UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS XII TPTL2 SMK NEGERI 2 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010 2011

(1)

commit to user

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE

KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS XII TPTL2 SMK NEGERI 2 SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

TESIS

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister Program Studi

Magister Teknologi Pendidikan

Oleh : RUSWADI S 810809220

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

HALAMAN PENGESAHAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE

KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS XII TPTL 2 SMK NEGERI 2 SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Disusun oleh:

RUSWADI NIM: S 810809220

Disetujui oleh: Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd. ……… 23-2-2011

Pembimbing II Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. ……… 25-2-2011

Mengetahui

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan


(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN TESIS

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE

KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS XII TPTL 2 SMK NEGERI 2 SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Disusun oleh:

RUSWADI NIM: S 810809220

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Samsi Haryanto, M.Pd. ……… 17-3-2011

Sekretaris Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. ……… 17-3-2011

Anggota 1. Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd. ……… 17-3-2011

2. Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. ………. 17-3-2011

Mengetahui, Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta Direktur,

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, PhD. NIP. 195708201985031004

Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd NIP. 194307121973011001


(4)

commit to user

iv

MOTTO

Sesungguhnya setelah kesusahan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari satu urusan). Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu menggantungkan.


(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulisan tesis yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS XII TPTL2 SMK NEGERI 2 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011” dapat diselesaikan dengan lancar oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan tesis ini. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Moch Syamsulhadi, Sp Kj, selaku rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Bapak Prof. Drs. Suranto, M. Sc. Ph.D selaku direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Teknologi

Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sekaligus sebagai pembimbing I.

4. Ibu Dr. Nunuk Suryani, M. Pd, selaku sekretaris Program Studi Teknologi

Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd, selaku pembimbing II, yang dengan sabar


(6)

commit to user

vi

6. Seluruh staf pengajar Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ilmu selama ini.

7. Seluruh karyawan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah membantu dan memberikan pelayanan dengan baik selama ini.

8. Tim Penguji Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan pengarahan dan perbaikan tesis ini.

9. Bapak Drs. Subono, selaku Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen

yang telah memberikan kesempatan penulis dan ijin untuk mengadakan penelitian.

10.Rekan guru dan karyawan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen yang

telah membantu kelancaran dalam penelitian ini.

11.Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu demi

kelancaran penyusunan tesis ini.

Peneliti sadar bahwa laporan penelitian ini banyak memiliki kekurangan. Karena itu, peneliti berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat melakukan penelitian dengan lebih sempurna. Mudah-mudahan laporan penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Maret 2011 Penulis,


(7)

commit to user

vii

DAFTAR ISI

JUDUL ……….. PENGESAHAN PEMBIMBING .……… PENGESAHAN PENGUJI TESIS ...……… MOTTO ...……… PERSEMBAHAN ....……… PERNYATAAN ... KATA PENGANTAR ..……… DAFTAR ISI .. ………. DAFTAR TABEL ... ……… DAFTAR LAMPIRAN ... ABSTRAK ...………. ABSTRACT ...………...

i ii iii iv v vi vii ix xii xiii xiv xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...

B. Rumusan Masalah ...

C. Tujuan Penelitian ...

D. Manfaat Penelitian ...

1 9 9 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ... ………..

1.Belajar dan Pembelajaran Efektif ... ...……….

a. Teori Belajar ...……….

b.Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Belajar ...

11 11 11 13


(8)

commit to user

viii

c. Hasil Belajar ...

d. Teori Pembelajaran ...

e.Pembelajaran Efektif ...

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK ... 3.Pembelajaran Kooperatif ...

a. Definisi Pembelajaran Kooperatif ...

b. Unsur-Unsur dalam Pembelajaran Kooperatif ...

4. Teori Menulis .... ... 5. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw ...

B. Penelitian yang Relevan ...

C. Kerangka Berpikir ...

D. Hipotesis ...

14 16 20 21 22 22 23 24 32 34 37 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian ...……….

1. Lokasi Penelitian ...

2. Waktu Penelitian ...

B. Subjek Penelitian ...……….

C. Methode Penelitian……….

D. Prosedur Penelitian ...……….

E. Teknik Pengumpulan Data ...

1. Sumber Data ...

2. Teknik Pengumpulan Data ...

F. Indikator Keberhasilan ...

38 38 40 40 41 46 49 49 49 51


(9)

commit to user

ix

G. Teknik Analisa Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian ...

1. Kegiatan Pra Tindakan ...

2. Pelaksanaan Tindakan Kelas ...

a. Siklus Pertama ...

b. Siklus Kedua ...

c. Sklus Ketiga ...

3. Pembahasan Hasil Penelitian ...

54 54 60 60 74 86 92

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan ..………

B. Implikasi ...

C. Saran …...……….

98 100 100

DAFTAR PUSTAKA ...……… 104


(10)

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Peningkatan Nilai pada Siklus 1 ... 71

Tabel 4.2 Aspek Penilaian Tes Siklus 1 ... 71

Tabel 4.3 Peningkatan Nilai pada Siklus II ... 82

Tabel 4.4 Aspek Penilaian Tes Siklus II ... 82

Tabel 4.5 Peningkatan Nilai pada Siklus III ... 89

Tabel 4.6 Aspek Penilaian Tes Siklus III ... 90


(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Analisis Hasil Evaluasi Belajar (Pre-Tes) ……….. 106

Lampiran 2 : Analisis Hasil Evaluasi Belajar (Tes Siklus 1) ………... 107

Lampiran 3 : Analisis Hasil Evaluasi Belajar (Tes Siklus 2) ………... 108

Lampiran 4 : Analisis Hasil Evaluasi Belajar (Tes Siklus 3) ………... 109

Lampiran 5 : Silabus Pembelajaran ...………... 110

Lampiran 6 : RPP Siklus 1 ...………... 112

Lampiran 7 : RPP Siklus 2 ...………... 116

Lampiran 8 : RPP Siklus 3 ...………... 120

Lampiran 9 : Catatan Lapangan 1. Hasil Observasi Pratindakan ...123

Lampiran 10 : Catatan Lapangan 2. Hasil Observasi Siklus 1 Pertemuan 2 ... 124

Lampiran 11 : Catatan Lapangan 2. Hasil Observasi Siklus 2 Pertemuan 1 ... 127

Lampiran 12 : Catatan Lapangan 2. Hasil Observasi Siklus 3 Pertemuan 2 ... 130


(12)

commit to user

xii

ABSTRAK

Ruswadi, S 810809220. 2011. UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS

XII TPTL2 SMK NEGERI 2 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/201. Tesis :

Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan mutu proses pembelajaran menulis surat resmi siswa kelas XII TPTL2 SMK Negeri 2 Sragen dan (2) meningkatkan hasil kemampuan menulis surat resmi siswa setelah diberi pelajaran melalui strategi belajar kooperatif jigsaw.

Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode Classroom Action Research yang biasa disebut CAR atau lebih dikenal dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran secara bersiklus. Dalam setiap siklus memiliki empat langkah yaitu : (1) tahap perencanaan (planning), (2) tahap pelaksanaan tindakan (acting), (3) tahap observasi (observing), dan (4) tahap refleksi (reflecting). Sedangkan subjek penelitian adalah siswa kelas XII berjumlah 34 Siswa SMK Negeri 2 Sragen terdiri dari Siswa putra 34 dan 1 orang guru. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara : 1) pengamatan, 2) wawancara, 3) dokumen, dan 4) keterampilan menulis surat resmi digunakan tes menulis. Pengujian analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara trianggulasi sumber data trianggulasi metode pengumpulan data. Teknik analisis data kualitatif menggunakan deskriptif komparatif, teknik analisis data kuantitatif menggunakan teknik statistic deskriptif.

Hasil penelitian adalah : 1) Penggunaan strategi koooperatif learning jigsaw dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran menulis siswa kelas XII SMK Negeri 2 Sragen. 2) Penggunaan strategi kooperatif learning dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas XII SMK Negeri 2 Sragen. Penerapan strategi pembelajaran kooperatif learning – Jigsaw ternyata mampu meningkatkan


(13)

commit to user

xiii

kemampuan siswa dalam menulis/mengarang. Hal ini terindikasi adanya peningkatan jumah siswa yang mengalami ketuntasan belajar dari siklus I hingga siklus III. Disamping itu juga adanya peningkatan nilai rata – rata kemampuan menulis narasi dari siklus I hingga siklus III. Siklus I jumlah siswa yang tuntas mencapai 11 siswa (32.35%) dan nilai rata – ratanya adalah 65.64, Pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 24 siswa (75%). Dan nilai rata – rata mencapai 69.5 Sehingga dilanjutkan tindakan siklus III. Hasilnya cukup memuaskan, karena jumlah siswa tuntas mencapai 31 siswa (91.17%). Dan reratanya mencapai 73.2


(14)

commit to user

xiv

ABSTRACT

Ruswadi, S 810809220 2011. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS XII TPTL2 SMK NEGERI 2

SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/201. Thesis : The Graduate Program in

Education Technology, Graduate Program, Sebelas maret University, Surakarta 2011.

The aims of this research to improve : (1) the quality of formal letters writing learning process of the students in Grade XII of SMK Negeri 2 Sragen, and (2) the results of formal letters writing ability of the students following the writing learning with Jigsaw cooperative learning strategy.

This research is a classroom action research aimed at solving the problems in the learning through four cycles. Each cycle covered (1) planning, (2) action, (3) observation, and (4) reflection. The subjects of the research were 34 students and all of them are male in Grade XII SMK Negeri 2 Sragen and a class teacher. Its data were gathered through 1) observation, 2) in-depth interview, 3) content analysis (document analysis), and 4) test of formal letters writing skill. The data were validated through data source and data gathering method triangulations. The data were then analyzed by means of qualitative and quantitative technique of analysis. The former used the comparative descriptive technique, whereas the latter used the descriptive statistic one.

The results of the research are as follows: 1) The use of Jigsaw Cooperative Learning strategy can improve the writing interest of the students in Grade XII SMK Negeri 2 Sragen. 2) The use of Jigsaw Cooperative Learning strategy can improve the writing skill of the students in Grade XII SMK Negeri 2 Sragen. The application of Jigsaw cooperative learning strategy apparently is able to improve the students’ writing ability as indicated by the increased number of the students completing their writing subject matter from Cycle I through Cycle III. Besides, the average scores of their narration writing also increase from Cycle I through Cycle III. In Cycle I, the number of students completing their writing subject


(15)

commit to user

xv

is 11 (32.35%), and their average scores are 65.64. In cycle II, the number of students completing their writing subject matter is 24 (75 %), and their average scores are 69.5. In Cycle III, the number of students completing their writing subject matter is 31 (91.17 %), and their average scores are 73.2; this result is somewhat satisfactory compared to the first and second cycles.


(16)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang penting, yang dipelajari mulai dari jenjang pendidikan tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Hakikat diberikannya mata pelajaran bahasa Indonesia dijenjang pendidikan menengah adalah sebagai wahana komunikasi dan alat ekspresi budaya telah terbukti mampu mempersatukan dan memelihara eksistensi bangsa Indonesia. Setiap berbahasa yang positif harus melandasi kemahiran berbahasa. Pengembangan kemahiran berbahasa Indonesia di jalur pendidikan formal (sekolah) dilaksanakan melalui mata diklat Bahasa Indonesia. Dengan demikian, pada hakikatnya mata diklat Bahasa Indonesia adalah wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan kemahiran berbahasa Indonesia, menumbuhkan kesadaran berbahasa, yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan bernalar dan membangun karakter, kesetiaan, kebanggan, dan kecintaan terhadap bahasa dan bangsa Indonesia.

Mengingat pentingnya kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia bagi kehidupan bangsa dan negara Indonesia, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang penting pula. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dapat dilakukan beberapa jalur, antara lain jalur media massa, media cetak, maupun elektronik, jalur pendidikan, dan jalur kelembagaan.


(17)

commit to user

Di antara jalur-jalur tersebut jalur pendidikan merupakan jalur yang paling efektif dan efisien. Oleh karenanya, bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran pokok dan menjadi salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Akhir Nasional (UAN). Pembinaan san pengembangan Bahasa Indonesia di jalur pendidikan saat ini diatur dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.

Sejalan dengan fungsi mata pelajaran bahasa Indonesia, maka hakikat diberikannya mata pelajaran bahasa Indonesia dijenjang pendidikan menengah adalah sebagai wahana komunikasi dan alat ekspresi budaya telah terbukti mampu mempersatukan dan memelihara eksistensi bangsa Indonesia. Setiap berbahasa yang positif harus melandasi kemahiran berbahasa. Pengembangan kemahiran berbahasa Indonesia di jalur pendidikan formal (sekolah) dilaksanakan melalui mata diklat Bahasa Indonesia. Dengan demikian, pada hakikatnya mata diklat Bahasa Indonesia adalah wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan kemahiran berbahasa Indonesia, menumbuhkan kesadaran berbahasa, yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan bernalar dan membangun karakter, kesetiaan, kebanggan, dan kecintaan terhadap bahasa dan bangsa Indonesia.

Tujuan utama pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas/Kejuruan dan Madrasah Aliyah adalah untuk:

(1) Membekali siswa sejumlah konsep bahasa untuk mengetahui dan membekali


(18)

commit to user

(2) Membekali siswa dengan konsep bahasa untuk mengatasi masalah bahasa

dalam kehidupan sehari-hari terutama yang terjadi di lingkungan setingkat individu, rumah tangga, desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan nasional.

(3) Membekali siswa sejumlah konsep bahasa Indonesia yang diperlukan untuk

mendalami ilmu bahasa Indonesia pada jenjang selanjutnya.

(4) Membekali siswa nilai-nilai serta etika berbahasa dalam kehidupan

sehari-hari.

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tingkat SMK, terutama kelas XII, pelajaran menulis adalah bagian dari kompetensi yang dikembangkan dan dibekalkan kepada peserta didik setelah aspek membaca. Standar Kompetensi menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XII adalah “berkomunikasi dalam bahasa Indonesia setara dengan kualifikasi Unggul”, dengan Kompetensi Dasar “ menulis surat dengan memperhatikan jenis surat sesuai dengan aturan dan tujuan komunikasi”. Dengan kata lain, siswa kelas XII harus memiliki kemampuan menulis surat resmi yang sesuai dengan kriteria kinerja yaitu:

(1) Surat pemberitahuan / edaran, ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan

dan tujuan komunikasi.

(2) Surat undangan, ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan tujuan

komunikasi.

(3) Surat penawaran dan pesanan ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan

dan tujuan komunikasi.


(19)

commit to user

(5) Perjanjian sederhana ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan

tujuan komunikasi.

(6) Surat lamaran kerja ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan

tujuan komunikasi (Sumber: Memahami Bahasa Indonesia untuk SMK Tingkat 3).

Tetapi, realitas menunjukkan bahwa kemampuan menulis surat resmi siswa kelas XII-Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik (TPTL) SMK Negeri 2 Sragen tahun ajaran 2010/2011 sangat rendah. Hal tersebut tentu saja menimbulkan keprihatinan tersendiri, mengingat mereka telah memperoleh materi menuis surat resmi sejak bangku Sekolah Menengah Tingkat Pertama. Rendahnya kemampuan menulis mereka tercermin dari :

(1) Siswa merasa enggan dan merasa kesulitan apabila diberi tugas menulis.

(2) Sebagian besar hasil tulisan siswa tidak sesuai dengan ketentuan Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD).

(3) Struktur kalimat yang tidak jelas, serta kekurangan kemampuan siswa

membedakan secara hakiki surat dinas, resmi dan pribadi.

(4) Siswa kesulitan di dalam mengembangkan ide di dalam menulis.

(5) Nilai rata-rata kelas untuk pelajaran menulis tidak memenuhi KKM. Nilai

rata-rata kelas mata pelajaran menulis pada semester 1 hanya 5.9. Padahal, KKM untuk mata pelajaran menulis adalah 7.0.

Peneliti mencoba untuk menemukan penyebab rendahnya kemampuan menulis siswa dengan melakukan observasi di kelas, tes tertulis, wawancara pre-riset terhadap beberapa siswa, guru, dan orang tua siswa. Penulis melakukan


(20)

commit to user

observasi di kelas selama pelajaran bahasa Indonesia terutama pada saat peajaran menulis. Selain itu, peneliti juga meminta siswa untuk membuat surat resmi.

Pre-tes dilaksanakan untuk mengukur tingkat kemampuan menulis siswa. Siswa diminta untuk menulis surat resmi, yaitu surat undangan dari Ketua OSIS kepada para pengurus OSIS untuk mengadakan rapat Panitia Idul Adha. Kriteria penilaian tulisan siswa meliputi; sistematika penulisan, penulisan sesuai EYD, isi sesuai perintah, dan kebersihan dan kerapihan. Hasil tes tertulis siswa menunjukkan bahwa lebih dari 50% tulisan siswa tidak sistematis, hasil tulisan siswa tidak sesuai dengan EYD (36%), isi tulisan tidak sesuai dengan perintah (67%), dan tulisan kurang bersih dan rapi (40%).

Data pre-tes menunjukkan bahwa lebih dari 80% siswa kelas XII-TPTL SMK Negeri 2 Sragen tidak memenuhi KKM. KKM menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia adalah 70. Dari 34 siswa, hanya 11.7% siswa atau hanya 4 siswa yang nilainya memenuhi KKM. Sementara itu, nilai rata-rata pre-tes untuk pelajaran menulis adalah 59.3. Dengan membandingkan nilai rata-rata kelas dan nilai KKM, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan menulis surat resmi siswa kelas XII-TPTL tergolong rendah.

Untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat, peneliti melakukan wawancara informal terhadap beberapa siswa terkait dengan kesulitan mereka dalam menulis. Peneliti menanyakan penyebab kesulitan mereka pada pelajaran menulis. Berdasarkan hasil wawancara, kebanyakan siswa merasa kesulitan dalam menulis karena mereka jarang praktik menulis, tidak terbiasa menulis, dan juga tidak suka menulis. Selama pelajaran bahasa Indonesia dalam kelas, maupun


(21)

commit to user

belajar di rumah, siswa lebih banyak fokus untuk mengerjakan soal-soal persiapan ujian atau tes. Waktu mereka untuk menulis sangat terbatas.

