Ketepatan Menghadap Kiblat dalam Shalat
27
bangunan Ka’bah. Dengan demikian, kiblatnya ada lah arah Ka’bah bukan bangunan Ka’bah.
40
Dalam madzhab Syafi’i terdapat dua pendapat tentang masalah ini pertama, menghadap ke bangunan Ka’bah ‘ain al-ka’bah, dan kedua, menghadap ke arah
Ka’bah jihat al-ka’bah. Sebagian madzhab Syafi’i berpendapat ba hwa orang yang dekat ataupun jauh
dari Ka’bah diwajibkan menghadap ‘ain Ka’bah bangunan Ka’bah atau udaranya yang bersambung lurus dengannya. Akan tetapi bagi yang dekat diwajibkan untuk
menghadap ‘ain Ka’bah atau udaranya itu dengan yakin, misalnya de ngan cara melihat atau menyentuhnya dan lain sebagainya yang dapat memberikan suatu
keyakinan. Sedangkan yang jauh dari Ka’bah maka hendaknya ia menghadap ‘ain Ka’bah secara dzan dugaan kuat, bukan hanya sekedar menghadap ke arahnya,
berdasarkan pendapat yang mu’tamad kuat.
41
Adapun dalil menurut Al Qur’an yaitu zhahirnya firman Allah :
...
ةﺮﻘﺒﻟا 2
: 144
“Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram..” Q.S Al Baqarah2 : 144 Sedang bentuk pengambil an dalil istidlal mereka itu adalah bahwa yang
dimaksud “syathr” yaitu arah yang tepat bagi orang yang sedang shalat dan mengena
40
Ali Mustafa Yaqub, Kiblat Antara Bangunan dan Arah Ka’bah, Jakarta: Pustaka Darus - Sunnah, 2010, h. 18-19
41
Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqh Empat Madzhab, tt: Daarul Ulum Press, 1996, h. 42
28
dalam menghadapnya maka dengan demikian menghadap ‘ainul ka’bah menjadi wajib.
42
Serta berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Juraij dari Atha, dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi Saw bersabda :
ﺪﺠﺴﻤﻟا ﻞھﻻ ﺔﻠﺒﻗ ﺖﯿﺒﻟا ,
ماﺮﺤﻟا ﻞھﻻ ﺔﻠﺒﻗ ﺪﺠﺴﻤﻟاو ,
ﻦﻣ ﺎﮭﺑر ﺎﻐﻣو ﺎﮭﻗر ﺎﺸﻣ ﻲﻓ ضر ﻻا ﻞھﻻ ﺔﻠﺒﻗ ماﺮﺤﻟاو ﻣا
ﻲﺘ
.
43
Artinya : “Baitullah Ka’bah adalah kiblat bagi orang -orang yang shalat di Majid al Haram, Masjid al Haram adalah kiblat bagi orang -orang yang shalat di Tanah
Haram. Dan Tanah Haram adalah kiblat bagi penduduk bumi dari umatku yang berada di belahan bagian timur dan bagian barat.”
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi dalam kitabnya Al Sunan Al Kubra.
44
Hadis ini berkaitan dengan pengulang an kata “Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram” dalam surat Al Baqarah ayat 144, 149 dan 150. Menurut Ibnu
Abbas hukum menghadap arah kiblat bagi yang ada di Masjid, Luar Masjid dan luar Tanah Haram adalah sebagai berikut:
45
1. Yang ada di Masjidilharam Melihat Ka’bah Arah kiblat yang melihat Ka’bah adalah bangunan Ka’bah itu sendiri,
sehingga tidak sah shalat yang tidak menghadap banguan Ka’bah. 2. Yang ada di Luar Masjidilharam Tidak melihat Ka’bah
42
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Terjemahan Ayat Ahkam Ash -Shabuni, Surabaya: PT Bina Ilmu, 2008, h. 71
43
Al Imam Ibnu Kasir Ad Dimasyqi, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, h.6
44
Ali Mustafa Yaqub, Kiblat Antara Bangunan dan Arah Ka’bah, h. 51
45
Al Imam Ibnu Kasir Ad Dimasyqi, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, h. 37
29
Arah kiblat yang ada di luar Masjidilharam atau di sekitar tanah suci Mekkah sehingga tidak dapat melihat bangunan Ka’bah maka arah kiblatnya adalah
Masjidilharam sebagai maksud menghadap ke arah Kiblat secara dzan atau dugaan kuat.
3. Yang di Luar Tanah Haram Penjuru Dunia Arah kiblat yang berada di luar Tan ah Haram atau berada di penjuru dunia
maka arah kiblatnya adalah Tanah Haram. Sementara mereka yang berpendapat bahwa yang wajib adalah menghadap arah
Ka’bah jihat al-ka’bah berargumentasi dengan hadis Abu Hurairah ra. bahwa Nabi Saw bersabda:
ﻟا ﻦﯿﺑ ﺎﻣ ﺔﻠﺒﻗ بﺮﻐﻤﻟاو قﺮﺸﻤ
.
46
ىﺬﻣ ﺮﺘﻟا هاور Artinya : ”Diantara Timur dan Barat terdapat Kiblat” HR. At Turmudzi
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim :
ر ةﺮﯾﺮھ ﻰﺑا ﻦﻋ .
ع .
