18
dituntut. Secara khusus, yang dimaksud dengan prestasi belajar fisika dalam penelitian ini adalah tingkat penguasaan dan pencapaian standar
kompetensi yang dimiliki siswa kelas XI IPA SMA Frater Makassar setelah mengikuti pelajaran fisika pada pokok bahasan kinematika gerak
lurus dan gerak parabola dengan analisis vektor, yang diukur dengan menggunakan tes berupa seperangkat soal yang memuat Kompetensi
Dasar KD sebagaimana ditentukan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP.
C. Pekerjaan Rumah
Homework 1.
Pengertian Pekerjaan Rumah
Beberapa pendapat tentang pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah merupakan kegiatan di luar kelas yang merupakan perluasan dari tugas di
kelas Kurniawan, 2008. Pekerjaan rumah merupakan salah satu metode mengajar yang berguna untuk mengatasi kelemahan metode-metode lain
seperti ceramah dan diskusi Caray, 2008. Pekerjaan rumah merupakan salah satu bentuk tugas Oloan, 2011. Pekerjaan rumah merupakan salah
satu instrumen yang dipergunakan guru dalam pembelajaran Wibowo, 2011. Jadi, pekerjaan rumah secara umum adalah tugas berupa sejumlah
soal yang diberikan oleh guru dari sekolah kepada siswa untuk dikerjakan di rumah.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan rumah merupakan salah satu model atau instrumen yang digunakan guru
19
dalam pembelajaran berupa tugas soal-soal yang diberikan kepada siswa untuk dikerjakan di rumah sebagai latihan lanjutan setelah siswa belajar di
kelas. Jadi, pekerjaan rumah yang dimaksud di sini bukanlah sebagai alat ukur, tetapi sebagai model pembelajaran atau instrumen pembelajaran.
2. Jenis-jenis Pekerjaan Rumah
Le Conte 1981 dalam Kurniawan 2011 menggolongkan pekerjaan rumah menjadi tiga macam yaitu:
a. Practice assignments tugas latihan, yang menguatkan keterampilan atau pengetahuan yang baru saja diterimanya.
b. Preparation assignment tugas mempersiapkan, yang dimaksud untuk memberikan latar belakang tentang topik tertentu.
c. Extension assignment tugas perluasan, yang dirancang untuk mempraktekkan bahan yang sudah pernah dipelajari atau memperluas
pengetahuan siswa dengan mendorong mereka untuk melakukan lebih banyak penelitian tentang subjek yang dimaksud setelah topik
dipelajari di kelas. Berdasarkan penjelasan jenis-jenis pekerjaan rumah di atas, jenis
pekerjaan rumah yang digunakan pada penelitian ini adalah practice assignments tugas latihan. Siswa akan diberi soal-soal latihan untuk
dikerjakan di rumah. Soal- soal tersebut merupakan kelanjutan dari topik pembelajaran yang baru diterimanya di kelas.
20
3. Model Pekerjaan Rumah
Jenis pekerjaan rumah practice assignments dibedakan menjadi dua model. Pembedaan ini didasarkan pada format penyajiannya. Bao
Stonebraker, 2008 menyebutkan ada dua metode pekerjaan rumah yaitu traditional homework method dan flexible homework method.
a. Traditional Homework
Traditional homework diterjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia artinya pekerjaan rumah tradisional. Pengertian
pekerjaan rumah secara umum adalah tugas berupa sejumlah soal yang diberikan oleh guru dari sekolah kepada siswa untuk dikerjakan di
rumah. Sedangkan pengertian tradisional menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah sikap dan cara berpikir serta
bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun. Jadi, traditional homework dapat
diartikan sebagai sikap dan cara berpikir serta tindakkan guru dalam memberikan tugas kepada siswa berupa sejumlah soal yang tetap
berpegang teguh pada kebiasaan yang ada secara turun temurun. Karakteristik traditional homework adalah sebagai berikut:
1 Soal-soal dibuat oleh guru atau diambil dari buku teks dalam jumlah tertentu. Soal-soal tersebut diberikan kepada siswa
untuk dikerjakan di rumah. Siswa diharuskan untuk mengerjakan semua soal yang telah ditentukan guru.
21
2 Tanggal jatuh tempo pengumpulan biasanya satu minggu setelah soal-soal tersebut diberikan atau bisa kurang dari satu
minggu. 3 Soal-soal tersebut dijadikan sebagai alat ukur untuk mengukur
tingkat pemahaman siswa terhadap kompetensi dasar tertentu sesuai dengan yang diajarkan.