Berdasarkan hasil pengamatan latar belakang social ekonomi keluarga siswa, fakta menunjukkan bahwa sekitar 50% siswa berasal dari Keluarga Pra Sejahtera. Hal tersebut menyiratkan bahwa kemungkinan mereka memperoleh tambahan pengetahuan di luar sekolah sangat kecil. Siswa yang mengikuti les, atau tambahan pelajaran di luar sekolah sangat sedikit. Bahkan beberapa dari mereka ada yang harus membantu orang tua bekerja setelah sekolah. Jadi, mereka hanya mengandalkan memperoleh ilmu di sekolah. Dan apabila ilmu yang diperoleh dari guru dan sekolah kurang maksimal, maka kemampuan mereka juga menjadi kurang maksimal juga.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama pembelajaran bahasa Indonesia di kelas XII-TPTL pada saat diampu guru lain, peneliti menemukan fakta bahwa penyampaian materi kurang kondusif. Guru hanya menerangkan materi secara satu arah, siswa mendengarkan dan menulis penjelasan guru, dan untuk mengukur kemampuan siswa, guru meminta mereka mengerjakan soal-soal latihan atau mengadakan ulangan harian.

Apa yang telah dilaksanakan oleh guru seperti tersebut diatas memiliki beberapa kelemahan antara lain; (1) siswa tidak memiliki kesempatan untuk berekspresi, (2) siswa menjadi tidak kreatif, dan (3) ruang lingkup siswa secara social selama pelajaran menjadi terbatas. Siswa tidak dapat beriskusi, bertukar pikiran, berekspresi dengan teman mereka selama pembelajaran.


(22)

commit to user

Selain itu, guru mengajar dengan melakukan aktifitas yang rutin dan sama, tanpa menyadari bahwa hal tersebut menyebabkan siswa menjadi bosan. Akibatnya, siswa tidak dapat memahami materi sepenuhnya karena motivasi dan partisipasi mereka turun atau hilang karena rasa bosan tersebut. Hal tersebut sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh Brown, “Routine activities in learning can make the students bored. As a result, their motivation and participation in learning will decrease” (Brown, 2001: 48).

Guru-guru juga mengalami kesulitan di dalam memberikan pelajaran menulis surat. Hambatan yang dialami oleh guru adalah rendahnya minat siswa dalam pembelajaran menulis. Metode pembelajaran yang kurang variatif serta kurang menarik minat siswa, sehingga hasilnya kurang memuaskan.

Jadi, secara umum, hasil pembelajaran menulis mata pelajaran Bahasa Indonesia di tingkat SMK masih rendah. Rendahnya hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia juga tercermin dari hasil belajar mata pelajaran siswa kelas XII TPTL, SMK Negeri 2 Sragen. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata nilai teori serta berlatih memecahkan masalah bahasa Indonesia di lingkungan pendidikan dan masyarakat.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas, maka peneliti merencanakan untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk mengattasi masalah kesulitan menulis surat resmi pada siswa kelas XII-TPTL SMK Negeri 2 Sragen tahun ajaran 2010/2011. Menurut Muslikah, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya melalui refleksi diri, dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil


(23)

commit to user

belajar siswa akan meningkat (Muslikah, 2010: 33). Sementara menurut Suwandi bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pengamatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan (Suwandi, 2008: 15-16).

Peneliti merencanakan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Jigsaw adalah metode pembelajaran kooperatif yang diadopsi oleh Slavin di Universitas John Hopkins (Trianto, 2009: 73). Pembelajaran dengan metode Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru menanyakan siswa apa yang mereka ketahui tentang topik tersebur. Kegiatan sumbang saran tersebut dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif siswa agar siap menghadapi pelajaran yang baru.

Kemudian guru membagi siswa dalam kelompok. Guru membagi topik kepada tiap kelompok untuk dipelajari. Kemudian tiap kelompok mengirim 1 orang untuk menjadi tim ahli (expert team). Tim ahli akan berdiskusi mengenai topik mereka dalam kelompok tersebut sehingga menjadi pengetahuan yang utuh yang mengintegrasikan pengetahuan antar konsep. Selanjutnya mereka kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan dan mendiskusikan pengetahuan yang mereka peroleh (Suprijono, 2009: 89-90). Lebih lanjut, menurut Slavin dalam Supriyanto (2009: 91), langkah-langkah pembelajaran Jigsaw adalah:


(24)

commit to user

Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok (home group). Setiap siswa diberi tugas untuk menguasai dan memahami bagian tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

(2) Pembentukan kelompok (Focused Exploration)

Anggota home group yang sudah memahami materi membentuk kelompok

fokus yang mendiskusikan materi yang dikuasainya.

(3) Pelaporan dan Penajaman (Reporting and Resharping)

Para siswa kembali pada kelompok semula. Kemudian ia melaporkan hasil penguasaan materi dari kelompok fokus.

(4) Integrasi dan Evaluasi

Guru mengevaluasi tentang materi yang didapatkan pada pembelajaran dan diskusi saat itu.

Manfaat dari metode Jigsaw ini adalah siswa dapat memperoleh lingkup pembelajaran yang lebih luas dan mendalam mengenai beberapa topik dalam satu sesi pembelajaran (Trianto, 2009: 156).

Melalui penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan guru, diharapkan akan ada peningkatan pada beberapa poin. Pertama, kemampuan menulis siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia akan meningkat. Kedua, nilai rata-rata ulangan harian yang diharapkan setelah penelitian adalah 70 atau mencapai nilai batas ketuntasan belajar mata pelajaran bahasa Indonesia. Ketiga, siswa menjadi aktif dan termotivasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia.


(25)

commit to user

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas XII TPTL di SMKN 2 Sragen?

2. Apakah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil

belajar Bahasa Indonesia siswa kelas XII TPTL di SMKN 2 Sragen?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas XII TPTL di SMKN 2 Sragen.

2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas XII TPTL di SMKN 2 Sragen.

D. Manfaat Penelitian

Dalam mengadakan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam menjawab masalah-masalah yang dihadapi di sekolah dalam mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia, oleh sebab itu penulis secara rinci mengemukakan manfaat penelitian ini adalah mendorong guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan manfaat :


(26)

commit to user

a. Mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang upaya meningkatkan

hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw bagi siswa SMK Negeri 2 Sragen.

b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan bahan acuan bagi

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Siswa

Meningkatkan hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa kelas XII TPTL SMK Negeri 2 Sragen.

b. Manfaat bagi Guru

Melatih guru dalam memvariasi model pembelajaran terutama penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran bahasa

Indonesia.

c. Manfaat bagi Sekolah

Memberikan pengetahuan umum tentang model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas sehingga dapat dijadikan pedoman bagi guru lain.

d. Manfaat bagi Perpustakaan Sekolah

Menambah khasanah perpustakaan sekolah tentang upaya meningkatkan hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw.


(27)

commit to user

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Teori-teori yang melatar belakangi penelitian ini antara lain adalah teori tentang pembelajaran, teori tentang pembelajaran kooperatif, dan teori tentang pembelajaran tipe Jigsaw.

1. Belajar dan Pembelajaran yang Efektif

Belajar dan pembelajaran adalah satu kesatuan. Pembelajaran berasal dari kata dasar ’belajar’. Pembelajaran merupakan terjemahan dari ’learning’, baik belajar maupun pembelajaran berpusat pada peserta didik.

a. Teori Belajar

Definisi belajar secara lengkap dikemukakan oleh Slavin (2000) seperti dikutip oleh Trianto (2009 yang mendefinisikan belajar sebagai;

Learning is usually defined as a chane in individual caused by experience. Changes caused by development (such as growing taller) are not instances of learning. Neither are characteristics of individuals that are present as birth (such as reflexes and respons to hunger or pain). However, humans do so much learning from the day of their birth (and some say earlier) that learning and development are inseparably linked (Slavin dalam Trianto, 2009: 16).

Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Proses


(28)

commit to user

belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.

Menurut Morgan dalam Dimyati dan Mudjiono (1994: 98) belajar didefinisikan sebagai setiap hasil dari latihan atau pengalaman. Definisi ini mencakup tiga unsur, yaitu: (1) belajar adalah perubahan tingkah laku (2) perubahan tersebut terjadi karena latihan atau pengalaman bukan karena unsur kedewasaan, dan (3) perubahan tersebut harus relatif permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama Secara psikologi, belajar merupakan proses jiwa yang didalamnya terdapat fungsi-fungsi jiwa yang harus dikembangkan. Fungsi-fungsi jiwa itu antara lain merasa, berfikir, minat, kemampuan dan sebagainya yang semuanya itu dapat dilatih.

Menurut Hamalik (2007) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, tetapi lebih luas dari itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan (Hamalik, 2007: 27).

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:

1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang


(29)

commit to user

2) Berkesinambungan dengan perilaku lainnya.

3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

4) Positif atau berakumulasi.

5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.

6) Permanen atau tetap.

7) Bertujuan da terarah.

