Berdasarkan hasil penelitian, potensi kejadian interaksi obat dengan usia pasien menunjukkan kejadian interaksi obat banyak ditemukan pada pasien yang
berusia 2–11 tahun, sedangkan menurut banyaknya jumlah interaksi yang berpotensi terjadi, pada usia 12-17 tahun, diantara 61 pasien pasien ditemukan
jumlah kejadian interaksi terbanyak yaitu 15 kali pada 2 orang pasien. Pada usia 2-11 tahun, ditemukan jumlah interaksi terbanyak sebesar 13 pada 2 orang pasien.
Pada usia 29 hari- 23 bulan, ditemukan jumlah interaksi terbanyak sebesar 16 pada 1 orang pasien. Pada usia 0-28 hari, jumlah interaksi yang terbanyak yaitu 2
pada 1 orang pasien. Gambaran kejadian interaksi obat berdasarkan usia pasien dapat ditunjukkan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Gambaran kejadian interaksi obat berdasarkan usia pasien
Jumlah kejadian
interaksi
obat Usia Pasien
Total 0-28 hari
29 hari- 23 bulan
2-11 tahun 12-17
tahun
9 35
13 57
1 16
4 23
17 60
2 1
3 45
20 69
3 2
12 4
18 4
2 3
2 7
5 2
3 5
6 2
1 3
7 1
1 9
1 1
1 3
10 1
1 2
11 1
1 2
13 2
2 15
2 2
16 1
1 Total
17 25
129 61
232
4.3.3 Gambaran kejadian interaksi obat berdasarkan jenis kelamin
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian, potensi kejadian interaksi obat dengan jenis kelamin, menunjukkan laki-laki lebih banyak ditemukan potensi kejadian interaksi
obat dibanding perempuan, sedangkan berdasarkan jumlah interaksi obatnya yang paling banyak ditemukan adalah pada pasien berjenis kelamin perempuan sebesar
16 kali interaksi yaitu pada 1 orang pasien dan jenis kelamin laki-laki, jumlah interaksi terbanyak sebesar 13 kali pada 2 orang pasien. Gambaran kejadian
interaksi obat berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Gambaran kejadian interaksi obat berdasarkan jenis kelamin
Jumlah Interaksi Jenis Kelamin
Total Laki-laki
Perempuan
27 30
57 1
33 27
60 2
38 31
69 3
8 10
18 4
3 4
7 5
2 3
5 6
2 1
3 7
1 1
9 1
2 3
10 1
1 2
11 2
2 13
2 2
15 2
2 16
1 1
Total
118 114
232
4.3.4 Gambaran kejadian interaksi obat berdasarkan jumlah diagnosis
Berdasarkan hasil penelitian, gambaran kejadian interaksi obat berdasarkan jumlah diagnosis, potensi kejadian interaksi obat banyak ditemukan pada pasien
yang menerima 2 diagnosis. Sedangkan berdasarkan jumlah kejadian interaksi yang paling besar ditemukan pada pasien dengan 6 dan 7 diagnosis yaitu dari 3
pasien, ketiga-tiganya 100 berpotensi terjadi interaksi. Merujuk pada jumlah
Universitas Sumatera Utara
interaksinya pada Tabel 4.6, pasien dengan 6 diagnosis akan berpotensi mengalami interaksi obat sampai 9 kali, dan jumlah interaksi sampai 10 kali
ditemukan pada pasien dengan 7 diagnosis. Gambaran kejadian interaksi obat berdasarkan jumlah diagnosis dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Gambaran kejadian interaksi obat dengan jumlah diagnosis
4.4. Gambaran Interaksi Obat-obat Pasien Rawat Inap Pediatrik Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh persentase kejadian interaksi obat pada
kasus pasien rawat inap Pediatrik Jamkesmas sebanyak 75,43 175 dari 232 rekam medik. Ditemuka n 521 kejadian interaksi obat, yang terdiri dari 140 jenis
obat Tabel 4.7, Tabel 4.8 dan Tabel 4.9, yang dibagi dalam 3 kelompok menurut mekanisme interaksi dan tingkat keparahan. Mekanisme interaksi terdiri dari
mekanisme farmakokinetika dengan persentase sebanyak
24,76; farmakodinamika sebanyak 3,45; dan unknown sebanyak 71,78 Tabel 4.10.
Tingkat keparahan interaksi obat pada pasien rawat inap antara lain minor
Jumlah interaksi
Jumlah diagnosis Total
satu dua
tiga empat lima
enam tujuh
21 20
9 6
1 57
1 20
15 11
6 7
1 60
2 9
15 27
12 5
1 69
3 5
4 4
4 1
18 4
4 1
1 1
7 5
2 1
2 5
6 1
2 3
7 1
1 9
1 1
1 3
10 1
1 2
11 1
1 2
13 2
2 15
2 2
16 1
1
Total 57
67 53
30 19
3 3
232
Universitas Sumatera Utara
24,76, moderat 66,41, mayor sebanyak 8,83 Tabel 4.11. Ada pun jenis obat yang berinteraksi ditunjukkan pada Tabel 4.7, Tabel 4.8, Tabel 4.9 dan
penjelasannya dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 4.7 Jenis Obat yang Berpotensi Berinteraksi Kategori Minor
No .
