Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang penting, yang dipelajari mulai dari jenjang pendidikan tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Hakikat diberikannya mata pelajaran bahasa Indonesia dijenjang pendidikan menengah adalah sebagai wahana komunikasi dan alat ekspresi budaya telah terbukti mampu mempersatukan dan memelihara eksistensi bangsa Indonesia. Setiap berbahasa yang positif harus melandasi kemahiran berbahasa. Pengembangan kemahiran berbahasa Indonesia di jalur pendidikan formal sekolah dilaksanakan melalui mata diklat Bahasa Indonesia. Dengan demikian, pada hakikatnya mata diklat Bahasa Indonesia adalah wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan kemahiran berbahasa Indonesia, menumbuhkan kesadaran berbahasa, yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan bernalar dan membangun karakter, kesetiaan, kebanggan, dan kecintaan terhadap bahasa dan bangsa Indonesia. Mengingat pentingnya kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia bagi kehidupan bangsa dan negara Indonesia, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang penting pula. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dapat dilakukan beberapa jalur, antara lain jalur media massa, media cetak, maupun elektronik, jalur pendidikan, dan jalur kelembagaan. commit to user 2 Di antara jalur-jalur tersebut jalur pendidikan merupakan jalur yang paling efektif dan efisien. Oleh karenanya, bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran pokok dan menjadi salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Akhir Nasional UAN. Pembinaan san pengembangan Bahasa Indonesia di jalur pendidikan saat ini diatur dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP tahun 2006. Sejalan dengan fungsi mata pelajaran bahasa Indonesia, maka hakikat diberikannya mata pelajaran bahasa Indonesia dijenjang pendidikan menengah adalah sebagai wahana komunikasi dan alat ekspresi budaya telah terbukti mampu mempersatukan dan memelihara eksistensi bangsa Indonesia. Setiap berbahasa yang positif harus melandasi kemahiran berbahasa. Pengembangan kemahiran berbahasa Indonesia di jalur pendidikan formal sekolah dilaksanakan melalui mata diklat Bahasa Indonesia. Dengan demikian, pada hakikatnya mata diklat Bahasa Indonesia adalah wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan kemahiran berbahasa Indonesia, menumbuhkan kesadaran berbahasa, yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan bernalar dan membangun karakter, kesetiaan, kebanggan, dan kecintaan terhadap bahasa dan bangsa Indonesia. Tujuan utama pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah AtasKejuruan dan Madrasah Aliyah adalah untuk: 1 Membekali siswa sejumlah konsep bahasa untuk mengetahui dan membekali keterampilan membaca, menyimak, berbicara dan menulis. commit to user 3 2 Membekali siswa dengan konsep bahasa untuk mengatasi masalah bahasa dalam kehidupan sehari-hari terutama yang terjadi di lingkungan setingkat individu, rumah tangga, desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan nasional. 3 Membekali siswa sejumlah konsep bahasa Indonesia yang diperlukan untuk mendalami ilmu bahasa Indonesia pada jenjang selanjutnya. 4 Membekali siswa nilai-nilai serta etika berbahasa dalam kehidupan sehari- hari. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP tingkat SMK, terutama kelas XII, pelajaran menulis adalah bagian dari kompetensi yang dikembangkan dan dibekalkan kepada peserta didik setelah aspek membaca. Standar Kompetensi menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XII adalah “berkomunikasi dalam bahasa Indonesia setara dengan kualifikasi Unggul”, dengan Kompetensi Dasar “ menulis surat dengan memperhatikan jenis surat sesuai dengan aturan dan tujuan komunikasi”. Dengan kata lain, siswa kelas XII harus memiliki kemampuan menulis surat resmi yang sesuai dengan kriteria kinerja yaitu: 1 Surat pemberitahuan edaran, ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan tujuan komunikasi. 2 Surat undangan, ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan tujuan komunikasi. 3 Surat penawaran dan pesanan ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan tujuan komunikasi. 4 Pesan ditulis oleh peserta diklat. commit to user 4 5 Perjanjian sederhana ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan tujuan komunikasi. 6 Surat lamaran kerja ditulis oleh peserta diklat sesuai dengan aturan dan tujuan komunikasi Sumber: Memahami Bahasa Indonesia untuk SMK Tingkat 3. Tetapi, realitas menunjukkan bahwa kemampuan menulis surat resmi siswa kelas XII-Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik TPTL SMK Negeri 2 Sragen tahun ajaran 20102011 sangat rendah. Hal tersebut tentu saja menimbulkan keprihatinan tersendiri, mengingat mereka telah memperoleh materi menuis surat resmi sejak bangku Sekolah Menengah Tingkat Pertama. Rendahnya kemampuan menulis mereka tercermin dari : 1 Siswa merasa enggan dan merasa kesulitan apabila diberi tugas menulis. 