Gambaran Umum Kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn

20

BAB III TAKHRIJ HADIS DAN KRITIK SANAD HADIS

Dalam mengkritik dan menganalisa sanad hadis, penulis akan mengemukakan pengertian takhrij hadis dan seputar tentangnya. Sebab, takhrij hadis merupakan langkah awal dalam penelitian dan analisa hadis. Menurut bahasa, kata جيرخت takhrîj berasal dari kata جّرخ kharraja, جّرخي yukharriju artinya mengeluarkan. 29 Memang, kegiatan takhrij hadis adalah mengeluarkan hadis dari persembunyiannya, baik dari ilmu seorang ulama maupun dari tulisan yang berserakan dalam berbagai bentuk kitab hadis. Seseorang yang melakukan takhrij hadis bertujuan untuk menyelesaikan persoalan hadis yang belum diketahui letak persembunyiannya dan kuantitas periwayat, jalur sanad, dan kitab yang memuatnya. 30 Pengertian tahkrij hadis secara istilah sebagaimana yang dikemukakan oleh M. Syuhudi Ismail ialah penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan 31 . Banyak sekali manfaat yang didapatkan dari tahkrij, antara lain 32 : 29 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia terlengkap, edisi kedua, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, h. 330 30 Bustamin, Dasar-dasar Ilmu Hadis, Jakarta: Ushul Press, 2009, h. 180. 31 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Jakarta: Bulan Bintang, 1992, h. 43. 32 Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’I, Melacak Hadis Nabi SAW: Cara Cepat Mencari Hadis dari Manual hingga Digital, Semarang: Rasail, 2006, h. 4-6  Melalui takhrij seseorang dikenalkan sumber-sumber hadis, kitab asal dari suatu hadis itu berada berikut dengan rawi-rawi yang terlibat di dalam periwayatannya  Melalui takhrij hadis seseorang dapat menambah pembendaharaan sanad hadis dari kitab-kitab yang memuat hadis tersebut  Melalui takhrij dapat memperjelas keadaan sanad suatu hadis, apakah sahîh, hasan atau da ʻîf, marfuʻ atau munqatiʻ dan sebagainya  Melalui takhrij akan memperjelas status hadis, karena mungkin melihat dari satu jalur d aʻîf, tetapi dari jalur lain sahîh. Adapun syarat-syarat hadis sahîh adalah 33 :  Bersambung sanadnya  Seluruh rawi dalam sanad tersebut adil  Seluruh rawi dalam sanad tersebut dabit  Hadisnya terhindar dari syudzudz  Hadisnya terhindar dari ‘illat Dari lima syarat hadis sahîh yang penulis kemukakan, penulis hanya memakai tiga syarat awal di atas, yaitu: bersambung sanadnya, seluruh rawi dalam sanad tersebut ‘adil dan dabit. Adapun metode-metode takhrij sebagaimana yang dikemukakan oleh Mahmûd al-Tahh ȃn ada lima 34 , yaitu:  Takhrij dengan jalan mengetahui sahabat perawi hadis. 33 Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’I, Melacak Hadis Nabi SAW: Cara Cepat Mencari Hadis dari Manual hingga Digital, Semarang: Rasail, 2006, h. 26. Lihat juga: Mahmûd Tahh ȃn, Taisîr Mustalah al-Hadîts. Terj: Ilmu Hadis Praktis Praktis, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2010, h. 39 34 Mahmûd al-Tahh ȃn, Dasar-dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, Semarang: Dina Utama, 1995, h. 39.  Takhrij dengan mengetahui lafaz pertama pada matan hadis.  Takhrij dengan jalan mengetahui lafaz yang sering digunakan atau tidak dari bagian matan hadis.  Takhrij dengan jalan mengetahui topik hadis atau salah satu topiknya jika ia mempunyai topik yang banyak.  Takhrij dengan jalan memperhatikan sifat-sifat spesifik pada sanad hadis atau pada matannya. Adapun menurut Bustamin, metode takhrij hadis ada empat 35 , yaitu:  Takhrij hadis melalui kata atau lafaz pada matan hadis  Takhrij hadis melalui tema  Takhrij hadis melalui awal matan hadis  Takhrij hadis dengan melalui sahabat Nabi atau periwayat pertama Dari berbagai macam metode yang telah penulis kemukakan, penulis hanya menggunakan dua metode dari berbagai metode di atas, yaitu melalui penelitian awal matan dan melalui potongan kata atau lafal pada matan hadis. Dalam mentakhrij melalui awal matan ini, penulis menggunakan referensi kitab Mausûʻah Aṯrȃf al-Hadîts al-Nabawî al-Syarîf, karya Muhammad al-Saʻîd Basyûnî Zaghlûl dan al- Jȃmiʻ al-Saghîr fi Aẖȃdîts al-Basyîr al-Nadzîr karya Jalȃl al-Dîn ‘Abd al-Raẖmȃn bin Abû Bakr al-Syuyûtî. Sedangkan dalam menelusuri lafaz hadis yang terdapat pada matan, penulis menggunakan kamus al- Muʻjam al- Muf ahras li Alfȃz al-Hadîts al-Nabawî karya Aren Jhon Wensink yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad Fu ’ȃd ‘Abd al-Bȃqî. 35 Bustamin, Dasar-dasar Ilmu Hadis, Jakarta: Ushul Press, 2009, h.184-190.

A. Hadis Pertama

ْمِهِبِنْذُمِل َرِفْغَ تْسَت ْنَأَو ْمُهَ ِسُُْ َِْْعُت ْنَأ : َكْيَلَع َِْْمِلْسُمْلَا ِقَح ْنِم ٌعَبْرَأ ْنَأَو ْمِِرِبْدُمِل َوُعْدَت ْنَأَو ْمُهَ بِئاَت بُُِ “Empat perkara yang termasuk hak-hak orang muslim atas dirimu: tolong menonolng terhadap orang yang berbuat baik di antara mereka, memohon ampun bagi orang yang berdosa terhadap mereka, mendoakan orang yang berpaling dan mencintai orang yang bertaubat kembali” 1. Takhrij Hadis a. Melalui Awal Matan Setelah dilakukan penelitian, penulis tidak menemukan hadis tersebut dalam kamus hadis al-J ȃmiʻ al-Saghîr fi Aẖȃdîts al-Basyîr al- Nadzîr karya Jalȃl al-Dîn ‘Abd al-Raẖmȃn bin Abû Bakr al-Syuyûtî 36 . Sedangkan dalam kamus Mau sûʻah Aṯrȃf al-Hadîts al-Nabawî al-Syarîf, karya Muhammad al- Saʻîd bin Basyûnî Zaghlûl penulis hanya mendapati kode sebagai berikut 37 : كيلع ملسما قح نم عبرأ ٙ : ٕٕ٘ فاُا ٕ : ٜٔٔ رع Artinya hadis tersebut hanya terdapat dalam kitab Itth ȃf al-Sȃdah al-Muttaqîn karya al-Zubaidî dan al-Mughnî ‘an Haml al-Asfȃr karya al- ʻIrȃqî, hadis tersebut tidak didapati dalam al-Kutub al-Tisʻah. 36 Jalȃl al-Dîn ‘Abd al-Raẖmȃn bin Abû Bakr al-Syuyûtî, al-Jȃmiʻ al-Saghîr fi Aẖadîts al- Basyîr al-Nadzîr , Dȃr al-Fikr tanpa tahun, jld. 1, h. 37-38 37 Muhammad al- Saʻîd bin Basyûnî Zaghlûl, Mausûʻah Aṯrȃf al-Hadîts al-Nabawî al- Syarîf , Bairut: ‘ lim al-Turȃts, 1989, jld. 1, h. 461