Latar Belakang Masalah TINDAK KEKERASAN

6 dan menikah dengan Takeda seorang pelukis yang cukup bepengaruh di Kyoto. Sujono dan Kaguya Lestari hidup dan tinggal di rumah Matsumi di Surabaya, sedangkan Sulis dan Joko tetap tinggal di rumah satu petak. Melalui karya sastra ini, pengarang memberikan refleksi kepada pembaca tentang kekerasan apa saja yang terjadi pada masa itu. Dalam novel Perempuan Kembang Jepun, dikisahkan tentang kekerasan yang terjadi dalam sebuah rumah tangga yang tinggal di kota Surabaya di daerah pemukiman kumuh seputar jalan Kembang Jepun dan Pelabuhan Perak. Keluarga yang dibangun Sujono adalah keluaga yang kurang harmonis, hidup dalam kukungan penderitaan dan kekerasan rumah tangga. Sujono memperlakukan istrinya dengan sangat kejam, ia tidak begitu menghargai sulis sebagai seorang istri. Hal ini mendeskripsikan kekerasan tetap dialami oleh Sulis setelah mendapat penghinaan dari suaminya, ia ditinju karena dianggap kurang ajar dan telah berani melotot melihat suaminya. Pada akhirnya, Sulis mendapat perlakuan kasar dari suaminya. Begitu pula Matsumi, ia mendapat perlakuan yang kasar dari Sujono. Di mata Sujono, derajat Matsumi lebih rendah dari seorang jugun ianfu, pelacur, lonte murahan yang biasa dipakai oleh orang-orang Jepang. Caci-maki dan kekerasaan seksual sering dialami Matsumi. Selain itu, tokoh Lestari juga mengalami kekerasan yang dilakukan oleh ibu kandungnya, Matsumi dan Sulis wanita yang sering disebutnya sebagai ibu. Berdasarkan uraian tersebut, terlihat sangat jelas bahwa karya Lan Fang dalam novel Perempuan Kembang Jepun mengungkapkan tindak kekerasan. Topik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 kekerasan inilah yang menjadi objek penelitian penulis. Sebagai langkah awal, penulis mendeskripsikan peristiwa sejarah di kota Surabaya pada tahun 1942-1945 sebagai realitas sejarah yang menginspirasikan seorang pengarang menulis novel sejarah. Analisis realitas sejarah inilah yang menjadi aspek sosiologis dan membentuk jarak realitas sejarah dengan karya sastra. Realitas sejarah inilah yang membentuk jarak hubungan dan keterikatan karya sastra dan masyarakatnya. Selajutnya, penulis menganalisis dan mendeskripsikan dan mengklasifikasikan bentuk-bentuk tindak kekerasan yang ada dalam novel ini.

1.2. Rumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang tersebut, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut. 1.2.1 Bagaimanakah peristiwa sejarah yang terjadi di kota Surabaya pada tahun 1941- 1945? 1.2.2 Bagaimanakah bentuk-bentuk kekerasan dalam novel Perempuan Kembang Jepun karya Lan Fang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut 1.3.1. Mendeskripsikan peristiwa sejarah yang terjadi di kota Surabaya pada tahun 1941- 1945. 1.3.2. Menganalisis dan mendeskripsikan bentuk-bentuk kekerasan dalam novel Perempuan Kembang Jepun karya Lan Fang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Penelitian ini bermanfaat bagi peningkatan apresiasi Sastra Indonesia bagi masyarakat, yakni menambah kritik sastra, khususnya dalam bidang sosiolagi sastra. 1.4.2 Penelitian ini bermanfaat untuk menambah perbendaharan kajian- kajian tentang sastra secara khusus dalam permasalahan sastra dan sebagai bahan kajian terhadap masalah sosial yang berbentuk kekerasan dalam karya sastra. 1.4.3 Penelitian ini ditujukan kepada pembaca sastra untuk melihat kembali peristiwa sejarah dalam novel-novel yang berlatarkan sejarah yang ada di Indonesia. 1.4.4 Penelitian ini sebagai bahan pembelajaran dalam menyelesaikan persoalan keluarga tanpa menggunakan tindak kekerasan sebagai jalan keluarnya.

1.5 Tinjauan Pustaka

Sejauh pengamatan penulis, belum ada yang meneliti tentang novel Perempuan Kembang Jepun karya Lan Fang secara lebih mendalam. Hanya ada resensi yang ditulis oleh pertama, Damhuri Muhammad 2007 resensinya berjudul ular bunga emas dari Kyoto mengatakan bahwa novel ini bercerita tentang cinta yang tak akan pernah lengkang oleh waktu. Novel ini menurut Damhuri menyuguhkan sajian cinta yang tak biasa. Cinta yang bersemi di keremangan kelab-kelab malam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 kawasan Kembang Jepun, Surabaya, tahun 1940-an, sebagai latar pengisahannya Kompas, 07 Jan2007, Damhurimuhammad. blogspot.com. Resensi novel yang kedua, adalah Audifax 2007 dengan judul resensinya Sosok Antara Ada dan Tiada . Menurut Audifax, novel yang termasuk kategori bacaan dewasa ini bertutur mengenai kebenaran dan kesalahan, sekaligus mengajak pembaca untuk melampaui keduanya. Menurut Audifax lagi, novel ini berisikan tentang refleksi mengenai diri tokoh dalam setiap bab. Diri yang dimaksud sebagai penanda identitas seperti: Orang Cina, orang pribumi, orang Jepang, geisha, jugun ianfu , kuli pengangkut kain, tukang becak, penjual jamu, dan lain-lain. Sejauh pengamatan penulis, belum ada yang melakukan penelitian novel Kembang Jepun dengan kekerasan sebagai objek kajian penelitian. Inilah yang membuat penulis meneliti tindak kekerasan dalam novel Kembang Jepun karya Lan Fang.

1.6 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sosiologi sastra, dan teori kekerasan menurut Poerwandari. Teori sosiologi sastra digunakan untuk melihat hubungan atau keterikatan antara sastra dan masyarakat. Dalam pemahaman konsep kekerasan, penulis menggunakan teori kekerasan menurut E. Kristi Poerwandari.

1.6.1 Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra dapat dipakai karena beberapa alasan, baik yang berkaitan dengan objek penelitian ini maupun yang berkaitan dengan hubungan antara 10 masyarakat dan sastra. Pendekatan sosiologi sastra perlu dipakai karena penelitian ini akan membahas tentang bentuk-bentuk kekerasan yang dialami oleh para tokoh dalam novel Perempuan Kembang Jepun. Dalam asumsi penulis, tindak kekerasan juga mencerminkan permasalahan sosiologis. Pendekatan sosiologi menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu Ratna, 2004: 59. Dasar filosofis pendekatan sosiologi adalah adanya hubungan hakiki antara karya sastra dan masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksud disebabkan oleh: a karya sastra dihasilkan oleh pengarang, b pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat, c pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat, dan d hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat. Pendekatan sosiologi juga memiliki implikasi metodologis, berupa pemahaman mendasar mengenai kehidupan dalam masyarakat. Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan tersebut disebut sosiologi sastra Damono, 1978: 2. Menurut Damono ada dua cara kecenderungan utama dalam sosiologi sastra, pertama pendekatan yang berdasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses sosial belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra, untuk membicarakan sastra, sastra hanya berharga dalam hubungan dengan faktor-faktor di luar sastra itu sendiri. Jelas dalam pendekatan ini teks sastra tidak dianggap sebagai yang utama. Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelahaan. Metode yang digunakan dalam sosiologi ini adalah teks sastra untuk 11 mengetahui strukturnya, kemudian dipergunakan untuk memahami gejala sosial budaya yang ada Damono, 1978: 2. Dalam penelitian ini penulis memakai pendekatan yang pertama untuk menganalisis novel Perempuan Kembang Jepun sebagai tinjauan sosiologi sastra. Hal ini disebabkan karena dalam menelaah novel Perempuan Kembang Jepun penulis menganalisis unsur-unsur di luar karya sastra yaitu unsur sejarah dan sosial. kedua unsur ini merupakan sebuah realitas sosial yang terjadi yang kemudian dipakai pengarang sebagai pendukung terciptanya sebuah karya sastra.

1.6.2 Tindak Kekerasan

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia 1976: 425, kekerasan adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Poerwandari 2004: 13-14 mendefenisikan kekerasan sebagai semua bentuk tindakan baik intensional sengaja maupun bukan intensional tidak sengaja yang menyebabkan manusia lain mengalami luka, sakit, penghancuran, dan bukan cuma dalam artian fisik, tetapi juga psikologis. Kekerasan yang dimaksud dapat dilakukan oleh individu, kelompok, negara, dapat juga dilakukan oleh orang yang dekat dengan korban maupun orang yang tidak dikenal oleh korban. Poerwandari 2004: 13 membagi kekerasan menjadi dua, yaitu a, tindak kekerasan intensional dan b tindak kekerasan yang bukan intensional. a Tindak Kekerasan Intensional PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 Tindak kekerasan intensional adalah tindakan yang disengaja untuk memaksa, menaklukkan, mendominasi, mengendalikan, menguasai, menghancurkan melalui cara-cara fisik, psikologi, deprivasi, ataupun gabungannya dalam beragam bentuk. Berdasarkan penjelasan di atas, Poerwandari membagi tindak kekerasan intensional menjadi empat, yaitu 1, kekerasan fisik bentuknya berupa pemukulan, pengeroyokan, penggunaan senjata untuk menyakiti, melukai, penyiksaan, penghancuran fisik, pembunuhan dan penggunaan obat untuk menyakiti. 2, kekerasan seksual reproduksi bentuknya berupa serangan atau upaya fisik untuk melukai pada alat seksual reproduksi atau serangan psikologis kegiatan merendahkan atau menghina yang diarahkan pada penghayatan seksual subjek. Misalnya: manipulasi seksual pada anak, pemaksaan hubungan seksualperkosaan, pemaksaan bentuk-bentuk hubungan seksual, sadisme dalam relasi seksual, mutilasi alat seksual, pemaksaan aborsi, penghamilan paksa, dan bentuk-bentuk lain. 3, kekerasan psikologis berupa penyerangan harga diri, penghancuran motivasi, perendahan, kegiatan mempermalukan, upaya membuat takut, teror dalam banyak manifestasinya. Misalnya: makian kata-kata kasar, ancaman, penguntitan, penghinaan dan banyak bentuk kekerasan fisikseksual yang berdampak psikologis, misalnya: penelanjangan dan pemerkosaan. 4, kekerasan deprivasi dapat berupa penelantaran misalnya anak, penjauhan dari pemenuhan kebutuhan dasar makan, minum, buang air, udara, bersosialisasi,