Kerangka Berpikir Desain Penelitian

30 Peneliti menggunakan beberapa metode untuk menyelidiki reaksi mahasiswa terhadap metode pekerjaan rumah fleksibel, yaitu wawancara, survei melalui web, dan statistik pekerjaan rumah. Wawancara memberikan banyak informasi mengenai komentar siswa tentang metode pekerjaan rumah tradisional dan metode pekerjaan rumah fleksibel. Hasil wawancara ini digunakan untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan pada saat survey untuk memperoleh data statistik yang banyak. Hasil ujian dan survey konseptual juga digunakan sebagai data dalam analisis, Bao,L Stonebraker 2002.

D. Kerangka Berpikir

1. Hubungan antara model flexible homework dengan motivasi berprestasi belajar fisika siswa. Model flexible homework kiranya dapat memberikan pengaruh yang positif bagi siswa sehingga dapat memberikan pengaruh yang positif pula terhadap motivasi berprestasi belajar siswa. Dengan adanya pengaruh yang positif diharapkan siswa memiliki semangat dan motivasi dalam belajar fisika. 2. Hubungan antara model flexiblel homework dengan prestasi siswa dalam belajar fisika. Model flexible homework kiranya akan memberikan pengaruh pada prestasi belajar fisika siswa. Dengan memberikan pandangan yang positif 31 tentang flexible homework, berarti model flexible homework ini layak untuk digunakan dalam membantu proses belajar mengajar fisika. Dengan demikian, kiranya siswa akan semakin tekun belajar fisika, sehingga prestasi belajar fisikanya juga akan semakin optimal.

E. Kinematika Gerak Lurus dan Gerak Parabola dengan Analisis Vektor

Kinematika adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari gerak suatu benda tanpa meperhitungkan penyebabnya Tipler, 1991:22. Besaran-besaran serta komponen-komponen pada gerak dengan analisis vektor pada penjelasan berikut ini, diadopsi dari buku pelajaran fisika untuk SMA Kelas XI Kanginan, 2007: 2- 34.

1. Posisi, Kecepatan, dan Percepatan pada Gerak dalam Bidang

a. Posisi Partikel pada Suatu Bidang

Posisi partikel pada suatu bidang akan dinyatakan dengan vektor- vektor satuan, yaitu vektor satuan pada sumbu X, ditulis i dan pada sumbu Y, ditulis j. Besar vektor satuan : 1 O i = 1 dan j =1 Gambar 2.1 Vektor-vektor satuan pada sumbu X dan Y X Y j i O 32 Ambil titik asal O sebagai titik acuan, maka posisi sebuah partikel yang bergerak pada bidang XOY di mana pada saat t memiliki koordinat X,Y gambar 2.2 dapat dinyatakan sebagai: 2 Menentukan perpindahan partikel pada bidang Misalkan trayektori lintasan yang ditempu sebuah partikel pada suatu bidang adalah seperti pada gambar 2.3. Pada saat t = t 1 , partikel berada di titik P 1 X 1 ,Y 1 dengan vektor posisi r 1 = x 1 i + y 1 j . Beberapa O x i y j r = x i + y j Y X Gambar 2.2 Posisi partikel pada bidang XOY r = x i + y j Gambar 2.3. Vektor posisi dan perpindahan partikel pada bidang XOY Y X r 1 r 2 ∆r O ̅ P 1 x 1 ,y 1 P 2 x 2 ,y 2 Trayektori 33 saat kemudian t = t 2 , partikel berada di titik P 2 X 2 ,Y 2 dengan vektor posisi r 2 = x 2 i + y 2 j . Perpindahan didefinisikan sebagai perubahan posisi kedudukan suatu partikel dalam suatu selang waktu tertentu. Vektor perpindahan bararah dari titik awal ke titik akhir. Pada gambar 2.3, titik awal adalah P 1 dan titik akhir adalah P 2 . Tentu saja vektor perpindahan ∆r adalah segmen garis berarah P 1 P 2 . Pada segi tiga O P 1 P 2 , vektor yang menutup adalah r 2 sehingga berlaku r 2 = r 1 + ∆r 3 Dalam bentuk komponen diperoleh ∆r = x 2 i + y 2 j – x 1 i + y 1 j = x 2 – x 1 i + y 2 - y 1 j 4 dengan 5

