timur kedalam wilayah

RI, karena integrasi tersebut merupakan keinginan sebagian besar masyarakat

Timor Timur dan disaksikan oleh dunia internasional.Hal itu juga diperkuat

pengakuan Australia atas integrasi Timor Timur.7

B.Faktor Dari Pemerintahan Indonesia

Pada masa pemerintahan Soeharto, Timor Timur bukan bagian dari wilayah

teritorial politik Republik Indonesia, sebab wilayah Indonesia hanya mencakup

bekas jajahan Hindia Belanda.Karena wilayah Indonesia hanya mencakup wilayah

bekas jajahan Hindia Belanda, maka Irian Jaya diklaim sebagai milik Indonesia

6

Syamsul Hadi, Andi Widjajanto, dkk, Disintegrasi Pasca Orde Baru, Jakarta, Cires FISIP UI,2007, hlm. 188.

7


(51)

33

yang sah.Sementara Timor Timur dirasa kurang menarik bagi Indonesia karena

lokasinya yang jauh dan kondisi ekonomi yang marginal.8

Peranan Timor Timur bagi Indonesia bukan sekedar ambisi teritorial.

Kepentingan itu memperlihatkan kekhawatiran yang besar terhadap kemungkinan

ancaman keamanan republik yang mungkin timbul dari perubahan politik yang

tak menentu dari koloni yang berdampingan. Terdapat kemungkinan bahwa

pemerintahan Soeharto menentang munculnya suatu Negara merdeka untuk

menggantikan kekuasaan Portugis. Pada pertengahan Mei 1974 muncul suatu

gerakan politik radikal yang mendapat dukungan massa yang besar dan

menimbulkan kekhawatiran pada pihak Indonesia terhadap kemungkinan

mempunyai wilayah kekuasaan yang sama dengan suatu Negara merdeka yang

identitas politiknya tak dapat diterima. Afiliasi eksternalnya dapat menimbukan

tantangan terhadap kepentingan Indonesia karena kehadirannya pada pinggiran

nusantara.9

Gerakan radikal Timor Timur yang menyebut dirinya FRETILIN, menuntut

kemerdekaan sejak awal dan menyeluruh sifatnya, yang mempunyai hubungan

baik dengan sayap kiri di Portugis maupun koloninya di Afrika. Ini menimbulkan

kekhawatiran besar di Jakarta.Reaksi awal Indonesia menumbuhkan suatu partai

klien yang berusaha berintegrasi dengan Indonesia.Dukungan Indonesia terhadap

Apodeti ditentukan oleh keprihatinan mendalam atas keamanan nasional.Timor

Timur diinginkan dan diambil alih dengan kekuatan militer bukan karena pulau

koloni Portugis itu dianggap sebagai modal atau pulau yang berharga tetapi

8

Rosihan Anwar, Sejarah Kecil petite history Indonesia, Jakara, kompas, 2004, hlm. 29.

9


(52)

34

karena dipertimbangkan sebagai esensial dalam menjamin pulau itu tidak

digunakan untuk tujuan yang dapat merugikan pihak Indonesia.

Indonesia mengejar tujuan penggabungan tersebut dengan strategi

mempengaruhi proses politik diwilayah Timor Timur. Penggabungan secara

kekerasan dipertimbangkan hanya sebagai rencana alternatif terakhir karena

presiden Soeharo tidak mau Indonesia dilihat sebagai melanggar kedaulatan

Portugis sepanjang hal itu dapat dilaksanakan didalam konteks yang stabil dan

atas dasar pengikatan diri yang kuat terhadap dekolonisasi secara tertib.Taktik ini

dilakukan agar tidak menodai reputasi internasional Indonesia terutama terhadap

pemberi bantuan kepada Indonesia.Selain itu taktik presiden Soeharto tersebut

juga bertujuan agar tidak menimbulkan perasaan khawatir pada tetangga

kawasannya dan terutama mitranya di ASEAN.

