2.4.2.   Iradiasi Terhadap Tanaman
Penggunaan  energi  seperti  sinar  gamma  pada  tanaman  akan  memberikan pengaruh  yang  baik  di  bidang  pertanian,  dengan  perlakuan  dosis  iradiasi  sinar
gamma  dengan  dosis  yang  tepat  diperoleh  tanaman  yang  mempunyai  sifat-sifat yang seperti hasil tinggi, umur pendek, tahan terhadap penyakit tetapi  kenyataan
yang  ditimbulkan  tidak  semuanya  memenuhi  harapan  Suryowinoto,  1987. Berbagai  faktor  dapat  mempengaruhi  keberhasilan  penggunaan  iradiasi  pada
tanaman,  antara  lain  genotip,  bagian  tanaman  yang  digunakan,  stadia perkembangan  sel  tanaman,  jumlah  kromosom,  umur  jaringan,  oksigen,
temperatur dan dosis radiasi. Kepekaan dari jaringan tanaman terhadap radiasi tidak hanya dipengaruhi
oleh dosis radiasi, tetapi juga dipengaruhi oleh tingkat ontogeni sel dan fase dari siklus  sel.  Selain  itu  juga  dipengaruhi  oleh  kemampuan  sel-sel  dalam  jaringan
tanaman  untuk  memperbaiki  diri  dari  kerusakan  yang  disebabkan  oleh  iradiasi Hendro, 1981.
Pengaruh iradiasi sinar gamma pada tanaman ada 4 macam yaitu : 1.
Kematian tanaman 2.
Pertumbuhan terhambat 3.
Perkembangan morfologi yang abnormal 4.
Perubahan genetik Iradiasi  sinar  gamma  dapat  berpengaruh  terhadap  perubahan  fisiologis
tanaman.  Perubahan  tersebut  berkaitan  dengan  energi  iradiasi  yang  diserap  oleh jaringan  tanaman  sehingga  menyebabkan  stimulasi  sintesis  auksin  endogen
terganggu.  Selain  perubahan  fisiologis,  perubahan  genetik  dapat  terjadi  akibat iradiasi  sinar  gamma.  Perubahan  fisiologis  dan  genetik  dapat  diekspresikan
dengan  adanya  perubahan  penampilan  fenotip  tanaman  yang  sangat  bervariasi. Pada umumnya, ukuran tanaman regeneran sangat pendek dan ukuran daun kecil,
bahkan  ada  tunas  albino  yang  muncul.  Pada  generasi  selanjutnya,  kerusakan fisiologis  berangsur  pulih.  Sel-sel  yang  mengalami  kerusakan  mengalami
recovery,  sedangkan  gen  termutasi  dapat  diwariskan  pada  generasi  berikutnya Maluszynski et al., 1995.
Mutasi  dapat  terjadi  pada  setiap  bagian  tanaman  dan  fase  pertumbuhan tanaman, namun lebih banyak terjadi pada bagian yang sedang aktif mengadakan
pembelahan  sel  seperti  tunas,  biji  dan  sebagainya.  Secara  molekuler,  dapat dikatakan  bahwa  mutasi  terjadi  karena  adanya  perubahan  urutan  sequence
nukleotida  DNA  kromosom,  yang  mengakibatkan  terjadinya  perubahan  pada protein yang dihasilkan Oeliem, 2008.
