Deskripsi Data GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Tabel 5. Periode Laporan Keuangan Yang Digunakan No Kode Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 JAKA 2 ELTY 3 DSUC 4 TIRT 5 IATG 6 TLKM 7 PTRA 8 CTRP 9 SIIP 10 COWL 11 SIMM 12 INDR 13 PWSI 14 GPRA 15 CPDW 16 ITMG 17 SAIP 18 TKIM 19 KARK 20 LPCK Sumber: Data diolah Untuk mendeskripsikan data yang akan digunakan, data yang telah dikumpulkan akan diolah menggunakan program SPSS untuk melakukan perhitungan statistik deskriptif variabel-variabel yang meliputi semua rasio keuangan yang dibutuhkan dalam model Altman Z-Score, model Springate, dan model Zmijewski. Statistik deskriptif dapat memberikan gambaran mengenai nilai rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi. Statistik deskriptif untuk kategori I perusahaan delisting disajikan dalam tabel berikut: Tabel 6. Statistik Deskriptif Kategori I: Perusahaan Delisting Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation WC_TA 30 -1.84865 .49620 -.1123177 .66437613 RE_TA 30 -5.10275 1.21166 -1.0696890 1.68731218 EBIT_TA 30 -.44495 .11144 -.0377503 .11890093 MVE_TD 30 .00712 11.84564 1.6295437 2.65209981 S_TA 30 .00093 1.63735 .4083820 .49248307 EBT_CL 30 -71.60000 6.10850 -2.2543120 13.16738305 ROA 30 -.72274 .12295 -.0568963 .17480251 DR 30 .11160 2.23915 .8037880 .62785037 CR 30 .14814 18.45640 2.6103813 3.57750516 Valid N listwise 30 Sumber: Data diolah SPSS Untuk kategori II perusahaan yang tidak mengalami delisting sehingga masih terdaftar listing di BEI, statistik deskriptifnya disajikan dalam tabel berikut: Tabel 7. Statistik Deskriptif Kategori II: Perusahaan Listing Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation WC_TA 30 -.13562 .52312 .2347387 .19378445 RE_TA 30 -.03085 .42618 .1447617 .12279437 EBIT_TA 30 .00337 .44785 .1006993 .12618720 MVE_TD 30 .08168 17.29919 2.7024047 3.99867996 S_TA 30 .08326 1.63553 .6096890 .47644048 EBT_CL 30 -.18403 1.61939 .4000367 .50553978 ROA 30 -.11941 .34926 .0589143 .09086171 DR 30 .05942 .76930 .4926377 .19159549 CR 30 .54160 11.95821 2.6494880 2.97482136 Valid N listwise 30 Sumber: Data diolah SPSS Keterangan: WC_TA = Working Capital to Total Asset RE_TA = Retained Earnings to Total Asset EBIT_TA = Earning Before Interest and Taxes to Total Asset MVE_TD = Market Value of Equity to Book Value of Total Debt S_TA = Sales to Total Asset EBT_CL = Net Profit before Taxes to Current Liabilities ROA = Return On Asset DR = Debt Ratio CR = Current Ratio Sembilan variabel penelitian dalam tabel 6 dan tabel 7 merupakan rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam ketiga model prediksi kebangkrutan. Masing-masing kategori menggunakan data yang diambil dari 10 perusahaan dengan data keuangan selama tiga tahun berturut-turut. Bila dibandingkan hasil statistik deskriptif antara kategori I dan II, variabel- variabel dalam kategori I cenderung memiliki nilai rata-rata yang negatif dibandingkan kategori II. Untuk kategori I, variabel WC_TA working capital to total asset memiliki nilai tertinggi sebesar 0,49620 dan nilai terendah sebesar -1,84865 dengan rata-rata dan standar deviasi masing-masing sebesar -1,123177 dan 0,66437613. Nilai tertinggi WC_TA dimiliki oleh PT. Dayaindo Resources International Tbk. tahun 2011 dan nilai terendah WC_TA dimiliki oleh PT. Panca Wiratama Sakti Tbk. tahun 2010. Sedangkan untuk kategori II, variabel WC_TA memiliki nilai tertinggi sebesar 0,52312 dan nilai terendah sebesar - 0,13562 dengan rata-rata dan standar deviasi masing-masing sebesar 0,2347387 dan 0,19378445. Nilai tertinggi WC_TA dimiliki oleh PT. Cowell Development Tbk. tahun 2009 dan nilai terendah WC_TA dimiliki oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Persero Tbk. tahun 2008. Rata-rata WC_TA yang dimiliki oleh kategori II bernilai positif sedangkan kategori I bernilai negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang tidak mengalami delisting memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Jika modal