Karya-karya al.-Ghazȃlî

sehari-hari, termasuk di dalamnya menbahas hubungan dengan sesama manusia. Sedangkan juz ketiga, bahasan seputar kejahatan yang merusak atau perbuatan yang membinasakan, dan keempat membicarakan seputar cara pembentukkan akhlak terpuji serta rehabilitasi orang-orang yang cacat moral. Kitab ini mengupas berdasarkan al-Qu r’an dan Sunnah Nabi serta dengan semangat tasawuf, masalah akidah, ibadah, muamalat, keajaiban hati, etika dan latihan jiwa. 26 Tentang karyanya Ih ya ‘Ulum al-Dîn, al-Nawawi mengamati buku ini dan mengatakan “jika seluruh tulisan berhenti dipublikasikan, maka Ihya ‘Ulum al- Dîn sendiri sudah cukup”. Beberapa sufi memendangnya sebagai buku terbaik setelah al- Qur’an dan Hadis. 27 Kitab Mukhtasar Ih yȃ’ ‘Ulum al-Dîn berisi tentang nasihat, faidah, akhlak, taubat dan yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Nasihat yang terkandung dalam kitab ini mencakup masalah ilmu yang harus digiatkan. Dalam kitab ini ilmu menjadi pembahasan pertama yang ditulis oleh Imȃm al-Ghazȃlî. Peran ilmu sangat penting dalam kehidupan manusia, tanpa ilmu manusia tidak bisa berbuat banyak di bumi ini. Setelah itu beliau membahas masalah akidah, faidah-faidah, dan adab-adab yang beliau ajarkan kepada penduduk bumi. Kitab ini juga menyingkap rahasia-rahasia. Rahasia mengenai bersuci, shalat, zakat, puasa dan 26 Ridjaliddin FN, Kehidupan Sufistik Versi al- Ghazȃlî dan Responnya Terhadap Dinamika Perkembangan Tasawuf, Jakarta: LPSI Jakarta, 2008, h. 19-20 27 M. Atiqul Haque, Seratus Pahlawan Muslim yang Merubah Dunia, Jogjakarta: Diglossia, 2007, h. 55 haji. Kitab ini mengajarkan berakhlak baik dan mencela perbuatan-perbuatan buruk. Tidak ketinggalan pula, kitab ini membahas luas tentang ketuhanan. 28 Kitab Mukhtasar Ih yȃ’ ‘Ulum al-Dîn atau disebut juga dengan al-Mursyid al- Amîn ’ilâ Mauʻazah al-Mukminîn, merupakan kitab ringkasan Ihyȃ’ ‘Ulum al- Dîn yang berjilid-jilid, yang diringkas oleh al- Ghazȃlî sendiri dengan tetap menjaga intisari dan tujuan kitab tersebut. 28 Asep Saepuloh, ketepatan diksi dalam terjemahan kitab Mukhtasar Ih yȃ’ ‘Ulûm al-Dîn karya Imam al-Ghazali. H.37-38 skripsi, no.panggil: 2232 TAR a. dikutip dari Bahrun Abu Bakar, Ringkasan Ihya ‘Ulum al-Din Bandung: Sinar Baru algesido, 2009 h. 3 20

BAB III TAKHRIJ HADIS DAN KRITIK SANAD HADIS

Dalam mengkritik dan menganalisa sanad hadis, penulis akan mengemukakan pengertian takhrij hadis dan seputar tentangnya. Sebab, takhrij hadis merupakan langkah awal dalam penelitian dan analisa hadis. Menurut bahasa, kata جيرخت takhrîj berasal dari kata جّرخ kharraja, جّرخي yukharriju artinya mengeluarkan. 29 Memang, kegiatan takhrij hadis adalah mengeluarkan hadis dari persembunyiannya, baik dari ilmu seorang ulama maupun dari tulisan yang berserakan dalam berbagai bentuk kitab hadis. Seseorang yang melakukan takhrij hadis bertujuan untuk menyelesaikan persoalan hadis yang belum diketahui letak persembunyiannya dan kuantitas periwayat, jalur sanad, dan kitab yang memuatnya. 30 Pengertian tahkrij hadis secara istilah sebagaimana yang dikemukakan oleh M. Syuhudi Ismail ialah penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan 31 . Banyak sekali manfaat yang didapatkan dari tahkrij, antara lain 32 : 29 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia terlengkap, edisi kedua, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, h. 330 30 Bustamin, Dasar-dasar Ilmu Hadis, Jakarta: Ushul Press, 2009, h. 180. 31 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Jakarta: Bulan Bintang, 1992, h. 43. 32 Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’I, Melacak Hadis Nabi SAW: Cara Cepat Mencari Hadis dari Manual hingga Digital, Semarang: Rasail, 2006, h. 4-6