Terjadi persekutuan antara FRETILIN dan UDT untuk melawan partai klien

yaitu APODETI.10Hal ini menghambat ruang gerak untuk melakukan pembenaran

dan meyakinkan untuk mengadakan intervensi militer.Dalam perkembangannya

persekutuan antara dua partai politik antara FRETILIN dan UDT bubar karena

FRETILIN semakin radikal dan mengambil inisiatif sendiri dengan menyatakan

diri mereka sebagai wakil tunggal rakyat Timor Timur.sehingga UDT mulai

khawatir, UDT lalu menarik diri dari koalisi tersebut sehingga menimbulkan

konfrontasi antara kedua kelompok itu. Dukungan yang semakin kuat terhadap

FRETELIN menyebabkan kelompok itu berhasil menghancurkan semua oposisi

kecuali sepanjang perbatasan Timur Barat. Meletusnya perang saudara itu tidak

10


(53)

35

hanya mengacaukan rencana Portugis bagi dekolonisasi secara tertib tetapi juga

menimbulkan pelepasan tanggung jawab secara total pada pihak pejabat kolonial

yang kemudian mengasingkan diri ke pulau Atauro.

Sebagai akibat dari konflik tersebut, kelompok pro intergrasi menyatakan

bergabung dengan Indonesia untuk melawan FRETILIN, serta minta bantuan

kepada RI. Invasi militer RI dilakukan dengan alasan untuk memulihkan

ketertiban di Timor Timur.Pernyataan Indonesia menegaskan bahwa pemerintah

tak mampu mencegah relawan Indonesia untuk membantu saudara-saudara

mereka di Timor Timur dalam perjuangan mereka membebaskan diri dari

penindasan FRETILIN.Walaupun FRETILIN sempat melakukan perlawanan,

namun karena tindakseimbangannyakekuatan militer yang dimiliki dan tidak

adanya dukungan luar terhadap FRETILIN, menyebabkan penggabungan Timur

Timor ke dalam wilayah Republik Indonesia tak diragukan lagi.

Penggabungan Timor Timur ke wilayah Indonesia merupakan suatu upaya

untuk menjamin batas pinggiran Negara kepulauan.Kemungkinan timbulnya suatu

politik yang radikal yang merdeka yang berlokasi dekat dengan perbatasan

wilayah RI tak dapat ditolelir.Indonesia mampu menggunakan kekuatan militer

yang memadai untuk menghancurkannya, selain itu Indonesia juga dapat

memperhitungkan sikap baik hati dari semua Negara kawasan Negara terdekat

yang kepentingannya dimajukan dengan tindakan perluasan wilayah


(54)

36

Soeharto akan mempunyai kecenderungan yang kuat untuk mengambil tindakan

terhadap Timor Timur yang menginginkankemerdekaan.11

Bertolak dari latar belakang tersebut, intervensi militer Indonesia terhadap

Timor Timur akhirnya tidak mendapatkan kutukan dari Negara-negara tetangga di

ASEAN yang non komunis, karena mereka memahami apabila Timor Timur

berada dibawah kontrol FRETILIN (yang condong ke komunis) dipandang

sebagai suatu ancaman yang harus dihilangkan di Asia Tenggara. Hal itu

merupakan suatu kemenangan strategi dan politik bagi pihak Republik Indonesia

pada saat itu. Namun dibelakang pengesahan sementara itu terpampang tugas

berat RI untuk menghapuskan masalah Timor Timur, yang oleh Negara luar

penggabungan wilayah Timor Timur ke wilayah Indonesia belum memenuhi sarat

dekolonisasi.

11


(55)

37

BAB IV

DAMPAK INTEGRASI TERHADAP PERKEMBANGAN TIMOR TIMUR

A.Dampak Negatif Dari Integrasi Timor Timur ke Indonesia 1. Bidang Sosial

a) Operasi Seroja

Sekitar pertengahan hingga akhir 1976, pesawat udara Branco OV-10

pertama buatan AS tiba di Indonesia, tambahan kekuatan udara ini menjadi

bagian penting dari strategi ABRI di Timor Timur. Penembakan dan

pengeboman udara dilakukan sebagai strategi untuk memperlunak berbagai

sasaran menjelang serangan darat yang dilakukan oleh pasukan

infanteri.Penggunaan kekuatan udara memberikan tekanan yang sangat besar

kepada Fretilin, karena kekuatan bersenjata Fretilin hanya menggunakan senjata

ringan.1 Ini menjadi faktor utama yang membuat penduduk sipil di gunung

menyerahkan diri, dan memberikan kemenangan kepada ABRI atas Fretilin.

Meskipun ABRI menguasai sebagian besar koridor jalan-jalan utama dan

daerah-daerah yang dapat dijangkau melalui pesisir utara, berbagai daerah-daerah yang luas di

pedalaman tetap berada di luar kekuasaan ABRI. ABRI berharap dapat dengan

cepat dan mudah menguasai Timor Timur, namun sebaliknya malah menghadapi

perlawanan yang sengit dari Fretilin.Perkembangan usaha ABRI untuk

menguasai Timor Timur berjalan lambat.

