Kondisi Pendidikan GAMBARAN UMUM WILAYAH KOTA DEPOK

2. Ikut serta di dalam kegiatan pelaksanaan musabaqah tilawatil qur’an baik tingkat kecamatan maupun tingkat kota Depok. 3. Mengadakan safari Ramadhan berupa tarawih keliling di bulan suci Ramadhan. 4. Serta mengadakan kegiatan bazaar atau pasar murah menjelang hari raya Idul Fitri. Aspek sarana ibadah juga menunjukkan kondisi mayoritas pemeluk agama Islam. Dari segi sarana ibadah yang berdiri di lingkungan kelurahan Sawangan, semuanya sebanyak 30 buah merupakan bangunan sarana ibadah yang di peruntukkan untuk masyarakat muslim. Jumlah sarana ibadah itu meliputi 6 buah gedung masjid dan 24 gedung musholla.

C. Kondisi Pendidikan

Masyarakat kota Depok mayoritas Islam. Peningkatan mutu pendidikan Islam di Depok meningkat, hal ini dapat terlihat dengan munculnya beberapa pesantren dan tempat-tempat pendidikan agama. Namun, dalam hal ini yang sangat berperan adalah pendidikan pesantren. Seperti yang di jelaskan oleh Dr. Manfred Ziemek “pendidikan pesantrenlah yang dapat membuat orang berlaku tawadhu dan rendah hati, akibat pengaruh pendidikan seorang kyai atau ulama”. Hal tersebut membuktikan bahwa apa yang diajarkan kyai mempunyai pengaruh yang sangat kuat dan membekas, sehingga salah satu keberhasilan pendidikan pesantren adalah tertanamnya sifat kerjasama yang kuat, baik dalam bidang agama maupun sosial. 11 Tradisi pesantren merupakan kerangka sistem pendidikan Islam tradisional di Jawa dan Madura, yang dalam perjalanan sejarahnya telah menjadi obyek penelitian para sarjana yang mempelajari Islam di Indonesia. Kebanyakan gambaran tentang kehidupan pesantren hanya menyentuh aspek kesederhanaan bangunan-bangunan dalam lingkungan pesantren, kesederhanaan cara hidup para santri, kepatuhan mutlak para santri kepada kyainya dan dalam beberapa hal pelajaran-pelajaran dasar mengenai kitab-kitab Islam klasik. Sebagai pusat-pusat pendidikan tingkat tinggi, pesantren juga mendidik guru-guru madrasah, guru- guru lembaga pengajian, dan para khotib Jum’at. Keberhasilan pemimpin- pemimpin pesantren dalam menghasilkan sejumlah besar ulama yang berkualitas tinggi adalah karena metode pendidikan yang dikembangkan oleh para kyai. Secara umum pondok pesantren mempunyai tujuan dan fungsi sebagi lembaga pendidikan dan penyiaran agama Islam, untuk membentuk manusia yang mempunyai kesadaran tinggi akan pentingya ajaran-ajaran agama Islam, untuk memajukan umat Islam sebagai umat yang berpengetahuan luas dan juga untuk melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan diajarkan serta disebarkan lagi oleh generasi berikutnya. Disamping itu pesantren juga sebagai lembaga yang berfungsi sebagai tempat berinteraksi dan bersosial. Tujuan pendidikan tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran murid dengan penjelasan-penjelasan, tetapi untuk meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial Jakarta, P3M, 1986, h. 96. mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral, dan menyiapkan para murid untuk hidup sederhana dan bersih hati. Diantara cita-cita pendidikan pesantren adalah latihan untuk dapat berdiri sendiri dan membina diri agar tidak menggantungkan sesuatu kepada orang lain kecuali kepada Tuhan. 12 Menurut tradisi pesantren, pengetahuan seseorang diukur oleh jumlah buku-buku yang telah pernah dipelajarinya dan kepada ulama mana yang telah berguru. Dalam tradisi pesantren dikenal pula system pemberian ijazah tetapi bentuknya tidak seperti yang kita kenal dalam sistem modern, melainkan berbentuk pencantuman nama dalam suatu daftar rantai transmisi pengetahuan yang dikeluarkan oleh gurunya terhadap muridnya. Sistem individual dalam sistem pendidikan Islam tradisional disebut sistem Sorogan yang diberikan dalam pengajian kepada murid-murid yang telah menguasai pembacaan Al-Qur’an. Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren adalah sistem Bandongan atau seringkali juga disebut sistem weton. 13 Sistem sorogan merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan sistem pendidikan Islam tradisional sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari murid. Lima elemen dasar dari tradisi pesantren adalah pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik, dan kyai. 14 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai Jakarta: LP3ES, 1982, h. 16-21. Sorogan merupakan sistem pengajian yang dilakukan oleh santri secara perorangan. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri,dalam sistem ini santri lebih berperan aktif. Sedangkan istilah Bandongan merupakan sistem pengajian yang dilakukan oleh santri secara bersama-sama. Biasanya di maksudkan untuk snatri tingkat menengah, tinggi, sistem ini yang berperan aktif adalah kyai. Ibid, h. 44-60. 1. Pondok Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang atau lebih guru yang lebih dikenal dengan sebutan kyai. Asrama untuk para siswa tersebut berada dalam lingkungan komplek pesantren dimana kyai bertempat tinggal yang juga menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya. Komplek pesantren ini biasanya dikelilingi dengan tembok untuk dapat mengawasi keluar dan masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku. 2. Masjid Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sholat lima waktu, khutbah dan sholat Jum’at, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional. Seorang kyai yang ingin mengembangkan sebuah pesantren, biasanya pertama-tama akan mendirikan masjid di dekat rumahya. Langkah ini biasanya di ambil atas perintah gurunya yang telah menilai bahwa ia akan sanggup memimpin sebuah pesantren. 3. Santri Santri adalah orang yang menimba ilmu pengetahuan agama dalam lingkungan pondok pesantren baik yang menetap maupun yang pulang pergi. Menurut pengertian yang dipakai dalam lingkungan orang-orang pesantren, seorang alim hanya bisa disebut kyai bilamana memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren tersebut untuk mempelajari kitab-kitab Islam klasik. Oleh karena itu, santri merupakan elemen penting dalam suatu lembaga pesantren. 4. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik Pada masa lalu pengajaran kitab-kitab Islam klasik terutama karangan- karangan ulama yang menganut faham Syafi’iyah merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Tujuan utama dalam pengajaran ini adalah untuk mendidik calaon-calon ulama. Sekarang, meskipun kebanyakan pesantren telah memasukkan pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian penting dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasik tetap diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren mendidik calon-calon ulama, yang setia pada faham Islam tradisional. Keseluruhan kitab-kitab klasik yang di ajarkan di pesantren dapat di golongkan ke dalam 8 kelompok: 1. nahwu dan shorof; 2. Fiqh; 3. Ushl fiqh; 4. Hadits; 5. Tafsir; 6. Tauhid; 7. Tasawuf dan etika; 8. Cabang- cabang lain seperti tarikh dan balaghah. 5. Kyai Kyai merupakan yang paling esensial dari suatu pesantren. Ia seringkali bahkan merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-mata bergantung pada kemampuan pribadi kyainya. Menurut asal-usulnya, perkataan kyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda: a. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang di anggap keramat. b. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya. c. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya. Para kyai dengan kelebihan pengetahuannya dalam Islam, seringkali dilihat sebagai orang yang senantiasa dapat memahami keagungan Tuhan dan rahasia alam, sehingga dengan demikian mereka di anggap memiliki kedudukan yang tak terjangkau, terutama oleh kebanyakan orang awam. Dalam beberapa hal, mereka menunjukkan kekhususan mereka dalam bentuk-bentuk pakaian yang merupakan sebagai simbol kealiman seperti kopiah dan surban. Sesuai visi dan misi kota Depok, yaitu menjadikan kota Depok sebagai kota pendidikan, meningkatkan kualitas pendidikan dengan memperbanyak fasilitas-fasilitas pendidikan adalah bagian dari program kerja kota Depok itu sendiri. Upaya pendidikan dilakukan secara terpadu dan bersama-sama dengan merata memperoleh kesempatan pendidikan,guna meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan formal maupun non formal. - Pendidikan formal antara lain: 1. Taman Kanak-Kanak TK 2. Sekolah Dasar SD Madrasah Ibtidaiyah MI 3. Sekolah Menengah Pertama SMP Madrasah Tsanawiyah MTs 4. Sekolah Menengah Atas SMA Madrasah Aliyah MA 5. Kegiatan paket kelompok belajar kejar A dan B - Pendidikan non formal antara lain: 1. Pondok pesantren. 2. Kursus-kursus, seperti kursus komputer, kursus bahasa dan kursus yang lainnya.

BAB III PONDOK PESANTREN AL-AWWABIN

Istilah pondok pesantren memiliki sebutan yang beragam. Di Minangkabau disebut surau, penyantren di Madura, rangkang di Aceh dan pondok di Jawa Barat. 15 Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup. Penyelenggaraan pendidikan pesantren berbentuk asrama merupakan komunitas tersendiri dibawah pimpinan kyai atau ulama. Kyai ini dibantu oleh beberapa ulama lain atau para ustadz yang hidup di tengah-tengah para santri dengan masjid sebagai pusat kegiatan peribadatan keagamaan. Untuk menunjang kegiatan pesantren, biasanya juga terdapat gedung-gedung sekolah atau ruang belajar sebagai pusat kegiatan belajar mengajar dan terdapat pula pondok-pondok sebagai tempat tinggal para santri. Biasanya selama 24 jam mereka hidup bersama-sama secara kolektif antara kyai, ustadz, santri sebagai suatu keluarga besar. 16 Dewasa ini, pesantren terbagi kedalam dua jenis, yaitu pesantren salaf masih menggunakan sistem pendidikan sederhana atau tradisional dan pesantren modern sudah mengadopsi sistem pendidikan modern atau umum. Keberhasilan pesantren telah diakui sebagai sebuah lembaga pendidikan yang telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Terutama di zaman kolonial, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sangat berjasa bagi umat Islam. Tidak 15 Mulyanti Sumardi, Sejarah Singkat Pendidikan Islam di Indonesia 1945-1979 Jakarta: Dharma Bakti, 1978, h.38. Karel A.Steenbrink, Pesantren, Madrasah dan Sekolah Pendidikan Islam dalam Kurun Modern Jakarta: LP3ES, 1986, h.21.