b. Kecepatan Partikel pada Suatu Bidang

1 Kecepatan Rata-Rata Kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai hasil bagi perpindahan dengan selang waktu tempuhnya. Untuk gerak lurus satu dimensi, persamaan kecepatan rata-rata adalah sebagai berikut: Kecepatan rata-rata pada garis lurus: 6 ∆r = r 2 – r 1 ∆r = ∆x i + ∆y j ∆x = x 2 – x 1 dan ∆y = y 2 - y 1 ̅ = ∆ ∆ = − − 34 Dalam gerak pada bidang dua dimensi definisinya tetap, hanya ∆x diganti dengan vektor posisi ∆r. Kecepatan rata-rata pada bidang 7 dengan r 2 adalah posisi pada t = t 2 dan r 1 adalah posisi pada t = t 1 Bentuk komponen dari kecepatan rata-rata ̅ diperoleh dengan mensubsitusi ∆r dengan ∆x i + ∆y j lihat persamaan 4 ke dalam persamaan 7. ̅ = ∆ ∆ ∆ = ∆ ∆ + ∆ ∆ 8 9 Oleh karena ̅ = ∆ ∆ , maka kecepatan rata-rata ̅ searah dengan arah perpindahan ∆r lihat gambar 2.3. 2 Kecepatan Sesaat sebagai Kemiringan Grafik Komponen X terhadap t Kecepatan sesaat didefinisikan sebagai kecepatan rata-rata untuk selang waktu ∆t yang mendekati nol. Secara matematis ditulis: 10 ̅ = ∆ ∆ = − − ̅ = + = ∆ ∆ = − − = lim ∆ → ∆ ∆ 35 Kita akan menentukan tafsiran geometris dari persamaan di atas dengan meninjau grafik X terhadap t sebagai komponen grafik r terhadap t. Pada gambar 2.4 ditunjukkan proses limit pada suatu grafik posisi X terhadap t. Di situ selang waktu ∆t terus diperkecil dengan mengambil t 1 tetap dan t 2 mendekati t 1 . Ketika ∆t mendekati nol, ∆x mendekati nol dan kecepatan rata-rata ̅ menjadi kecepatan sesaat v, yang sejajar dengan garis singgung kurva posisi pada t = t 1 . Dengan demikian, dapatlah dinyatakan tampilan geometris dari kecepatan sesaat. Kecepatan sesaat pada t = t 1 adalah kemiringan garis singgung dari grafik posisi. x – t pada saat t = t 1 . x t P 1 P 2 ’’ P 2 ’ P 2 ∆t 3 ∆t 2 ∆t 1 ∆t t 1 t 2 P 2 ’’’ ∆x 3 ∆x 2 ∆x 1 ∆x tangensial pada P 1 Gambar 2.4. Tampilan geometris kecepatan sesaat pada t 1 sama dengan kemiringan garis singgung grafik x-t pada t = t 2 36 3 Kecepatan Sesaat Sebagai Turunan Fungsi Posisi Secara matematis dapat ditulis 11 4 Kecepatan Sesaat untuk Gerak dalam Bidang Mirip dengan kasus gerak satu dimensi lihat persamaan 11 maka kecepatan sesaat untuk gerak pada bidang juga merupakan turunan pertama fungsi posisi r terhadap waktu t. Bentuk komponen dari kecepatan sesaat v diperoleh dengan mensubsitusi r = x i + y j ke dalam persamaan 11. = + = + 12 dengan 13 Persamaan 13 menunjukkan bahwa jika posisi koordinat hosisontal X dan vertikal Y diberikan dalam fungsi waktu t, maka dapat Kecepatan sesaat untuk gerak lurus adalah turunan pertama dari fungsi posisi X terhadap waktu t. = = + = dan = 37 ditentukan komponen kecepatan sesaat, v x dan v y dengan menggunakan turunan. 5 Menentukan Posisi dari Fungsi Kecepatan Jika komponen-komponen kecepatan v x dan v y sebagai fungsi dari waktu diketahui, maka posisi horisontal X dan posisi vertikal Y dari partikel dapat ditentukan dengan pengintegralan. = = − = 14 = = − = 15 Untuk gerak partikel pada satu dimensi, cukup digunakan persamaan 14 untuk lintasan horisontal atau persamaan 15 untuk lintasan vertikal. = + ∫ = + ∫ 38 6 Perpindahan Sebagai Luas di Bawah Grafik v – t Tafsiran geometris dari turunan pertama adalah gradien dari garis singgung grafik. Misalkan untuk menentukan perpindahan dan jarak yang ditempuh partikel dengan grafik v-t seperti pada gambar 2.5, mulai dari t = t 1 sampai dengan t = t 2 maka: 16 17 dengan A 1 dan A 2 adalah luas daerah yang diraster. Perhatikan, menghitung perpindahan dalam selang ≤ ≤ tidaklah masalah. Tetapi ketika menghitung jarak dalam selang ≤ ≤ , harus hati-hati. haruslah terlebih dahulu menyelidiki apakah grafik vt memotong sumbu t dalam selang ≤ ≤ ataukah tidak. perpindahan = A 1 + A 2 = ∫ jarak = A 1 + A 2 = ∫ − ∫ Gambar 2.5. Perpindahan sebagai luas di bawah grafik v -t v t t 2 t 3 t 1 A 1 A 2 39

