Teori Menulis UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS XII TPTL2 SMK NEGERI 2 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010 2011

commit to user 26 Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi hasil kerja sama agar selanjutnya dapat bekerjasama dengan lebih efektif

4. Teori Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak berlangsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidaklah akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur. Menulis juga merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu atau intregatif, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut karangan. Sekurang-kurangnya ada tiga kelompok kemampuan yang tergabung dalam perbuatan menulis, yaitu : a. Penguasaan bahasa tertulis yang akan berfungsi sebagai media karangan, meliputi: kosakata, struktur, ejaan,. Pragmatik, dan sebagainya. b. Penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan dikarang c. Penguasaan tentang jenis-jenis karangan dan teknik menulis yaitu tentang bagaimana merangkai isi karangan dengan menggunakan bahasa tertulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti makalah, cerpen, puisi, dan sebagainya. commit to user 27 Seseorang tidak mungkin terampil menulis kalau hanya menguasai satu atau dua saja di antara ketiga komponen diatas. Betapa banyak orang yang menguasai bahasa Indonesia secara tertulis tetapi tidak dapat menghasilkan karangan karena tidak tahu apa yang akan dikarang dan bagaimana menulisnya. Betapa banyak pula orang yang yang mengetahui banyak hal untuk dikarang dan tahu pula bagaimana bahasa tertulis, tetapi tidak dapat menulis karena tidak tahu caranya. Dalam kehidupan modern keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Kiranya tidaklah berlebihan bila dikataan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Menulis dipergunakan oleh seorang terpelajar untuk mencatat merekam, meyakinkan, melaporkan memberitahukan, dan mempengaruhi, dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusyn pikiran dan mengutarakannya dengan jelas. Kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata dan struktur kalimat yang jelas. Untuk memberikan gambaran pembelajaran menulis dengan baik, berikut disajikan konsep pembelajaran menulis. Secara garis besar, konsep pembelajaran menulis sebagai berikut: a. Kemampuan menulis itu pada hakikatnya merupakan hasil dari sebuah proses. Dengan konsep dasar seperti ini maka kesempatan menulis akan diperoleh siswa dengan melalui proses, yang antara lain adalah pelatihan. Sungguh omong kosong belaka bila seorang mampu menulis tanpa commit to user 28 melalui proses pelatihan. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran menulis, kegiatan pelatihan perlu mendapat perhatian yang cukup memadai dari guru sebagai pengelola pembelajaran menulis. Semakin banyak porsi pelatihan maka semakin besar kemungkinan siswa untuk mampu menulis. b. Kemampuan menulis itu pada hakikatnya kemampuan untuk mengorganisasikan pikiran sehingga kejernihan dalam penalaran merupakan hal yang esensial. Keruntutan dalam pengaturan jalan pikiran perlu mendapatkan perhatian yang cukup. c. Kemampuan menulis secara hakiki merupakan kemampuan menggunakan diksi dan struktur bahasa. Kecermatan dalam pemilihan kata serta penggunaan struktur secara benar pada hakikatnya merupakan hal yang sangat penting peranannya dalam proses penulisa. d. Meskipun menulis merupakan keterampilan berbahasa yang produktif, dilihat dari proses pelaksanaannya menulis dapat merupakan respons dari sebuah stimulus, baik itu melalui penyimakan, pembicaraan, maupun pembacaan. Dengan demikian pelatihan keterampilan menulis dapat dilakukan melalui kegiatan awal aeperti menyimak, berbicara, maupun membaca Adidarmojo, 2001 Pembelajaran keterampilan menulis tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Sesuai dengan kedudukan dan fungsinya, pada dasarnya tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam berbagai peristiwa komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, serta commit to user 29 mempunyai sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Pembelajaran keterampilan menulis berkenaan dengan pembinaan kemampuan menggunakan bahasa secara tertulis. Sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia tersebut dapatlah dikemukakan tujuan pembelajaran keterampilan menulis adalah agar siswa mampu : a. Mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan nonsastra; dan b. Mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan sastra Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran bahasa. Jadi, pembelajaran menulis tidak merupakan kegiatan sampingan. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran keterampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk tertulis. Keterampilan menulis hasil keterampilan mendengar, berbicara, dan membaca. Komunikasi pada abad ke-21 ini lebih banyak berlangsung secara tertulis, khususnya bagi masyarakat maju. Dalam pembelajaran menulis perlu diperhatikan beberapa prinsip berikut ini. a. Menulis tidak dapat dipisahkan dari membaca. Pada jenjang pendidikan dasar, pembelajaran menulis dan membaca terjadi secara serentak. b. Pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan disiplin berbahasa. commit to user 30 c. Pembelajaran menulis adalah pembelajaran tata tulis atau ejaan dan tanda baca. d. Pembelajaran menulis berlangsung secara berjenjang. Bermula dari menyalin sampai dengan menulis ilmiah. Kondisi atau keadaan awal pembelajaran kompoetensi menulis siswa mengalami kesulitan itulah sebabnya penulis melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menulis. Berdasarkan identifikasi masalah ditemukan bahwa kesulitan siswa dalam dalam menulis dapat diklarifikasikan menjadi enam kelompok, yaitu: kesulitan menentukan topik pidato yang akan ditulis, kesulitan memilih kata, kesulitan dalam menerapkan ejaan, kesulitan menyusun kalimat efektif, kesulitan menghubungkan kalimat-kalimat menjadi paragraf yang baik, dan kesulitan dalam menulis wacana yang koheren. Dari tahun ke tahun, persoalan tersebut selalu dihadapi guru dan siswa dan belum mendapatkan terapi yang baik. Salah satu solusi untuk mengurangi kesulitan tersebut supaya kompetensi menulis meningkat digunakan pembelajaran menulis dengan metode kontektual yang meimplementasikan elemen- elemen bertanya, inkuiri, diskusi, pemodelan, konstruktiristik penilaian dan refleksi pada tahap kegiatan pramenulis, menulis dan revisi menyunting Keterampilan menulis merupakan pengungkapan gagasan atau perasaan secara tertulis dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Agar yang diungkapkan secara tertulis dapat dipahami oleh pembaca atau commit to user 31 komunikatif, maka penggunaan diksi pilihan kata, struktur kalimat, kepaduan kalimat, serta ejaan dan tanda baca memiliki peranan yang cukup besar dalam kaitannya dengan menulis. Adapun materi pokok dari kompetensi dasar menulis indikatornya adalah mampu menulis dengan sistematika dan bahasa yang efektif. Johnson dan Medinus 2004: 87 mengemukakan bahwa banyaknya stimulus informasi tentang menulis yang diberikan pada anak sebelum masuk sekolah lebih berpengaruh daripada pengaruh perkembangan aspek atau fungsi ontogenik. Salah satu stimulus informasi tentang membaca adalah kesadaran fonologis pada anak-anak sekolah menengah. Menurut Bryant, dkk. 2003: 69 kesadaran fonologis pada anak sekolah menengah merupakan salah satu perolehan peningkatan keterampilan menulis yang dapat menjadi prasyarat atau fasilitator bagi keterampilan menulis selanjutnya. Jika dihubungkan dengan konsep dasar menulis, pernyataan dan temuan tersebut sangat relevan. Hirsh dalam Alsa 2004: 16 misalnya, mengemukakan bahwa menulis merupakan proses asosiatif antara huruf dengan bunyi-bunyi yang mewakili huruf atau kata-kata tersebut yang terutama akan tampak bila diamati pada individu yang sedang belajar menulis dengan berusaha menciptakan auditory-image terhadap simbol-simbol tersebut. Menulis adalah mengeja atau melafalkan sesuatu yang tertulis dan mengucapkannya. Menulis merupakan perkembangan keterampilan yang bermula dari kata dan berlanjut kepada menulis kritis. Membaca juga merupakan suatu proses psikologis dan sensoris Harjasujana dan Mulyati, commit to user 32 2006, 2007: 5-25. Proses-proses yang menjadi dasar konsep menulis tersebut menurut Hirsh dalam Alsa 2004: 16 akan tampak jelas diamati pada individu yang sedang belajar membaca dengan berusaha menciptakan auditory-image terhadap simbol-simbol tersebut. Menulis di sekolah merupakan salah satu aspek yang sangat penting sebab hasilnya akan menjadi landasan untuk memahami ilmu-ilmu yang amat luas, lebih khusus lagi untuk pengajaran bahasa Indonesia Dardjowidjojo, 2005: 19. Oleh karena itu, penyiapan peningkatan kesadaran fonologis pada anak usia sekolah menengah menjadi sesuatu yang amat bermanfaat bagi mereka pada saat membaca permulaan. Seperti dijelaskan Dardjowidjojo 2005: 19 bahwa keterampilan menulis permulaan merupakan salah satu kunci keberhasilan karena dengan cara seperti itu para siswa akan lebih mampu menggali informasi dari berbagai sumber tulisan. Menulis adalah dasar bagi kegiatan menulis lanjutan. Selain itu, menulis merupakan bagian pengajaran yang penting untuk ditekankan di kelas-kelas rendah 1 dan 2. Tujuan membaca permulaan adalah 1 mengenalkan pada siswa huruf-huruf dalam abjad, sebagai tanda suara atau bunyi; 2 melatih keterampilan siswa untuk mengubah huruf-huruf dalam kata menjadi suara; dan 3 mengetahui huruf-huruf dalam abjad dan melatih keterampilan siswa untuk menyuarakan dan dalam waktu singkat dapat mempraktikkannya dalam menulis lanjut. Ehri Torgessen dan Wagner, 2004:183 menunjukkan empat kemungkinan hubungan antara kesadaran fonologis dengan kemampuan commit to user 33 menulis dalam hal ini kesadaran sintaksis termasuk ke dalam kemampuan sintaksis, yakni: 1 kemampuan membaca, 2 kemampuan fonologis spesifik dapat menjadi fasilitator dalam mempercepat pemerolehan keterampilan membaca anak, 3 kemampun fonologis spesifik kemungkinan berkorelasi dengan keterampilan membaca. Teori-teori permulaan menunjukkan bahwa kemampuan anak-anak menunjukkan bunyi-bunyi yang diucapkan diperlukan mereka untuk mempelajari pemetaanpengenalan bunyi-bunyi huruf ke dalam bunyi-bunyi ujaran. Karena bunyi-bunyi dari suatu kata yang diucapkan digabung ke dalam unit akustik bunyi, bunyi-bunyi secara tersendiri dalam suatu kata tidak dengan mudahcepat kelas kelihatan. Anak-anak yang tidak mampu menunjukkan bunyi-bunyi dari suatu kata dan yang tidak mampu memisahkan suatu kata yang diucapkan ke dalam komponen bunyi cenderung memiliki tingkat kesulitan dalam belajar menulis. Chomsky 2005: 78 memandang bahwa pemerolehan dan perkembangan bahasa anak-anak terjadi melalui interaksi-interaksi anak dengan lingkungannya, khususnya lingkungan bahasa, yang dikenal dengan S-R. Strateginya dikenal dengan tiruan dan uji-coba. Namun, kebenaran pandangan Behavioris ini tidak seratus persen benar. Karena pembuktian berikutnya menunjukkan bahwa terdapat kelemahan mendasar, yakni anak- anak usia 3,0-5,0 sudah mampu memproduksi kalimat yang belum pernah didengarnya di lingkungannya. Di samping itu, jauh sebelumnya dia sudah dapat memahami ujaran-ujaran orang dewasa. commit to user 34

5. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PELAJARAN IPS KELAS IV SDN 1 KERTOSARI TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 5 35

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 15 50

Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Motivasi Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Pada Siswa Kelas XI IPS3 SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011

0 3 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VIID SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 2 69

PENGARUH PENDEKATAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF Pengaruh Pendekatan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI-IPA SMA Negeri 1 Karangpandan Tahun Pelajaran 2010/2011.

0 1 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA.

0 2 43

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sains-Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri 30 Semarang tahun pelajaran 2010 / 2011.

0 0 1

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN KUE INDONESIA DI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA.

1 9 268

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PELAJARAN BODI OTOMOTIF PADA SISWA KELAS XI-A SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 0 125