kerja bersih bernilai positif maka perusahaan jarang menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajibannya sedangkan jika modal bersih bernilai negatif maka perusahaan kemungkinan akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut Endri, 2009. Variabel RE_TA retained earnings to total asset untuk kategori I memiliki nilai tertinggi sebesar 1,21166 yang dimiliki oleh PT. Daya Sakti Unggul Corporindo Tbk. tahun 2007 dan nilai terendah sebesar -5,10275 yang dimiliki oleh PT. New Century Development tahun 2007. Nilai rata-rata dan standar deviasinya masing-masing sebesar -1,0696890 dan 1,68731218. Sedangkan variabel RE_TA untuk kategori II memiliki nilai tertinggi sebesar 0,42618 yang dimiliki oleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk. tahun 2011 dan nilai terendah sebesar -0,03085 yang dimiliki oleh PT. Bakrieland Development Tbk. tahun 2005. Nilai rata-rata dan standar deviasinya masing- masing sebesar 0,1447617 dan 0,12279437. Kategori I memiliki rata-rata RE_TA lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata RE_TA kategori II. Semakin rendah RE_TA maka kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba ditahan dari aktivanya semakin kecil sehingga kemungkinan perusahaan mengalami financial distress hingga kebangkrutan menjadi semakin tinggi. Untuk kategori I, variabel EBIT_TA earnings before interest and taxes to total asset memiliki nilai tertinggi sebesar 0,11144 yang dimiliki oleh PT. Indo Setu Bara Resources Tbk. tahun 2012 dan nilai terendah sebesar -0,44495 yang dimiliki oleh PT. Indo Setu Bara Resources Tbk. tahun 2011. Nilai rata-rata dan standar deviasinya masing-masing sebesar -0,0377503 dan 0,11890093. Sedangkan untuk kategori II variabel EBIT_TA memiliki nilai tertinggi sebesar 0,44785 dan nilai terendah sebesar 0,00337 yang masing- masing dimiliki oleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk. tahun 2011 dan PT. Tirta Mahakam Resources Tbk. tahun 2008. Nilai rata-rata dan standar deviasinya masing-masing sebesar 0,1006993 dan 0,12618720. Dalam hal ini, kategori I memiliki rata-rata EBIT_TA yang lebih kecil daripada rata-rata EBIT_TA kategori II. Semakin rendah EBIT_TA menunjukkan semakin kecilnya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dari aktiva yang digunakan perusahaan. Variabel MVE_TD market value of equity to book value of total debt untuk kategori I memiliki rata-rata dan standar deviasi masing-masing sebesar 1,6295437 dan 2,65209981 dengan nilai tertinggi sebesar 11,84564 dan nilai terendah sebesar 0,00712. Nilai tertinggi dimiliki oleh PT. Jaka Inti Realtindo Tbk. tahun 2006 dan nilai terendah dimiliki oleh PT. Panca Wiratama Sakti Tbk. tahun 2010. Sedangkan variabel MVE_TD untuk kategori II memiliki rata-rata dan standar deviasi masing-masing sebesar 2,7024047 dan 3,99867996 dengan nilai tertinggi sebesar 17,29919 dan nilai terendah sebesar 0,08168. Nilai tertinggi dimiliki oleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk. tahun 2010 dan nilai terendah dimiliki oleh PT. Indorama Synthetics Tbk. tahun 2008. Dalam hal ini, rata-rata MVE_TD yang dimiliki kategori I lebih kecil daripada kategori II. Semakin rendah MVE_TD menunjukkan semakin kecilnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban dari nilai pasar modal sendiri. Untuk kategori I variabel S_TA sales to total asset memiliki nilai tertinggi sebesar 1,63735 yang dimiliki oleh PT. Daya Sakti Unggul Corporindo Tbk. tahun 2008 dan nilai terendah sebesar 0,00093 yang dimiliki oleh PT. Suryainti Permata Tbk. tahun 2010. Nilai rata-rata dan standar deviasinya masing-masing sebesar 0,4083820 dan 0,49248307. Sedangkan untuk kategori II, variabel S_TA memiliki nilai tertinggi sebesar 1,63553 yang dimiliki oleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk. tahun 2012 dan nilai terendah sebesar 0,08326 yang dimiliki oleh PT. Ciputra Property Tbk. tahun 2007. Nilai rata-rata dan standar deviasinya masing-masing sebesar 0,6096890 dan 0,47644048. Rata-rata