demi sedikit melalui kurun waktu yang lama. Berkembangnya suatu pondok pesantren tidak selamanya berjalan dengan lancar dan maju dengan pesat
melainkan mengalami pasang surut. Dalam hal ini sosok kyai sangat berperan atas pasang surutnya perkembangan dan kemajuan yang ada pada pondok pesantren.
A. Bidang Pendidikan
Pendidikan merupakan pembangunan watak character building manusia. Untuk menghasilkan watak manusia yang baik, mental yang kuat dan jiwa yang kokoh,
diperlukan dasar dan pondasi yang kuat dalam pembangunan watak tersebut. Al- Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam dan falsafah hidup umat Islam,
didalamnya memuat totalitas prinsip yang berkaitan dengan kehidupan manusia termasuk masalah pendidikan.
Lembaga pendidikan pesantren di Indonesia memiliki sejarah yang panjang sama halnya dengan pendidikan nasional. Keduanya memiliki ciri khas
sistem pendidikan dan metode pengajaran sendiri-sendiri. Pendidikan pesantren memulainya dengan metode sorogan, namun dalam perkembangan selanjutnya
tampaklah pendidikan pesantren mulai mengikuti perkembangan zaman, yaitu dengan melakukan perubahan dalam sistem dan metode pendidikan di pesantren,
sehingga berdirilah lembaga pendidikan madrasah di lingkungan pondok pesantren, yang menyatukan ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum.
Pondok pesantren Al-Awwabin sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam, dalam kiprahnya tidak hanya menyelenggarakan pendidikan agama saja tetapi
juga menyelenggarakan pendidikan dalam bidang umum dan agama dalam menghadapi masa depan. Dengan pendirian pondok pesantren itu sendiri, secara
tidak langsung pesantren Al-Awwabin telah memainkan peran dalam upayanya
dalam bidang pendidikan dan lambat laun telah berkembang menjadi pesantren yang terorganisasi dengan didirikannya sekolah madrasah di lingkungan
pesantren, beserta majlis ta’lim. Namun, yang namanya perjuangan tidak lepas dari tantangan dan cobaan, karena majlis ta’lim yang beliau bina tersebut
mengalami pasang surut. Ada pepatah mengatakan “kalau tidak lemah bukan manusia, kalau tidak retak bukan gading”.
Di pondok pesantren Al-Awwabin ada dua jenis pendidikan berupa pendidikan pesantren dan pendidika formal. Pendidikan pesantren meliputi
kegiatan pesantren pengajian kitab kuning, kader da’i muhadhoroh, dan majlis ta’lim, sedangkan pendidikan formal mengikuti SKB 3 menteri yang meliputi
Madrasah Ibtidaiyah, Madarasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah. Pondok pesantren Al-Awwabin dalam pembangunan infrastruktur
mengalami peningkatan sangat pesat. Hal ini bisa dilihat dari meningkatnya bangunan dari tahun ke tahun. Artinya peran pondok pesantren memberikan
pengaruh yang cukup besar bila ditinjau dari jumlah infrastruktur lembaga pendidikan di kota Depok. Dan bila ditinjau dari output alumni pondok
pesantren Al-Awwabin tiap tahunnya meningkat dengan pesat baik secara kuantitas yaitu dengan banyaknya alumni yang keluar tiap tahunnya, maupun
secara kualitas yaitu banyak berdiri lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal yang didirikan oleh para alumni pondok pesantren Al-Awwabin.
Disamping itu banyak alumni yang berkiprahdi masyarakat dengan cara terlibat dalam organisasi keagamaan maupun instansi pemerintahan.
Pondok pesantren Al-Awwabin yang dirintis oleh Abuya KH. Abd.Rahman Nawi sudah banyak mencetak para generasi penerus yang dapat
mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu yang di dapat dari pesantren, terbukti para alumninya menjadi orang-orang yang berguna di masyarakat. Sistem
pendidikan di pondok pesantren Al-Awwabin menganut sistem pendidikan salaf, dimana yang menjadi kajian utama adalah nahwu dan shorof. Dijadikannya
materi nahwu dan shorof sebagai kajian yang dimaksudkan untuk memberi pengetahuan kepada para santri tentang metode mengkaji kitab.
Kegiatan pendidikan di pesantren Al-Awwabin dapat diklasifikasikan menjadi tiga :
1. Pendidikan pesantren
Pada awalnya pendidikan kepesantrenan memakai sistem pendidikan salaf dengan menggunakan metode pengajaran yang dilaksanakan dengan sistem
sorogan dan bandongan.