4 Hasil pekerjaan siswa akan dinilai dan dikembalikan kepada siswa sesuai dengan waktu yang ditentukan guru sendiri.
5 Nilai pekerjaan rumah yang diperoleh siswa, memberi sumbangan terhadap nilai akhir nilai rapor dengan persentase
jumlah yang ditentukan guru. 6 Bila jumlah siswa dalam kelas terlalu banyak, biasanya hasil
pekerjaan siswa dikoreksi secara bersama-sama dalam kelas. 7 Bila jumlah soal terlalu banyak, guru biasanya mengoreksi
pekerjaan siswa hanya pada nomor-nomor tertentu saja. Nomor-nomor lain yang belum dikoreksi, dibuatkan pedoman
jawabannya kunci jawaban agar siswa dapat mengoreksinya sendiri.
Tentang traditional homework, Alfi Kohn dalam bukunya The Homework Myth: Why Our Kids Get Too Much of a Bad Thing,
menyatakan bahwa traditional homework pekerjaan rumah yang lama tidak menunjang dan memperkuat pemahaman yang didapat
siswa di sekolah. Tidak ada korelasi antara traditional homework
22
dengan prestasi belajar siswa terutama di sekolah dasar. Kalaupun ada korelasinya, itupun hanya kecil dan hanya di sekolah menengah.
Hasil penelitian yang dilakukannya gagal menunjukkan, bahwa traditional homework memberikan manfaat bagi siswa. Tidak
ditemukan data yang mendukung bahwa traditional homework dapat membangun karakter, meningkatkan prestasi, meningkatkan disiplin
pribadi, mengajarkan kebiasaan belajar yang baik, dan lain-lain. Yang terjadi justru sebaliknya, dampak dari pekerjaan rumah dapat membuat
siswa frustrasi,
kelelahan, dan
kehilangan waktu
untuk mengekspresikan dirinya.
Khon menambahkan, ada tiga alasan mengapa traditional homework tetap diberikan kepada siswa. Pertama, guru tidak
mempercayai siswa. Apa yang dilakukan siswa di luar jam sekolah dicurigai. Misalnya, siswa tidak belajar atau siswa hanya bermain
ketika berada di rumahnya. Karena itu harus diberikan pekerjaan rumah. Kedua, ada nilai simbolik dibalik pemberian pekerjaan rumah.
Bahwa dengan memberikan banyak pekerjaan rumah, seolah-olah ingin menunjukkan bahwa sekolah tersebut berkualitas, sehingga
terkesan menampilkan kualitas sekolah yang lebih baik. Ketiga, kurangnya pemahaman mengenai sifat dasar pembelajaran. Sebagian
besar guru masih memiliki pemahaman bahwa makin banyak waktu yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan rumah akan
menghasilkan hasil yang lebih baik. Kenyataan yang ada sebaliknya,
23
siswa cenderung menyelesaikan pekerjaan rumah secepat mungkin agar terbebas dari tekanan.
Lei Bao dan Stonebraker 2008 dalam artikel A flexible homework method
mengungkapkan bahwa
sebagian besar
pengajar mempertimbangkan pekerjaan rumah menjadi sebuah bagian penting
dari proses pembelajaran. Diharapkan dengan melakukan pekerjaan rumah para mahasiswa akan mendapatkan praktek dalam
memecahkan masalah, menerapkan pengetahuan mereka pada situasi yang baru, memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan lebih
kuat akan konsep-konsep penting, dan mungkin mengembangkan skill yang diperlukan untuk memecahkan persoalan di dunia riil yang
mungkin mereka hadapi di tempat kerja mereka di masa mendatang. Diharapkan pula bahwa penugasan pekerjaan rumah ini dengan tanggal
jatuh tempo yang teratur membantu para mahasiswa berjalan seiring dengan instruksi.
Terdapat banyak format untuk menugaskan dan menilai pekerjaan rumah. Pada pengantar matakuliah fisika, merupakan hal yang biasa
bagi para pengajar untuk menugaskan soal-soal kira-kira sepuluh buku untuk satu minggu kemudian. Pekerjaan rumah ini dinilai dan
dikembalikan minggu berikutnya. Untuk kelas besar penilai akan mengevaluasi hanya beberapa soal secara rinci. Pedoman jawaban
untuk semua soal disediakan sehingga mahasiswa dapat mengevaluasi pekerjaan mereka pada soal-soal yang tidak dinilai. Lei Bao dan
24
Stonebraker menyebut model ini sebagai model “tradisional” dalam penugasan dan penilaian pekerjaan rumah.
