SINGKATAN KITAB SUCI SINGKATAN DOKUMEN GEREJA SINGKATAN LAIN LATAR BELAKANG MASALAH

xix DAFTAR SINGKATAN

A. SINGKATAN KITAB SUCI

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV. Ende: Arnoldus, 19841985, hal 8.

B. SINGKATAN DOKUMEN GEREJA

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, tanggal 21 November 1964. SC :Sacrosanctum Consilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang liturgi, tanggal 4 Desember 1963.

C. SINGKATAN LAIN

AC : Air Conditioner Art : Artikel Ay : Ayat KAS : Keuskupan Agung Semarang KOMKAT : Komisi Kateketik KWI : Konferensi Waligereja Indonesia LCD :Liquid Crystal Display PAK : Pendidikan Agama Katolik PIR : Pendampingan Iman Remaja xx SK : Surat Keputusan SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SM : Sebelum Masehi SMP : Sekolah Menengah Pertama TU : Tata Usaha TV : Televisi UKS : Unit Kesehatan Sekolah VCD :Video Compact Disc

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Banyak orang yang berkesan bahwa pendidikan di Indonesia saat ini masih memprihatinkan, terutama di kalangan remaja. Pada kenyataannya ada berbagai kesan yang menyatakan banyak sekali remaja yang menindas teman-temannya seperti merampok dan menodong untuk keperluan tertentu atau hanya untuk kesenangan belaka. Bahkan yang sedang hangat saat ini adanya prostitusi anak di bawah umur yang dilakukan oleh siswa kelas VII SMP. Remaja tega menjual teman-temannya sendiri kepada orang-orang yang membutuhkan jasanya. Fakta tersebut memperlihatkan menurunnya moral dikalangan kaum remaja. Oleh karena itu pendidikan sangat berperan dalam menanamkan moral pada siswa khususnya remaja. Masa remaja adalah masa yang penuh kegembiraan dimana mereka sedang dalam proses menemukan jati diri. Mereka sedang belajar untuk mengembangkan diri dan memilih nilai-nilai yang bermakna dan berguna bagi hidup mereka Dewan Karya Pastoral KAS, 2008: 4. Zakiah Daradjat 1975: 25 juga memaparkan bahwa masa remaja adalah suatu tingkat umur, dimana anak-anak tidak lagi anak, akan tetapi belum dapat dipandang dewasa. Jadi remaja adalah umur yang menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa. Pada masa remaja inilah banyak terjadi berbagai perubahan yang tidak mudah bagi seorang anak untuk menghadapinya tanpa bantuan dan pengertian dari orangtua serta orang dewasa pada umumnya. Pada umur ini terjadi perubahan 2 yang cepat pada jasmani, emosi, sosial, iman dan kecerdasan. Safiyudin 1977: 32 memaparkan beberapa penyebab terjadi kenakalan remaja, seperti penonjolan dirimenunjukkan keberanian, solidaritas pada kawan, mengikuti ajakan teman, keinginan sensasi serta keinginan memenuhi kebutuhan seks. Penyebab terjadinya kenakalan remaja semata bukanlah karena kesalahan mereka, tetapi terdorong karena pencarian jati diri yang sedang mereka alami. Dalam masa peralihan itulah mereka sangat membutuhkan orang yang lebih dewasa untuk mendampingi mereka. Peran serta orangtua merupakan hal mendasar yang dapat mendampingi remaja dalam masa pencapaian jati diri mereka. Saat anak berada dalam tahap remaja, orangtua harus pintar mendekatkan diri pada putra-putrinya. Selain keluarga, pembinaan remaja juga terjadi di lingkungan masyarakat tempat mereka tinggal, karena masyarakat adalah lingkungan yang sarat dengan peristiwa, baik peristiwa yang positif maupun negatif. Disini remaja perlu dibimbing untuk dapat memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik bagi pertumbuhan serta perkembangan dirinya. Bagi remaja Katolik, pembinaan remaja juga terjadi di dalam gereja, karena gereja adalah tempat yang memadai bagi remaja untuk membina iman mereka demi terwujudnya Kerajaan Allah. Bersama remaja dan anggota gereja lainnya, seorang remaja memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan mendewasakan imannya. Para anggota Gereja yang dewasa mempunyai tanggung jawab yang besar untuk membantu para remaja memperoleh pendidikan iman dan 3 mewujudkannya dalam kehidupan bersama Sinode GKJ dan GKI Jateng, 1995: 22. Di dalam gereja remaja dapat mengembangkan iman mereka dengan mengikuti aneka macam kegiatan pembinaan iman dengan membaca buku-buku rohani, berdoa dan ikut serta dalam ibadat bersama umat lingkungan, wilayah maupun paroki dengan belajar menyesuaikan diri dengan tuntunan hidup Yesus dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan umat. Dengan terlibat dalam kehidupan umat, anak dan remaja sejak dini dipupuk semangatnya untuk ikut bertanggung jawab dalam hidup umat. Pembinaan yang seperti ini nantinya diharapkan dapat menumbuhkan keyakinan bahwa hidup adalah anugerah, panggilan dan perutusan Dewan Karya Pastoral KAS, 2008: 4. Pembinaan remaja di gereja Santa Perawan Maria Purworejo dilakukan dengan adanya PIR atau Pendampingan Iman Remaja. Akan tetapi jumlah anggota PIR yang ada sangat minim jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan remaja katolik di paroki. Remaja hanya semangat untuk datang ke gereja tiga sampai empat bulan pertama mereka menjadi anggota, setelah itu jumlahnya mulai berkurang dan menjadi semakin minim. Walaupun jumlah anggota PIR minim, namun mereka masih sering mengadakan pertemuan di gereja dan ikut terlibat dalam kegiatan seperti misdinar. Anehnya jumlah PIR yang sedikit ini dapat menjadi banyak jika gereja mengadakan rekoleksi bersama di luar gereja ataupun ziarah. Dari hal itu sangat nampak bahwa remaja masih senang dengan hal-hal yang menyenangkan. Mereka akan datang jika ada acara yang mereka pikir itu asyik dan menyenangkan serta dapat digunakan sebagai ajang untuk mencari teman bahkan teman dekat. 4 Dari wawancara dengan beberapa remaja di gereja Santa Perawan Maria Purworejo, mereka mengatakan alasan mereka ikut PIR adalah untuk berkumpul bersama dengan teman-teman satu iman. Mereka menginginkan kegiatan PIR yang asyik yang sesuai dengan usia mereka. Jika tidak ada kegiatan besar seperti rekoleksi dan ziarah mereka hanya datang ke gereja untuk latihan misdinar dan sekedar berbagi cerita dengan teman-teman yang lain. Kurangnya kesadaran remaja dalam menghayati keterlibatannya dalam hidup menggereja membuat pendidikan PAK di sekolah sangat dibutuhkan untuk menyadarkan serta membangkitkan kesadaran dan niat akan hidup menggereja. Groome 2010: 49 menegaskan bahwa tujuan dari PAK itu sendiri adalah untuk menuntun orang-orang ke luar menuju ke Kerajaan Allah. Menuju pada Kerajaan Allah disini diwujudkan melalui peran serta di dalam Gereja dan di tengah umat, dimana setiap orang merupakan anggota Gereja dan bertugas dalam pengembangan Gereja. Dalam PAK juga terdapat tiga unsur pokok pendidikan iman yang mendukung tujuan dari PAK sendiri. Tiga unsur pokok pendidikan iman itu sendiri adalah, pengalaman hidup peserta, visi dan kisah hidup Kristiani dan komunikasi kehidupan konkret peserta dengan visi dan tradisi Kristiani. Jika ketiga pokok pendidikan iman tersebut dapat berjalan dengan baik, maka tujuan dari PAK itu sendiri dapat terwujud di tengah-tengah kehidupan peserta didik. Banyaknya sekolah negeri di Purworejo membuat PAK perlu memperhatikan peserta didik dengan baik. PAK di sekolah negeri perlu berusaha untuk mewujudkan Kerajaan Allah di tengah peserta yang merupakan tujuan dari PAK sendiri. Salah satu contoh perlunya perhatian khusus PAK di sekolah negeri 5 dalam usia remaja adalah PAK di SMP Negeri 4 Purworejo. Keadaan remaja secara umum di SMP Negeri 4 Purworejo sejauh yang saya amati cukup baik, karena siswa jarang yang terlibat dalam kenakalan remaja ataupun kenakalan dalam geng. Kalaupun ada geng itu hanya sebatas teman dekat di sekolah yang mempunyai kesenangan atau hoby yang sama maupun kecocokan dalam bergaul. SMP Negeri 4 Purworejo merupakan salah satu SMP negeri favorit, sehingga peserta didik lebih menekankan pengetahuan mereka tanpa memikirkan hal yang negatif. Remaja katolik di SMP Negeri 4 Purworejo juga dapat bergaul dan membaur baik dengan teman yang lain. Namun kesadaran hidup menggereja di tengah-tengah siswa terlihat masih sangat kurang, karena mereka belum dapat memahami dan mendalami peran dan tugas mereka di dalam gereja. Keterlibatan hidup menggereja mereka masih kering dan sekedar ikut-ikut saja. Sedangkan hidup menggereja sendiri adalah hidup menampakkan iman kepada Yesus Kristus. Jadi setiap kegiatan menampakan iman adalah hidup menggereja. Jika seseorang menampakkan imannya dalam masyarakat, berarti ia juga menggereja di dalam masyarakat Suhardiyanto, 2005: 3. Dengan demikian hidup menggereja siswa tidak hanya dibatasi melalui kegiatan di dalam gereja saja, melainkan dapat dilakukan ditengah masyarakat dimana ia tinggal. Wujud penampakkan iman di tengah masyarakat dapat dilakukan misalnya dengan membantu teman yang sedang terkena musibah sebagai wujud kasih yang diajarkan di dalam gereja. Menjadi remaja yang baik dan bebas dari kasus kenakalan remaja juga telah menampakkan iman ditengah masyarakat. 6 Dalam hidup menggereja ada lima tugas yang dilakukan yaitu liturgia, kerygma, koinonia, diakonia dan martyria. Di tengah kehidupan kaum remaja tugas yang baru dijalani hanyalah koinonia atau persekutuan persaudaraan sebagai anak-anak Bapa. Hal ini sangat terlihat dengan masih banyaknya remaja yang terlibat hidup menggereja masih sebatas mencari teman saja. Berdasarkan latar belakang di atas penulis memberi judul skripsi ini: SUMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH NEGERI TERHADAP KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA SISWA DI SMP NEGERI 4 PURWOREJO, JAWA TENGAH. Lewat skripsi ini penulis berharap mampu ikut meningkatkan keterlibatan hidup menggereja siswa melalui PAK di SMP Negeri 4 Purworejo.

B. RUMUSAN MASALAH