Kesejahteraan Psikologis pada Pensiunan

4. Kesejahteraan Psikologis pada Pensiunan

Masa pensiun ini dapat menimbulkan masalah karena tidak semua orang siap menghadapinya. Pensiun akan memutuskan seseorang dari aktivitas rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, selain itu akan memutuskan rantai sosial yang sudah terbina dengan rekan kerja, dan yang paling vital adalah menghilangkan identitas seseorang yang sudah melekat begitu lama Warr dalam Eliana, 2003. Tidak heran masa pensiun ini menimbulkan masalah psikologis baru bagi yang menjalaninya, karena banyak dari mereka yang tidak siap menghadapi masa ini. Ketidaksiapan menghadapi masa pensiun pada umumnya timbul karena adanya kekhawatiran tidak dapat memenuhi kebutuhan –kebutuhan tertentu. Perubahan yang diakibatkan oleh masa pensiun ini memerlukan penyesuaian diri. Atchley dalam Eliana, 2003 mengatakan bahwa proses penyesuaian diri yang paling sulit adalah pada masa pensiun. Bahkan penelitian yang dilakukan oleh Holmes dan Rahe dalam Eliana, 2003, mengungkapkan bahwa pensiun menempati rangking 10 besar untuk posisi stress. Pensiun sering kali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi kelak. Dalam era modern seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting yang bisa mendatangkan kepuasan karena uang, jabatan, dan memperkuat harga diri. Oleh karena itu, sering kali terjadi orang yang pensiun bukannya bisa menikmati masa tua dengan hidup santai, sebaliknya ada yang justru mengalami problem serius kejiwan ataupun fisik. Individu yang melihat masa pensiun hanya dari segi finansial kurang bisa beradaptasi dengan baik, dibandingkan dengan mereka yang dapat melihat masa pensiun sebagai masa di mana manusia beristirahat menikmati hasil jerih payahnya selama ini di masa tuanya. Dengan memasuki masa pensiun, seseorang akan kehilangan peran sosialnya di masyarakat, prestise, kekuasaan, kontak sosial, bahkan harga diri akan berubah juga karena kehilangan peran Eyde dalam Eliana, 2003. Bahkan akibat yang paling buruk pada pensiunan adalah bisa mengakibatkan depresi dan bunuh diri Zimbardo dalam Eliana, 2003. Sedangkan akibat pensiun secara fisiologis oleh Liem Liem dalam Eliana, 2003 dikatakan bisa menyebabkan masalah penyakit terutama gastrointestinal gangguan pencernaan, gangguan saraf, berkurangnya kepekaan. Ia menyebut penyakit di atas, dengan istilah retirement syndrome . Dampak pensiun bukan hanya bersifat negatif saja, namun juga terdapat dampak positifnya, yakni seseorang bisa terbebas dari rutinitas kerja. Ada perasaan puas karena sudah berhasil menyelesaikan tugas dan kewajibannya. Bahkan Perlmutter dalam Eliana, 2003 mengatakan bahwa sebagian besar kaum pensiun menunjukkan perasaan puas, tetap merasa dirinya berguna dan dapat mempertahankan rasa identitasnya. Rasa depresi dan kecemasan yang timbul biasanya berada pada tingkat ringan dan sifatnya hanya sementara. Kalaupun depresi bertambah hal itu disebabkan oleh gangguan fisik dan bukan karena masa pensiun itu sendiri. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh para lanjut usia untuk menghadapi masalah adalah dengan berusaha mencapai kesejahteraan psikologis psychological well-being . Bradburn dalam Tenggara, Zamralita, dan Suyasa, 2008 mendefinisikan psychological well-being sebagai kebahagiaan dan dapat diketahui melalui beberapa dimensi. Dimensi-dimensi tersebut antara lain otonomi, penguasaan lingkungan, pertumbuhan pribadi, hubungan positif dengan orang lain, tujuan hidup, serta penerimaan diri. Ryff juga menyebutkan bahwa psychological well- being menggambarkan sejauh mana individu merasa nyaman, damai, dan bahagia berdasarkan penilaian subjektif serta bagaimana mereka memandang pencapaian potensi-potensi mereka sendiri. Ryff telah merancang skala pengukuran psychological well-being untuk mengukur 6 kriteria Kesejahteraan Psikologis dan terbukti valid. Dari penelitiannya, Well Being pada remaja cenderung bukan pada penguasaan lingkungan tapi lebih ke pengembangan diri, sementara pada orang dewasa cenderung pada kebebasan dan penguasaan lingkungan. Ryff juga mengatakan bahwa cara tiap orang menemukan well being berbeda di tiap situasi dalam hidupnya. Remaja biasanya mendapatkan well being dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan dan orang dewasa mendapatkan well being dengan menjalin hubungan keluarga dan pertemanan, sementara orang-orang tua mengalami well being karena pengalaman kerja di masa lalu serta pendidikan yang telah ia jalani. D. Adversity Intelligence

1. Pengertian