S_TA yang dimiliki kategori I lebih kecil daripada kategori II. Dalam hal ini, semakin rendah S_TA menunjukkan semakin kecilnya tingkat penjualan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktivanya. Kategori I variabel EBT_CL net profit before taxes to current liabilities memiliki rata-rata dan standar deviasi masing-masing sebesar - 2,254312 dan 13,16738305. Nilai tertinggi sebesar 6,1085 dimiliki oleh PT. Surabaya Agung Industry Pulp Tbk. tahun 2011 dan nilai terendah sebesar - 71,6 dimiliki oleh PT. Surya Intrindo Makmur Tbk. tahun 2009. Sedangkan kategori II variabel EBT_CL memiliki rata-rata dan standar deviasi masing- masing sebesar 0,4000367 dan 0,50553978. Nilai tertinggi sebesar 1,61939 dimiliki oleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk. tahun 2011 dan nilai terendah sebesar -0,18403 dimiliki oleh PT. Tirta Mahakam Resources Tbk. tahun 2008. Dalam hal ini, kategori II memiliki rata-rata EBT_CL yang lebih kecil dibandingkan kategori I. Semakin rendah EBT_CL maka semakin kecil kemungkinan laba sebelum pajak dapat menutupi hutang lancar yang dimiliki perusahaan. Variabel ROA return on assets untuk kategori I memiliki nilai tertinggi sebesar 0,12295 dan nilai terendah sebesar -0,72274 yang masing- masing dimiliki oleh PT. Surabaya Agung Industry Pulp Tbk. tahun 2011 dan PT. Surya Intrindo Makmur Tbk. tahun 2008. Nilai rata-rata dan standar deviasinya masing-masing sebesar -0,0568963 dan 0,17480251. Sedangkan variabel ROA untuk kategori II memiliki nilai tertinggi sebesar 0,34926 dan nilai terendah sebesar -0,11941 yang masing-masing dimiliki oleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk. tahun 2011 dan PT. Tirta Mahakam Resources Tbk. tahun 2008. Nilai rata-rata dan standar deviasinya masing-masing sebesar 0,0589143 dan 0,09086171. Kategori I memiliki rata-rata ROA yang lebih kecil dibandingkan kategori II, dimana semakin kecil ROA maka semakin kecil kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Untuk kategori I variabel DR debt ratio memiliki rata-rata dan standar deviasi masing-masing sebesar 0,8037880 dan 0,62785037. Nilai tertinggi sebesar 2,23915 dimiliki oleh PT. Panca Wiratama Sakti Tbk. tahun 2010 dan nilai terendah sebesar 0,11160 dimiliki oleh PT. Jaka Inti Realtindo Tbk. tahun 2005. Sedangkan untuk kategori II variabel DR memiliki rata-rata dan standar deviasi masing-masing sebesar 0,4926377 dan 0,19159549. Nilai tertinggi sebesar 0,76930 dimiliki oleh PT. Tirta Mahakam Resources Tbk. tahun 2008 dan nilai terendah sebesar 0,05942 dimiliki oleh PT. Ciputra Property Tbk. tahun 2009. Rata-rata DR yang dimiliki kategori I lebih besar dibandingkan kategori II, dimana semakin tinggi nilai DR maka semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan dalam melunasi hutang atau kewajibannya. Variabel CR current ratio untuk kategori I memiliki nilai tertinggi dan nilai terendah masing-masing sebesar 18,4564 dan 0,148140. Nilai tertinggi dimiliki oleh PT. Dayaindo Resources International Tbk. tahun 2011 dan nilai terendah dimiliki oleh PT. Surya Intrindo Makmur Tbk. tahun 2008. Nilai rata-rata dan standar deviasinya masing-masing sebesar 2,6103813 dan 3,57750516. Sedangkan variabel CR untuk kategori II memiliki nilai tertinggi dan nilai terendah masing-masing sebesar 11,95821 dan 0,5416. Nilai tertinggi dimiliki oleh PT. Ciputra Property Tbk. tahun 2009 dan nilai terendah dimiliki oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Persero Tbk. tahun 2008. Nilai rata-rata dan standar deviasinya masing-masing sebesar 2,649488 dan 2,97482136. Dalam hal ini, kategori I memiliki rata-rata CR lebih kecil dibandingkan kategori II, dimana semakin rendah CR maka semakin besar resiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva yang dimilikinya. Berdasarkan uraian di atas, secara keseluruhan perusahaan yang tidak mengalami delisting kategori II memiliki kondisi keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang telah dinyatakan delisting kategori I. 50

