commit to user 26
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi hasil kerja sama agar selanjutnya dapat bekerjasama
dengan lebih efektif
4. Teori Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak berlangsung, tidak secara tatap muka
dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini penulis haruslah terampil
memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidaklah akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan
dan praktek yang banyak dan teratur. Menulis juga merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu
atau intregatif, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut karangan. Sekurang-kurangnya ada tiga kelompok kemampuan yang
tergabung dalam perbuatan menulis, yaitu : a. Penguasaan bahasa tertulis yang akan berfungsi sebagai media karangan,
meliputi: kosakata, struktur, ejaan,. Pragmatik, dan sebagainya. b. Penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan dikarang
c. Penguasaan tentang jenis-jenis karangan dan teknik menulis yaitu tentang bagaimana merangkai isi karangan dengan menggunakan bahasa tertulis
sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti makalah, cerpen, puisi, dan sebagainya.
commit to user 27
Seseorang tidak mungkin terampil menulis kalau hanya menguasai satu atau dua saja di antara ketiga komponen diatas. Betapa banyak orang
yang menguasai bahasa Indonesia secara tertulis tetapi tidak dapat menghasilkan karangan karena tidak tahu apa yang akan dikarang dan
bagaimana menulisnya. Betapa banyak pula orang yang yang mengetahui banyak hal untuk dikarang dan tahu pula bagaimana bahasa tertulis, tetapi
tidak dapat menulis karena tidak tahu caranya. Dalam kehidupan modern keterampilan menulis sangat dibutuhkan.
Kiranya tidaklah berlebihan bila dikataan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar.
Menulis dipergunakan oleh seorang terpelajar untuk mencatat merekam, meyakinkan, melaporkan memberitahukan, dan mempengaruhi, dan maksud
serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusyn pikiran dan mengutarakannya dengan jelas. Kejelasan
ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata dan struktur kalimat yang jelas.
Untuk memberikan gambaran pembelajaran menulis dengan baik, berikut disajikan konsep pembelajaran menulis. Secara garis besar, konsep
pembelajaran menulis sebagai berikut: a. Kemampuan menulis itu pada hakikatnya merupakan hasil dari sebuah
proses. Dengan konsep dasar seperti ini maka kesempatan menulis akan diperoleh siswa dengan melalui proses, yang antara lain adalah pelatihan.
Sungguh omong kosong belaka bila seorang mampu menulis tanpa
commit to user 28
melalui proses pelatihan. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran menulis, kegiatan pelatihan perlu mendapat perhatian yang cukup memadai dari
guru sebagai pengelola pembelajaran menulis. Semakin banyak porsi pelatihan maka semakin besar kemungkinan siswa untuk mampu menulis.
b. Kemampuan menulis
itu pada
hakikatnya kemampuan
untuk mengorganisasikan pikiran sehingga kejernihan dalam penalaran
merupakan hal yang esensial. Keruntutan dalam pengaturan jalan pikiran perlu mendapatkan perhatian yang cukup.
c. Kemampuan menulis secara hakiki merupakan kemampuan menggunakan diksi dan struktur bahasa. Kecermatan dalam pemilihan kata serta
penggunaan struktur secara benar pada hakikatnya merupakan hal yang sangat penting peranannya dalam proses penulisa.
d. Meskipun menulis merupakan keterampilan berbahasa yang produktif, dilihat dari proses pelaksanaannya menulis dapat merupakan respons dari
sebuah stimulus, baik itu melalui penyimakan, pembicaraan, maupun pembacaan. Dengan demikian pelatihan keterampilan menulis dapat
dilakukan melalui kegiatan awal aeperti menyimak, berbicara, maupun membaca Adidarmojo, 2001
Pembelajaran keterampilan menulis tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Sesuai dengan kedudukan dan fungsinya,
pada dasarnya tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam
berbagai peristiwa komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, serta
commit to user 29
mempunyai sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Pembelajaran keterampilan
menulis berkenaan
dengan pembinaan
kemampuan menggunakan bahasa secara tertulis.
Sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia tersebut dapatlah dikemukakan tujuan pembelajaran keterampilan menulis adalah agar
siswa mampu : a. Mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan
dalam berbagai ragam tulisan nonsastra; dan b. Mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan
dalam berbagai ragam tulisan sastra Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat dipisahkan
dari pembelajaran bahasa. Jadi, pembelajaran menulis tidak merupakan kegiatan sampingan. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran
keterampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk tertulis. Keterampilan menulis hasil keterampilan mendengar, berbicara, dan
membaca. Komunikasi pada abad ke-21 ini lebih banyak berlangsung secara tertulis, khususnya bagi masyarakat maju. Dalam pembelajaran menulis perlu
diperhatikan beberapa prinsip berikut ini. a. Menulis tidak dapat dipisahkan dari membaca. Pada jenjang pendidikan
dasar, pembelajaran menulis dan membaca terjadi secara serentak. b. Pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan disiplin
berbahasa.
commit to user 30
c. Pembelajaran menulis adalah pembelajaran tata tulis atau ejaan dan tanda baca.
d. Pembelajaran menulis berlangsung secara berjenjang. Bermula dari menyalin sampai dengan menulis ilmiah.
Kondisi atau keadaan awal pembelajaran kompoetensi menulis siswa mengalami kesulitan itulah sebabnya penulis melaksanakan penelitian
tindakan kelas untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menulis. Berdasarkan identifikasi masalah ditemukan bahwa kesulitan siswa dalam
dalam menulis dapat diklarifikasikan menjadi enam kelompok, yaitu: kesulitan menentukan topik pidato yang akan ditulis, kesulitan memilih kata,
kesulitan dalam menerapkan ejaan, kesulitan menyusun kalimat efektif, kesulitan menghubungkan kalimat-kalimat menjadi paragraf yang baik, dan
kesulitan dalam menulis wacana yang koheren. Dari tahun ke tahun, persoalan tersebut selalu dihadapi guru dan siswa dan belum mendapatkan
terapi yang baik. Salah satu solusi untuk mengurangi kesulitan tersebut supaya
kompetensi menulis meningkat digunakan pembelajaran menulis dengan metode kontektual yang meimplementasikan elemen- elemen bertanya,
inkuiri, diskusi, pemodelan, konstruktiristik penilaian dan refleksi pada tahap kegiatan pramenulis, menulis dan revisi menyunting
Keterampilan menulis merupakan pengungkapan gagasan atau perasaan secara tertulis dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Agar
yang diungkapkan secara tertulis dapat dipahami oleh pembaca atau
commit to user 31
komunikatif, maka penggunaan diksi pilihan kata, struktur kalimat, kepaduan kalimat, serta ejaan dan tanda baca memiliki peranan yang cukup
besar dalam kaitannya dengan menulis. Adapun materi pokok dari kompetensi dasar menulis indikatornya adalah mampu menulis dengan
sistematika dan bahasa yang efektif. Johnson dan Medinus 2004: 87 mengemukakan bahwa banyaknya
stimulus informasi tentang menulis yang diberikan pada anak sebelum masuk sekolah lebih berpengaruh daripada pengaruh perkembangan aspek atau
fungsi ontogenik. Salah satu stimulus informasi tentang membaca adalah kesadaran fonologis pada anak-anak sekolah menengah. Menurut Bryant,
dkk. 2003: 69 kesadaran fonologis pada anak sekolah menengah merupakan salah satu perolehan peningkatan keterampilan menulis yang dapat menjadi
prasyarat atau fasilitator bagi keterampilan menulis selanjutnya. Jika dihubungkan dengan konsep dasar menulis, pernyataan dan
temuan tersebut sangat relevan. Hirsh dalam Alsa 2004: 16 misalnya, mengemukakan bahwa menulis merupakan proses asosiatif antara huruf
dengan bunyi-bunyi yang mewakili huruf atau kata-kata tersebut yang terutama akan tampak bila diamati pada individu yang sedang belajar menulis
dengan berusaha menciptakan auditory-image terhadap simbol-simbol tersebut. Menulis adalah mengeja atau melafalkan sesuatu yang tertulis dan
mengucapkannya. Menulis merupakan perkembangan keterampilan yang bermula dari kata dan berlanjut kepada menulis kritis. Membaca juga
merupakan suatu proses psikologis dan sensoris Harjasujana dan Mulyati,
commit to user 32
2006, 2007: 5-25. Proses-proses yang menjadi dasar konsep menulis tersebut menurut Hirsh dalam Alsa 2004: 16 akan tampak jelas diamati pada
individu yang sedang belajar membaca dengan berusaha menciptakan auditory-image terhadap simbol-simbol tersebut.
