26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Persentase Hidup Planlet D. schulerii x May Neal Wrap
Pertumbuhan planlet dapat dilihat berdasarkan kemampuan planlet tersebut untuk bertahan hidup. Persentase hidup dipengaruhi oleh jumlah planlet
yang hidup dan planlet yang mati atau terkontaminasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induksi mutasi dengan sinar gamma dapat mempengaruhi
persentase hidup planlet Tabel 2. Secara umum planlet masih dapat bertahan hidup 90 sampai minggu ke 6 setelah tanam. Keragaman persentase planlet
hidup mulai terjadi pada 7 MST minggu setelah tanam, dengan terjadinya penurunan jumlah planlet hingga 11 MST.
Tabel 2. Persentase hidup planlet D. schulerii x May Neal Wrap
Dosis Gy
Induksi Awal MST Setelah Subkultur MST
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11
100 100
96,6 93,3
93,3 90,0
86,6 83,3 83,3
80 76,6
30 100
100 96,6
96,6 93,3
90,0 73,3
73,3 70,0 70,0 63,3 60
100 100
100 96,6
96,6 76,6
53,3 40,0 26,6 26,6 26,6
90 100
96,6 96,6
90,0 90,0
83,3 63,3
Persentase hidup planlet untuk setiap dosis perlakuan iradiasi mencapai 100 pada awal penanaman hingga umur 2 MST. Minggu ke 4 sampai 5 setelah
tanam persentase hidup mengalami penurunan, namun secara keseluruhan persentase hidup untuk semua perlakuan masih di atas 90. Pada minggu ke-6
27
persentase hidup planlet pada kontrol dan dosis 30 Gy tertinggi yaitu sama-sama 90, lalu dosis 90 Gy sebesar 83,3 dan persentase hidup yang terendah yaitu
pada dosis 60 Gy sebesar 76,6. Setelah dilakukan subkultur, pada minggu ke-7 terjadi penurunan
persentase hidup planlet pada setiap perlakuan dosis iradiasi. Tampak pada Tabel 2 bahwa kontrol mengalami penurunan sekitar 10 menjadi 86,6, dosis 30 Gy
dan 90 Gy sebesar 20 menjadi 73,3 dan 63,3, dosis 60 Gy sekitar 60 menjadi 53,3. Populasi dengan perlakuan dosis 90 Gy mengalami penurunan
sebesar 90 sehingga tidak ada satupun planlet yang dapat bertahan hidup dari minggu ke 8 sampai 11. Pada minggu ke 8 sampai 11 setelah tanam persentase
hidup pada kontrol dan dosis 30 Gy cenderung konstan, sedangkan dosis 60 Gy kembali turun diminggu ke 9 dan konstan hingga minggu 11. Kontrol
menunjukkan persentase tertinggi 76,66 terhadap persentase hidup planlet, sedangkan perlakuan dosis 60 Gy menunjukkan persentase daya bertahan hidup
terendah 26,6. Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa, angka kematian planlet
setelah dilakukan subkultur cukup tinggi. Hal tersebut kemungkinan karena perubahan lingkungan media baru sehingga planlet mengalami stres dan
kontaminasi. Selain itu pengaruh iradiasi dengan dosis yang semakin tinggi dapat pula menurunkan persentase hidup planlet. Dosis dengan energi iradiasi tinggi
dapat merusak ikatan kimia suatu senyawa tanaman sehingga menyebabkan kematian sel-sel merismatik didaerah titik tumbuh tanaman, ditandai dengan tidak
adanya pertambahan tinggi tanaman setiap minggunya bahkan kematian planlet.
28
Ismachin 1988 menyatakan bahwa besarnya kerusakan pada tanaman tergantung dari besarnya dosis perlakuan, makin tinggi dosis perlakuan makin besar
kerusakan fisiologis tanaman yang berakhir pada timbulnya kematian. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Broertjes dan van Harten 1987 yang menyatakan bahwa
pada kisaran dosis iradiasi rendah, kemampuan tanaman untuk bertahan hidup tinggi, namun frekuensi mutasi rendah, sedangkan pada kisaran dosis tinggi,
frekuensi mutasi tinggi tetapi kemampuan tanaman untuk bertahan hidup rendah.
Gambar 2. Planlet anggrek yang terkontaminasi kapang Foto. Zihan
Tingginya jumlah planlet yang mati dalam penelitian ini juga disebabkan oleh kontaminasi kapang, terutama setelah subkultur. Kontaminasi terjadi karena
adanya kerusakan mekanis saat pemindahan planlet, dapat dilihat dari tumbuhnya kapang disekitar planlet Gambar 2. Serangan kapang yang ditandai dengan
munculnya hifa putih abu-abu yang sudah terlihat tiga hari setelah subkultur.
29
4.2. Tinggi Planlet