c. Percepatan Partikel pada Bidang

1 Percepatan Rata-Rata Percepatan rata-rata lambang didefinisikan sebagai perubahan kecepatan dalam suatu selang waktu tertentu. 18 dengan v 2 adalah kecepatan pada t = t 2 dan v 1 adalah kecepatan pada saat t = t 1 . Bentuk komponen dari percepatan rata-rata diperoleh dengan mensubsitusi ∆ dengan ∆ + ∆ ke dalam persamaan 18. = ∆ + ∆ ∆ = ∆ ∆ + ∆ ∆ 19 20 21 2 Percepatan Sesaat sebagai Kemiringan Grafik vt Percepatan sesaat didefinisikan sebagai percepatan rata-rata untuk selang waktu ∆ mendekati nol. Secara matematis dapat ditulis: 22 Percepatan rata-rata = ∆ ∆ = = + = ∆ ∆ = = ∆ ∆ = = lim ∆ → = lim ∆ → ∆ ∆ 40 Mirip dengan kecepatan sesaat, kita dapat menyatakan tampilan geometris dari percepatan sesaat gambar 2.6 sebagai berikut. Tafsiran geometris dapat dinyatakan sebagai berikut: secara matematis dapat ditulis: 23 percepatan sesaat pada t = t 1 adalah kemiringan garis singgung dari grafik v – t pada saat t = t 2 percepatan sesaat adalah turunan pertama dari fungsi kecepatan v terhadap waktu t = ∆ ∆ Gambar 2.6. Tampilan geometris percepatan sesaat pada t = t 1 sama dengan kemiringan garis singgung pada P 1 , yaitu ∆ ∆ ∆v ∆t 3 ∆t 2 ∆t 1 ∆t v t tangensial P 1 P 2 P 2 ’ P 2 ’’ P 2 ’’’ ∆v 3 41 3 Percepatan Sesaat untuk Gerak pada Bidang Untuk gerak pada bidang percepatan juga dinyatakan oleh persamaan 23, hanya saja notasi yang digunakan adalah notasi vektor. = 24 Bentuk komponen dari percepatan sesaat diperoleh dengan mensubsitusi = ∆ + ∆ ke dalam persamaan 24. = = + = + 25 dengan 26 lebih lanjut, karena = dan = , maka 27 4 Menentukan Kecepatan dari Grafik − Jika percepatan a sebagai fungsi waktu t diketahui, maka kecepatan v dapat ditentukan dengan teknik integrasi. = ↔ = integralkan kedua ruas, maka dapat diperoleh = + = dan = = dan = 42 ∫ = ∫ ↔ − = ∫ 28 dengan v adalah vektor kecepatan awal kecepatan pada saat t =0 . Untuk gerak satu dimensi pada sumbu X saja atau sumbu Y saja, persamaannya persis seperti persamaan 28, hanya huruf tebal diganti huruf miring. Ini karena arah vektor kecepatan sudah diwakili oleh tanda positif atau negatif. 29 Dalam matematika nilai integral ∫ sama dengan luas daerah di bawah grafik at dengan batas bawah t = 0 dan batas atas t = t, dan ini ditunjukkan oleh luas arsir pada gambar 2.7. Jadi, jika kecepatan awal partikel v diketahui, maka kecepatan partikel v dapat diperoleh dengan teknik menghitung luas daerah di bawah grafik percepatan terhadap waktu. = + = + a t t grafik at Gambar 2.7. Luas daerah di bawah grafik at atau luas arsir sama dengan nilai 43

