Tindak Kekerasan Seksual atau Reproduksi

44 penyiksaan fisik yang dialami oleh Sulis dan kekerasan seksual mengarah pada cara Sujono menyetubuhi Sulis dengan kasar. Bentuk tindak kekerasan yang dialami tokoh Kaguya Lestari. Ia diperkosa oleh Joko, kakaknya hasil dari hubungan Sujono dan Sulis. Ini terlihat dalam kutipan berikut. 22 “Ia langsung menyentak kainku hingga jatuh ke lantai. Aku berdiri berdiri telanjang di depannya Ia mendorongku kasar sampai rebah di lantai. Aku meronta dan berontak, tapi ia tidak mempedulikannya. Joko memasukan sesuatu ke selangkanganku yang disusul rasa sakit, nyeri dan bercak darah” Lan Fang, 2006: 251. Dalam kutipan 22, terlihat bagaimana perlakuan Joko kepada Lestari. Kekerasan yang terdapat pada kutipan ini dikategorikan dalam kekerasan seksual. Hal ini terlihat pada upaya Joko memaksa Lestari untuk melakukan hubungan seksual pemerkosaan. Walaupun Lestari sudah meronta dan memberontak hal tersebut, seakan-akan tidak dipedulikan oleh Joko.

3.1.3 Tindak Kekerasan Psikologis .

Tindak kekerasan psikologis dapat berupa penyerangan harga diri, penghancuran motivasi, perendahan, kegiatan mempermalukan, upaya membuat takut, teror dalam banyak manifestasinya. Tindak kekerasan psikologis ini dialami tokoh Lestari Kaguya, Sulis dan rakyat Indonesia. Tindak kekerasan psikologis yang dialami oleh tokoh dan kelompok atau golongan ini dapat kita lihat pada kutipan-kutipan berikut 45 Tindak kekerasan psikologis yang dialami tokoh Sulis. Ini terlihat dalam kutipan berikut 23 “Ia selalu mencelaku karena ketika ia mengawiniku aku dalam keadaan mengandung muda. Ia tidak percaya anak yang kukandung adalah benih yang ditanamnya” Lan fang, 2006:39 Pada kutipan 23, kekerasan yang dialami Sulis merupakan tindak kekerasan psikoligis. Sulis sering mendapat celaan dari Sujono. Sulis merasa dirinya direndahkan oleh Sujono,sehinga Sujono pun tidak mengakui anak yang dikandung Sulis adalah anak kandungnya. Hal ini membuat Sulis mendapat tekanan psikologis Bentuk kekerasan psikologis lainnya yang dialami Sulis tampak pada kutipan 24. 24 ”Tapi mas Sujono justru menghidariku. Ia melepaskan diri dari tanggung jawab. Aku bertekad harus membuat Mas Sujono mengawiniku”. Lan fang, 2006:57 Pada kutipan 24 Sulis mendapatkan tindak kekerasan psikologis. Sulis tahu bahwa Sujono berusaha untuk menghidar dari dirinya dan tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya sehingga Sulis berusaha untuk membuat Sujono mengawininya. Sujono berupaya membuat Sulis merasa takut ditinggalkan. Hal ini mengakibatkan Sulis mengalami tekanan psikologis. Kutipan 25 juga mendeskripsikan terjadinya kekerasan psikologis. 25 ”Aku akan menjadi perempuan tidak laku Aku akan mempunyai anak haram aku akan semakin melarat karena harus menghidupi seorang anak tanpa bapak aku akan menjadi gunjingan setiap perempuan di kamar petak Oh Gusti…” Lan fang, 2006:58 46 Dari kutipan 25, Sulis mengalami kekerasan psikologis. Ia secara pribadi dipermalukam dengan tindakan Sujono. Sulis takut menjadi perempuan tidak laku, memiliki anak haram, hidup melarat dan menjadi gunjingan orang. Psikologis Sulis benar-benar merasa dipermalukan di depan orang banyak dikarenakan ada upaya dari Sujono untuk tidak mau menikah dengannya. Bentuk tindak kekerasan psikologis berikutnya kembali dialami Sulis. Ia berusaha agar Sujono mau menikah dengannya, namun Sujono tidak mau. Ini terdapat pada kutipan berikut 26 “Mau apa kamu ke sini?” sergahnya dengan nada tidak senang. “Kamu harus mengawiniku, Mas. Aku hamil…anakmu, Mas” “Tidak” Air mataku yang sejak tadi menumpuk di pelupuk mata, bergulir deras tanpa mampu kucegah. Kenapa laki-laki itu begitu culas? Hatiku terasa sakit. Lan fang, 2006:60 Dalam kutipan 26 terlihat bahwa Sulis mendapat perlakuan yang tidak baik oleh Sujono. Permintaan untuk menikah dengan Sujono ditolak dengan keras oleh Sujono. Di sini, Sulis mendapat kekerasan psikologi karena ia merasa dirinya direndahkan oleh Sujono. Sulis juga mengalami tekanan psikologi karena ia hamil dan Sujono tidak mau menerima keadaannya. Selain itu, kekerasan psikologis juga terjadi pada sebagian kelompok atau golongan. Tindak kekerasan ini dialami oleh masyarakat Indonesia yang mendapat tekanan dari penjajah Jepang. 