Kepuasan Kerja Dan Kesehatan Ketidakpuasan Kerja dan Absensi

Dalam model Poter-Lawler, kepuasan kerja menentukan tinggi rendahnya prestasi kerja performance. Prestasi kerja menghasilkan imbalan dinilai adil atau tidak yang akan menentukan tinggi rendahnya kepuasan kerja Munandar, 2001. Dalam penelitian Bambang Hardoyo Wicaksono As’ad, 2006, di dapatkan kesimpulan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepuasan kerja dengan produktivitas pegawai. Ketika data kepuasan kerja dan produktivitas di kumpulkan pada level organisasi secara keseluruhan, di temukan bahwa sebagian besar perusahaan-perusahaan di dalamnya terdapat banyak pegawai yang memiliki tingkat kepuasan yang rendah, data tersebut lebih efektif dari pada perusahaan-perusahaan yang mempunyai pegawai yang puas dalam jumlahnya juga relatif lebih sedikit Robbins, 2006.

2.5.2 Kepuasan Kerja Dan Kesehatan

Ada beberapa bukti tentang adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan kesehatan fisik dan mental. Dari suatu kajian longitudinal disimpulkan bahwa ukuran-ukuran dari kepuasan kerja merupakan peramal yang baik bagi longeviti atau rentang kehidupan Munandar, 2001. 2.6. Efek Konsekwensi Ketidakpuasan-ketidakpuasan Kerja 2.6.1. Ketidakpuasan Kerja dan Pengunduran Diri Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Kepuasan kerja berkorelasi negatif dengan pengunduran diri Robbins, 2006. Para pegawai yang tidak puas dengan pekerjaannya lebih mungkin menyingkir dari kerja atau pindah dibanding para pegawai yang puas Wexley dan Yukl, 2005. Perilaku pegunduran diri pada pegawai biasanya mempunyai akibat- akibat yang tidak di inginkan bagi perusahaannya. Perpindahan kerja juga merusak kelancaran pekerjaan, selain itu juga menambah pengeluaran untuk biaya seleksi, dan pelatihan Wexley dan Yukl, 2005, namun faktor-faktor lain seperti kondisi bursa kerja, harapan tentang peluang pekerjaan alternatif, panjangnya masa kerja di perusahaan tersebut, juga turut mempengaruhi kepuasan untuk mengundurkan diri atau tidak Robbins, 2006. Level kepuasan kerja kurang penting dalam memperkirakan pengunduran diri bagi pegawai yang berkinerja tinggi. Hal ini dikarenakan umumnya perusahaan menepuh banyak upaya untuk mempertahankan pegawai tersebut, misalnya dengan menaikkan gajinya, memberi pujian, pengakuan, peningkatan peluang promosi, dan seterusnya Robbins, 2006

2.6.2 Ketidakpuasan Kerja dan Absensi

Ketidakpuasan dapat menyebabkan tingkat absensi meningkat Hisbuan, 2007. Steers dan Rhoders melihat ada dua faktor pada perilaku kehadiran bekerja, yaitu motivasi untuk hadir dan kemampuan untuk tidak hadir. Steers dan Rhoders percaya bahwa motivasi untuk hadir di pengaruhi oleh kepuasan kerja dalam kombinasi dengan tekanan-tekanan internal dan eksternal untuk datang bekerja Munandar, 2001 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Absensi pegawai akan merugikan perusahaan, karena merusak kelancaran kerja, mengakibatkan penundaan, dan menyebabkan keharusan mengerjakan pegawai cadangan untuk mengganti para pegawai yang tidak masuk bekerja Wexley dan Yukl, 2005

2.6.3 Ketidakpuasan Kerja dan Perilaku Agresif