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

1. Prediksi Kebangkrutan dengan Model Altman Z-Score

Model prediksi Altman Z-Score yang pertama dirumuskan sebagai berikut: Z = 1,2X 1 + 1,4X 2 + 3,3X 3 + 0,6X 4 + 1,0X 5 Model prediksi ini mengklasifikasikan perusahaan yang sehat dan bangkrut berdasarkan tiga kategori nilai Z: a. Jika nilai Z 1,81 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. b. Jika nilai Z antara 1,81 dan 2,99 maka termasuk grey area. c. Jika nilai Z 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus model Altman Z-Score dengan menggunakan data dari laporan keuangan perusahaan selama tiga tahun berturut-turut, maka hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 8. Prediksi Kebangkrutan dengan Model Altman Z-Score No Kode Skor Tahunan Z Rata- rata Prediksi Status Tahun Th I Th II Th III 1 JAKA 2,84 7,76 6,43 5,68 TB D 2009 2 ELTY 0,66 0,95 5,57 2,40 GA L 2009 3 DSUC 0,62 2,35 -1,46 0,51 B D 2009 4 TIRT 1,68 2,33 1,21 1,74 B L 2009 5 IATG 2,72 2,60 1,87 2,40 GA D 2009 6 TLKM 3,51 3,77 2,69 3,32 TB L 2009 Sumber: Data diolah Lanjutan Tabel 8. Prediksi Kebangkrutan dengan Model Altman Z-Score No Kode Skor Tahunan Z Rata- rata Prediksi Status Tahun Th I Th II Th III 7 PTRA -7,00 -6,68 -6,65 -6,78 B D 2011 8 CTRP 3,67 2,66 5,07 3,80 TB L 2011 9 SIIP 1,28 1,18 1,06 1,18 B D 2012 10 COWL 3,42 3,87 1,11 2,80 GA L 2012 11 SIMM 1,82 -2,63 -2,31 -1,04 B D 2012 12 INDR 1,19 1,21 1,28 1,23 B L 2012 13 PWSI -4,15 -4,26 -4,40 -4,27 B D 2013 14 GPRA 1,64 1,38 1,55 1,52 B L 2013 15 CPDW -0,52 -5,49 -2,59 -2,87 B D 2013 16 ITMG 13,72 9,86 9,82 11,13 TB L 2013 17 SAIP -1,43 0,23 -0,56 -0,59 B D 2013 18 TKIM 1,17 1,13 1,13 1,14 B L 2013 19 KARK 1,23 2,48 2,52 2,08 GA D 2013 20 LPCK 0,95 1,14 2,11 1,40 B L 2013 Sumber: Data diolah Keterangan: Th = Tahun B = Bangkrut TB = Tidak Bangkrut GA = Grey Area D = Delisting L = Listing Keterangan Kolom Status Tahun: = 1 satu tahun setelah prediksi = 2 dua tahun setelah prediksi = 3 tiga tahun setelah prediksi Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan model Altman Z- Score, sebanyak 12 perusahaan sampel diprediksi akan mengalami kebangkrutan di masa yang akan datang, 4 sampel perusahaan dalam kondisi grey area tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan dan sisanya sebanyak 4 sampel perusahaan tidak berpotensi mengalami kebangkrutan.