Menulis di sekolah merupakan salah satu aspek yang sangat penting sebab hasilnya akan menjadi landasan untuk memahami ilmu-ilmu yang amat
luas, lebih khusus lagi untuk pengajaran bahasa Indonesia Dardjowidjojo, 2005: 19. Oleh karena itu, penyiapan peningkatan kesadaran fonologis pada
anak usia sekolah menengah menjadi sesuatu yang amat bermanfaat bagi mereka pada saat membaca permulaan. Seperti dijelaskan Dardjowidjojo
2005: 19 bahwa keterampilan menulis permulaan merupakan salah satu kunci keberhasilan karena dengan cara seperti itu para siswa akan lebih
mampu menggali informasi dari berbagai sumber tulisan. Menulis adalah dasar bagi kegiatan menulis lanjutan. Selain itu,
menulis merupakan bagian pengajaran yang penting untuk ditekankan di kelas-kelas rendah 1 dan 2. Tujuan membaca permulaan adalah 1
mengenalkan pada siswa huruf-huruf dalam abjad, sebagai tanda suara atau bunyi; 2 melatih keterampilan siswa untuk mengubah huruf-huruf dalam
kata menjadi suara; dan 3 mengetahui huruf-huruf dalam abjad dan melatih keterampilan siswa untuk menyuarakan dan dalam waktu singkat dapat
mempraktikkannya dalam menulis lanjut. Ehri Torgessen dan Wagner, 2004:183 menunjukkan empat
kemungkinan hubungan antara kesadaran fonologis dengan kemampuan
commit to user 33
menulis dalam hal ini kesadaran sintaksis termasuk ke dalam kemampuan sintaksis, yakni: 1 kemampuan membaca, 2 kemampuan fonologis
spesifik dapat menjadi fasilitator dalam mempercepat pemerolehan keterampilan membaca anak, 3 kemampun fonologis spesifik kemungkinan
berkorelasi dengan keterampilan membaca. Teori-teori permulaan menunjukkan bahwa kemampuan anak-anak
menunjukkan bunyi-bunyi yang diucapkan diperlukan mereka untuk mempelajari pemetaanpengenalan bunyi-bunyi huruf ke dalam bunyi-bunyi
ujaran. Karena bunyi-bunyi dari suatu kata yang diucapkan digabung ke dalam unit akustik bunyi, bunyi-bunyi secara tersendiri dalam suatu kata
tidak dengan mudahcepat kelas kelihatan. Anak-anak yang tidak mampu menunjukkan bunyi-bunyi dari suatu kata dan yang tidak mampu
memisahkan suatu kata yang diucapkan ke dalam komponen bunyi cenderung memiliki tingkat kesulitan dalam belajar menulis.
Chomsky 2005: 78 memandang bahwa pemerolehan dan perkembangan bahasa anak-anak terjadi melalui interaksi-interaksi anak
dengan lingkungannya, khususnya lingkungan bahasa, yang dikenal dengan S-R. Strateginya dikenal dengan tiruan dan uji-coba. Namun, kebenaran
pandangan Behavioris ini tidak seratus persen benar. Karena pembuktian berikutnya menunjukkan bahwa terdapat kelemahan mendasar, yakni anak-
anak usia 3,0-5,0 sudah mampu memproduksi kalimat yang belum pernah didengarnya di lingkungannya. Di samping itu, jauh sebelumnya dia sudah
dapat memahami ujaran-ujaran orang dewasa.
commit to user 34
5. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw