Jenis – Jenis Program Corporate Social Responsibility Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Dapat disimpulkan bahwa CSR merupakan bentuk pertanggungjawaban sosial perusahaan atas dampak positif maupun negatif yang dapat ditimbulkan dari aktivitas operasional yang dapat mempengaruhi masyarakat internal maupun eksternal seperti permasalahan buruh, karyawan, konsumen, limbah pabrik, keperdulian terhadap masalah sosial dan keselarasan dengan masyarakat.

2.2.3.2 Jenis – Jenis Program Corporate Social Responsibility

CSR merupakan tanggung jawab perusahaan yang tidak memiliki nilai ekonomis secara langsung tetapi memiliki pengaruh yang besar bagi going concern dan eksistensi perusahaan. Umpan balik yang didapat dari kegiatan CSR ini tidak langsung dapat dinikmati begitu kegiatan ini dilaksanakan. Tetapi memiliki efek jangka panjang yang sangat penting bagi keberadaan perusahaan, seperti misalnya dukungan dari masyarakat tempat kegiatan usaha atau loyalitas pelanggan terhadap produk yang ditawarkan. Kotler dan Lee dalam listyanti 2011 menyebutkan bahwa enam kategori aktivitas Corporate Social Responsibility CSR yaitu : 1. Promosi Kegiatan Sosial Cause Promotions 2. Pemasaran Terkait Kegiatan Sosial Cause Related Marketing 3. Pemasaran Kemasyarakatan Korporat Corporate Societal Marketing a. Isu-isu Kesehatan b. Isu-isu Perlindungan Terhadap KecelakaanKerugian Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. c. Isu-isu Lingkungan environmental issues d. Isu-isu Keterlibatan Masyarakat community involvement issues 4. Kegiatan Filatropi Perusahaan Corporate Philanthropy 5. Pekerja Sosial Kemasyarakatan secara Sukarela community volunteering 6. Praktik Bisnis yang memiliki tanggung jawab sosial socially responsibility business practice

