B. Uji Normalitas
Dalam pengujian normalitas ini peneliti menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov, dengan interpretasi bahwa jika nilai asymp.sig. 0,05 maka distribusi
data variabel penelitian dinyatakan normal, sedangkan jika nilai asymp. sig. 0,05 maka distribusi data variabel penelitian dinyatakan tidak normal. Berikut
ini disajikan tabel ringkasan pengujian normalitas:
Tabel V.6 Hasil Pengujian Normalitas
Variabel asymp. sig.
α Kesimpulan
Persepsi Siswa tentang Kompetensi Pedagogik Guru
Akuntansi
0,612
0,05 Distribusi Data
Normal Persepsi Siswa tentang
Kompetensi Profesional Guru Akuntansi
0,030 0,05
Distribusi Data Tidak Normal
Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian
Guru Akuntansi 0,115
0,05 Distribusi Data
Normal Persepsi Siswa tentang
Kompetensi Sosial Guru Akuntansi
0,007 0,05
Distribusi Data Tidak Normal
Motivasi Belajar Siswa 0,015
0,05 Distribusi Data
Tidak Normal
C. Pengujian Hipotesis 1. Hipotesis Pertama
a. Rumusan Hipotesis H
o
= Tidak terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru akuntansi dan motivasi belajar siswa.
H
a
= Terdapat hubungan yang antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru akuntansi dan motivasi belajar siswa.
b. Pengujian Hipotesis Pertama Pengujian hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang
antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru akuntansi dan motivasi belajar siswa diuji dengan menggunakan statistik non-
parametrik Chi SquareChi Kuadrat. Berikut adalah tabel hasil dari pengujian hipotesis pertama
menggunakan Programme SPSS 16.0:
Tabel V.7 Hasil Pengujian Hipotesis Pertama
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. 2-sided
Pearson Chi-Square 22.637
a
16 .124
Likelihood Ratio 24.404
16 .081
Linear-by-Linear Association 4.786
1 .029
N of Valid Cases 90
a. 19 cells 76.0 have expected count less than 5. The minimum expected count is .07.
Berdasarkan tabel V.7 diketahui bahwa besarnya nilai Chi Kuadrat hitung X
2
adalah 22,637 dilihat dari Pearson Chi-Square. Hasil perbandingan nilai Chi Kuadrat hitung dengan nilai Chi
Kuadrat tabel, pada taraf kesalahan 5 dan df 16 menunjukkan bahwa nilai Chi Kuadrat hitung = 22,637 ternyata lebih kecil dari nilai Chi
Kuadrat tabel = 26,296 sedangkan nilai probabilitasnya sebesar 0,124 0,05. Jadi, H
o
diterima dan H
a
ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan tidak ada hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru akuntansi dan motivasi belajar siswa.
2. Hipotesis Kedua
a. Rumusan Hipotesis H
o
= Tidak terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi profesional guru akuntansi dan motivasi belajar siswa.
H
a
= Terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi profesional guru akuntansi dan motivasi belajar siswa.
b. Pengujian Hipotesis Kedua Pengujian hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang
antara persepsi siswa tentang kompetensi professional guru akuntansi dan motivasi belajar siswa. diuji dengan menggunakan statistik non-
parametrik Chi SquareChi Kuadrat. Berikut adalah tabel hasil dari pengujian hipotesis kedua
menggunakan Programme SPSS 16.0:
Tabel V.8 Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. 2-sided
Pearson Chi-Square 10.284
a
8 .246
Likelihood Ratio 12.800
8 .119
Linear-by-Linear Association 5.689
1 .017
N of Valid Cases 90
a. 10 cells 66.7 have expected count less than 5. The minimum expected count is .63.