8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan (Trianto, 2009: 4).

b. Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Belajar

Menurut Staton dalam Suprijono (2009: 26-27), ada enam faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar, yaitu:

(1) motivasi, yakni keinginan untuk belajar. Motivasi terjadi dari dua faktor yaitu: a) pengertian yang jelas tentang apa yang akan dipelajari dan, b) pengertian yang jelas tentang alasan-alasan mengapa mempelajarinya itu penting,

(2) konsentrasi, yakni pemusatan segenap perhatian pada situasi belajar tertentu. Proses belajar bertambah cepat bila konsentrasi diperkuat, (3) reaksi, yakni penyerahan sesuatu bantuan untuk memungkinkan terjadinya

proses belajar,

(4) organisasi, yakni menempatkan bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan yang berarti,

(5) Comprehension, yakni langkah terakhir dalam proses belajar dan,

(6) repetisi (ulangan), yakni pengawetan terbesar dari proses belajar. Ulangan adalah pencegah kelupaan, tetapi harus disertai pemikiran dan tujuan.


(30)

commit to user

Sementara itu, menurut Hamalik (2007), belajar yang efektif sangat dipengaruhi faktor-faktor kondisional yang ada. Faktor-faktor tersebut adalah:

(1) Faktor kegiatan, pengunaan dan ulangan.

(2) Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, recalling, dan

reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai dapat lebih mudah dipahami.

(3) Belajar akan lebih berhasil bila siswa merasa berhasil dan mendapat

kepuasannya.

(4) Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil dalam belajarnya

atau tidak.

(5) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar.

(6) Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian

yang dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses belajar.

(7) Faktor kesiapan belajar

(8) Faktor minat dan usaha.

(9) Faktor-faktor fisiologis.

(10) Faktor intelegensi (Hamalik, 2007: 32-33).

c. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana 1999:3). Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar, sebagaimana diketahui bahwa


(31)

commit to user

hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan pengaruh lingkungan (Sudjana, 1999:11).

Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu kata “prestasi” dan “belajar”. Poerwadarminta (2004: 787) “prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan dan dikerjakan”. Selanjutnya Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud RI (1995 : 787) merumuskan “bahwa pada hakekatnya belajar adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.

Dengan demikian prestasi belajar adalah hasil maksimal dari suatu pekerjaan atau kecakapan untuk menambah atau mengumpulkan sejumlah pengetahuan atau kecakapan. Prestasi belajar juga dapat dikatan sebagai hasil yang dicapai individu melalui usaha yang dialami secara langsung dan merupakan aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, ketrampilan, maupun kecakapan daalm situasi tertentu. Dapat juga dikatakan hasil maksimal dari apa yang diupayakan oleh siswa. Pretasi ini secara nyata dapat dilihat dalam bentuk kuantitatif yakni angka. Prestasi belajar ini antara siswa satudgn yang lainnya berbeda. Siswa yang belajar baik, tepat dalam menggunakan waktu belajar cenderung akan mempunyai prestasi belajar yang baik. Begitu juga sebaliknya.

Pengertian prestasi belajar disini diartikan dengan prestasi belajar bahasa indonesia. Nilai atau prestasi belajar bahasa Indonesia ditekankan pada vocabulary, reading, listening, writing, dan speaking. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam mengikuti program


(32)

commit to user

pengajaran pada waktu tertentu dalam bentuk nilai (Depdikbud, 1990: 140). Hasil belajar siswa adalah akumulasi nilai pada raport. Bermacam-macam prestasi diantaranya adalah: prestasi baik, prestasi cukup, prestasi kurang. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam prestasi belajar antara lain: faktor individu, faktor lingkungan belajar, dan faktor materi pembelajaran. Beberapa cara untuk menentukan hasil belajar dengan menggunakan tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan atau ketrampilan proses.

Untuk mencapai suatu hasil belajar yang baik dan memuaskan, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu para pendidik diharapkan mengetahuinya, sehingga dapat mengatur dan atau menggunakan faktor-faktor tersebut agar sedapat mungkin menguntungkan dalam proses interaksi belajar-mengajar.

Suryabrata (2001: 183), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar (faktor eksogen), dan juga faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar (faktor indogen). Faktor-faktor yang berasal dari luar (eksogen) dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu : faktor-faktor non sosial dan faktor-faktor-faktor-faktor sosial. Sedangkan faktor-faktor-faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar (endogen) dapat dibedakan pula menjadi dua golongan, yaitu faktor-faktor fisiologis serta faktor-faktor psikologis.

d. Teori Pembelajaran

Pembelajaran adalah upaya pembimbingan terhadap siswa agar siswa itu secara sadar dan terarah keinginan untuk belajar dan memperoleh hasil belajar sebaik-baiknya, sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa yang bersangkutan.


(33)

commit to user

Dalam pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar maksimal perlu

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar.

Sesungguhnya terlalu banyak faktor yang dapat diketahu yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran itu. Semua faktor yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran itu dapat pula digolongkan menjadi faktor-faktor yang berasal dari orang yang belajar mandiri maupun yang berasal dari luar orang yang bersangkutan.

Menurut Morgan dan kawan-kawan (2006 : 98) belajar didefinisikan sebagai setiap hasil dari latihan atau pengalaman. Definisi ini mencakup tiga unsur, yaitu (1) belajar adalah perubahan tingkah laku (2) perubahan tersebut

terjadi karena latihan atau pengalaman bukan karena unsur kedewasaan, dan (3) perubahan tersebut harus relatif permanen dan tetap ada untuk waktu yang

cukup lama Secara psikologi, belajar merupakan proses jiwa yang didalamnya terdapat fungsi-fungsi jiwa yang harus dikembangkan. Fungsi-fungsi jiwa itu antara lain merasa, berfikir, minat, kemampuan dan sebagainya yang semuanya itu dapat dilatih.

Pada uraian diatas dinyatakan bahwa seseorang belajar dengan melalui aktivitas dalam suatu sistem penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, pemikiran, kegiatan fisik atau ,aktivitas motor. Siswa harus aktif berusaha dalam belajar, apakah suatu keterampilan menerima informasi, pengertian, kebiasaan, suatu pendapat, sikap, minat atau tuntutan dari lingkungan.

Belajar adalah suatu proses yang diawali dengan aktivitas-aktivitas atau suatu perubahan yang diakhiri dengan reaksi untuk menghadapi situasi baru


(34)

commit to user

yang dapat memberikan perubahan pada karakteristik anak sesuai dengan kematangannya. Kimble and Garmezy yang dikutip oleh Snelbecker (2004 : 75), Learning is a relatively permanent change in a behavioral tendency that occurs a result of reinforced practice.

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang merupakan hasil dari penguatan praktek. Garry and Kingsley yang dikutip oleh Snelbecker (2004:

98) menyatakan, bahwa learning is the process by which behavior (in the

broad sense) is originated or changed trough practice or training.

(Snelbecker; 2004: 121). Belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas) yang diubah melalui praktek atau latihan. Bigge yang dikutip oleh Snelbecker

(2004 : 57), memberi definisi belajar sebagai; learning. in contrast with

matl/ration. is a change iniliving individua which is not heralded by his genetic in heritance. It may be a change in insight, behavior, perception, or motivation. or a combination of these [Snelbecker 2004: 13]. Belajar yang diaktifkan dengan kematangan adalah suatu perubahan dalam kehidupan individu yang tidak dipengaruhi oleh faktor warisan. Be1ajar memungkinkan

adanya perubahan dalam insight, tingkah laku, persepsi, motivasi atau

gabungan dari semuanya.

Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak adapat dipisahkan dari kegiatan manusia, sebab kebutuhan manusia makin lama makin bertambah banyak, baik kuantitas maupun kualitas. Tanpa belajar manusia tidak akan mungkin dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Belajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh


(35)

commit to user

seseorang yang menghasilkan perubahan pada dirinya, baik dalam bentuk pengetahuan dan ketrampilan maupun dalam bentuk sikap dan nilai positif selama berlangsung kegiatan pembelajaran. Pembelajaran sebagai pengganti istilah mengajar, pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seorang atau tim untuk melakukan kegiatan belajar sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. (Tohar, 2004: 1). Kegiatan mengajar mencakup tahap-tahap: perencanaan, strategi mengajar, persiapan pelaksanaan, termasuk penciptaan iklim belajar mengajar yang serasi dan pemberian motivasi belajar, penilaian prestasi belajar hingga pelaksanaan pengajaran remidial bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar.

Bagi tenaga kependidikan ada beberapa tahapan yang dilakukan supaya proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, menurut Tohar (2004: 36) tahap-tahap dalam pembelajaran adalah :

1) Perumusan tujuan pengajaran, merupakan pernyataan tentang apa yang diharapkan untuk diketahui, dilakukan dan dihayati oleh siswa setelah menyelesaikan suatu kegiatan belajar.

2) Pengembangan alat evaluasi, adalah suatu yang digunakan untuk mempermudah seseorang untuk mengumpulkan informasi dan memanfaatkannya sebagai penimbang dan pengambilan keputusan. Untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan, pengajaran disusun alat evaluasi dengan perubahan tingkah laku diantaranya adalah : tes lisan, tertulis, perbuatan. Jika tertulis berbentuk essei, obyektif, melengkapi angket studi kasus.