1

John Taylor, East Timor: The Price of Freedom. Zed Books, London dan New York, 1999,hlm 84.


(56)

38

Fretilin menghadapi persoalan besar mengenai apa yang harus mereka

lakukan dengan penduduk sipil yang berjumlah besar di berbagai basis mereka di

pedalaman. Beberapa orang berpendapat bahwa sudah saatnya untuk mengubah

strategi, dan memperbolehkan masyarakat sipil menyerahkan diri dan kembali

bermukim di kota. Terjadi pertentangan mengenai masalah ini dalam tubuh

Fretilin dan mengakibatkan perpecahan berdarah dan disingkirkannya presiden

Francisco Xavier do Amaral. Penahanan dan pembunuhan terhadap warga sipil

yang tidak sependapat dilakukan Fretilin selama periode ini.2

Pada paruh kedua 1977, operasi militer Indonesia semakin gencar, yang

mencakup penghancuran sumber makanan di pedalaman untuk memisahkan

masyarakat sipil dari resistensi bersenjata. Operasi ini mengakibatkan kematian

masyarakat sipil dalam jumlah yang tak terkira akibat serangan langsung serta

kelaparan dan wabah penyakit akibat dihancurkannya basisbasis Fretilin dan

sumber makanan.Dengan mundurnya Fretilin ke sejumlah kecil daerah yang

lebih sempit, ABRI meluncurkan operasi cahaya, dengan maksud untuk

memaksa para pemimpin utama Fretilin menyerah bersama penduduk sipil yang

tersisa.

Operasi militer antara pertengahan 1977 sampai pertengahan 1979 sering

disebut sebagai kampaye “pengepungan dan penghancuran”. Kampanye tersebut

mempunyai dua tujuan, yaitu untuk menghancurkan kepemimpinan Fretilin dan

memaksa penduduk sipil yang tinggal di pedalaman menyerahkan diri kepada

2

(Komisi Penerimaan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi (CAVR) di Timor-Leste),,Chega (Laporan Komisi Penerimaan Kebenaran dan Rekonsiliasi ( CAVR) di Timor-Leste), Jakarta, PT Gramedia, 2010, hlm 240.


(57)

39

ABRI.3Pada 6 April 1978, Jendral Mohammad Yusuf ditunjuk sebagai panglima

ABRI, beliau mengambil alih kendali secara pribadi berbagai operasi di Timor

Timur, memotong wewenang Moerdani dan Kalbuadi. Pada masa itu operasi

cahayapun dilancarkan. Operasi ini secara khusus menargetkan para pemimpin

Fretilin. Tujuannya adalah agar para pemimpin partai yang berpengaruh

menyerahkan diri sehingga masyarakatpun ikut menyerahkan diri secara

besar-besaran, dengan demikian memisahkan masyarakat dari para gerilya. Seiring

berjalannya waktu dan resistensi semakin terdesak ke daerah yang lebih sempit,

sifat konflik ini berubah menjadi suatu pengepungan terhadap masyarakat sipil.4

b) Pemberontakan Setelah Takluknya Timor-Timur Oleh ABRI

Pada 10 Juni 1980, Falintil melancarkan serangan ke Dili. Serangan ini

benar-benar mengejutkan ABRI. Ini merupakan pemberontakan pertama setelah

kekalahan telak Fretilin pada akhir 1978. Pemberontakan ini disebut dengan

(Levantamento) kebangkitan, nama ini digunakan oleh gerakan resistensi untuk

menimbulkan rasa kebersamaan antara anggota resistensi yang melakukan

serangan militer terbatas yang dilakukan oleh berbagai kelompok kecil

Falintil/Fretilin yang masih bertahan, yang telah menyusun kekuatan kembali

pada bulan-bulan sebelumnya. Serangan ke Dili membuktikan daya tahan

gerakan resistensi serta perlawanan bersenjata terhadap pemerintahan militer

Indonesia.Serangan tersebut dilakukan sampai Lahane dan Bacore, serangan ini

3

Carmal Budiardjo and Liem Soei Liong, The War Against East Timor, Zed Book, 1984. hlm 27. 4


(58)

40

bertujuan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Fretilin masih ada.Pihak

militer Indonesia terkejut sekaligus dipermalukan dengan keberanian serangan

dari pihak resistensi yang dianggap sudah dikalahkan.