Berdasarkan tabel V.8 diketahui bahwa besarnya nilai Chi Kuadrat hitung X
2
adalah 10,284 dilihat dari Pearson Chi-Square. Hasil perbandingan nilai Chi Kuadrat hitung dengan nilai Chi
Kuadrat tabel, pada taraf kesalahan 5 dan df 8 menunjukkan bahwa nilai Chi Kuadrat hitung = 10,284 ternyata lebih kecil dari nilai Chi
Kuadrat tabel = 15,507 sedangkan nilai probabilitasnya sebesar 0,246 0,05. Jadi, H
o
diterima dan H
a
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara persepsi siswa tentang
kompetensi profesional guru akuntansi dan motivasi belajar siswa. 3. Hipotesis Ketiga
a. Rumusan Hipotesis H
o
= Tidak terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian guru akuntansi dan motivasi belajar siswa.
H
a
= Terdapat hubungan yang antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian guru akuntansi dan motivasi belajar siswa.
b. Pengujian Hipotesis Ketiga Pengujian hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang
antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian guru akuntansi dan motivasi belajar siswa. diuji dengan menggunakan statistik non-
parametrik Chi SquareChi Kuadrat.
Berikut adalah tabel hasil dari pengujian hipotesis ketiga menggunakan Programme SPSS 16.0:
Tabel V.9 Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. 2-sided
Pearson Chi-Square 44.324
a
16 .000
Likelihood Ratio 25.455
16 .062
Linear-by-Linear Association 3.031
1 .082
N of Valid Cases 90
a. 21 cells 84.0 have expected count less than 5. The minimum expected count is .03.
Berdasarkan tabel V.9 diketahui bahwa besarnya nilai Chi Kuadrat hitung X
2
adalah 44,324 dilihat dari Pearson Chi-Square. Hasil perbandingan nilai Chi Kuadrat hitung dengan nilai Chi
Kuadrat tabel, pada taraf kesalahan 5 dan df 16 menunjukkan bahwa nilai Chi Kuadrat hitung = 44,324 ternyata lebih besar dari nilai Chi
Kuadrat tabel = 26,296 sedangkan nilai probabilitasnya sebesar 0,000 0,05. Jadi, H
o
ditolak dan H
a
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan antara persepsi siswa tentang
kompetensi kepribadian guru akuntansi dan motivasi belajar siswa.
c. Mencari Koefisien Kontingensi C untuk Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Guru Akuntansi dan Motivasi Belajar
Siswa Untuk mengetahui besarnya nilai korelasi antara persepsi siswa
tentang kompetensi kepribadian guru akuntansi dan motivasi belajar siswa, maka perlu dihitung besarnya koefisien kontingensi C dengan
menggunakan rumus berikut Sugiyono, 2007:224 :
C =
C =
, ,
C = 0,3299782615
C = 0,574 Jadi, besarnya nilai korelasi antara persepsi siswa tentang
kompetensi kepribadian guru akuntansi dan motivasi belajar siswa adalah 0,574 yang berarti korelasi kedua variabel menunjukkan hubungan yang
sedang atau cukup kuat. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel interval antara 0,40 – 0,599.
4. Hipotesis Keempat
a. Rumusan Hipotesis H
o
= Tidak terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru akuntansi dan motivasi belajar siswa.
H
a
= Terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru akuntansi dan motivasi belajar siswa.
b. Pengujian Hipotesis Keempat Pengujian hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang
antara persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru akuntansi dan motivasi belajar siswa. diuji dengan menggunakan statistik non-
parametrik Chi SquareChi Kuadrat. Berikut adalah tabel hasil dari pengujian hipotesis keempat
menggunakan Programme SPSS 16.0:
Tabel V.10 Hasil Pengujian Hipotesis Keempat
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. 2-sided
Pearson Chi-Square 34.879
a
16 .004
Likelihood Ratio 13.223
16 .656
Linear-by-Linear Association 1.172
1 .279
N of Valid Cases 90
a. 20 cells 80.0 have expected count less than 5. The minimum expected count is .03.
Berdasarkan tabel V.10 diketahui bahwa besarnya nilai Chi Kuadrat hitung X
2
adalah 34,879 dilihat dari Pearson Chi-Square.
