Dilain pihak warna mencolok atau keperak-perakan pada herba hutan akan memantulkan cahaya merah kembali kepada jaringan-jaringan yang
mengandung klorofil.
2.3 Masyarakat Karo
Suku Karo adalah suku yang mendiami Dataran Tinggi Karo, sebagian wilayah Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan
Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami dataran tinggi Karo yaitu Kabupaten Karo.
Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo. Suku Karo mempunyai sebutan sendiri untuk orang Batak yaitu Kalak Teba umumnya untuk Batak Tapanuli.
Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh
dengan perhiasan emas Barus, 2009.
Menurut Pertampilan, 2010 Suku Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau adat yang dikenal dengan nama merga silima, tutur siwaluh, dan rakut sitelu.
Masyarakat Karo mempunyai sistem marga klan. Marga atau dalam bahasa Karo disebut merga tersebut disebut untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan yang
disebut beru. Merga atau beru ini disandang di belakang nama seseorang. Merga dalam masyarakat Karo terdiri dari lima kelompok, Kelima merga tersebut adalah:
Karo-karo, Sembiring, Tarigan, Ginting, Perangin-angin. Masyarakat Karo memiliki berbagai jenis tumbuhan yang dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari, baik sebagai bahan pangan, ramuan obat, bahan industri dan sudah sejak lama pula tumbuhan digunakan dalam berbagai upacara adat kebudayaan.
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan liar yang banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, maupun kebun Barus, 2009.
Menurut Tarigan 1990, Masyarakat karo merupakan suku yang ada di Sumatera Utara yang dikenal sebagai suku yang memiliki pengetahuan tentang
pengobatan tradisional dengan menggunakan tumbuhan yang ada di sekitar mereka. Dalam masyarakat Karo penggunaan tumbuhan obat dapat dikelompokan berdasarkan
tingkat usia dan jenis kelamin, yaitu: a.
Tambar anak-anak, yaitu obat untuk anak-anak
Universitas Sumatera Utara
b. Tambar pernanden, yaitu obat untuk kaum ibu
c. Tambar perbapan, yaitu obat untuk kaum bapak
d. Tambar sinterem, yaitu obat untuk semua kalangan umur dan jenis kelamin
atau untuk orang banyak.
2.4 Kebiasaan dan Adat Istiadat Masyarakat Karo