Hampir setahun kemudian pertengahan 1981, ABRI melancarkan operasi

besar-besaran yang menggabungkan personil militer dengan puluhan ribu

penduduk sipil yang membentuk pagar betis manusia, mereka ini berjalan kaki

melintasi daerah-daerah yang luas di wilayah Timor Timur untuk mencari dan

menangkap Falintil yang tersisa. Meski bisa menangkap banyak orang Timor,

baik sipil maupun pejuang, gerakan pagar betis ini tidak berhasil secara

substansial menghancurkan Falintil.

c) Tragedi Santa Cruz

Pembantaian pemuda Timor Timur di pemakaman Santa Cruz oleh para

serdadu Indonesia pada 12 November 1991 merupakan titik balik dalam

perjuangan rakyat Timor Timur untuk diakui secara internasional. Untuk pertama

kali sejak invasi 1975, kebrutalan militer Indonesia terhadap warga sipil terekam

dalam film oleh media internasional. Film yang diselundupkan keluar dari

wilayah tersebut beberapa hari setelah pembantaian awal yang dilakukan oleh

militer Indonesia, ditayangkan oleh berbagai televisi di seluruh dunia dan

menyingkap keadaan sebenarnya tentang pendudukan Indonesia yang selama itu

disembunyikan oleh Jakarta. Penindasan yang keras oleh militer Indonesia


(59)

41

Beberapa minggu sebelum terjadinya pembantaian, para aktivis di Timor

Timur tengah mempersiapkan diri untuk kunjungan delegasi Portugis. Terdapat

desas-desus tentang rencana pertemuan antara delegasi tersebut dengan Xanana

Gusmao, harapan masyarakat Timor Timur pun sangat tinggi terhadap pertemuan

itu untuk melepaskan diri dan menjadi negara yang berdiri sendiri. Gerakan

klandestin mempersiapkan demonstrasi untuk menyuarakan aspirasi mereka

kepada delegasi Portugis, sekelompok pemuda menulis spanduk di halaman

Gereja Motael di pantai Dili. Kelompok demonstrasi ini dipantau oleh intelijen

Indonesia, dan keributan dengan militer Indonesia terjadi pada 28 Oktober 1991

ketika salah seorang mahasiswa (Sebastiao Gomes) ditembak mati. Walaupun

kunjungan delegasi Portugis dibatalkan, pada 11 November 1991 pelopor khusus

PBB tentang penyiksaan, Pieter Kooijmas berada di Dili. Gerakan klandestin

memutuskan untuk tetap melakukan demonstrasi untuk mengenang pembunuhan

Sebastiao Gomes setelah misa pemakaman di Gereja Motael pada pagi 12

November 1991. Ada upaya sungguh-sungguh untuk memastikan agar

demonstrasi tersebut berlangsung dengan damai.

Tentara, polisi, dan agen intelijen Indonesia berjaga di sepanjang

jalan-jalan kota Dili selama demonstrasi dari Gereja Motael sampai pemakaman Santa

Cruz. Sebagian demontran berjalan dari Motael, sementara sebagian bergabung

ditengah perjalanan dan lebih banyak lagi yang bergabung di pemakaman.

Kemudian spanduk dikibarkan yang isinya menghimbau keterlibatan PBB di


(1)

Soal Uraian :

1. Jelaskan secara singkat usaha partai politik yang pro integrasi dalam memperjuangkan integrasi dengan pemerintahan Indonesia !

2. Bagaimana kehidupan sosial mayarakat Timor Timur pada masa proses integrasi ?

3. Jelaskan faktor integrasi masyarakat Timor Timur dengan pemerintahan Indonesia !

4. Jelaskan secara singkat dampak negatif dalam bidang sosial dari integrasi Timor Timor dengan Indonesia bagi rakyat Timor Timur!

5. Jelaskan dampak positif dari integrasi Timor Timur dengan Indonesia dalam bidang pendidikan bagi masyarakat Timor Timur !

Kunci Jawaban :

1. Usaha salah satu partai yang pro integrasi UDT dalam memperjuangkan integrasi dengan Indonesia adalah dengan menggalang dukunngan dari partai partai kecil lain diantaranya :APODETI, KOTA, dan TRABALHISTA untuk membuat sebuah petisi kepada Presiden Soeharto agar mau menggabungkan wilayah Timor Timur ke dalam wilayah NKRI. Usaha ini dilakukan oleh kelompok yang pro integrasi untuk menandingi deklarasi kemerdekaan sepihak yang dilakukan oleh partai Fretilin sebelumnnya.

