Dengan demikian model ini adalah model yang terbaik untuk menjelaskan keterkaitan antar variabel dalam model.
4.3.7 Uji Kausalitas
Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix : 21,446 0 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau singularity dalam data ini
sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi masing- masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas dibawah ini.
Tabel 4.14 Hasil Uji Kausalitas
Ustd Std
Faktor Ï Faktor Estimate
Estimate Prob.
Job_Satisfaction Ï Hygiene
-0,010 -0,014
0,963 Job_Satisfaction Ï
Motivator 0,697
1,006 0,000
Batas Signifikansi ≤ 0,10
Sumber : Lampiran Dilihat dari tingkat Prob. Arah hubungan kausal, maka hipotesis yang
menyatakan bahwa : a.
Faktor hygiene berpengaruh positif terhadap Faktor Job Satisfaction, tidak dapat diterima [Prob. kausalnya 0,963 0,10 [tidak signifikan [negatif].
b. Faktor Motivator berpengaruh positif terhadap Faktor Job Satisfaction, dapat
diterima [Prob. kausalnya 0,00 ≤ 0,10 [signifikan [positif].
4.4 Pembahasan
4.4.1 Pengaruh Faktor Hygiene Terhadap Kepuasan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa faktor hygiene berpengaruh positif terhadap Faktor Job Satisfaction, tidak dapat
diterima [Prob. kausalnya 0,963 0,10 [tidak signifikan [negatif]. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan:
Yulianda dan Sri Wulan 2009 yang menyatakan bahwa faktor hygiene X
1
secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kepuasan kerja Y.
1. Noermijati 2008 jika faktor ini tidak terpenuhi pegawai tidak akan puas.
Penelitian yang juga tidak sependapat ada pada yang menyatakan baha faktor hygiene merupakan faktor yang menentukan dalam mempengaruhi kepuasan
pegawai, 2.
Rivai 2004 yang menjelaskan bahwa faktor hygiene diperlukan untuk memenuhi dorongan biologis serta kebutuhan dasar pegawai. Jika faktor ini tidak
terpenuhi pegawai tidak akan puas. Hezberg dalam Afwan Hariri 2005 yang dimaksud faktor hygiene adalah
serangakaian kondisi ektrinsik, keadaan pekerjaan job context yang menimbulkan rasa tidak puas dissatisfaction diantara para pegawai apabila kondisi ini tidak ada.
Jika kondisi tersebut ada maka tidak begitu memotivasi pegawai. Berdasarkan hasil
jawaban responden dalam pengisian koesioner diketahui bahwa persepsi pegawai PT Goodyear cabang Kediri menyatakan Faktor hygiene yaitu hubungan dengan kondisi
kerja memiliki 0,375, sedangkan yang memiliki frekuensi dominan yaitu X
11
kebijakan administrasi dan perusahaan sebesar 50, artinya pada saat penelitian dilaksanakan persepsi pegawai lebih memperhatikan kebijakan dan administrasi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
perusahaan, dan hasil dari pengolahan data faktor loading tertinggi berada pada pengawasan sebesar 0,807. Hal ini menunjukkan bahwa kedepan perusahan harus
meningkatkan pengawaasan kerja pegawai agar target produksi terpenuhi. Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa faktor hygiene
berpengaruh positif terhadap Faktor Job Satisfaction, tidak dapat diterima [Prob. kausalnya 0,963 0,10 [tidak signifikan [negatif] berarti faktor ektrinsik yang
diterima pegawai tinggi namun belum mampu meningkatkan kepuasan para pegawai di PT. Goodyear cabang Kediri. Artinya meskipun kebijakan administrasi dan
perusahaan mendapatkan frekwensi dominan dan pengawasan mendapat nilai loading tertinggi tapi hal tersebut belum bisa meningkatkan kepuasan pegawai, hal ini
disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja yang kurang kondusif, oleh sebab itu factor ini harus ditingkatkan agar kepuasan kerja dapat jauh lebih tinggi lagi. Cara
meningkatkan kondisi lingkungan kerja, misalnya dengan cara mengganti rancangan fisik dan desain pekerjaan, sejumlah ruangan kerja yang tersedia dan jenis-jenis dari
perlengkapan dapat mempengaruhi perilaku pekerja dalam menciptakan macam- macam kondisi psikologi newstrom 1996:494. Hal ini dianjurkan agar dapat
memperbaiki tingkat kepuasan kerja yang dimiliki pegawai.
4.4.2 Pengaruh Faktor Motivator Terhadap Kepuasan