Mutasi  tidak  dapat  diamati  pada  generasi  M1,  kecuali  yang  termutasi adalah  gamet  haploid.  Adanya  mutasi  dapat  ditentukan  pada  generasi  M2  dan
seterusnya. Semakin tinggi dosis, maka semakin banyak terjadi mutasi dan makin banyak  pula  kerusakannya.  Hubungan  antara  tinggi  bibit  dan  kemampuan  hidup
tanaman  M1  dengan  frekuensi  mutasi,  membuktikan  bahwa  penilaian  kuantitatif terhadap  kerusakan  tanaman  M1  dapat  digunakan  sebagai  indikator  dalam
permasalahan pengaruh dosis pada timbulnya mutasi Mugiono, 2001. Kerusakan  fisiologis  kemungkinan  dapat  disebabkan  karena  kerusakan
kromosom dan kerusakan sel di luar kromosom.  Kedua kerusakan tersebut sukar
dibedakan  karena  keduanya  terjadi  pada  generasi  M1  sebagai  akibat  dari perlakuan  mutagen.  Kerusakan  tersebut  merupakan  gangguan  fisiologis  bagi
pertumbuhan  tanaman.  Besarnya  kerusakan  fisiologis  tergantung  pada  besarnya dosis  yang  digunakan  dan  semakin  tinggi  dosis  yang  digunakan  makin  tinggi
kerusakan  fisiologis  yang  timbul  dan  berakhir  kematian  lethalitas.  Kerusakan fisiologis  hanya  terjadi  pada  generasi  M1  sedangkan  mutasi  gen,  mutasi
kromosom  dan  mutasi  sitoplasma  akan  diturunkan  pada  generasi  berikutnya Mugiono, 2001.
Perlakuan  iradiasi  akan  menyebabkan  kerusakan  sel  atau  terhambatnya metabolisme  sel  karena  adanya  gangguan  sintesa  RNA  sehingga  sintesis  enzim
yang diperlukan untuk pertumbuhan terhambat. Dengan adanya gangguan struktur DNA akan menyebabkan enzim yang dihasilkan kehilangan fungsinya. Perlakuan
radiasi  dapat  menyebabkan  enzim  yang  merangsang  pertunasan  menjadi  tidak aktif, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat Cassaret,1961.
Pengaruh  peningkatan  dosis  mutagen  terhadap  kerusakan  fisiologis memberikan  kurva  sigmoid,  dimana  kerusakan  atau  kematian  tidak  terjadi
sekaligus  sesuai  dengan  meningkatnya  dosis.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  suatu molekul atau sel yang peka maka molekul atau sel tersebut akan rusak atau mati.
Sebaliknya apabila  yang terkena radiasi  adalah  molekul  atau sel  yang tidak peka maka  sel  atau  molekul  tersebut  tidak  mati.  Makin  tinggi  dosis  makin  banyak
terjadi mutasi dan makin tinggi pula kerusakannya Mugiono, 2001. Iradiasi  sinar  gamma  10  rad  dapat  mempengaruhi  3  macam  keragaman
morfologi  tanaman  Anthurium  hookeri  yaitu  batang  pendek,  warna  daun  hijau
kekuningan  dan  ukuran  daun  lebih  kecil.  Iradiasi  sinar  gamma  20  rad  dapat mempengaruhi  4  keragaman  morfologi  tanaman  Anthurium  hookeri  yaitu  batang
pendek, lingkar batang kecil, warna daun hijau kehitaman dan ukuran daun lebih kecil Astuti, 2007.
Pada penelitian Sanjay et al., 2004 Iradiasi sinar gamma mengakibatkan penurunan daya hidup tanaman, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun dan
peningkatanpenurunan  jumlah  bunga  pita  dan  bunga  tabung  serta  abnormalitas bunga.  Perubahan  bentuk  dan  warna  bunga  terdeteksi  pada  tanaman  yang
diiradiasi dengan sinar gamma diatas 15 GY. Handayani  et  al.,  2001  menjelaskan  bahwa  induksi  mutasi  dengan
iradiasi  sinar  gamma  pada  tanaman  mawar  mini  dapat  menimbulkan  keragaman genetik  yang  terekspresikan  pada  warna  dan  jumlah  kelopak  bunga.  Misniar
2008 dalam penelitiannya menjelaskan bahwa iradiasi tunggal pada dosis 10 –50
Gy  memberikan  pengaruh  yang  nyata  terhadap  tinggi  tanaman  Aglaonema costatum dan Aglaonema
“Dona Carmen”.
21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN