1
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan
Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu aspek kekuatan bangsa, yaitu sumber daya manusia SDM yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan pada
hakikatnya berlangsung seumur hidup, dari sejak dalam kandungan, kemudian melalui seluruh proses dan siklus kehidupan manusia. Oleh karenanya secara
hakiki pembangunan pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya membangun manusia. Upaya-upaya pembangunan pendidikan pada
dasarnya diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan manusia itu sendiri. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, pembangunan pendidikan
merupakan wahana untuk mencerdaskan dan mensejahterakan kehidupan warga negara.
Dengan pendidikan kita bisa mengungkap gagasan dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan tidak terlepas
dari teknologi, misalnya teknologi pertanian, teknologi pertambangan, teknologi komputer atau teknologi canggih, kata teknologi tidak terlepas dari ilmu
pengetahuan karena memang pada hakekatnya tekologi adalah penerapan ilmu atau pengetahuan yang terorganisir dalam tugas-tugas praktis. Teknologi tidak
terlepaskan dengan masalah, untuk memecahkan masalah itu maka diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan pemecahan masalah, untuk
mengungkap gagasan atau memecahkan berbagai masalah dalam kehidupannya, dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika.
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemamuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam
menyelesaikan masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja. Serta memberikan dukungan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab
itu, matematika sebagai ilmu dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa SD,SMP, SMA, dan perguruan tinggi.
Pembelajaran matematika di SD, SMP, SMA, selalu menjadi permasalahan. Hal ini dilihat dari pencapaian prestasi belajar siswa Indonesia di
2
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan
Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
bidang matematika menurun. Siswa Indonesia masih dominan dalam level rendah, atau lebih pada kemampuan menghafal dalam pembelajaran matematika. Hasil
Trends in Mathematics and Science Study TIMSS yang diikuti beberapa siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011. Penilaian yang dilakukan International
Association for the Evaluation of Educational Achievement Study Center Boston College tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63 negara. Untuk bidang Matematika,
Indonesia di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007.
Pada TIMSS matematika kelas VIII tersebut, peringkat pertama diraih siswa Korea 613, selanjutnya diikuti Singapura. Nilai rata-rata yang dipatok 500
poin. Wono Setiabudi dalam Kompas 2012 mengatakan bahwa pembelajaran matematika di Indonesia memang masih menekankan menghapal rumus-rumus
dan menghitung. Bahkan dengan keyakinannya pada rumus-rumus atau pengetahuan matematika yang sudah ada. Padahal, belajar matematika itu harus
mengembangkan logika, reasoning, dan berargumentasi. Untuk mengejar ketinggalan tersebut perlu ditingkatkan motivasi, kemampuan, dan kreativitas
serta berperan aktif dalam proses pembelajaran matematika. Oleh karena itu, maka harus dikembangkan pembelajaran matematika yang tidak hanya
mentransfer pengetahuan kepada siswa, tetapi juga mendorong siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dan mampu menyelesaikan masalah-masalah
yang dihadapinya. Conrad Wolfram dalam Kompas, 2012 mengemukakan pembelajaran
matematika tidak semata untuk membuat siwa mampu menghitung, tetapi dalam matematika bagaimana membuat siswa mampu memecahakan masalah. Fasli Jalal
dalam Kompas, 2012 mengatakan bahwa guru-guru indonesia umumnya lebih mengedepankan keterampilan belajar tingkat rendah seperti menghapal, termasuk
juga guru masih belum bisa membuka diri terhadap alternatif jawaban. Indonesia menghadapi tantangan dalam sistem pendidikan yang masih belum menyiapkan
siswa yang mampu berpikir tinggi yang relevan dengan kehidupannya Fasli Jalal, 2012. Untuk menghadapi tantangan itu, maka diperlukan teknik dan strategi yang
sesuai, untuk mengubah dari situasi guru mengajar kepada situasi siswa belajar.
3
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan
Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Pembelajaran matematika di sekolah dasar tidak hanya diarahkan pada peningkatan kemampuan siswa dalam berhitung, tetapi juga diarahkan pada
peningkatan kemampuan penalaran logis, berfikir kritis, sistimatis, cermat, dan kreatif dalam mengkomunikasikan gagasan atau dalam memecahkan masalah. Hal
ini, didorong oleh perkembangan arah pembelajaran matematika yang digagas oleh National Council of Teacher of Mathematics NCTM di Amerika pada
tahun 1989 yang mengembangkan Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics, di mana pemecahan masalah dan penalaran menjadi tujuan
utama dalam program pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, pemerintah dalam
hal ini Depdikbud, merencanakan penerapan Kurikulum 2013 dengan tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan berbangsa, bernegara dan
berperadaban dunia. Dalam Kurikulum 2013, menekankan pada dimensi pedagogik modern
dengan menggunakan
pendekatan ilmiah
scientific appoach
dalam pembelajarannya meliputi pengamatan, bertanya, percobaan, mengolah dan
menyajikan data atau informasi, menganalisis, menalar, menyimpulkan, dan menciptakan untuk mata pelajaran, materi atau situasi tertentu.
Istilah bernalar yang dianut dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik
tekannya, tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Bernalar adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas
fakta. Cara bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berfikir kritis, logis, sistematis, bersifat objektif, jujur, dan disiplin dalam
menyelesaikan suatu masalah. Kemampuan ini sangat berguna sebagai bekal hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Berdasarkan tujuan tersebut di atas, dapat disimpulakan bahwa belajar matematika tidak hanya merencanakan, penerapan kurikulum sesuai dengan
harapan. Tetapi harus bisa membangkitkan minat dan rasa ingin tahu serta
4
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan
Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
memotivasi siswa untuk lebih giat belajar, lebih mempunyai keinginan untuk mengembangkan pengetahuan dalam memahami pelajaran. Hal ini, merupakan
suatu konsep atau aturan yang harus dikembangkan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Namun tentu kesemuanya itu harus disesuaikan dengan
perkembangan kemampuan siswa, sehingga pada akhirnya akan sangat membantu kelancaran proses pembelajaran matematika di sekolah.
Berbagai kompetensi yang diharapkan, muncul sebagai dampak dari pembelajaran matematika tentang kemampuan penalaran dan komunikasi
matematika mathematical reasoning and communication kedua kemampuan ini sangat penting dalam mencapai hasil belajar matematika siswa secara optimal.
Shurter dan Pierce Sumarmo, 1987 penalaran didefinisikan sebagai proses pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan.
Kemampuan penalaran merupakan bagian terpenting dalam matematik, kemampuan ini meliputi kemampuan untuk berfikir informal, konjektur, membuat
generelisasi serta menggunakan beragam cara untuk pembuktian. Selain kemampuan penalaran, kemampuan komunikasi matematika dalam
pembelajaran matematika juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi, yaitu mengembangkan kemampuan komunikasi melalui pembicaraan
lisan, catatan, grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan Depdiknas: 2003. Dengan
komunikasi matematika,
siswa dapat
mengorganisaikan dan
mengkonsolidasi berpikir matematis baik secara lisan maupun tulisan, di samping renegoisasi respon antar siswa yang terjadi dalam proses pembelajaran. Hal ini,
dapat membawa siswa kepada pemahaman yang mendalam tentang konsep matematika.
Kemampuan komunikasi sangat penting diperhatikan, karena tanpa komunikasi kita tidak dapat mengemukakan ide atau gagasan kita kepada orang
lain, baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi dapat terjadi ketika siswa mengemukakan gagasannya, menjelaskan model yang ditemukannya, ataupun
pada saat siswa membuat konjektur agar siswa lain dapat mengetahuinya. Collins Saragi, 2007 mengemukakan bahwa salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran matematika, adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
5
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan
Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
siswa untuk mengembangkan dan mengintegrasikan keterampilan komunikasi melalui lisan maupun tulisan, modeling, speaking, writing, talking, drawing, serta
mempresentasikan apa yang telah dipelajarinya. Begitu sangat pentingnya kemampuan penalaran dan komunikasi
matematika, perlu diupayakan suatu pembelajaran matematika yang mampu meningkatkan kedua kemampuan tersebut di atas, salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan teknik problem posing. Teknik adalah jalan , alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegitan peserta didik kearah
tujuan yang ingin dicapai Gerlach dan Ely Hanzah B Uno, 2009:2. Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik Al Khazin, 2010. Berkaitan dengan problem posing, teknik dalam pembelajaran matematika adalah jalan, alat,
atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai, untuk merumuskan atau mengajukan masalah
atau pertanyaan berdasarkan situasi yang diberikan guru. Dalam kegiatan problem posing, siswa dibimbing untuk merumuskan atau
mengajukan masalah atau pertanyaan berdasarkan situasi yang diberikan guru. Situasi dapat berupa gambar, atau informasi lain yang berkaitan dengan materi
pelajaran. Dalam merumuskan suatu masalah, siswa harus berpikir dan bernalar, menciptakan dan mengkomunikasikan ide-ide matematis, bekerja sama, dan
berargumen dalam merumuskan dan menyelasaikan soal dengan temannya, menggunakan informasi yang tersedia untuk menyelesaikan masalah serta
memikirkan cara yang paling tepat dan masuk akal untuk menyelesaikan masalah yang telah dirumuskan.
Problem posing salah satu inti kegiatan matematika, hal ini sejalan dengan English 1998 yang menjelaskan bahwa problem posing adalah penting dalam
kurikulum matematika karena di dalamnya terdapat inti dari aktivitas matematika termasuk aktivitas dimana siswa membangun masalahnya sendiri. NCTM
merekomendasikan agar dalam pembelajaran matematika, para siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan soal sendiri Silver Cai, 1996. Rekomendasi
tersebut menunjukkan bahwa problem posing merupakan, suatu aktivitas dalam
6
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan
Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
pembelajaran matematika yang dapat mengembangkan kemampuan matematika siswa, karena, dalam problem posing, siswa baik secara individu maupun
kelompok, akan mendapat pengalaman langsung untuk mengajukan masalahnya sendiri.
Selain itu, problem posing memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengkonstuksi pikirnya dalam membentuk soal atau membuat
pertanyaan. Hudoyo 1988: 5 kegiatan ini, memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan yang lebih bermakna sesuai dengan skemata yang dimiliki
siswa. Silver dan Cai 1996 mengemukakan problem posing pada umumnya digunakan pada tiga bentuk kegiatan kognitif matematis, yaitu perumusan soal
atau pembentukan soal dari situasi yang tersedia baik dilakukan sebelum, selama, dan setelah pemecahan masalah. Menurut Brown dan Walter 1993: 15 informasi
atau situasi problem posing dapat berupa gambar, benda manipulatif, permainan, teorema atau konsep, alat peraga, soal, dan solusi dari suatu soal.
Pembelajaran matematika melalui teknik problem posing diharapakan dapat menjadi pembelajaran yang efektif, karena kegiatan tersebut sesuai dengan
pola pikir matematis dalam arti: 1 pengembangan matematika sering terjadi dari kegiatan problem posing, dan 2 problem posing merupakan salah satu tahap
berpikir matematis Suryanto, 1998. Dalam pembelajaran menggunakan teknik ini sehingga diharapkan siswa menguasai ilmu yang diharapkan.
B. Rumusan Masalah