2. Gerak Parabola

a. Kecepatan Relatif

Kecepatan sebuah benda kadang-kadang diukur relatif terhadap suatu acuan yang bergerak relatif terhadap acuan lain. Untuk benda- benda yang berada di atas tanah, umumnya kecepatan benda ditetapkan terhadap acuan tanah. pengamat yang diam di tanah. Misalnya kecepatan sebuah mobil 60 kmjam, maksudnya kecepatan mobil terhadap tanah pengamat yang diam di tepi jalan adalah 60 kmjam ditulis v mobil,tanah = 60 kmjam. Untuk benda-benda yang bergerak di permukaan air, umumnya kecepatan benda ditetapkan terhadap acuan arus air. Misalnya, nelayan mendayung perahu dengan kecepatan 10 kmjam, maksudnya kecepatan perahu terhadap acuan arus air sama dengan 10 kmjam, ditulis v perahu,air = 10 kmjam. Pengamat yang berbeda acuan umumnya memberikan hasil pengukuran kecepatan yang berbeda untuk benda yang sama yang sedang bergerak. Misalnya, mobil A sedang melaju dengan kecepatan 100 kmjam terhadap acuan tanah pengamat diam di tepi jalan. Pada saat yang sama, mobil B melewati mobil A dengan kecepatan 110 kmjam terhadap acuan tanah. Pengamat yang diam di tepi jalan mengatakan mobil B melaju sangat cepat. Tetapi pengamat di dalam mobil A tidak setuju dengan pendapat tersebut. Pengamat yang berada di dalam mobil A mengatakan bahwa mobil B melaju sangat lambat karena pengamat di dalam mobil A, mengukur kecepatan mobil B 10 kmjam terhadap mobil A. Jadi kedua pengukuran dari dua pengamat di atas sangat berbeda karena acuan yang mereka gunakan berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan bersifat relatif, tergantung dari titik acuan mana yang digunakan. Untuk kasus mobil A dan mobil B. Kecepatan mobil A relatif terhadap acuan tanah adalah v A,t = 100 kmjam. Sedangkan kecepatan mobil B relatif terhadap tanah adalah v B,t = 110 kmjam. Kita ingin 44 mengetahui kecepatan mobil B relatif terhadap mobil A yang teramati oleh pengamat yang diam di tepi jalan adalah 30