Hasil perbandingan nilai Chi Kuadrat hitung dengan nilai Chi Kuadrat tabel, pada taraf kesalahan 5 dan df 16 menunjukkan bahwa
nilai Chi Kuadrat hitung = 34,879 ternyata lebih besar dari nilai Chi Kuadrat tabel = 26,296 sedangkan nilai probabilitasnya sebesar 0,004
0,05. Jadi, H
o
ditolak dan H
a
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan antara persepsi siswa tentang
kompetensi sosial guru akuntansi dan motivasi belajar siswa.
c. Mencari Koefisien Kontingensi C untuk Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Sosial Guru Akuntansi dan Motivasi Belajar Siswa
Untuk mengetahui besarnya nilai korelasi antara persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru akuntansi dan motivasi belajar siswa,
maka perlu dihitung besarnya koefisien kontingensi C dengan menggunakan rumus berikut Sugiyono, 2007: 224 :
C =
C =
, ,
C = 0,2793023647
C = 0,528 Jadi, besarnya nilai korelasi antara persepsi siswa tentang
kompetensi sosial guru akuntansi dan motivasi belajar siswa adalah 0,528 yang berarti korelasi kedua variabel menunjukkan hubungan yang sedang
atau cukup kuat. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel interval antara 0,40 – 0,599.
D. Pembahasan 1. Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Pedagogik Guru
Akuntansi dan Motivasi Belajar Siswa
Berdasarkan hasil analisis korelasi diketahui tidak ada hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru akuntansi dan
motivasi belajar siswa, karena hasil perbandingan nilai Chi Kuadrat hitung dengan nilai Chi Kuadrat tabel, pada taraf kesalahan 5 dan df 16
menunjukkan bahwa nilai Chi Kuadrat hitung = 22,637 ternyata lebih kecil dari nilai Chi Kuadrat tabel = 26,296. Hal ini disebabkan karena para siswa
di SMK YPKK 3 Sleman beranggapan bahwa kemampuan pedagogik guru akuntansi kurang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
motivasi belajarnya. Kompetensi pedagogik ini terkait dengan bagaimana seorang guru itu bisa membimbing para siswa menjadi manusia yang
dewasa dan matang, sehingga sering dikatakan bahwa guru adalah pengganti orang tua saat di sekolah. Nampaknya, kemampuan pedagogik guru
akuntansi di SMK YPKK 3 Sleman yang meliputi kemampuan menguasai karakteristik siswa, penguasaan teori-teori belajar, kemampuan mengadakan
pembelajaran yang mendidik dan pengembangan potensi siswa tidak ada pengaruhnya pada motivasi belajar akuntansi bagi para siswa. Jika dilihat
berdasarkan data guru SMK YPKK 3 Sleman, 50 gurunya adalah lulusan
tahun 1995-an, sehingga bisa jadi mereka masih belum dapat menyesuaikan perkembangan para siswa di zaman sekarang ini. Selain itu, motivasi yang
dimiliki siswa SMK YPKK 3 Sleman juga sudah masuk kategori baik yaitu sebesar 61,10, bisa jadi sudah tidak mampu menerima motivasi dari guru.
Menurut peneliti, ada beberapa alasan yang menyebabkan siswa itu kurang termotivasi untuk belajar akuntansi antara lain:
a. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru akuntansi kurang kreatif dan menarik, misalnya hanya ceramah saja.
b. Guru kurang mampu memanfaatkan media pembelajaran dengan baik, misalnya hanya mengerjakan latihan soal akuntansi dari buku paket saja.
c. Guru akuntansi kurang mengevaluasi lebih lanjut tentang nilai akuntansi yang diperoleh siswa atau guru tersebut kurang mau mengerti dan peduli
dengan kesulitan belajar akuntansi yang dihadapi oleh siswa. d. Sumber belajar yang dimiliki oleh sekolah khususnya buku-buku di
perpustakaan sangat terbatas jumlahnya. Oleh karena itu, jika persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik
guru akuntansi menunjukkan persepsi yang baik tetapi belum tentu motivasi belajar siswa untuk mata pelajaran akuntansi juga baik.