2 Sebagian besar hasil tulisan siswa tidak sesuai dengan ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan EYD. 3 Struktur kalimat yang tidak jelas, serta kekurangan kemampuan siswa membedakan secara hakiki surat dinas, resmi dan pribadi. 4 Siswa kesulitan di dalam mengembangkan ide di dalam menulis. 5 Nilai rata-rata kelas untuk pelajaran menulis tidak memenuhi KKM. Nilai rata-rata kelas mata pelajaran menulis pada semester 1 hanya 5.9. Padahal, KKM untuk mata pelajaran menulis adalah 7.0. Peneliti mencoba untuk menemukan penyebab rendahnya kemampuan menulis siswa dengan melakukan observasi di kelas, tes tertulis, wawancara pre- riset terhadap beberapa siswa, guru, dan orang tua siswa. Penulis melakukan commit to user 5 observasi di kelas selama pelajaran bahasa Indonesia terutama pada saat peajaran menulis. Selain itu, peneliti juga meminta siswa untuk membuat surat resmi. Pre-tes dilaksanakan untuk mengukur tingkat kemampuan menulis siswa. Siswa diminta untuk menulis surat resmi, yaitu surat undangan dari Ketua OSIS kepada para pengurus OSIS untuk mengadakan rapat Panitia Idul Adha. Kriteria penilaian tulisan siswa meliputi; sistematika penulisan, penulisan sesuai EYD, isi sesuai perintah, dan kebersihan dan kerapihan. Hasil tes tertulis siswa menunjukkan bahwa lebih dari 50 tulisan siswa tidak sistematis, hasil tulisan siswa tidak sesuai dengan EYD 36, isi tulisan tidak sesuai dengan perintah 67, dan tulisan kurang bersih dan rapi 40. Data pre-tes menunjukkan bahwa lebih dari 80 siswa kelas XII-TPTL SMK Negeri 2 Sragen tidak memenuhi KKM. KKM menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia adalah 70. Dari 34 siswa, hanya 11.7 siswa atau hanya 4 siswa yang nilainya memenuhi KKM. Sementara itu, nilai rata-rata pre- tes untuk pelajaran menulis adalah 59.3. Dengan membandingkan nilai rata-rata kelas dan nilai KKM, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan menulis surat resmi siswa kelas XII-TPTL tergolong rendah. Untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat, peneliti melakukan wawancara informal terhadap beberapa siswa terkait dengan kesulitan mereka dalam menulis. Peneliti menanyakan penyebab kesulitan mereka pada pelajaran menulis. Berdasarkan hasil wawancara, kebanyakan siswa merasa kesulitan dalam menulis karena mereka jarang praktik menulis, tidak terbiasa menulis, dan juga tidak suka menulis. Selama pelajaran bahasa Indonesia dalam kelas, maupun commit to user 6 belajar di rumah, siswa lebih banyak fokus untuk mengerjakan soal-soal persiapan ujian atau tes. Waktu mereka untuk menulis sangat terbatas. Berdasarkan hasil pengamatan latar belakang social ekonomi keluarga siswa, fakta menunjukkan bahwa sekitar 50 siswa berasal dari Keluarga Pra Sejahtera. Hal tersebut menyiratkan bahwa kemungkinan mereka memperoleh tambahan pengetahuan di luar sekolah sangat kecil. Siswa yang mengikuti les, atau tambahan pelajaran di luar sekolah sangat sedikit. Bahkan beberapa dari mereka ada yang harus membantu orang tua bekerja setelah sekolah. Jadi, mereka hanya mengandalkan memperoleh ilmu di sekolah. Dan apabila ilmu yang diperoleh dari guru dan sekolah kurang maksimal, maka kemampuan mereka juga menjadi kurang maksimal juga. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama pembelajaran bahasa Indonesia di kelas XII-TPTL pada saat diampu guru lain, peneliti menemukan fakta bahwa penyampaian materi kurang kondusif. Guru hanya menerangkan materi secara satu arah, siswa mendengarkan dan menulis penjelasan guru, dan untuk mengukur kemampuan siswa, guru meminta mereka mengerjakan soal-soal latihan atau mengadakan ulangan harian. Apa yang telah dilaksanakan oleh guru seperti tersebut diatas memiliki beberapa kelemahan antara lain; 1 siswa tidak memiliki kesempatan untuk berekspresi, 2 siswa menjadi tidak kreatif, dan 3 ruang lingkup siswa secara social selama pelajaran menjadi terbatas. Siswa tidak dapat beriskusi, bertukar pikiran, berekspresi dengan teman mereka selama pembelajaran. commit to user 7 Selain itu, guru mengajar dengan melakukan aktifitas yang rutin dan sama, tanpa menyadari bahwa hal tersebut menyebabkan siswa menjadi bosan. Akibatnya, siswa tidak dapat memahami materi sepenuhnya karena motivasi dan partisipasi mereka turun atau hilang karena rasa bosan tersebut. Hal tersebut sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh Brown, “Routine activities in learning can make the students bored. As a result, their motivation and participation in learning will decrease” Brown, 2001: 48. Guru-guru juga mengalami kesulitan di dalam memberikan pelajaran menulis surat. Hambatan yang dialami oleh guru adalah rendahnya minat siswa dalam pembelajaran menulis. Metode pembelajaran yang kurang variatif serta kurang menarik minat siswa, sehingga hasilnya kurang memuaskan. Jadi, secara umum, hasil pembelajaran menulis mata pelajaran Bahasa Indonesia di tingkat SMK masih rendah. Rendahnya hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia juga tercermin dari hasil belajar mata pelajaran siswa kelas XII TPTL, SMK Negeri 2 Sragen. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata nilai teori serta berlatih memecahkan masalah bahasa Indonesia di lingkungan pendidikan dan masyarakat. Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas, maka peneliti merencanakan untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas PTK untuk mengattasi masalah kesulitan menulis surat resmi pada siswa kelas XII-TPTL SMK Negeri 2 Sragen tahun ajaran 20102011. Menurut Muslikah, Penelitian Tindakan Kelas PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya melalui refleksi diri, dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil commit to user 8 belajar siswa akan meningkat Muslikah, 2010: 33. Sementara menurut Suwandi bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pengamatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan Suwandi, 2008: 15-16. Peneliti merencanakan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Jigsaw adalah metode pembelajaran kooperatif yang diadopsi oleh Slavin di Universitas John Hopkins Trianto, 2009: 73. Pembelajaran dengan metode Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru menanyakan siswa apa yang mereka ketahui tentang topik tersebur. Kegiatan sumbang saran tersebut dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif siswa agar siap menghadapi pelajaran yang baru. Kemudian guru membagi siswa dalam kelompok. Guru membagi topik kepada tiap kelompok untuk dipelajari. Kemudian tiap kelompok mengirim 1 orang untuk menjadi tim ahli expert team. Tim ahli akan berdiskusi mengenai topik mereka dalam kelompok tersebut sehingga menjadi pengetahuan yang utuh yang mengintegrasikan pengetahuan antar konsep. Selanjutnya mereka kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan dan mendiskusikan pengetahuan yang mereka peroleh Suprijono, 2009: 89-90. Lebih lanjut, menurut Slavin dalam Supriyanto 2009: 91, langkah-langkah pembelajaran Jigsaw adalah: 1 Pendahuluan commit to user 9 Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok home group. Setiap siswa diberi tugas untuk menguasai dan memahami bagian tugas yang menjadi tanggung jawabnya. 2 Pembentukan kelompok Focused Exploration Anggota home group yang sudah memahami materi membentuk kelompok fokus yang mendiskusikan materi yang dikuasainya. 3 Pelaporan dan Penajaman Reporting and Resharping Para siswa kembali pada kelompok semula. Kemudian ia melaporkan hasil penguasaan materi dari kelompok fokus. 4 Integrasi dan Evaluasi Guru mengevaluasi tentang materi yang didapatkan pada pembelajaran dan diskusi saat itu. Manfaat dari metode Jigsaw ini adalah siswa dapat memperoleh lingkup pembelajaran yang lebih luas dan mendalam mengenai beberapa topik dalam satu sesi pembelajaran Trianto, 2009: 156. Melalui penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan guru, diharapkan akan ada peningkatan pada beberapa poin. Pertama, kemampuan menulis siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia akan meningkat. Kedua, nilai rata-rata ulangan harian yang diharapkan setelah penelitian adalah 70 atau mencapai nilai batas ketuntasan belajar mata pelajaran bahasa Indonesia. Ketiga, siswa menjadi aktif dan termotivasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. commit to user 10

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PELAJARAN IPS KELAS IV SDN 1 KERTOSARI TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 5 35

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 15 50

Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Motivasi Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Pada Siswa Kelas XI IPS3 SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011

0 3 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VIID SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 2 69

PENGARUH PENDEKATAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF Pengaruh Pendekatan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI-IPA SMA Negeri 1 Karangpandan Tahun Pelajaran 2010/2011.

0 1 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA.

0 2 43

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sains-Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri 30 Semarang tahun pelajaran 2010 / 2011.

0 0 1

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN KUE INDONESIA DI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA.

1 9 268

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PELAJARAN BODI OTOMOTIF PADA SISWA KELAS XI-A SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 0 125