(36)

commit to user

Kemampuan yang ingin dicapai sebagai tujuan pengajaran, diurai atas unsur-unsur tingkah laku yang membentuk kemampuan tersebut. Unsur-unsur yang telah diidentifikasi tersebut diseleksi sehingga hanya Unsur- unsur-unsur yang diidentifikasi karakteristik individual siswa seperti : kecerdasan, bakat, kebiasaan belajar, motivasi belajar, kemampuan awal dan kebutuhan belajar siswa terutama menyangkut kesulitan belajar. 4) Penyusunan Strategi Belajar Mengajar

Strategi belajar mengajar hakekatnya ialah rencana kegiatan belajar yang dipilih guru untuk dilaksanakan baik oleh siswa maupun oleh guru dalam rangka usaha pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Penyusunan strategi belajar ini menyangkut uraian tentang jadwal kegiatan, tempat pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, format lama waktu pertemuan. Kriteria yang digunakan dalam memilih strategi ialah : efisiensi, efektifitas dan keterlibatan siswa.

5) Diskusi atau tanya jawab, kerja kelompok, perorangan. Diskusi dilakukan di dalam kelas saat berlangsungnya proses belajar mengajar dan dilakukan oleh guru dan siswa baik secara individu maupun kelompok.

6) Monitoring belajar mengajar. Melakukan monitoring terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa apakah bisa berjalan sesuai tujuan yang ditetapkan atau tidak (Tohar, 2000 : 38).

e. Pembelajaran Efektif

Untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam rangka untuk meraih prestasi, dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya adalah sebagai berikut:


(37)

commit to user

1) Menumbuhkan keyakinan dan percaya diri bahwa seseorang dapat

melaksanakan tugas atau belajar dengan baik, dan keyakinan tersebut akan mampu berkembang bila ada upaya yang bersungguh-sungguh.

2) Dalam melaksanakan tugas atau belajar untuk mencapai prestasi

dilakukan dengan rasa ikhlas dan senang, serta mempunyai tujuan yang jelas.

3) Antara tujuan yang ingin dicapai dan keberhasilan yang dicapai pada diri

seseorang ada keterkaitannya.

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Tujuan utama pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas/Kejuruan dan Madrasah Aliyah adalah untuk:

1) Membekali siswa sejumlah konsep bahasa untuk mengetahui dan

membekali keterampilan membaca, menyimak, berbicara dan menulis.

2) Membekali siswa dengan konsep bahasa untuk mengatasi masalah bahasa

dalam kehidupan sehari-hari terutama yang terjadi di lingkungan setingkat individu, rumah tangga, desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan nasional.

3) Membekali siswa sejumlah konsep bahasa Indonesia yang diperlukan untuk

mendalami ilmu bahasa Indonesia pada jenjang selanjutnya.

4) membekali siswa nilai-nilai serta etika berbahasa dalam kehidupan

sehari-hari.

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tingkat SMK, terutama kelas XII, pelajaran menulis adalah bagian dari kompetensi yang dikembangkan dan dibekalkan kepada peserta didik setelah aspek membaca.


(38)

commit to user

Standar Kompetensi menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XII adalah “berkomunikasi dalam bahasa Indonesia setara dengan kualifikasi Unggul”, dengan Kompetensi Dasar “ menulis surat dengan memperhatikan jenis surat sesuai dengan aturan dan tujuan komunikasi”. Dengan kata lain, siswa kelas XII harus memiliki kemampuan menulis surat resmi yang sesuai dengan kriteria kinerja yaitu:

(1) Surat pemberitahuan / edaran, ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan

aturan dan tujuan komunikasi.

(2) Surat undangan, ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan tujuan

komunikasi.

(3) Surat penawaran dan pesanan ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan

aturan dan tujuan komunikasi.

(4) Pesan ditulis oleh peserta diklat.

(5) Perjanjian sederhana ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan

tujuan komunikasi.

(6) Surat lamaran kerja ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan

tujuan komunikasi (Sumber: Memahami Bahasa Indonesia untuk SMK Tingkat 3).

3. Pembelajaran Kooperatif

a. Definisi Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru (Suprijono, 2009: 54). Pembelajaran kooperatif


(39)

commit to user

merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar (Solihatin, 2007:5).

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang mendukun pembelajaran kontekstual. Dalam format pembelajaran kooperatif, setelah guru menyampaikan materi pelajaran, para siswa tergabung dalam kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi dan menyelesaikan soal latihan, kemudian menyerahkan hasil kerja kelompok kepada guru. Selanjutnya guru memimpin diskusi tentang pekerjaan kelompok tersebut yang membutuhkan penjelasan atau klarifikasi.

b. Unsur – Unsur dalam Pembelajaran Kooperatif

Roger dan Johnson (dalam Suprijono: 2009) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pemelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsure dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsure tersbut adalah:


(40)

commit to user

1) Positive Interdepence ( saling ketergantungan positif).

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bias dilaksanakan.

2) Personal Responsibility (tanggung jawab perseorangan).

Tugas dalam pembelajaran kooperatif dibuat sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bias dilaksanakan.

3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif).

Dalam pembelajaran kooperatif setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.

4) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota).

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keteramipaln berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat.


(41)

commit to user

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi hasil kerja sama agar selanjutnya dapat bekerjasama dengan lebih efektif

4. Teori Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak berlangsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidaklah akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur.

Menulis juga merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu atau intregatif, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut karangan. Sekurang-kurangnya ada tiga kelompok kemampuan yang tergabung dalam perbuatan menulis, yaitu :

a. Penguasaan bahasa tertulis yang akan berfungsi sebagai media karangan,

meliputi: kosakata, struktur, ejaan,. Pragmatik, dan sebagainya.

b. Penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan dikarang

c. Penguasaan tentang jenis-jenis karangan dan teknik menulis yaitu tentang

bagaimana merangkai isi karangan dengan menggunakan bahasa tertulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti makalah, cerpen, puisi, dan sebagainya.


(42)

commit to user

Seseorang tidak mungkin terampil menulis kalau hanya menguasai satu atau dua saja di antara ketiga komponen diatas. Betapa banyak orang yang menguasai bahasa Indonesia secara tertulis tetapi tidak dapat menghasilkan karangan karena tidak tahu apa yang akan dikarang dan bagaimana menulisnya. Betapa banyak pula orang yang yang mengetahui banyak hal untuk dikarang dan tahu pula bagaimana bahasa tertulis, tetapi tidak dapat menulis karena tidak tahu caranya.

Dalam kehidupan modern keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Kiranya tidaklah berlebihan bila dikataan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Menulis dipergunakan oleh seorang terpelajar untuk mencatat /merekam, meyakinkan, melaporkan/ memberitahukan, dan mempengaruhi, dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusyn pikiran dan mengutarakannya dengan jelas. Kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata dan struktur kalimat yang jelas.

Untuk memberikan gambaran pembelajaran menulis dengan baik, berikut disajikan konsep pembelajaran menulis. Secara garis besar, konsep pembelajaran menulis sebagai berikut:

a. Kemampuan menulis itu pada hakikatnya merupakan hasil dari sebuah

proses. Dengan konsep dasar seperti ini maka kesempatan menulis akan diperoleh siswa dengan melalui proses, yang antara lain adalah pelatihan. Sungguh omong kosong belaka bila seorang mampu menulis tanpa


(43)

commit to user

melalui proses pelatihan. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran menulis, kegiatan pelatihan perlu mendapat perhatian yang cukup memadai dari guru sebagai pengelola pembelajaran menulis. Semakin banyak porsi pelatihan maka semakin besar kemungkinan siswa untuk mampu menulis.

b. Kemampuan menulis itu pada hakikatnya kemampuan untuk

mengorganisasikan pikiran sehingga kejernihan dalam penalaran merupakan hal yang esensial. Keruntutan dalam pengaturan jalan pikiran perlu mendapatkan perhatian yang cukup.

c. Kemampuan menulis secara hakiki merupakan kemampuan menggunakan

diksi dan struktur bahasa. Kecermatan dalam pemilihan kata serta penggunaan struktur secara benar pada hakikatnya merupakan hal yang sangat penting peranannya dalam proses penulisa.

d. Meskipun menulis merupakan keterampilan berbahasa yang produktif,

dilihat dari proses pelaksanaannya menulis dapat merupakan respons dari sebuah stimulus, baik itu melalui penyimakan, pembicaraan, maupun pembacaan. Dengan demikian pelatihan keterampilan menulis dapat dilakukan melalui kegiatan awal aeperti menyimak, berbicara, maupun membaca (Adidarmojo, 2001)

Pembelajaran keterampilan menulis tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Sesuai dengan kedudukan dan fungsinya, pada dasarnya tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam berbagai peristiwa komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, serta


(44)

commit to user

mempunyai sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Pembelajaran

keterampilan menulis berkenaan dengan pembinaan kemampuan

menggunakan bahasa secara tertulis.

Sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia tersebut dapatlah dikemukakan tujuan pembelajaran keterampilan menulis adalah agar siswa mampu :

a. Mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan

dalam berbagai ragam tulisan nonsastra; dan

b. Mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan

dalam berbagai ragam tulisan sastra

Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran bahasa. Jadi, pembelajaran menulis tidak merupakan kegiatan sampingan. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran keterampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk tertulis. Keterampilan menulis hasil keterampilan mendengar, berbicara, dan membaca. Komunikasi pada abad ke-21 ini lebih banyak berlangsung secara tertulis, khususnya bagi masyarakat maju. Dalam pembelajaran menulis perlu diperhatikan beberapa prinsip berikut ini.

a. Menulis tidak dapat dipisahkan dari membaca. Pada jenjang pendidikan

dasar, pembelajaran menulis dan membaca terjadi secara serentak.

b. Pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan disiplin


(45)

commit to user

c. Pembelajaran menulis adalah pembelajaran tata tulis atau ejaan dan tanda

baca.

d. Pembelajaran menulis berlangsung secara berjenjang. Bermula dari

menyalin sampai dengan menulis ilmiah.