Hasil deskripsi data kompetensi pedagogik
guru akuntansi
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berpersepsi bahwa kompetensi pedagogik guru akuntansi baik 46 responden atau 51,11. Hal ini
disebabkan karena guru akuntansi tidak hanya sebagai pengajar yang menstranfer ilmu, pengetahuan dan ketrampilan kepada siswa tetapi juga
merupakan pendidik dan pembimbing yang membantu siswa untuk mengembangkan segala potensinya terutama terkait dengan potensi
akademis maupun non-akademis.
2. Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Profesional Guru Akuntansi dan Motivasi Belajar Siswa
Berdasarkan hasil analisis korelasi diketahui tidak ada hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi profesional guru akuntansi dan
motivasi belajar siswa, karena hasil perbandingan nilai Chi Kuadrat hitung dengan nilai Chi Kuadrat tabel, pada taraf kesalahan 5 dan df 8
menunjukkan bahwa nilai Chi Kuadrat hitung = 10,284 ternyata lebih kecil dari nilai Chi Kuadrat tabel = 15,507. Hal ini disebabkan karena para siswa
di SMK YPKK 3 Sleman beranggapan bahwa kemampuan profesional guru akuntansi kurang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
motivasi belajarnya. Kompetensi profesional ini terkait dengan penguasaan terhadap struktur keilmuan dari mata pelajaran yang diasuh secara luas dan
mendalam, sehingga dapat membantu guru membimbing siswa untuk menguasai pengetahuan atau ketrampilan secara optimal. Kompetensi
profesional guru akuntansi di SMK YPKK 3 Sleman ini menurut para siswanya menunjukkan kompetensi profesional sudah baik. Namun,
tampaknya bagi para siswa SMK YPKK 3 Sleman walaupun guru akuntansinya pintar dan menguasai
pengetahuan dan ketrampilan mata pelajaran akuntansi belum tentu kemampuannya itu dapat memotivasi siswa
untuk belajar akuntansi. Bisa saja guru akuntansi kurang mampu mentransfer ilmu akuntansi yang dimiliki kepada para siswa dengan
optimal. Sering orang mengatakan “guru itu pintar tetapi hanya untuk dirinya sendiri”, karena guru tersebut tidak mampu membuat anak didiknya
juga menjadi pintar seperti dirinya. Menurut peneliti, motivasi belajar siswa SMK YPKK 3 Sleman dipengaruhi oleh faktor lain selain kompetensi
profesional guru akuntansi. Misalnya, kondisi lingkungan sekolah, kondisi siswa, kemampuan siswa, dan sebagainya.
Hasil deskripsi data kompetensi profesional
guru akuntansi
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berpersepsi bahwa kompetensi profesional guru akuntansi baik 40 responden atau 44,45. Hal ini
disebabkan karena guru akuntansi telah menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuannya.
3. Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kepribadian Guru Akuntansi dan Motivasi Belajar Siswa
Berdasarkan hasil analisis korelasi diketahui ada hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian guru akuntansi dan motivasi
belajar siswa, karena hasil perbandingan nilai Chi Kuadrat hitung dengan
nilai Chi Kuadrat tabel, pada taraf kesalahan 5 dan df 16 menunjukkan bahwa nilai Chi Kuadrat hitung = 44,324 ternyata lebih besar dari nilai Chi
Kuadrat tabel = 26,296. Hal ini disebabkan para siswa SMK YPKK 3 Sleman dapat melihat dengan jelas bahwa kepribadian guru akuntansi yang
tercermin dalam perilaku, sikap dan kebiasaan yang dilakukan oleh guru akuntansi tersebut dalam interkasi saat kegiatan belajar mengajar dapat
memengaruhi motivasi belajar siswa. Pribadi guru yang menyenangkan pastinya akan lebih bisa diterima oleh para siswa dibandingkan dengan guru
yang “tidak menyenangkan”. Misalnya guru yang mampu mengendalikan emosi saat proses belajar di kelas akan lebih disenangi oleh para siswanya
ketimbang guru yang suka marah-marah di kelas. Para siswa melihat bagaimana guru tersebut bersikap terhadap mereka. Melalui hal tersebut
para siswa dapat menilai positif atau negatif kepribadian gurunya. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi guru untuk membentuk kepribadian yang
positif supaya mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman dan para siswa menjadi termotivasi untuk belajar.