2. Prediksi Kebangkrutan dengan Model Springate

Model prediksi Springate mengklasifikasikan perusahaan dengan skor S 0,862 merupakan perusahaan yang tidak berpotensi bangkrut. Sebaliknya jika perusahaan memiliki skor S 0,862 akan diklasifikasikan sebagai perusahaan yang tidak sehat dan berpotensi untuk bangkrut. Model ini dirumuskan sebagai berikut: S = 1,03 A + 3,07 B + 0,66 C +0,4 D Setelah dilakukan olah data menggunakan model Springate dengan menggunakan data dari laporan keuangan perusahaan selama tiga tahun berturut-turut, maka hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 9. Prediksi Kebangkrutan dengan Model Springate No Kode Skor Tahunan S Rata- rata Prediksi Status Tahun Th I Th II Th III 1 JAKA 0,53 0,52 0,48 0,51 B D 2009 2 ELTY 0,56 0,27 0,70 0,51 B L 2009 3 DSUC 0,24 -0,36 -1,11 -0,41 B D 2009 4 TIRT 0,63 1,09 0,36 0,69 B L 2009 5 IATG 1,05 0,83 0,40 0,76 B D 2009 6 TLKM 1,77 2,04 1,37 1,73 TB L 2009 7 PTRA -0,18 0,21 0,23 0,09 B D 2011 8 CTRP 1,13 1,45 1,11 1,23 TB L 2011 9 SIIP 0,63 0,41 0,41 0,48 B D 2012 10 COWL 0,83 1,31 0,30 0,81 B L 2012 11 SIMM 0,44 -2,37 -47,63 -16,52 B D 2012 12 INDR 0,45 0,42 0,43 0,43 B L 2012 13 PWSI -1,83 -1,85 -1,95 -1,88 B D 2013 14 GPRA 0,69 0,76 0,79 0,74 B L 2013 15 CPDW 0,13 -3,59 1,24 -0,74 B D 2013 16 ITMG 2,45 3,45 3,06 2,99 TB L 2013 17 SAIP -0,26 4,18 -0,56 1,12 TB D 2013 18 TKIM 0,65 0,66 0,63 0,65 B L 2013 19 KARK 0,43 1,23 1,41 1,02 TB D 2013 20 LPCK 0,62 0,71 1,05 0,79 B L 2013 Sumber: Data diolah

Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Ketepatan Model Prediksi Kebangkrutan Altman, Ohlson, Dan Springate Dalam Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan

7 131 79

ANALISIS MODEL ALTMAN, MODEL ZMIJEWSKI, DAN MODEL SPRINGATE DALAM MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN

2 15 18

PENGUJIAN KEAKURATAN MODEL ALTMAN DAN MODEL ZMIJEWSKI DALAM MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN DELISTING DARI BURSA EFEK INDONESIA

2 23 89

PENGGUNAAN MODEL ZMIJEWSKI, SPRINGATE, ALTMAN Z-SCORE DAN GROVER DALAM MEMPREDIKSI KEPAILITAN PADA PERUSAHAAN TRANSPORTASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 14 18

The Zmijewski Model, The Altman Model, The Ohlson Model, dan The Springate Model Sebagai Prediktor Perusahaan yang Delisting pada Bursa Efek Indonesia.

0 0 11

Analisis akurasi metode Altman, Grover, Springate, dan Zmijewski dalam memprediksi perusahaan delisting (studi empiris pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013).

3 9 110

The Zmijewski Model, The Altman Model, The Ohlson Model, dan The Springate Model Sebagai Prediktor Perusahaan yang Delisting pada Bursa Efek Indonesia - Repositori Universitas Andalas

0 0 1

The Zmijewski Model, The Altman Model, The Ohlson Model, dan The Springate Model Sebagai Prediktor Perusahaan yang Delisting pada Bursa Efek Indonesia - Repositori Universitas Andalas

0 0 1

The Zmijewski Model, The Altman Model, The Ohlson Model, dan The Springate Model Sebagai Prediktor Perusahaan yang Delisting pada Bursa Efek Indonesia - Repositori Universitas Andalas

0 0 9

View of PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE, SPRINGATE DAN ZMIJEWSKI PADA PERUSAHAAN DELISTING DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 8