32
Pondok pesantren Al-Awwabin dalam menggunakan kitab pelajarannya sama dengan pesantren yang lainnya yaitu menggunakan kitab-kitab klasik,
dimana kebanyakan kitab klasik itu hasil karya dari ulama-ulama terdahulu dari berbagai disiplin ilmu, seperti: fiqih, ushul fiqih, tauhid, akhlak, nahwu, shorof,
tafsir dan lain-lain. Pendidikan kepesantrenan dilaksanakan mulai setelah sholat shubuh berjamaah sampai malam hari dan diselingi waktu istirahat.
Adapun sistem pengajaran maupun penyampaian materi pelajaran adalah sebagai berikut: 1 mengulang dan mengulas kembali pelajaran yang lalu terlebih
dahulu di setiap memulai pengajian atau pelajaran, 2 memberi arti pada setiap kata dibawah kalimat sehingga melalui cara ini diharapkan santri mengetahui tata
bahasa Arab secara benar, 3 memberikan terjemahan bebas terhadap kalimat
32
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam Jakarta: Rajawali Press, 1990, h.50.
yang telah di terjemahkan, 4 menjelaskan materi dalam bentuk ceramah dengan menguraikan materinya dengan sumber lain yang ada relevansinya dengan materi
pembahasan tersebut.
33
Selain materi di atas, santri juga diberi materi pelajaran yang bersifat praktis, materi tersebut adalah muhadhoroh. Muhadhoroh yaitu latihan dakwah
secara lisan dalam bentuk pidato, kegiatan ini wajib diikuti oleh semua santri karena dilakukan perorangan. Setiap santri akan mendapatkan kesempatan untuk
tampil di mimbar dengan membawakan materi dakwahnya. Setiap tampil biasanya terdiri beberapa orang dan lamanya tampil sekitar 10-15 menit. Kegiatan ini
dilaksanakan seminggu sekali pada hari Minggu malam. Kegiatan Santri Mukim di Pondok Pesantren Al-Awwabin
+
+ ,
33
Sulthon Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren Jakarta: Diva Pustaka, h.5.
-
,
+
.
,
. .
,
.
,
+
1
+
,
2. Pendidikan formal
Pendidikan sekolah yang dilaksanakan pondok pesantren Al-Awwabin mengacu pada SKB 3 menteri. Lembaga pendidikan yang ada di pondok pesantren Al-
Awwabin terdiri dari tiga bagian yaitu Madrasah Ibtidaiyah MI, Madrasah Tsanawiyah MTs, dan Madrasah Aliyah MA.
Di Madrasah Tsanawiyah atau Madrasah Aliyah Al-Awwabin telah lama dikembangkan metode pengajaran kepada murid secara variatif. Artinya bahwa
sistem yang digunakan sebagai pendekatan kepada murid dalam upaya mengantarkan pada suatu materi yang benar-benar pada cara belajar yang baik.
Dan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya fenomena atau suasana berbeda yang dihadapi di lembaga pendidikan pondok pesantren Al-Awwabin, maka para
guru diberikan kelonggaran untuk menerapkan metode-metode mengajar sesuai yang diperlukan, diantaranya diskusi kelas atau kelompok, dan metode pemberian
tugas. Pondok pesantren Al-Awwabin didirikan untuk mendidik murid agar
memperoleh tambahan ilmu agama dan pengetahuan umum sebagai bekal memainkan perannya di dalam masyarakat. Penataan pendidikan yang diterapkan
pondok pesantren Al-Awwabin selain untuk menjamin penguasaan materi pelajaran yang disajikan juga memelihara ketertiban atau kedisiplinan pondok
pesantren Al-Awwabin dan masyarakat pada umumnya.
3. Pendidikan ekstrakurikuler
Pondok pesantren Al-Awwabin dalam mengantisipasi persaingan bebas khususnya
dalam pendidikan
formal mengadakan
berbagai kegiatan
ekstrakurikuler sebagai wadah dalam mengembangkan bakat dan minat santri dalam hal pendidikan keterampilan. Ada beberapa kegiatan yang ada di pondok
pesantren Al-awwabin yaitu: muhadhoroh, pramuka, dan komputer. Program komputer dilakukan pesantren dengan mewajibkan santrinya mengikuti kegiatan
komputer agar dapat menguasai dan mengoperasikannya karena memang sudah menjadi kebutuhan dasar di masa sekarang dan akan datang. Hampir semua
lembaga pendidikan maupun non-pendidikan memanfaatkan layanan komputer. Kemampuan komputer sudah menjadi kebutuhan yang harus dimiliki oleh semua
santri dalam menghadapi teknologi yang terus berkembang.
B. Bidang Dakwah