Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

12 Tindak kekerasan intensional adalah tindakan yang disengaja untuk memaksa, menaklukkan, mendominasi, mengendalikan, menguasai, menghancurkan melalui cara-cara fisik, psikologi, deprivasi, ataupun gabungannya dalam beragam bentuk. Berdasarkan penjelasan di atas, Poerwandari membagi tindak kekerasan intensional menjadi empat, yaitu 1, kekerasan fisik bentuknya berupa pemukulan, pengeroyokan, penggunaan senjata untuk menyakiti, melukai, penyiksaan, penghancuran fisik, pembunuhan dan penggunaan obat untuk menyakiti. 2, kekerasan seksual reproduksi bentuknya berupa serangan atau upaya fisik untuk melukai pada alat seksual reproduksi atau serangan psikologis kegiatan merendahkan atau menghina yang diarahkan pada penghayatan seksual subjek. Misalnya: manipulasi seksual pada anak, pemaksaan hubungan seksualperkosaan, pemaksaan bentuk-bentuk hubungan seksual, sadisme dalam relasi seksual, mutilasi alat seksual, pemaksaan aborsi, penghamilan paksa, dan bentuk-bentuk lain. 3, kekerasan psikologis berupa penyerangan harga diri, penghancuran motivasi, perendahan, kegiatan mempermalukan, upaya membuat takut, teror dalam banyak manifestasinya. Misalnya: makian kata-kata kasar, ancaman, penguntitan, penghinaan dan banyak bentuk kekerasan fisikseksual yang berdampak psikologis, misalnya: penelanjangan dan pemerkosaan. 4, kekerasan deprivasi dapat berupa penelantaran misalnya anak, penjauhan dari pemenuhan kebutuhan dasar makan, minum, buang air, udara, bersosialisasi, 13 bekerja dalam berbagai bentuknya, misalnya: pengurungan, pembiaran tanpa makanan dan minuman, pembiaran orang sakit serius. b Tindak Kekerasan Bukan Intensional Tindakan kekerasan bukan intensional adalah tindak kekerasan yang mungkin tidak disengaja, tetapi didasari oleh ketidaktahuan ignorancy, kekurang pedulian, atau alasan-alasan lain yang menyebabkan subjek secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam upaya pemaksaan, penaklukan, penghancuran, dan perendahan manusia lain. Misalnya, pembiaran terjadinya pemerkosaan yang diketahui oleh pemimpin, yang dilakukan oleh anak buahnya. Dalam hal ini, atasan tidak melakukan pemerkosaan, tetapi sikapnya yang membiarkan dapat diartikan ia menyetujui karena ia tidak mencegah atau memberi sanksi kepada bawahannya penekanan pada sisi implikasiakibat Poerwandari 2004: 15 Kekerasan merupakan hal yang sangat kompleks, menyangkut keterikatan aspek-aspek internal dan eksternal, subjektif penghayatan akan diri dan yang lain, intersubjektif bagaimana manusia yang satu dan yang lain saling memandang dan berkesadaran, serta objektif misal: tuntutan perut, atau pengangguran besar-besaran yang akan disusul dengan meningkatnya kriminalitas. Kekerasan juga menyangkut aspek yang sangat sosial-politis, struktur makro masyarakat, bagaimana lembaga- lembaga resmi maupun tidak resmi terbangun, ada tidaknya aturan hukum dan budaya penegakannya, komitmen politis, dan moral petinggi negara, bahkan teknologi informasi dan perkembangan globalisasi Poerwandari, 2004: 18.