b. Flexible Homework
Flexible homework diterjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia artinya pekerjaan rumah yang fleksibel. Pengertian
fleksibel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah luwes; mudah menyesuaikan diri. Sedangkan pengertian pekerjaan
rumah secara umum adalah tugas berupa sejumlah soal yang diberikan oleh guru dari sekolah kepada siswa untuk dikerjakan di
rumah. Jadi, flexible homework dapat diartikan sebagai tugas berupa sejumlah soal yang telah disesuaikan dengan keadaan siswa sehingga
siswa mengerjakannya di rumah dengan tanpa tekanan. Karakteristik model flexible homework adalah sebagai berikut:
1 Soal-soal dibuat oleh guru atau dapat juga diambil dari buku teks dalam jumlah tertentu, biasanya
≥ 10 nomor. Soal-soal tersebut dikelompokkan
berdasarkan tingkat
kesulitannya menurut
taksonomi kognitif Benyamin Bloom 1956 yaitu soal pengetahuan knowledge, soal pemahaman comprehension, soal
aplikasi application, soal analisis analysis, soal sintesis syntesis, dan soal evaluasi evaluation. Soal-soal tersebut
diberikan kepada siswa untuk dikerjakan di rumah.
25
2 Flexible homework dipandang bukan sebagai alat ukur tetapi sebagai model atau instrumen pembelajaran.
3 Siswa tidak harus mengerjakan semua soal yang diberikan, tetapi boleh memilih beberapa soal saja seturut yang hendak
dikerjakannya. Namun demikian, tidak membatasi siswa yang ingin mencoba mengerjakan semua soal.
4 Sebelum tanggal jatuh tempo pengumpulan, dilakukan pembahasan beberapa soal seturut yang diminta siswa. Pembahasan soal-soal
tersebut dilakukan pada jam pelajaran bidang studi yang bersangkutan.
5 Siswa diberi pedoman jawaban kunci jawaban dari soal-soal tersebut. Guru dapat memberi pedoman jawaban untuk semua soal
atau dapat pula hanya pada soal nomor genap atau nomor ganjil saja.
6 Hasil pekerjaan siswa akan dinilai berdasarkan nomor-nomor soal yang dikerjakannya. Nilai flexible homework yang diperoleh siswa
tidak memberi sumbangan secara langsung terhadap nilai akhir nilai rapor tetapi bila siswa mengerjakannya dengan sungguh-
sungguh maka dipastikan akan mendapat nilai akhir yang maksimal karena soal-soal pada tes akhir akan diambil secara acak
dari soal-soal flexible homework tersebut.
26
Tentang flexible homework Astuti 2011:17, menulis ada dua unsur dasar yang harus dipenuhi dalam pembelajaran dengan model
flexible homework. Kedua unsur tersebut adalah sebagai berikut: 1 Siswa dalam dirinya harus menyadari bahwa mereka adalah
pribadi yang dewasa dan bertanggung jawab sehingga mereka mau berusaha untuk memahami materinya dan mendapatkan nilai
yang baik. 2 Siswa harus mempunyai asumsi bahwa pekerjaan rumah bukan
dipandang sebagai alat ukur tetapi sebagai model dan instrumen pembelajaran.
c. Tujuan Pembelajaran dengan Model
Flexible Homework
Tujuan utama dari model pembelajaran dengan flexible homework adalah untuk meningkatkan fungsi pekerjaan rumah sebagai instrumen
pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
d. Keunggulan dan Kelemahan Model
Flexible Homework
1 Keunggulan model flexible homework a Siswa mengerjakan pekerjaan rumah dengan tidak merasa
dipaksa atau terpaksa. Siswa lebih bebas mengekspresikan
dirinya dalam mengerjakan soal-soal tersebut.
27
b Disediakan pedoman jawaban sebagai petunjuk bagi siswa bila mengalami kebuntuan dalam mengerjakan soal-soal tersebut.
Pendoman jawaban diberikan untuk maksud mengganti peran
tutor atau guru privat.