2.2.3.3 Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Menurut Mathews dalam Listyanti, 2011 pengungkapan sosial dan lingkungan adalah sebagai berikut : voluntary disclosures of information, both qualitative and quantitative made by organizations to inform or influence a range of audiences, the quantitave disclosures may be in financial on no-financial terms. Berdasarkan definisi tersebut maka pengungkapan sosial dan lingkungan merupakan pengungkapan informasi sukarela, baik secara kuantitatif yang dibuat oleh organisasi untuk menginformasikan aktivitasnya, dimana pengungkapan kuantitatif berupa informasi keuangan maupun non keuangan. Pengungkapan tanggung jawab sosial lingkungan dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegimitasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politik Guthrie dan Parker dalam Listyanti, 2011. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Pengungkapan tanggung jawab sosial lingkungan merupakan proses yang digunakan oleh perusahaan untuk mengungkapkan informasi berkaitan dengan kegiatan perusahaan dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial masyarakat dan lingkungan. Salah satu media yang paling tepat untuk mengungkapkan aktivitas sosial lingkungan adalah dengan menerbitkan laporan keuangan, laporan keuangan dinilai paling tepat untuk mengkomunikasikan berbagai informasi yang relevan dari manajemen perusahaan untuk mengungkapkan masalah-masalah yang berhubungan dengan lingkungan sosial perusahaan. Beberapa pendapat yang muncul mengenai konsep pengungkapan sosial perusahaan, antara lain Darwin dalam Cheng, 2011 mengatakan bahwa Corporate Sustainability Reporting dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial. Pengungkapan terhadap aspek ekonomi, lingkungan dan sosial sekarang ini menjadi cara bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan bentuk akuntabilitasnya kepada stakeholders. Sedangkan menurut Zhegal dan Ahmed dalam Listyanti, 2011 mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan yaitu : 1. Lingkungan, meliputi pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam, dan pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan. 2. Energi, meliputi konservasi energy efisiensi energi dan lain-lain. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 3. Praktik bisnis yang wajar, meliputi pemberdayaan terhadap minoritas dan perempuan, dukungan terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial. 4. Sumber daya manusia, meliputi aktivitas di dalam suatu komunitas, dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan, pendidikan dan seni. 5. Produk, meliputi keamanan, pengurangan populasi dan lain-lain. Menurut Deegan dalam Ghozali dan Chariri, 2007 berbagai alasan yang mendorong manajer secara sukarela mengungkapkan informasi sosial dan lingkungan sebagai berikut : 1. Keinginan untuk mematuhi persyaratan yang ada dalam undang- undang Undang-Undang No. 40 2. Pertimbangan rasionalisme ekonomi, dengan praktik pengungkapan sosial lingkungan akan memberikan keuntungan. 3. Keyakinan dalam proses akuntabilitas, dimana manajer berkeyakinan bahwa setiap orang memiliki hak untuk memperoleh informasi. 4. Keinginan untuk mematuhi persyaratan peminjaman, sebagai bagian dari kebijakan manajemen risiko yang cenderung menghendaki peminjaman untuk secara periodik memberikan berbagai item informasi tentang kinerja dan kebijakan sosial dan lingkungan. 5. Untuk mematuhi harapan masyarakat, hal ini terefleksi atas adanya pandangan “kontrak sosial”. 6. Sebagai konsekuensi dari ancaman legimitasi perusahaan. 7. Untuk menarik dana investasi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 8. Untuk mematuhi persyaratan industi. Adanya Undang-Undang No.40 tahun 2007 mewajibkan Perseroan Terbatas untuk melaksanakan tanggung jawab sosial lingkungan, jika tidak dilaksanakan akan dikenakan sanksi. 9. Untuk mendapatkan penghargaan. Dewasa ini istilah CSR semakin terkenal di Indonesia, hal ini mulai muncul sejak terjadinya kasus Lumpur Lapindo dan Undang- Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang mewajibkan perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial lingkungan www.google.com . Undang-Undang No.40 Tahun 2007 mendapatkan tanggapan yang beragam dari perusahaan, ada yang bersifat positif dan bersifat negatif. Tanggapan positif dari perusahaan diwujudkan dengan upaya perusahaan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif operasi perusahaan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, sedangkan tanggapan negatif dari perusahaan yang berupa janji atau kamuflase citra tidak akan menyelesaikan permasalahan yang ada. Secara tidak langsung kasus Lumpur Lapindo dan kasus kasus lain yang berakibat kerusakan alam dan ekosistemnya, menjadikan masyarakat lebih menyadari akan arti penting dari CSR. Hal ini menyadarkan perusahaan bahwa dengan masyarakat dan lingkungan tempat perusahaan beroperasi. Berbagai alasan perusahaan melakukan pengungkapan informasi CSR secara sukarela telah diteliti dalam penelitian sebelumnya, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. diantaranya adalah untuk mentaati peraturan yang ada, untuk memperoleh keunggulan kompetitif melalui penerapan CSR dan memenuhi ekspektasi masyarakat, untuk melegitimasi tindakan perusahaan dan untuk menarik investor Sayekti dalam Listyanti, 2011. Mengacu pada penelitian yang dilakukan Listyanti 2011, maka pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dapat diukur dengan menggunakan Corporate Social Responsibility Indeks CSRI dengan menggunakan content analysis yang mengukur variety dari CSRI. Digunakannya content analysis karena metode ini sudah banyak digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Linderman Sayekti dalam Listyanti, 2011 mendefinisikan content analysis sebagai berikut : “ A means for taking messages that are conveyed as part of the communication process, coding and classifying them as precisely and objectively as possible and the summarizing and explaining them quantitatively ”. Konsep pelaporan CSR yang digagas oleh GRI adalah konsep sustainability report yang muncul sebagai akibat adanya konsep sustainability development. Dalam sustainability report digunakan metode triple bottom line, yang tidak hanya melaporkan sesuatu yang diukur dari sudut pandang ekonomi saja, melainkan dari sudut pandang ekonomi, sosial dan lingkungan. Gagasan ini merupakan akibat dari adanya 3 dampak operasi perusahaan yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. GRI Guidelines Versi 3 menyebutkan bahwa, perusahaan harus menjelaskan dampak aktivitas perusahaan terhadap ekonomi, lingkungan dan sosial pada bagian standard disclosures. Dari ketiga dimensi tersebut diperluas Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. menjadi 6 dimensi, yaitu: ekonomi, lingkungan, praktek tenaga kerja, hak asasi manusia, masyarakat, dan tanggungjawab produk. Dari keenam dimensi terdapat 34 konstruk dan total seluruh item pengungkapan menurut GRI adalah 79 item. Penelitian ini menggunakan konsep Global Reporting Initistive GRI sebagai indikator pengungkapan CSR Cheng 2011. Jumlah item komponen CSR perusahaan didapatkan dengan memberikan nilai 1 pada perusahaan yang mengungkapkan komponen CSR yang telah ditetapkan,bila tidak diberi angka 0. Selanjutnya jumlah item komponen CSR yang diungkapkan perusahaan dibagi total komponen yang ditetapkan oleh GRI. Rumus perhitungan CSRI sebagai berikut : � = � � Keterangan : � : Corporate Social Responsibility Disclosure Indeks Perusahaan j � : criteria variable : 1 = jika item i diungkapkan : 0 = jika item i tidak � : jumlah item untuk perusahaan j, � ≤ 79 Dengan demikian, 0 ≤ � ≤ 1 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.4 Reaksi Investor

Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilkan asing terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2013

0 89 119

Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Kinerja Keuangan Pada Nilai Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 73 108

Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Struktur Modal Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 38 84

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Laporan Tahunan Dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 38 122

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governace dan profitabilitas Terhadap Harga Saham Dengan corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Industri yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 46 93

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 68 88

Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Struktur Modal Sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 42 103

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 71 72

Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2012-2014

2 82 70

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN TERHADAP REAKSI INVESTOR : STUDI PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 1 23