2. Pada masa proses integrasi Timor Timur ke dalam wilayah NKRI, kondisi masyarakat pribumi yang menempati pulau itu sangat memprihatinkan. Masyarakat Timor Timur mengalami konflik yang berkepanjangan, dan mengalami musibbah kelaparan yang melanda masyarakat akibat dari pertempuran yang terjadi di pulau tersebut. Banyak terjadi pembantaian yang dilakukan pihak militer Indonesia maupun yang dilakukan partai politik yang sedang bertikai. Kegiatan perekonomian, pendidikan, dan perkantoran birokrasi pemerintahan lumpuh total.

3. Rasa senasib sepenanggungan bagi masyarakat perbatasan antara Indonesia dan Timor Timur, mereka merasa sama sama menjadi korban dari pertempuran para pemegang kebijakan, selain itu penduduk di perbatasan


(2)

mereka yang berada di pulau Timur pada saat itu berkeinginan untuk bergabung dengan pemerintahan Indonesia.

4. Keadaan yang tidak kundusif dalam masyarakat Timor Timur akibat invasi militer Indonesia menyebabkan masyarakat merasa takut untuk beraktivitas dan merasa was was terhadap serangan militer Indonesia dalam melakukan penumpasan anggota Fretilin. Hingga puncak dari kekhawairan dan keakutan masyarakat itu terjadiketika masyarakat Timor Timur malakukan aksi damai dan kemudian terjadi penembakan brutal dari militer Indonesia yang kejadian itu sering disebut dengan peristiwa santa cruz. Yang banyak menimbulkan korban jiwa di Timor Timur.

5. Tidak semua yang dilakukan Indonesia terhadap Timor Timur memberikan dampak yang negatif, selama masa pemerrintahan Indonesia di Timor Timur, pemerintah Indonesia banyak membangun invrastruktur dalam bidang kesehatan, pendidikan, prasana public yang lain seperti gadung pemerintahan, pembangunan jalan utama, pemmbangunan bandara, pelabuhan, dna juga pembangkit listrik untuk mendukung perkembangan wilayah ini.

Kriteria Penilaian :

a. Soal 1 skornya 20 b. Soal 2 skornya 20 c. Soal 3 skornya 20 d. Soal 4 skornya 20 e. Soal 5 skornya 20 Pedoman penilaian produk :

No Skor Nilai

1 86-100 Baik Sekali

2 71-75 Baik


(3)

4 < 55 Kurang

Lampiran 3 : Lembar Pengamatan Sikap

No Nama Religiusitas Tanggung

Jawab Disiplin Peduli Responsif

Pro-

aktif Jmlh

Skor Maksimal = 30

Kriterian penilaian untuk masing-masing aspek :

5 Sangat Baik

4 Baik

3 Cukup

2 Kurang Baik

1 Tidak Baik

Lampiran 4 : Lembar Pengamatan Diskusi Kelompok

No Nama

Aspek Pengamatan

Jmlh

Skor Nilai Ket

Kerja sama

Mengkomuni kasikan Pendapat

Toleransi Keaktifan

Menghargai Pendapat


(4)

Keterangan Skor :

Masing-masing kolom diisi dengan kriteria

4 Baik Sekali

3 Baik

2 Cukup

1 Kurang

x 100

Kriteria Nilai

A 80-100 Baik Sekali

B 70-79 Baik

C 60-69 Cukup


(5)

Lampiran 5 : Lembar Penilaian Presentasi

No Nama

Aspek Penilaian

Jmlh

Skor Nilai Ket

Komuni kasi

Sistematika Penyampaian

Wawa san

Kebe ranian

Antu sias

Gesture & Penampilan

Keterangan Skor :

Masing-masing kolom diisi dengan kriteria

4 Baik Sekali

3 Baik

2 Cukup

1 Kurang

Kriteria Nilai

A 80-100 Baik Sekali

B 70-79 Baik

C 60-69 Cukup

D < 60 Kurang

Lampiran 6 : Format Penilaian Makalah


(6)

Rumusan Masalah Tujuan Penulisan

Isi Ketepatan pemilihan gambar

Orisinalitas makalah

Mendeskripsikantentang proses integrasi Timor Timur ke wilayah Republik Indonesia.

Struktur penulisan disusun dengan jelas sesuai metode yang dipakai

Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif

Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan (ilmiah)

Menghindari sumber (akun) yang belum dikaji secara ilmiah

Penutup Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah

Jumlah

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator :

Sangat sesuai 4

Sesuai 3

Cukup 2