sebagian yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi melanjut sampai ke jenjang pendidikan atas SMA. Budaya masyarakat dusun perteguhan dipengaruhi
oleh budaya suku Karo. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk Dusun Perteguhan dan Pamah Semilir berasal dari Suku Karo.
Kebanyakan masyarakat dusun perteguhan menganut agama Islam, sedangkan sebagian kecilnya menganut agama Kristen, sedangkan masyarakat dusun
pamah semilir sebaliknya kebanyakan menganut agama Kristen, mereka hidup rukun beragama. Bahkan toleransi beragamanya sangat kental sekali. Mereka sangat
menghargai kebebasan dalam beribadah. Bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat adalah bahasa Karo.
3.4 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey eksploratif dengan menginventarisasi
tumbuhan herba yang dimanfaatkan oleh masyarakat karo di Desa Telagah, Kawasan TNGL, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat. Metode ini didukung
oleh pendekatan dan tehnik pengumpulan informasi yang bersifat partisipatif atau
penelitian etnobotani partisipatif Participatory ethnobotanical appraisal, PEA Martin, 1995. Pendekatan ini meliputi : Wawancara semi terstruktur dan terjadwal
untuk inventarisasi pengetahuan lokal, serta menjalin persahabatan dengan masyarakat lokal Banilodu, 1998, dengan cara ikut aktif dalam aktifitas mereka
baik harian maupun khusus. 3.5 Pelaksanaan Penelitian
3.5.1 Di Lapangan
Lokasi pengambilan data dilakukan di kawasan Hutan Telagah yaitu di Desa Perteguhan dan Dusun Pamah Semilir, yang masih sangat tradisional, jauh dari
sentuhan kehidupan perkotaan. Pengambilan data dilakukan dengan metode survei untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan herba yang ada di sekitar kawasan penelitian,
meliputi wilayah sekitar perkampungan sampai daerah hutan yang berbatasan dengan
Universitas Sumatera Utara
kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Leuser dengan luas wilayah jelajah ± 700 Ha.
Metode survei dilakukan dengan menjelajahi sepanjang 10 meter kiri dan
kanan dari jalur pendakian. Pada saat pengambilan sampel dibantu oleh pemandu lapangan yang dianggap memiliki pengetahuan tentang tumbuhan herba. Dilakukan
pengamatan dan koleksi. Setiap sampel diberi label gantung yang telah diberi nomor koleksi dan dilakukan pendeskripsian terhadap setiap sampel yang dikoleksi dan
dicatat nama daerahnya. Sampel diatur sedemikian rupa diantara lipatan koran, kemudian diikat dan dimasukkan dalam kantong plastik berukuran 60 × 40 cm,
diawetkan dengan alkohol 70 dan kantong plastik ditutup rapat. Dalam penelitian ini, juga dilakukan wawancara dengan masyarakat tentang
pemanfaatan herba, meliputi kegunaan, bagian yang digunakan, intensitas pemakaian, eksklusivitas dan cara penggunaan. Data diperoleh dengan
mewawancarai semua lapisan masyarakat yang dikelompokkan ke dalam tiga kelompok umur dengan intensitas contoh masing-masing, untuk kelompok umur 20-
30 tahun, dan 50 tahun sebesar 100 sementara kelompok umur 31 – 50 tahun intensitasnya sebesar 30, jika jumlah penduduk pada setiap kelompok umur
dianggap sangat sedikit. Maka intensitas contoh 100 pada umumnya masyarakat desa Perteguhan dan Pamah Semelir menikah pada umur 20 tahun dan mulai
memanfaatkan tumbuhan yang ada disekitarnya dalam kehidupan sehari-hari sehingga pemilihan umur dimulai dari umur 20 tahun.
Tabel 3.5.1. Distribusi Frekuensi Responden Pemanfaatan Herba Berdasarkan Kelompok Umur
N o
Kelompo k Umur
Jumlah Pendudu
k orang Jumlah
Responde n
Persentas e
1 20-30
tahun 20
20 100
2 31- 50
tahun 60
20 30
3 50 tahun
12 12
100
Universitas Sumatera Utara
b. Data Sekunder