لﺎﻗ :
ص ﻰﺒﻨﻟا لﺎﻗ .
م : .
ﺔﻠﺒﻘﻟا ﻞﺒﻘﺘﺳا ﻢﺛ ءﻮﺿﻮﻟا ﻎﺒﺳﺎﻓ ةﻼﺼﻟا ﻰﻟا ﺖﻤﻗ اذا ﺮﺒﻛو
.
47
ﻢﻠﺴﻣ و يرﺎﺨﺒﻟا هاور Artinya : “Dari Abu Hurairah r.a. Nabi saw bersabda: bila hendak salat maka
sempurnakanlah wudu, lalu menghadaplah ke kiblat kemudian takbir ”. HR. Bukhari dan Muslim
Secara jelas, hadis ini menunjukkan bahwa semua arah a ntara timur dan barat adalah kiblat. Sebab, seandainya kewajiban itu berupa menghadap ke bangunan
46
Ash-Shon’ani, Subulus Salam, Bandung: Ad-Dahlan,t.th, Juz I, h. 133
47
Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim ibn al -Mughiroh bin Bardazbah al -Bukhory, Shahih al-Bukhori, Jilid 1, Kairo: Dar al-Hadits, 2004, h. 110
30
Ka’bah secara tepat, tentu shalat jamaah dengan shaf yang panjang melewati garis yang lurus ke Ka’bah adalah tidak sah. Begitu pula dua orang yang berjauhan
jaraknya, kemudian shalat dengan menghadap pada kiblat yang sama, maka shalatnya tidak sah, karena menghadap ke bangunan Ka’bah tidak dapat dilakukan oleh jamaah
pada shaf yang panjang melebihi batas lebar bangunan Ka’bah.
48
Menghadap ke arah kiblat meru pakan salah satu syarat yang harus dipenuhi sebelum mengerjakan shalat, namun diperbolehkan tidak menghadap kiblat dalam
dua hal yaitu: 1. Dalam keadaan sangat ketakutan
2. Waktu shalat sunnah dalam perjalanan di atas kendaraan
49
Apabila orang yang dalam ketaku tan, orang yang sedang sakit, orang yang dalam keadaan terpaksa, tak sanggup menghadap kiblat, maka boleh mereka bershalat ke
arah yang selain arah kiblat.
50
Karena situasi perang yang sangat genting, tidak mungkin lagi bisa meninggalkannya, dan tidak pula bisa menunda waktunya, maka
boleh shalat tidak menghadap kiblat. Allah berfirman:
…
ةﺮﻘﺒﻟا 2
: 239
Artinya : “Jika kamu dalam Keadaan takut bahaya, Maka Shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan…” QS: Al Baqarah2: 239
48
Ali Mustafa Yaqub, Kiblat Antara Bangunan dan Arah Ka’bah, h. 38
49
Moch Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib Ditambah Dalil -Dalil Al Qur’an dan Hadis, Bandung: PT. Alma’arif, 1991, h. 43
50
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, Semarang: PT Pustaka Rizky Putra, 2001, h. 80
31
Bolehnya meninggalkan kiblat dalam shalat sunat dikala bepergian itu kalau sudah tidak mungkin lagi untuk menghadap kiblat. Orang yang naik kapal laut tidak
boleh meninggalkan arah kiblat sebab besar kemungkinan bisa menghadap kiblat.
51
Selain sedang dalam ketakutan maupun dalam perjalanan, dalam keadaan tertentu orang yang sakit juga boleh tidak menghadap arah kiblat, adapun ketika
kondisi orang yang sedang sakit bila hendak shalat maka hukum menghadap kiblatnya adalah sebagai berikut :
1. Orang yang sakit selama masih bisa harus melakukan shalat wajib dengan berdiri meskipun tidak tegak, atau bersandar pada dinding, atau betumpu pada
tongkat dengan menghadap kiblat. 2. Bila sudah tidak mampu berdiri maka hendaknya shalat dengan duduk. Yang
lebih utama yaitu dengan posisi kaki menyilang di bawah paha saat berdiri dan ruku dan juga menghadap kiblat.
3. Bila sudah tidak mampu duduk maka hendaknya ia shalat berbaring miring dengan bertumpu pada sisi tubuhnya dengan menghadap kiblat, dan sisi tubuh
sebelah kanan lebih utama sebagai tumpuan. Bila tidak memungkinkan menghadap kiblat maka ia boleh shalat menghadap kemana saja, dan
shalatnya sah, tidak usah mengulanginya lagi. 4. Bila tidak bisa shalat miring maka ia shalat terlentang dengan kaki menuju
arah kiblat. Yang lebih utama kepalanya agak ditinggikan sedikit agar bisa
51
Moh. Rifa’i, dkk., Terjemah Khulashah Kifayatul Akhyar, Semarang: PT Karya Toha Putra, 1978, h. 62
32
menghadap kiblat. Bila tidak mampu yang demikian itu maka ia bisa shalat dengan batas kemampuannya tidak menghadap kiblat dan nantinya tidak
usah mengulang lagi.
52
52
Syaikh Muhammad bin Shalih Al -Utsaimin, Tata Cara Bersuci dan Shalat bagi Orang yang Sakit, artikel diakses pada tanggal 21 Juni 2011 pada http:www.abuayaz.co.cc201005tata -cara-
bersuci-dan-shalat-bagi-orang.html
33