Pengarang Perempuan Lekra SUGIARTI SISWADI DALAM LINGKARAN MERAH

D. Pengarang Perempuan Lekra

Pada dekade 1950 – 65 penulis perempuan masih sangat langka. Dalam tubuh Lekra sendiri, penulis perempuan masih dapat dihitung dengan jari di satu tangan. Agak sulit menentukan apakah seorang penulis perempuan yang tulisannya dimuat di media massa, terutama Harian Rakjat adalah anggota Lekra. Pun demikian, jika dilacak dari majalah milik Gerwani, Api Kartini. Hal yang paling memungkinkan dilakukan untuk melacak penulis perempuan Lekra adalah dengan melihat pada pengurusan Lekra, baik pusat maupun lembaga-lembaga kreatifnya. Dari nama-nama perempuan yang diperoleh, lalu dilacak keberadaan tulisannya di media massa. Dari seluruh nama pengurus Lekra, hanya ditemukan tiga nama perempuan. Mereka adalah Dhalia, S. Rukiah Kertapati dan Sugiarti Siswadi Dari tiga penulis perempuan tersebut, dua terakhir yang bisa dilacak. Sementara nama Dhalia tak ditemukan karya dalam Harian Rakjat dan Api Kartini sebagai penulis. Penulis S. Rukiah Kertapati masih relatif mudah untuk dilacak. Nama aslinya adalah Siti Rukiah. Lahir di Purwakarta Jawa Barat 25 April 1927. Perkenalan awal dengan sastra dimulai dengan pertemuannya dengan pejuang revolusi dari kalangan seniman pada tahun 1946. Ia menulis sajak dan cerpen di berbagai media massa. Ketekunan dan kualitas karyanya membawanya menjadi sekretaris Pujangga Baru pimpinan Sutan Takdir Alasjahbana bersama Chairil Anwar, Rivai Apin, Asrul Sani, Achdiat Karta Miharja, Dodong Djiwapradja dan Harijadi S. Hardtowadojo. Bersama Sugiarti Siswadi, ia menjadi jurnalis di Majalah milik Gerwani, Api Kartini. Ia juga menjadi redaktur penerbit Yayasan Kebudayaan Sadar sekaligus mengelola majalah anak ―Kutilang‖. Pada Konggres I Lekra, ia diangkat sebagai pimpinan pusat Lekra dan menjadi anggota pada lembaga kreatif Lembaga Sastra Indonesia Lestra Lekra. 59 Sajak-sajak dan cerita pendek hasil karyanya di terbitkan dalam buku berjudul Tandus oleh Balai Pustaka pada tahun 1952. Sajak-sajaknya dalam buku itu memenangkan Hadiah Sastra Nasional BMKN 1952. Roman pendeknya Kejatuhan dan Hati yang mulanya dimuat majalah Pujangga Baru, kemudian diterbitkan sebagai buku oleh penerbit Balai Pustaka pada tahun 1950. Roman ini juga didaulat sebagai roman pertama yang ditulis oleh pengarang perempuan pascaperang dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang pada tahun 1992. 60 Karya-karya yang lain adalah Si Rawun dan Kawan-kawannya cerita anak, 1955, Teuku Hasan Johan Pahlawan cerita anak, 1957, Taman Sajak si Kecil cerita anak, 1959, Jaka Tingkit cerita anak, 1962, Dongeng-Dongeng Kutilang cerita anak, 1962, Kisah Perjalanan si Apin cerita anak, tahun tak terlacak. Dari perjalanan kepengarangan S. Rukiah Kertapati, dapat dilihat kecenderungan minat yang nyaris sama dengan Sugiarti Siswadi. Dari kota yang sama, di organisasi kebudayaan yang sama dan duduk di pimpinan pusat, menjadi jurnalis di majalah yang sama, dan memiliki perhatian pada perkembangan bacaan sastra anak. Bukan hal yang mengherankan jika kemudian Sugiarti menyanjung 59 Lihat Lekra Tak Membakar Buku hal 525 dan 527. Lihat juga daftar seniman sastra di situs http:www.tamanismailmarzuki.comtokohsitirukiah.html 60 Ibid. majalah anak yang dipimpin oleh S. Rukiah Kertapati sebagai majalah anak paling layak dibaca. 61 Nama lain —dalam kolom sastra Harian Rakjat, yang menyuarakan karya- karya Lekra —yang dapat dicurigai sebagai pengarang perempuan Lekra adalah Risa 1 Puisi, Ratnasih 1 puisi, Siti Romzah 1 Puisi, Toemini 1 puisi, S. Djin Pena Sudjinah 3 cerpen, Sulami 62 2 Cerpen, Sugiarti Djasman 1 cerpen, Siswa Patria 1 cerpen, S. Gita 4 cerpen, N. Rosa 1 cerpen, Rukmini 1 cerpen, P Shanty 1 cerpen, Lyn Suharti 1 cerpen, Mara. LP 1 cerpen. 63 Dari pengarang perempuan yang menulis cerpen, Sugiarti Siswadi menjadi pengarang paling produktif dengan menyumbang 9 cerpen, 64 bahkan jika dibandingkan dengan pengarang laki-laki. Dalam bidang puisi, 65 nama Sugiarti tetap unggul bersama S. Rukiah Kertapati dengan menyumbangkan masing- masing 3 puisi. Maka kedua pengarang perempuan ini, didukung karya-karya mereka dalam bentuk buku, layak diperhitungkan sebagai pengarang papan atas Lekra. Pengarang perempuan pada masa itu, sebenarnya memiliki media massa yang khusus memuat karya perempuan, yaitu majalah Api Kartini. Majalah ini merupakan satu-satunya media milik Gerwani. Dari majalah tersebut, dengan 61 Sugiarti Siswadi akan dibahas pada subbab berikutnya. 62 Sulami adalah anggota Gerwani. Menjadi anggota PKI pada tahun 1946 ketika masih di AD. Ketiga Gerwis berdiri ia mendapat instruksi partai untuk ikut ambil bagian. Lihat hasil wawancara Saskia E. Wieringa dalam bukunya Penghancuran Gerakan Perempuan. Hal 219. 63 Kecurigaan pada beberapa nama hanya sebatas nama perempuan karena biografinya tak terlacak. Lihat daftar nama pengarang dalam Laporan dari Bawah: Sehimpun Cerpen Lekra Harian Rakjat 1950 – 1965. Hal 552 – 556. 64 Dalam Laporan dari Bawah: Sehimpun Cerpen Lekra Harian Rakjat 1950 – 1965 hanya disebutkan enam cerpen saja karena data cerpen tidak lengkap. Namun dalam penelitian sangat perlu disebutkan. 65 Lihat Gugur Merah: Sehimpun Puisi Lekra Harian Rakjat 1950 – 1965. mudah dapat dilacak keberadaan pengarang perempuan berideologi kiri yang pada masa itu, meski hanya muncul sesekali. Namun tak dapat dipastikan apakah mereka juga anggota Lekra atau bukan. Tak ada biografi singkat yang dituliskan dalam media massa pada waktu itu sehingga kesulitan dalam melacak aktivitas pengarang tersebut. Sayangnya, sebagai majalah tentu Api Kartini tidak dapat terbit setiap hari, melainkan sebulan sekali. Hal ini menjadi keterbatasan pengarang perempuan pada masa itu. Sugiarti Siswadi sebagai bagian dari Api Kartini hanya dimuat dua kali sepanjang majalah tersebut terbit. Maka Harian Rakjat menjadi alternatif lain meski harus bersaing dengan pengarang laki-laki.

E. Tentang Sugiarti Siswadi