Kondisi atau keadaan awal pembelajaran kompoetensi menulis siswa mengalami kesulitan itulah sebabnya penulis melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menulis. Berdasarkan identifikasi masalah ditemukan bahwa kesulitan siswa dalam dalam menulis dapat diklarifikasikan menjadi enam kelompok, yaitu: kesulitan menentukan topik pidato yang akan ditulis, kesulitan memilih kata, kesulitan dalam menerapkan ejaan, kesulitan menyusun kalimat efektif, kesulitan menghubungkan kalimat-kalimat menjadi paragraf yang baik, dan kesulitan dalam menulis wacana yang koheren. Dari tahun ke tahun, persoalan tersebut selalu dihadapi guru dan siswa dan belum mendapatkan terapi yang baik.

Salah satu solusi untuk mengurangi kesulitan tersebut supaya kompetensi menulis meningkat digunakan pembelajaran menulis dengan metode kontektual yang meimplementasikan elemen- elemen bertanya, inkuiri, diskusi, pemodelan, konstruktiristik penilaian dan refleksi pada tahap kegiatan pramenulis, menulis dan revisi (menyunting)

Keterampilan menulis merupakan pengungkapan gagasan atau perasaan secara tertulis dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Agar yang diungkapkan secara tertulis dapat dipahami oleh pembaca atau


(46)

commit to user

komunikatif, maka penggunaan diksi (pilihan kata), struktur kalimat, kepaduan kalimat, serta ejaan dan tanda baca memiliki peranan yang cukup besar dalam kaitannya dengan menulis. Adapun materi pokok dari kompetensi dasar menulis indikatornya adalah mampu menulis dengan sistematika dan bahasa yang efektif.

Johnson dan Medinus (2004: 87) mengemukakan bahwa banyaknya stimulus informasi tentang menulis yang diberikan pada anak sebelum masuk sekolah lebih berpengaruh daripada pengaruh perkembangan aspek atau fungsi ontogenik. Salah satu stimulus informasi tentang membaca adalah kesadaran fonologis pada anak-anak sekolah menengah. Menurut Bryant, dkk. (2003: 69) kesadaran fonologis pada anak sekolah menengah merupakan salah satu perolehan peningkatan keterampilan menulis yang dapat menjadi prasyarat atau fasilitator bagi keterampilan menulis selanjutnya.

Jika dihubungkan dengan konsep dasar menulis, pernyataan dan temuan tersebut sangat relevan. Hirsh dalam Alsa (2004: 16) misalnya, mengemukakan bahwa menulis merupakan proses asosiatif antara huruf dengan bunyi-bunyi yang mewakili huruf atau kata-kata tersebut yang terutama akan tampak bila diamati pada individu yang sedang belajar menulis dengan berusaha menciptakan auditory-image terhadap simbol-simbol tersebut. Menulis adalah mengeja atau melafalkan sesuatu yang tertulis dan mengucapkannya. Menulis merupakan perkembangan keterampilan yang bermula dari kata dan berlanjut kepada menulis kritis. Membaca juga merupakan suatu proses psikologis dan sensoris (Harjasujana dan Mulyati,


(47)

commit to user

2006, 2007: 5-25). Proses-proses yang menjadi dasar konsep menulis tersebut menurut Hirsh dalam Alsa (2004: 16) akan tampak jelas diamati pada individu yang sedang belajar membaca dengan berusaha menciptakan auditory-image terhadap simbol-simbol tersebut.

Menulis di sekolah merupakan salah satu aspek yang sangat penting sebab hasilnya akan menjadi landasan untuk memahami ilmu-ilmu yang amat luas, lebih khusus lagi untuk pengajaran bahasa Indonesia (Dardjowidjojo, 2005: 19). Oleh karena itu, penyiapan peningkatan kesadaran fonologis pada anak usia sekolah menengah menjadi sesuatu yang amat bermanfaat bagi mereka pada saat membaca permulaan. Seperti dijelaskan Dardjowidjojo (2005: 19) bahwa keterampilan menulis permulaan merupakan salah satu kunci keberhasilan karena dengan cara seperti itu para siswa akan lebih mampu menggali informasi dari berbagai sumber tulisan.

Menulis adalah dasar bagi kegiatan menulis lanjutan. Selain itu, menulis merupakan bagian pengajaran yang penting untuk ditekankan di kelas-kelas rendah (1 dan 2). Tujuan membaca permulaan adalah (1) mengenalkan pada siswa huruf-huruf dalam abjad, sebagai tanda suara atau bunyi; (2) melatih keterampilan siswa untuk mengubah huruf-huruf dalam kata menjadi suara; dan (3) mengetahui huruf-huruf dalam abjad dan melatih keterampilan siswa untuk menyuarakan dan dalam waktu singkat dapat mempraktikkannya dalam menulis lanjut.

Ehri (Torgessen dan Wagner, 2004:183) menunjukkan empat kemungkinan hubungan antara kesadaran fonologis dengan kemampuan


(48)

commit to user

menulis (dalam hal ini kesadaran sintaksis termasuk ke dalam kemampuan sintaksis), yakni: (1) kemampuan membaca, (2) kemampuan fonologis spesifik dapat menjadi fasilitator dalam mempercepat pemerolehan keterampilan membaca anak, (3) kemampun fonologis spesifik kemungkinan berkorelasi dengan keterampilan membaca.

Teori-teori permulaan menunjukkan bahwa kemampuan anak-anak menunjukkan bunyi-bunyi yang diucapkan diperlukan mereka untuk mempelajari pemetaan/pengenalan bunyi-bunyi huruf ke dalam bunyi-bunyi ujaran. Karena bunyi-bunyi dari suatu kata yang diucapkan digabung ke dalam unit akustik (bunyi), bunyi-bunyi secara tersendiri dalam suatu kata tidak dengan mudah/cepat kelas kelihatan. Anak-anak yang tidak mampu menunjukkan bunyi-bunyi dari suatu kata dan yang tidak mampu memisahkan suatu kata yang diucapkan ke dalam komponen bunyi cenderung memiliki tingkat kesulitan dalam belajar menulis.

Chomsky (2005: 78) memandang bahwa pemerolehan dan perkembangan bahasa anak-anak terjadi melalui interaksi-interaksi anak dengan lingkungannya, khususnya lingkungan bahasa, yang dikenal dengan S-R. Strateginya dikenal dengan tiruan dan uji-coba. Namun, kebenaran pandangan Behavioris ini tidak seratus persen benar. Karena pembuktian berikutnya menunjukkan bahwa terdapat kelemahan mendasar, yakni anak-anak usia 3,0-5,0 sudah mampu memproduksi kalimat yang belum pernah didengarnya di lingkungannya. Di samping itu, jauh sebelumnya dia sudah dapat memahami ujaran-ujaran orang dewasa.


(49)

commit to user

5. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Jigsaw adalah metode pembelajaran kooperatif yang diadopsi oleh Slavin di Universitas John Hopkins (Trianto, 2009: 73). Pembelajaran dengan metode Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru menanyakan siswa apa yang mereka ketahui tentang topik tersebur. Kegiatan sumbang saran tersebut dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif siswa agar siap menghadapi pelajaran yang baru.

Kemudian guru membagi siswa dalam kelompok. Guru membagi topik kepada tiap kelompok untuk dipelajari. Kemudian tiap kelompok mengirim 1 orang untuk menjadi tim ahli (expert team). Tim ahli akan berdiskusi mengenai topik mereka dalam kelompok tersebut sehingga menjadi pengetahuan yang utuh yang mengintegrasikan pengetahuan antar konsep. Selanjutnya mereka kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan dan mendiskusikan pengetahuan yang mereka peroleh (Suprijono, 2009: 89-90).Langkah-langkah

pembelajaran Jigsaw menurut Slavin dalam Trianto (2009: 56-61) adalah

sebagai berikut :

1) Pendahuluan

Pada fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang dinamakan home group, sampai dengan home group disesuaikan dengan materi yang akan dibahas dan memberikan alasan pentingnya topik tersebut, guru berupaya membuat siswa tertarik. Setiap siswa kemudian diberi tugas untuk menguasai dan memahami bagian tugas yang menjadi tanggung jawabnya.


(50)

commit to user

2) Pembentukan Kelompok (Facused Ecploration)

Anggota dari focus group ini berasal dari anggota home group dimana

mereka sudah membawa dan memahami sub pokok bahasan yang dibahas

di dalam home group-nya. Dalam mendiskusikan materi, masing-masing

anggota harus berani mengutarakan idenya sebagai bentuk klarifikasi terhadap materi yang telah dikuasainya, sehingga setiap anggota memiliki konsep yang sama tentang materi yang menjadi tanggung jawabnya. Guru diharapkan menyiapkan soal yang terkait dengan materi yang dibahsanya. Materi baru ini, siswa harus mengerjakan/menyelesaikan tes atau soal yang terkait dengan penjelasan guru. Hasil dari tes tersebut akan sangat terkait dengan posisi kelompoknya.