b. Gerak Parabola

Gerak parabola didefinisikan sebagai gerak sebuah benda pada bidang dua dimensi yaitu pada arah sumbu X dan arah sumbu Y dalam waktu bersamaan. Pada arah sumbu X benda melakukan gerak lurus beraturan GLB. Pada arah sumbu Y benda melakukan gerak lurus berubah beraturan GLBB. Untuk menganalisis gerak parabola, hal yang perlu diperhatikan adalah

c. Persamaan Posisi dan Kecepatan pada Gerak Parabola

Gerak parabola dapat dianalisis dengan meninjau gerak lurus beraturan pada sumbu X dan gerak lurus berubah beraturan pada sumbu Y secara terpisah. Pada sumbu X berlaku persamaan gerak lurus beraturan. v = v = tetap dan x = v t Jika pada sumbu X, kecepatan awal adalah v 0x , kecepatan pada saat t adalah v x dan posisi adalah X gambar 2.8, maka persamaan menjadi 31 v BA = v B,t + v A,t  percepatan gravitasi bumi selalu tetap 9,8 ms 2 ,  pengaruh hambatan atau gesekan dengan udara diabaikan  rotasi bumi tidak mempengaruhi gerakan. v x = v 0x 45 32 Jika pada sumbu Y kecepatan awal adalah v 0y , kecepatan pada saat t adalah v y , percepatan a = -g berarah ke bawah dan posisi adalah Y, maka persamaan menjadi 33 34 Kecepatan awal dinyatakan dengan v 0x dan v 0y dengan besarnya v kelajuan awal dan sudut terhadap sumbu X positif. Dalam besaran-besaran ini, komponen kecepatan awal v 0x dan v 0y dapat diperoleh dari perbandingan trigonometri cos dan sin 35 X = v 0x t v y = v 0y – g t Y = v 0y t – ½ g t 2 cos = = cos Gambar 2.8. Lintasan parabola suatu benda yang dilempar pada kecepatan awal v dengan sudut elevasi O0,0 , = = 0 = − A 46 36 Kecepatan benda pada saat t diperoleh dengan menguraikan komponen kecepatan pada arah sumbu X adalah v x dan pada sumbu Y adalah v y , sehingga berlaku besar kecepatan 37 arah kecepatan 38

d. Menentukan Tinggi Maksimum dan Jarak Terjauh

Tinggi maksimum tak lain adalah ordinat Y dari titik tertinggi. Perhatikan gambar 2.8. Ketika benda bergerak naik dari titik awal O ke titik tertinggi H, komponen kecepatan pada sumbu X selalu tetap. Akan tetapi komponen kecepatan pada sumbu Y terus berkurang karena diperlambat oleh percepatan gravitasi g. Pada saat benda mencapai titik tertinggi H, komponen kecepatan pada sumbu Y sama dengan nol. Syarat suatu benda mencapai titik tertinggi titik H adalah 39 Karena pada titik tertinggi H, v y = 0, maka kecepatan pada titik tertinggi, v H , adalah 40 Dari persamaan 33 dan 39 dapat ditentukan tinggi maksimum, Y H , dan tentu saja koordinat titik tertinggi H X H ,Y H . Dengan menggabungkan persamaan 33 dan persamaan 39, maka diperoleh: sin = = sin = + tan = v y = 0 v H = v x = v 0x 47 v y = 0 v 0y – gt 0H = 0 41 Dengan t 0H adalah waktu untuk mencapai ketinggian maksimum. Dengan mensubsitusi t 0H pada persamaan 41 ke dalam persamaan 32 posisi horisontal X, maka diperoleh koordinat X dari titik tertinggi H. = = cos = 2 sin cos 42 Dengan mensubsitusikan t 0H pada persamaan 41 ke dalam persamaan posisi vertikal Y persamaan 34, maka dapat ditentukan koordinat Y H yang merupakan tinggi maksimum. = − = sin − = − 43 Dengan diketahuinya X H dan Y H , maka koordinat titik tertinggi H adalah sebagai berikut. t 0H = = = 2 sin 2 = 2 48 44 Oleh karena pengaruh gaya gravitasi yang menarik benda ke bawah, maka benda yang sedang bergerak ke atas dengan lintasan parabola akhirnya akan tiba kembali pada sumbu horisontal X. Jika titik awal pelemparan adalah O dan titik benda tiba di tanah adalah A lihat gambar 2.8, maka jarak terjauh adalah OA diberi simbol R. Syarat untuk jarak terjauh R adalah sin − = 0 2 sin = 45 Dengan t 0A adalah waktu untuk mencapai jarak horisontal terjauh dan t 0H adalah waktu untuk mencapai titik tertinggi. Jarak R diperoleh dengan mensubsitusikan pada persamaan umum GLB. = Karena yang diinginkan adalah menentukan jarak R, maka indeks X kita ganti dengan R. , ↔ 2 sin 2 , 2 = 0 = 2 sin = 2 = cos 49 = cos 2 sin = 2 sin cos 46

e. Sifat Simetris Grafik Parabola

Jika gesekan angin dalam gerak parabola diabaikan, maka grafik parabola dapat kita analisis secara matematis. Dalam pelajaran matematika diketahui bahwa grafik parabola memiliki sumbu simetri yang akan membagi parabola menjadi dua bagian yang persis sama. Untuk parabola yang terbuka ke bawah memiliki esktrem maksimum, sumbu simetrinya akan sejajar sumbu tegak dan melalui = sin 2 Gambar 2.9. Sifat simetri grafik parabola dengan sumbu simetri adalah HH’ Y H H’’ H’ sumbu simetri O P R A Q − = X P dan Q terletak pada ketinggian yang sama = 50 titik tertinggi. Dengan demikian, sumbu simetri untuk gerak parabola seperti pada gambar 2.9 pastilah melalui titik tertinggi H dan sejajar sumbu tegak Y. Sumbu simetri ini adalah HH’. Untuk dua titik yang terletak pada ketinggian yang sama, misalnya titik P dan Q pada gambar 2.9 Y P = Y Q , berlaku sifat simetri grafik parabola sebagai berikut. 1 Waktu naik = waktu turun t PH = t HQ 2 Besar kecepatan naik = besar kecepatan turun, tetapi kecepatan naik tidak sama dengan kecepatan turun, sebab arahnya berbeda. v P = v Q 3 Sudut elevasi ke bawah = negatif sudut elevasi ke atas = − 4 Jarak titik ke sumbu simetri sama besar. PH” = QH”. 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental. Menurut Suparno 2007: 135 secara umum riset kuantitatif adalah desain riset yang menggunakan data berupa skor atau angka, lalu menggunakan analisis statistik. Pada penelitian ini data dalam bentuk skor atau angka akan dianalisis dengan menggunakan statistik Test-t. Fraenkel dan Walen dalam Suparno, 2007: 136 menjelaskan sifat dan keunikkan riset eksperimental sebagai satu-satunya riset yang ingin mencoba untuk mempengaruhi variabel tertentu. Bukan hanya untuk mendeskripsikan suatu keadaan, tetapi juga untuk mempengaruhi dengan melakukan treatment tertentu. Penelitian ini dilaksanakan dalam suatu desain eksperimental yang bertujuan untuk membandingkan dua perlakuan berbeda kepada subjek penelitian. Menurut Kerlinger 2004: 508 desain eksperimental adalah desain di mana peneliti memanipulasi sedikitnya satu variabel bebas. Dalam penelitian ini, peneliti memanipulasi variabel bebas yaitu flexible homework, pada kelas treatmen dan traditional homework pada kelas kontrol. kemudian melihat pengaruhnya terhadap motivasi dan prestasi belajar fisika sebagai variabel terikat. Desain penelitian ini menggunakan rancangan pretest dan posttest dengan kelompok nonequivalen. Menurut Campbell dan Stanley 1963:47 desain ini mirip dengan The Pretest-Posttest Control Groups Design pada eksperimen murni, hanya bahwa dalam rancangan ini subjek-subjek eksperimen tidak dipilih 52 secara random dari suatu populasi ke dalam group eksperimen dan group kontrol. Hal ini, menurut Trochim 2006: 1 dimungkinkan karena dalam dunia pendidikan tidak akan pernah ada dua kelompok yang benar-benar equivalen, sehingga subjek tidak dapat ditentukan secara random. Pretest diberikan pada awal, yaitu sebelum proses pembelajaran fisika pada pokok bahasan kinematika gerak lurus dan gerak parabola dengan analisis vektor dilaksanakan. Pretest diberikan pada dua kelompok kelas, yaitu T kelas treatmen dan K kelas kontrol. T adalah kelas treatmen yang diberi perlakuan yaitu flexible homework dan K adalah kelas kontrol yang diberi traditional homework. Proses pembelajaran fisika pada pokok bahasan kinematika dengan analisis vektor baru mulai dilaksanakan setelah masing-masing kelompok kelas menyelesaikan pretest. Materi kinematika gerak lurus dan gerak parabola dengan analisis vektor, diajarkan pada masing-masing kelas selama 12 jam pelajaran 12JP. Posttest dilakukan setelah seluruh materi pada pokok bahasan