2 Kelemahan model flexible homework Siswa dapat dengan begitu saja menyalin semua jawaban
yang diberikan.
e. Hasil Penelitian Sejenis
Penelitian sejenis pernah dilakukan di The Ohio State University. Penelitian pertama dilaksanakan pada musim semi tahun
2002 di kelas fisika modern berbasis kalkulus untuk siswa teknik tahun pertama 85 mahasiswa. Setiap pekerjaan rumah terdiri dari
30 soal dari buku teks. Mahasiswa diberi kebebasan untuk memilih 10 soal yang akan dikerjakan dan kemudian dikumpulkan. Skor dari
pekerjaan rumah ini memberikan sumbangan 7 dari nilai siswa. Setiap soal diberi label A, B atau C yang menunjukkan tingkat
kesulitannya. Mahasiswa diberitahukan bahwa jika mereka dapat menyelesaikan soal level A dengan usaha mereka sendiri maka
mereka mempunyai kemungkinan untuk mendapat nilai A di kelasnya. Selain itu, mahasiswa juga diberitahukan bahwa 30 -
40 soal ujian mirip atau bahkan identik dengan soal-soal pekerjaan rumah. Peneliti berharap bahwa pengaturan ini dapat
28
meningkatkan motivasi mahasiswa untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan setiap orang yang mengerjakan semua soal sekitar 360
soal untuk satu mata kuliah akan sangat berhasil di dalam kelas. Peneliti mendapatkan bahwa banyak mahasiswa yang mengerjakan
lebih dari yang diminta untuk dikumpulkan. Penelitian kedua dilaksanakan pada triwulan musim gugur tahun
2002 dalam kelas pengantar mekanika berbasis kalkulus untuk mahasiswa reguler tahun pertama sekitar 350 mahasiswa.
Sebagian desain, tujuan dan pemberitahuan pada mahasiswa sama dengan yang dilakukan pada penelitian pertama.
Pada penelitian ini, setiap pekerjaan rumah terdiri dari 20 soal dari buku teks yang dibagi sama banyaknya dalam dua grup.
Pedoman jawaban dari soal-soal dalam grup I diberikan tiga sampai empat hari sebelum tanggal jatuh tempo dikumpulkan. Pedoman
jawaban yang lengkap untuk soal-soal dalam grup II, tidak diberikan sampai pekerjaan rumah ini diserahkan.
Untuk minggu-minggu genap, peneliti memberikan petunjuk penyelesaian untuk semua soal grup II. Untuk minggu-minggu
ganjil tidak ada petunjuk yang diberikan. Mahasiswa diminta untuk menyerahkan sepuluh soal setiap minggu, yang setidaknya lima di
antaranya berasal dari grup II. Seperti dalam penelitian pertama , soal-soal juga diberi label A, B atau C. Pembagian soal ke dalam
grup I dan Grup II dilakukan sedemikian sehingga soal-soal dalam
29
kedua grup tersebut memiliki hubungan yang dekat dalam isi dan konteks. Idenya adalah untuk mendorong siswa mempelajari soal-
soal grup I dengan benar dan kemudian menggunakan apa yang mereka pelajari untuk menyelesaikan soal-soal grup II.
Penelitian ketiga dilakukan pada triwulan pertama musim gugur tahun 2003, dalam mata kuliah pengantar fisika berbasis kalkulus
untuk mahasiswa
teknik total
sekitar 230
mahasiswa. Penerapannya hampir sama dengan penelitian kedua. Dalam
penelitian ketiga ini, tidak diberikan pedoman jawaban. Peneliti memasukkan konteks yang kaya soal yang serupa dengan yang
dikembangkan oleh grup penelitian pendidikan fisika di Universitas Minnesota. Soal-soal yang dikembangkan tersebut memiliki ciri-
ciri sebagai berikut: Soal-soal tersebut cukup menantang sehingga satu orang siswa
merasa sulit menyelesaikannya tetapi tidak begitu manantang jika
dikerjakan bersama-sama.
1 Soal-soal tersebut terstruktur sehingga dalam kelompok siswa
dapat menentukan arah penyelesaian soal tersebut. 2 Soal-soal tersebut relevan dengan kehidupan siswa.
3 Soal-soal tersebut tidak bergantung pada kemampuan siswa untuk
memikirkan trik-trik
tertentu dan
juga tidak
menjenuhkan secara matematis.
30
Peneliti menggunakan beberapa metode untuk menyelidiki reaksi mahasiswa terhadap metode pekerjaan rumah fleksibel,
yaitu wawancara, survei melalui web, dan statistik pekerjaan rumah. Wawancara memberikan banyak informasi mengenai
komentar siswa tentang metode pekerjaan rumah tradisional dan metode pekerjaan rumah fleksibel. Hasil wawancara ini digunakan
untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan pada saat survey untuk memperoleh data statistik yang banyak.
Hasil ujian dan survey konseptual juga digunakan sebagai data dalam analisis, Bao,L Stonebraker 2002.
D. Kerangka Berpikir