3) Pelaporan dan Penajaman (reporting and resharping)

Para siswa kembali kepada kelompoknya semula (home group). Dalam kelompoknya ini dia melaporkan hasil penguasaan materi dari masing-masing anggota focus group dan meminta rekan-rekan lainnya untuk menanyakan atau meminta penjelasan tentang materi yang telah berhasil dikuasai.

4) Integrasi dan Evaluasi

Dalam fase ini guru menyusun tugas/tes yang diberikan kepada setiap kelompok dengan fokus utama mengingatkan mereka pada materi yang telah dikuasai secara kelompok. Evaluasi mencakup pada materi yang telah di kuasai secara kelompok. Evaluasi mencakup pada materi yang telah


(51)

commit to user

dibahas dengan cara menyelesaikan soal-soal latihan baik secara kelompok maupun individu.

Kelompok Asal

5 atau 6 anggota yang heterogen dikelompokan

Kelompok Ahli

(Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim-tim asal)

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain berjudul ”Using Think-Pair-Share in the College Classroom” (2001) oleh Sarah Ledlow. Penelitian ini juga menggunakan metode pembelajaran kooperatif, tetapi dengan menggunakan tipe Think-Pair-Share (TPS).

Penelitian internasional pertama sebagai bahan bandingan yang ditulis oleh Shear pada tahun 2006 dengan judul Poe’s Fiction: The Hypnotic Magic of The Senses. Penelitian ini berisikan tentang analisis unsur2 dramatis penting dari


(52)

commit to user

novel-novel karya Edgar Alan Poe, yaitu pikiran individual, dibentuk dan dibuat oleh hidupnya perasaan. Sedangkan pikiran yang didisiplinkan dari karakter2nya cenderung untuk menilai lingkungan sekitarnya sebagai masalah yang harus diselesaikan, pikiran sebagai sebuah repon emosional pada dasarnya adalah sebuah reaktor yang mengubah dan menyerap data sensorik menjadi pengalaman, membentuk proses pematangan sebuah karakter yang secara meyakinkan menjadikannya meyakinkan secara dramatis.

Penelitian internasional ke dua dilakukan oleh Goldberg pada tahun 2003

dengan judul Writing Away From Home: Migratory Moments In Short Strories.

Penelitian ini mensurvey karya Sonia Guralnik, yang secara jelas menggambarkan secara paralel pengalaman penulis sendiri sebagai imigran muda rusia keturunan yahudi di chile. Dia meneliti bahwa karya2 guralnik menunjukkan gambaran kontras antara nilai2 kemanusiaan pada cerita2 awal hingga penggambaran tentang ketidakseimbangan sosial, eksploitasi, dan meneriakkan tentang sikap2 interpersonal pada karya-karya selanjutnya. Golberg menggaris bawahi semua karakter utama pada karya2 guralnik mempunyai sikap ambigu tentang eksistensi dirinya sendiri yang disebabkan oleh perpindahan benua atau perpindahan dari kondisi tertentu yang digambarkan oleh gulanik dalam karya2 nya, perasaan tentang perpindahan psikologis dan tubuh sangatlah terasa.

Penelitian ke tiga yang dilakukan oleh Konrad dan Test pada tahun 2007 dengan judul Effects of GO 4 IT … NOW! Strategy Instruction on the Written IEP Goal Articulation and Paragraph – Writing Skills of Middle School Students with


(53)

commit to user

Disabilities, mengetengahkan tentang Gerakan reformasi pada standar sekarang, yang menekankan pada kemampuan pengajaran akdemis pada siswa, memberikan harapan pada siswa dengan keterbatasan. Tetapi, ada kekhawatiran bahwa gerakan ini akan terlalu berfokus pada kemampuan akademis dan mengesampingkan kemampuan kemandirian diri. Salah satu solusi yang mungkin adalah dengan mengadakan intervensi dimana kemampuan kemandirian diri dan kemampuan akdemis diajarkan secara bersamaan. Penelitian ini menemukan efek dari pola pembelajaran tersebut (LAKUKAN SEKARANG) dengan 12 siswa dengan keterbatasan fisik yang tinggi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan fungsional antara strategi pembelajaran dengan kemampuan siswa dalam mengartikulasi tujuan program pembelajaran individual (IEP) dalam menulis dan kemampuan menulis paragraf pada paragarf IEP tujuan Siswa.

Penelitian keempat dilakukan oleh Norton pada tahun 2004 dengan judul Student Learning Portofolios: How They Are Being Implemented In Educational Administration Programs. Penelitian ini berisikan tentang Variasi belajar murid telah menjadi sangat populer pada administrasi pendidikan diakrenakan oleh banyaknya kegunaan dan aplikasinya. Disini, Norton mendokumentasikan sifat dan pengembangan kegunaanya di seluruh dunia.

Penelitian internasional terakhir sebagai pembanding adalah yang

dilakukan oleh Simpson pada tahun 2004 dengan judul Voicing The Text: The

Making of An Oral Poetics in Olive Senior’s Short Fiction. Penelitian ini berisikan tentang Pembuatan puisi lisan atau perkembangan dari keindahan bahasa lisan, sebagaimana diekspresikan secara bebas, pada karya fiksi india


(54)

commit to user

barat mengubah dari budaya tutur menjadi budaya tulis dimana karya sastra ditulis demi menyesuaikan dengan dengan kondisi2 dan keadaan paska kolonial. Dengan menliti cerita pendek olive Senior, yang dibaca pada cahaya terang pada esaynya dan komen wawancara, simon menggaisbawahi bahwa ada kemungkinan olive mnggunakan sumber2 lisan untuk mengembangkan dan memperkaya penulisan ceruta pendek kontemporer.

Posisi penelitian yang dilakukan penulis dengan kelima penelitian di atas adalah penelitian ini bersifat memperkuat dan menambah perbendaharaan tulisan tentang ‘menulis’. Kelima penelitian di atas juga dijadikan sebagai bahan acuan tentang teknik dan strategi menulis bagi siswa di sekolah menengah kejuruan.

C. Kerangka Berpikir

Model pembelajaran tipe Jigsaw dapat melatih siswa bekerjasama dan berpikir logis terstruktur dan membantu siswa dalam memecahkan masalah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil pembelajaran menulus bahasa Indonesia siswa kelas XII TPTL1 SMK Negeri 2 Sragen tahun pelajaran 2010/2011.

D. Hipotesis

Berdasarkan paparan teori pembelajaran dan deskripsi metode

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah bahwa diduga melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat


(55)

commit to user

meningkatkan hasil pembelajaran menulis mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XII-TPTL di SMKN 2 Sragen Tahun Pelajaran 2010 / 2011.


(56)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 2 Sragen dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas XII TPTL1 tahun pelajaran 2010/2011. SMK Negeri 2 Sragen beralamat di Jl. Dr. Sutomo No.4 Sragen, kode pos 57212 dan

nomor telepon (0271) 891316. Sekolah ini memiliki website

www.smkn2sragen.sch.id dan memiliki email smkn2sragen@yahoo.com.

Status sekolah ini adalah negeri dan merupakan salah satu Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) di kabupaten Sragen. SMK 2 Sragen memiliki visi; “Menghasilkan tamatan yang beriman dan bertakwa, kompeten, kompetitif, berkepribadian nasional dan berwawasan global”. Sedangkan misi SMK Negeri 2 Sragen adalah; “(1) Membentuk kepribadian yang berakhlak mulia dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) Meningkatkan mutu sumber daya manusia melalui peningkatan

knowledge, skills, dan attitude, (3) Menyiapkan tamatan yang berkualitas

seutuhnya dan mampu bersaing ditingkat nasional maupun internasional, (4) Membentuk sikap dan perilaku peserta didik yang berakar pada nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, (5) Menyiapkan tamatan agar mampu mengadaptasikan diri terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, dan (6) Menyiapkan tamatan yang mandiri dan berjiwa entrepreneur.


(57)

commit to user

SMK Negeri 2 Sragen menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001: 2008, dan dilengkapi dengan manajemen berbasis IT (Information Technology), sehingga semua manajemen sekolah diatur secara online dan realtime dengan SIM (Sistem Informasi dan Manajemen) Sekolah. Sedangkan kurikulum yang dimiliki SMK Negeri 2 Sragen adalah melaksanakan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan Kurikulum Spektrum 2008 dengan pendekatan: (1) Kurikulum Berbasis Dunia Kerja, Pelatihan Berbasis Kompetensi, Pelatihan Berbasis Produksi, (2) Kurikulum Muatan Lokal, (3) Kurikulum hasil sinkronisasi program, (4) SKKNI, (5) Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan, (6) Menerapkan pembelajaran berbasis IT, dan (7) Menggunakan Bahasa Inggris pada pelajaran sains, kecuali bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Hingga tahun diklat 2010/2011 jumlah rombongan kelas mencapai 43 kelas, dan tiap kelas berjumlah rata-rata 32 siswa yang terbagi dalam 5 program keahlian yaitu; (1) Teknik Konstruksi Kayu, (2) Teknik Pemanfaatan Energi Listrik, (3) Teknik Permesinan, (4) Teknik Mekanik Otomotif, (5) Teknik Komputer dan Jaringan.

