PENUTUP Kualitas sanad hadis dalam kitab mukhtasar ihya’ ‘ulum al-din (pasal yang menerangkan hak-hak muslim, keluarga dan tetangga)

membahas luas tentang ketuhanan. 3 Dalam menjelaskan pembahasannya, al- Ghazȃlî banyak menyantumkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadis, namun dalam mengungkapkan sebuah hadis, al- Ghazȃlî tidak menyertai sanad, kualitas serta mukharijnya yang merupakan ciri khas dari Imam al-Ghazali. Al- Ghazȃlî merupakan salah seorang pemikir besar Islam dan filsafat kemanusiaan, di samping sebagai salah seorang pribadi yang memiliki berbagai kejeniusan dan banyak karyanya. Beliau juga merupakan salah satu sentral sufisme, pejuang keruhanian, tokoh pendidikan dan dakwah. Keberadaan al- Ghazȃlî merupakan pionir penggerak masyarakat dalam rangka perubahan pola pikir dan perilaku, baik yang menyentuh akidah maupun praktiknya. Beliau mampu meninggalkan kesan dalam kehidupan keruhanian masyarakat, ataupun kehidupan yang bersifat materi, budaya, sosial maupun politik. Mayoritas kaum muslimin sampai hari ini meletakkan al-Ghaz ȃlî pada posisi yang tinggi dalam hal ilmu dan amal. Sebagai bukti, dengan adanya sebuah gelar yang diberikan kepadanya, yang tidak diberikan kepada pemikir- pemikir lain, yaitu ‘Hujjatul Islam ’, Imam Haramain al-Juwaini yang juga merupakan guru dari al-Ghazȃlî memberikan gelar ‘al-Ghazali adalah lautan tanpa tepi’. 4 Sebagai penghormatan atas hak orang lain, Islam menganjurkan untuk menghormati hak-hak tetangga. Di dalam setiap lingkungan yang kaya, menengah, ataupun miskin, yang satu adalah tetangga bagi yang lainnya. Di antara orang-orang yang Allah perintahkan untuk diperlakukan dan dibantu 3 Asep Saepuloh, ketepatan diksi dalam terjemahan kitab mukhtasar ihya ulum uddin karya Imam al-Ghazali. H.37-38 skripsi, no.panggil: 2232 TAR a. dikutip dari Bahrun Abu Bakar, Ringkasan Ihya ‘Ulum al-Din Bandung: Sinar Baru algesido, 2009 h. 3 4 Yusuf al-Qardhawi, Al-Ghazali Antara Pro dan Kontra, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, h. 39-40 dengan baik adalah orang tua, para kerabat dekat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, kerabat jauh, para tamu dan tetangga. Sebagaimana Firman Allah dalam Surah al-Nisa:  ِهل                          ِهل         Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh 5 , dan teman sejawat, ibnu sabil 6 dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri Q.S. al-Nisa: 36. Menurut al- Ghazȃlî, hak-hak orang muslim antara lain: mengucapkan salam apabila bertemu, wajib memenuhi undangannya, mendo’akan apabila bersin, menjenguk ketika sakit, berta’ziah, menasehatinya apabila ia minta dinasihati, menjaga nama baiknya, mencintainya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri dan tidak mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi kepadanya sebagimana ia tidak berharap sesuatu yang buruk itu terjadi kepadanya. 7 Di dalam Islam, banyak hak-hak seorang muslim terhadap muslim lainnya dalam hal bertetangga, berkeluarga dan bersaudara. Akan tetapi, tak jarang seseorang dalam bertetangga tidak mengindahkan kewajiban mereka terhadap 5 dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang muslim dan yang bukan muslim 6 Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan mashiat yang kehabisan bekal. termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya 7 Al- Ghazȃlî, Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn, Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, h.92-93