47 27 “Orang-orang dikecam ketakutan yang amat sangat bila melihat tentara Jepang. Mereka takut panen beras dan telur mereka diambil paksa, takut suami dan anak laki-laki mereka dipaksa menjadi romusa. Perempuan- perempuan muda bersembunyi karena takut dibawa dengan paksa untuk menjadi jugun ianfu perempuan penghibur bagi tentara Jepang” Lan Fang, 2006: 73. Kutipan 27 mendeskripsikan penyiksaan yang dilakukan tentara-tentara Jepang bagi masyarakat pribumi. Pada kutipan ini, terjadi kekerasan fisik berupa perampasan hasil panen. Kekerasan psikologis berupa perendahan martabat suami dan anak laki-laki mereka dijadikan romusa hal tersebut membuat orang-orang dikecam ketakutan dan takut untuk ke luar rumah. Perempuan-perempuan muda mengalami kekerasan seksual karena mereka dipaksa menjadi perempuan penghibur bagi tentara Jepang Kekerasan psikologis lainnya terjadi pada tokoh Sulis. Ini dapat dilihat pada kutipan berikut: 28 “Kalau perlu duit, belanja ya kamu saja yang kerja, jualan jamu lagi, jangan minta kepadaku…….Kutelan kepahitan itu mentah-mentah. Aku merasa terhina. Tetapi aku bisa apa?” Lan Fang, 2006: 75. Dalam kutipan 28, terlihat bahwa kekerasan psikologis kembali terjadi. Perkelahian suami istri yang meributkan uang belanja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sujono sebagai suami tidak mau bekerja, malah menyuruh Sulis istrinya yang membiayai kehidupan mereka. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 Kekerasan psikologis dialami oleh Lestari disebabkan oleh perlakuan kasar ibu angkatnya. Hal itu sangat membekas dalam pikirannya sehingga hatinya sangat tertekan mendengarkan kata ibu. Ini terlihat dalam kutipan berikut 29 “Untuk kesekian ratus kali luka hatinya kembali menganga, berdarah, bernanah… Ia tidak pernah lagi mengucapkan kata “ibu” sejak ayahnya mengajaknya pergi meninggalkan perempuan yang selama ini dipanggilnya “ibu”, karena perempuan itu membuat matanya selalu berembun dan bergerimis bila ingat bahwa biduk hidupnya pecah dan karam terantuk parut di seluruh wajahnya dan bilur di seluruh hatinya” Lan Fang, 2006: 21 Dalam kutipan 29, terlihat kekerasan yang dialami oleh Lestari sangat membekas dan tertancap dalam hatinya. Ia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu karena orang yang selama ini ia panggil sebagai “ibu” tidak pernah menyayangi, menjaga dan merawatnya. Pada kutipan ini terdapat kutipan “Perempuan itu membuat matanya selalu berembun dan bergerimis bila ingat bahwa biduk hidupnya pecah dan karam terantuk parut di seluruh wajahnya dan bilur di s eluruh hatinya” mendeskripsikan sebuah traumatik yang dialami Lestari mendengar kata “ibu”. Menurut teori kekerasan Poerwandari, kutipan 29 dapat dikategorikan sebagai kekerasan psikologis karena kekerasan ini berupa penyerangan ibu Sulis terhadap harga diri anaknya Lestari. Kutipan ini merupakan kekerasan fisik yang juga berdampak pada psikologis Lestari. Hal ini dikarenakan perlakuan kasar berupa kekerasan fisik yang ia peroleh dari ibunya yang berakhir pada sebuah traumatik. Kekerasan psikologis yang dialami Matsumi. Setelah tiba di Surabaya, ia dipaksa oleh Shoso Kobayashi untuk menyamar sebagai perempuan Cina. 49 30 ”Karena kamu adalah geisha yang disukai Shosho Kobayashi di Jepang, beliau menginginkan kamu bersamanya di Surabaya.karena itu kamu harus menyamar menjadi perempuan Cina. Lan Fang, 2006: 93 Dalam kutipan 30, Matsumi mengalami kekerasan psikologis. Ia dipaksa menyamar sebagai wanita Cina. Hal ini sangat bertentangan dengan dirinya. Matsumi dihadapkan pada dua pilihan, bangga menjadi menjadi orang Jepang atau orang Cina yang dipandang rendah oleh bangsa Jepang. Selain itu, Cina juga merupakan negara jajahan Jepang sehingga kekerasan psikologisnya adalah Matsumi merasa harga dirinya direndahkan oleh atasannya. Kekerasan kembali terjadi pada tokoh Lestari. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut. 31 “Masa kanak-kanakku tidak pernah ada tawa dan manja. Aku selalu meringkuk di pojok kamar sempit atau di jamban dengan tangis dan rasa takut” Lan Fang, 2006: 245. Dalam kutipan 31, terlihat kekerasan tetap dialami oleh Lestari. Kekerasan yang terjadi pada kutipan ini adalah kekerasan psikologis. Hal ini dikarenakan perlakuan Sulis selama ini menciptakan traumatik berupa rasa takut yang berlebihan terhadap Sulis, ibu tirinya. Kekerasan psiologis ini terus dialami Lestari. 32 “Kamu anak lonte Jepang Kamu sama ganjennya dengan ibumu matamu liar, jalang, jelalatan, kegatelan bila melihat laki-laki Begitu sumpah serapah yang selalu dilontarkan ibu” Lan Fang, 2006: 248. Dalam kutipan 32, terlihat jelas bahwa kekerasan sering dialami oleh Lestari. Kekerasan yang terjadi pada kutipan ini adalah kekerasan psikologi berupa sumpah-serapah dan umpatan-umpatan yang sering dilontarkan Sulis kepada Lestari. Ini juga kembali terjadi dalam kutipan berikut.