Dengan luas tanah seluruhnya 27.410 m2 dan luas bangunan 5.856 m2, SMK Negeri 2 Sragen memiliki fasilitas sekolah anatara lain; ruang kelas lengkap dengan PC dan proyektor, laboratrium bahasa, laboratorium computer, laboratorium CNC, laboratorium PLC, mushola, bengkel Suzuki, lapangan sepakbola, sport center, dan free hotspot 24 jam.


(58)

commit to user

2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2010/2011, dimulai bulan Oktober 2010 hingga bulan Februari 2011. bulan Oktober 2010 hingga awal Januari 2011 merupakan kegiatan persiapan yang meliputi perizinan, 0bservasi awal, penyusunan proposal, dan seminar proposal. Sedangkan pada pertengahan bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Februari 2011 peneliti akan melakukan penelitian di lapangandan penyusunan laporan akhir.

Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan mulai bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011. Adapun jadwal penelitian meliputi:

(1) Pembuatan proposal: Oktober 2010

(2) Pengembangan Landasan Teoretis: Oktober 2010-November 2010

(3) Penyusunan Instrumen: Desember 2010-Januari 2011

(4) Pengambilan Data: Januari 2011-Februari 2011

(5) Analisis Data: Februari 2011

(6) Penyusunan Laporan: Februari 2011

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas XII TPTL1 SMK Negeri 2 Sragen tahun pelajaran 2010/2011 terdiri dari 36 siswa, yang semuanya adalah laki-laki.

Dasar pertimbangan dipilihnya di SMK Negeri 2 Sragen adalah bahwa penulis adalah salah satu guru mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah


(59)

commit to user

tersebut. Dengan demikian hasil yang diperoleh nantinya dapat dijadikan acuan dalam pengembangan pengelolaan kualitas pembelajaran terutama pelajaran bahasa Indonesia di SMK Negeri 2 Sragen..

C. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Setting penelitian adalah SMK Negeri 2 Sragen yang berada di lokasi lingkungan masyarakat menengah ke atas. Objek penelitian adalah proses pembelajaran keterampilan menulis dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sedangkan subjek penelitian adalah guru yang memiliki permasalahan dalam pembelajaran keterampilan menulis dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Bentuk penelitian tindakan ini bersifat koloboratif partisipatorik, melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Rancangan penelitian: Tindakan dilakukan putaran demi putaran sampai

tercapainya tujuan PTK. Pada setiap akhir putaran atau siklus dilakukan evaluasi dan refleksi. Tujuannya adalah untuk melihat hal-hal yang telah dicapai dan yang belum dicapai pada setiap tindakan. Berdasarkan evaluasi dan refleksi kemudian dilakukan penyempurnaan terhadap hal-hal yang kurang, guna mengatasi secara keseluruhan masalah-masalah dalam pembelajaran keterampilan menulis menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2. Langkah-langkah tindakan: sebelum melakukan tindakan di kelas, disusun


(1)

commit to user

dapat belajar dengan senang, tidak tertekan, tidak bosan, dan merasa bahwa materi yang dipelajarinya bermanfaat bagi dirinya. Disamping itu pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat memupuk rasa kerjasama siswa, saling menunjang, mandiri, percaya diri, bertanggung jawab dan berani mengemukakan gagasan. Pembelajaran menjadi aktif, siswa bias saling sharing dengan teman maupun dengan guru.

Hal-hal yang dapat diterapkan oleh guru untuk memotivasi siswa sebagai implikasi dari penelitian ini adalah:

1. Melibatkan emosi siswa.

Karena kegiatan menulis tidak hanya terkait dengan logika (perencanaan, outline, tata bahasa, penyuntingan dsb) tetapi juga terkait dengan emosi (semangat, imajinasi), maka peran emosi harus didahulukan karena dengan emosi inilah gagasan-gagasan baru bias muncul dan berkembang.

2. Kerjasama.

Iklim kerjasama antar guru perlu dibangun dan ditingkatkan. Guru sebaiknya melibatkan teman sejawat dalam menyiapkan pembelajaran di kelas. Dengan adanya kerjasama segala kelemahan dan masalah bias diselesaikan.

3. Reflektif

Kemampuan reflektif mendorong guru unrtuk mengkaji kemajuan dan perkembngan siswa, sehingga dapat memberikan jalan keluar yang efektif untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaran.guru juga dapat memberi support dan penghargaan bagi siswa yang dapat menulis dengan baik.


(2)

commit to user

4. Senang Menulis

Siswa perlu didorong untuk senantiasa menyukai menulis. Apabila hal ini dilakukan, maka siswa akan terbiasa dan senang menuls yang pada akhirnya tidak mustahil mereka menjadi ahli dalam bidang tulis menulis.

C. Saran

Berkaitan dengan simpulan dan implikasi diatas dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Guru-guru yang belum pernah menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw hendaknya berusaha menambah wawasan terkait dengan pembelajaran tersebut.

2. Guru-guru dapat menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, karena pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.

3. Guru hendaknya menilai tulisan siswa tidak hanya dari hsilnya saja, tetapi juga proses kreatifnya.

4. Siswa hendaknya banyak belajar dan menulis, sebagaiman belajar dengan strategi kooperatif agar kemampuannya semakin maksimal.

5. Kepala sekolah hendaknya mendorong guru-gurunya agar meningkatkan pemahaman tentang pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dengan demikian siswa tidak hanya belajar menulis dari tema atau judul yang disampaikan saja, tetapi dapat menulis secara bebas dan kreatif.


(3)

(4)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1987. Penelitian Pendidikan, Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by Principles. Longman, San Francisco

State University.

Depdikbud. 1990. Peraturan Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Armas Duta Jaya.

Dimyati, Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Depdikbud Hamalik,O. 200 I. Media Pendidikan. Citra Aditya Bhakti. Bandung

Jamaludin. 2001. Pembelajaran yang Efektif Seri Informasi Pendidikan Agama Islam No.7. Departemen Agama RI. Jakarta.

Kusumo, l.W. dan Mulyadi,U. 1988. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum.

Bina Aksara. Jakarta

Ledlow, Susan. 2001. Using Think-Pair-Share in the College Classroom. Arizona State University

MGMP Bahasa Indonesia Kabupaten Sragen. 2009. Memahami Bahasa Indonesia untuk SMK Kelas 3. Sragen

Maimun.A.dkk.2001. Sekolah for Tomorrow Sekolah Masa Depan. Seri Informasi Pendidikan Agama Is/am no. /3. f)cpartclllcn Agama Rl.Jakarta

Mastuki. 2001. Menelusuri Pertumbuhan Sekolah di Indonesia. Seri Informasi

Pendidikan Agama Islam No.6. Departemen Agama RI. Jakarta.

Mudhoffir. 1999. Teknologi Instruksional. Remaja Rosda Karya Offset. Jakarta. Muslikah. 2010. Sukses Profesi Guru dengan Penelitian Tindakan Kelas.

Yogyakarta. Interprebook

Nasution. 1991. Pengembangan Kurikulum. Citra Aditya Bhakti. Bandung __________.1999. Teknologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta

Reigeluth.C.M. and Garfinke. 1994. Systemic Change in Education. Educational Technology Publication Englewood Cliffs. New Jersey


(5)

commit to user

Siberman, Mel. (Pengantar: Prof. Dr. Komaruddin Hidayat). 2009. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta. Pustaka Insan Madani

Solihatin, Etin. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta. Bumi Aksara

Sells.B.B. and Rickey. R.C. 1994. Instructional Technology: The Definition

Domain of Field. Edisi Terjemahan oleh Mahasiswa S2 Program Studi

Tekno1ogi Pembelanjaan PPS IKIP Malang Angkatan 1996. AECT. Wangshiton DC.

Snelbecker, G. E. 1974. Learning Theory. Instructional Theory and

Psychoeducational Design. Me. Graw Hill Book Company. New York.

Soekamto, T. dan Winataputra, U. S. 1996. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. PAU-PPAI. Jakarta.

Soenaewan. 1991. Pendekalan Sistem dalam Pendidikan. UNS Press. Surakarta. Suparman, A.. 1996. Design lnstruksional. PAU-PPAI. Jakarta.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algesindo

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Suwandi, Sarwiji. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG).

Surakarta. Panitia Setifikasi Guru Rayon 13 Surakarta

Tim Dosen FKIP-IKIP Malang. 1987. Pengantar Dasar-dasar Kependidikan.

Usaha Nasional. Surabaya

Trianto, M.Pd. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Konsep Dasar, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta. Prenada Media Grup


(6)

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PELAJARAN IPS KELAS IV SDN 1 KERTOSARI TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 5 35

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 15 50

Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Motivasi Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Pada Siswa Kelas XI IPS3 SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011

0 3 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VIID SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 2 69

PENGARUH PENDEKATAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF Pengaruh Pendekatan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI-IPA SMA Negeri 1 Karangpandan Tahun Pelajaran 2010/2011.

0 1 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA.

0 2 43

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sains-Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri 30 Semarang tahun pelajaran 2010 / 2011.

0 0 1

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN KUE INDONESIA DI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA.

1 9 268

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PELAJARAN BODI OTOMOTIF PADA SISWA KELAS XI-A SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 0 125