Hasil deskripsi data kompetensi
kepribadian guru
akuntansi menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berpersepsi bahwa kompetensi
kepribadian guru Akuntansi sangat baik 40 responden atau 44,40. Hal ini disebabkan karena guru akuntansi telah memiliki kepribadian yang
mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan siswa. Sehingga para siswa menjadi termotivasi untuk melaksanakan proses
pembelajaran di kelas.
4. Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Sosial Guru Akuntansi dan Motivasi Belajar Siswa
Berdasarkan hasil analisis korelasi diketahui ada hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru akuntansi dan motivasi
belajar siswa, karena hasil perbandingan nilai Chi Kuadrat hitung dengan nilai Chi Kudarat tabel, pada taraf kesalahan 5 dan df 16 menunjukkan
bahwa nilai Chi Kuadrat hitung = 34,879 ternyata lebih besar dari nilai Chi Kuadrat tabel = 26,296. Hal ini disebabkan karena para siswa mampu
melihat bahwa kemampuan sosial guru akuntansi SMK YPKK 3 Sleman yang tercermin dalam interaksinya dengan orang lain mampu memengaruhi
motivasi belajar siswa. Guru yang memiliki kemampuan sosial yang baik saat mengajar di kelas maupun saat berinteraksi dengan guru lain, orang tua
siswa atau masyarakat ternyata mempunyai dampak yang positif bagi siswa. Misalnya saja guru yang mampu menjalin interaksi yang baik dengan
sesama rekan guru, tentu saja para siswanya akan merasa nyaman dengan guru tersebut. Oleh karena itu, suasana belajar di kelas pun juga akan
nyaman dan siswa termotivasi untuk belajar. Lain halnya jika para siswa mengetahui jika ternyata gurunya saja “ada ketidakcocokan” dengan sesama
rekan guru, pastinya siswa sudah menganggap negatif guru tersebut. Sehingga, saat guru tersebut mengajar di kelas suasananya berbeda dengan
guru yang “tidak ada masalah dengan guru lain”. Hal tersebut juga akan memengaruhi motivasi belajar siswanya, para siswa menjadi malas untuk
belajar karena mereka tidak suka dengan gurunya. Oleh karena itu,
sangatlah penting bagi guru untuk memnjalin interaksi yang baik dengan siapapun.
Hasil deskripsi data kompetensi sosial guru akuntansi menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berpersepsi bahwa kompetensi sosial guru
akuntansi baik 50 responden atau 55,60. Hal ini disebabkan karena guru mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan
peserta didik, sesama guru, orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
71
BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru akuntansi dan
motivasi belajar siswa pada siswa kelas X dan XI SMK YPKK 3 Sleman, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak ada hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru akuntansi dan motivasi belajar siswa. Hasil ini didukung dari
perhitungan Chi Kuadrat hitung = 22,637 nilai Chi Kuadrat tabel = 26,296 dan nilai probabilitasnya sebesar 0,124 0,05.
2. Tidak ada hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi profesional guru akuntansi dan motivasi belajar siswa. Hasil ini didukung dari
perhitungan Chi Kuadrat hitung = 10,284 nilai Chi Kuadrat tabel = 15,507 dan nilai probabilitasnya sebesar 0,246 0,05.
3. Ada hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian guru akuntansi dan motivasi belajar siswa. Hasil ini didukung dari perhitungan
Chi Kuadrat hitung = 44,324 nilai Chi Kuadrat tabel = 26,296 dan nilai probabilitasnya sebesar 0,000 0,05.
4. Ada hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru akuntansi dan motivasi belajar siswa. Hasil ini didukung dari Chi Kuadrat