kinematika gerak lurus dan gerak parabola dengan analisis vektor selesai diajarkan. Pekerjaan rumah homework diberikan pada masing-masing kelas sebanyak dua kali. Pada kelas treatmen diberikan flexible homework, sedangkan pada kelas kontrol diberikan traditional homework. Jumlah soal, tingkat kesulitan soal, dan bobot dari masing-masing soal untuk dua kelompok kelas dibuat identik. Tingkat kesulitan soal ditentukan berdasarkan taksonomi kognitif oleh Benyamin Bloom dalam Kuswana, 2012: 31. Taksonomi kognitif menurut Bloom terdiri atas enam ranah kognitif yaitu, dari level rendah ke level tinggi adalah sebagai 53 berikut: knowledge pengetahuan, comprehension pemahaman, application penerapan, analysis analisis, syntesis sintesis, dan evaluation evaluasi. Soal-soal pekerjaan rumah dalam penelitian ini terdiri atas soal pemahaman, penerapan, dan analisis. Berdasarkan urutan taksonomi kognitif Bloom ini, maka soal pemahaman digolongkan dalam kategori tingkat kesulitan rendah, soal aplikasi digolongkan dalam kategori tingkat kesulitan sedang dan soal analisis digolongkan dalam kategori tingkat kesulitan tinggi. 54 Secara ringkas desain penelitian ini ditunjukkan pada gambar 3.1 di bawah ini. Gambar 3.1 Diagram alur penelitian Tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 pembuatan instrumen, 2 melakukan survey dan mengajukan perijinan ke sekolah tempat penelitian, 3 melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran, 4 melaksanakan pretest, 5 mengajar pokok bahasan kinematika gerak lurus dan Mengajar Gerak Parabola Kelas Treatmen Kelas Kontrol Pretest Mengajar vektor posisi, perpindahan, kecepatan, percepatan dan kecepatan relatif Flexible homework 1 Traditional homework 1 Flexible homework 2 Traditional homework 2 Kuesioner Posttest Kuesioner 55 gerak parabola dengan analisis vektor, 6 treatmen dengan memberi flexible homework pada kelas treatmen dan traditional homework pada kelas kontrol, 7 melaksanakan posttest, 8 mengisi kuesioner motivasi berprestasi belajar fisika, 9. melakukan analisis data. Untuk memberikan keyakinan bahwa hasil penelitian benar-benar disebabkan oleh pengaruh perlakuan, maka diupayakan validitas pada rancangan penelitian. Validitas rancangan penelitian ini terdiri atas dua macam yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Faktor-faktor internal yang diupayakan untuk dikontrol adalah sebagai berikut diadaptasi dari Cook Campbell, 1979:51-53: a. Faktor sejarah dan kematangan, yaitu dengan membatasi waktu eksperimen kurang dari 3 bulan. b. Faktor efek pengujian, yaitu dengan memberikan instrumen yang sama dan pelaksanaan tes yang serempak. Selain itu, untuk menghindari kebocoran soal, perangkat soal dikumpulkan kembali segera setelah tes, sehingga siswa tidak menyalin soal. Peneliti juga tidak memberi tahu bahwa tes tersebut diadakan dalam rangka penelitian, melainkan ulangan biasa. c. Faktor pengukuran, yaitu dengan melakukan penskoran yang sama pada masing-masing kelompok penelitian. Penskoran dilakukan dengan hati- hati. d. Faktor materi, yaitu dengan menetapkan tujuan pembelajaran dan urutan pengajaran yang sama bagi kedua kelompok. 56 e. Unsur implementasi, yaitu dengan menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP berdasarkan standar isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Faktor eksternal dikontrol dengan melaksanakan eksperimen dalam situasi yang sealamiah mungkin. Diupayakan agar siswa tidak tahu bahwa mereka sedang menjadi subjek penelitian. Kegiatan pembelajaran berjalan seperti biasa, tidak ada perubahan jadwal pelajaran fisika. Agar lebih jelas, pelaksanaan pembelajaran dan tes dalam penelitian ini dijabarkan sebagi berikut:

1. Pelaksanaan Pembelajaran dan Treatment

a. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh peneliti pada masing- masing kelompok kelas. Materi pembelajaran untuk kelas treatmen dan kelas kontrol sama dan memerlukan lama waktu yang sama pula. Jam pelajaran disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang ditetapkan sekolah. Pelaksanaan pembelajaran untuk kedua kelompok penelitian dilakukan secara terpisah. Hal ini dimaksudkan agar siswa pada kelompok treatmen tidak mengetahui statusnya dan untuk menghindari upaya kelompok kontrol menyamai kelompok treatmen, sehingga dapat memberikan hasil akhir yang murni. 57 b. Pelaksanaan Treatment Treatment adalah perlakuan peneliti kepada subyek yang mau diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan Suparno, 2007:51. Treatment yang digunakan pada kelas eksperimen adalah model flexible homework. Sedangkan pada kelas kontrol adalah model traditional homework. Treatment berupa pemberian soal-soal pekerjaan rumah, dilakukan pada akhir kegiatan belajar mengajar KBM. Pada kelas eksperimen diberikan treatment berupa model flexible homework. Sedangkan pada kelas kontrol treatment dilakukan dengan diberi model traditional homework.

2. Pelaksanaan Tes

Seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran diawali dengan pretest. Pretest untuk kelas treatmen dan kelas kontrol dilaksanakan pada jam pelajaran masing-masing sesuai jadwal pelajaran yang ditetapkan sekolah. Tujuan pretest adalah untuk mengetahui tingkat kondisi subjek yang berkenan dengan variabel terikat sebelum dikenakan perlakuan. Sedangkan posttest untuk kelas treatmen dan kelas kontrol dilakukan setelah seluruh rangkaian kegiatan belajar mengajar selesai. Secara ringkas peneliti mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran, treatmen, dan tes dengan membuat tabel deskripsi pelaksanaan penelitian pada masing-masing kelas sebagai berikut. 58 Tabel 3.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian pada Kelas Treatmen Tgl. Pelaksanaan Waktu Uraian Kegiatan Tabel 3.2 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian pada Kelas Kontrol Tgl. Pelaksanaan Waktu Uraian Kegiatan

B. Tempat dan Waktu Penelitian