Obat Berinteraksi
Jenis Interaks
i Jumlah
Kejadia n
Keteran gan
1. ampisillin ↔ eritromicin
Unknown 1
Hal. 64 2. aspirin
↔ spironolakton FK
3 Hal. 64
3. deksamethason ↔ natrium bikarbonat FK
1 Hal.65
4. deksamethason ↔ vitamin E
Unknown 43
Hal. 65 5. digoksin
↔ albuterol Unknown
1 Hal.66
6. digoksin ↔ spironolakton
FK 7
Hal.66 7. doksorubisin
↔ vinkristin FK
2 Hal.67
8. eritomicin ↔ natrium bikarbonat
FK 1
Hal.67 9. etoposid
↔ vinkrisatin Unknown
1 Hal.68
10. fenitoin ↔ aspirin
Unknown 2
Hal.68 11. furosemida
↔ aspirin Unknown
2 Hal.69
12. furosemida ↔ fenitoin
FK 5
Hal.69 13. ibuprofen
↔ fenitoin FK
1 Hal.70
14. isoniazid ↔ deksametason
FK 1
Hal.70 15. isoniazid
↔ phenobarbital FK
1 Hal.71
16. isoniazid ↔ prednison
Unknown 4
Hal.71 17. kaptopril
↔ natrium bikarbonat FK
2 Hal.72
18. kaptopril ↔ nifedipin
Unknown 3
Hal.72 19. kotrimoksazol
↔ doksorubisin Unknown
1 Hal.73
20. kotrimoksazol ↔ ondansetron
Unknown 5
Hal.73 21. metil prednisolon
↔ vitamin E Unknown
1 Hal.74
22. metil prednisolon ↔ zink sulfat
Unknown 1
Hal.74 23. prednison
↔ albuterol Unknown
1 Hal.75
24. prednison ↔ natrium bikarbonat
Unknown 5
Hal.75 25. prednison
↔ vitamin E Unknown
1 Hal.76
26. prednison ↔ zink sulfat
Unknown 2
Hal.76
Tabel 4.7 Lanjutan
27. ranitidin ↔ antasida
FK 1
Hal.77 28. ranitidin
↔ ketorolac Unknown
1 Hal.77
Universitas Sumatera Utara
29. ranitidin ↔ natrium bikarbonat
FK 2
Hal.78 30. ranitidin
↔ nifedipin FK
2 Hal.78
31. ranitidin ↔ parasetamol
Unknown 10
Hal.79 32. ranitidin
↔ sianokobalamin FK
1 Hal.79
33. rifampin ↔ parasetamol
FK 1
Hal.80 34. rifampin
↔ phenobar bital FK
1 Hal.80
35. seftriakson ↔ fenitoin
FD 11
Hal.81 36. siklofosfamid
↔ ondansetron FK
1 Hal.81
Rujukan; Tatro, 2009; Stockley, 2008; Drugs.com, 2013. Keterangan :
FK : Farmakokinetika
FD : Farmakodinamika
Tabel 4.8 Jenis Obat yang Berpotensi Berinteraksi Kategori Moderat
No. Obat
Jenis Jumlah
Keterangan
Berinteraksi Interaksi
Kejadia n
1. amikasin
↔ vankomycin Unknown
1 Hal. 82
2. ampisilin
↔ amikasin Unknown
1 Hal. 82
3. ampisilin
↔ gentamisin Unknown
4 Hal. 83
4. ampisilin
↔ kloramfenik ol Unknown
8 Hal. 83
5. antasida
↔ multivitamin dengan Fe FK 1
Hal. 84 6.
asam mefenamat ↔ prednison
Unknown 1
Hal. 84 7.
aspirin ↔ natrium bikarbonat
FK 1
Hal. 85 8.
aspirin ↔ prednison
FK 3
Hal. 85 9.
deksamethason ↔ phenobarbital
FK 1
Hal.86 10. deksamethason
↔ spironolakton Unknown
2 Hal.86
11. deksamethason ↔ vinkristin
FK 5
Hal.87 12. digoksin
↔ dobutamin Unknown
1 Hal.87
13. digoksin ↔ prednison
Unknown 1
Hal.88 14. eritomicin
↔ deksametason FK
2 Hal.88
15. eritomicin ↔ prednison
FK 1
Hal. 89 16. ethambutol
↔ isoniazid Unknown
5 Hal. 89
17. fenitoin ↔ albendazol
FK 1
Hal. 90 18. fenitoin
↔ asam folat FK
1 Hal. 90
19. fenitoin ↔ calcitriol
FK 2
Hal. 91
Tabel 4.8 Lanjutan
20. fenitoin ↔ cholecalciferol
FK 1
Hal. 91 21. fenitoin
↔ deksamethason FK
8 Hal. 92
Universitas Sumatera Utara
22. fenitoin ↔ ergocalciferol
FK 2
Hal. 92 23. fenitoin
↔ natrium bikarbonat Unknown
2 Hal. 93
24. fenitoin ↔ ondansetron
FK 1
Hal. 93 25. fenitoin
↔ phenobarbital FK
2 Hal. 94
26. fenitoin ↔ piridoksin
Unknown 4
Hal. 94 27. fenitoin
↔ prednison FK
6 Hal. 95
28. furosemida ↔ albuterol
Unknown 2
Hal. 95 29. furosemida
↔ asam mefenamat Unknown
1 Hal.96
30. furosemida ↔ deksametason
Unknown 60
Hal.96 31. furosemida
↔ digoksin FD
7 Hal.97
32. furosemida ↔ HCT
Unknown 2
Hal.97 33. furosemida
↔ ketorolac Unknown
1 Hal.98
34. furosemida ↔ metil prednisolon
Unknown 3
Hal.98 35. furosemida
↔ omeprazol Unknown
2 Hal. 99
36. furosemida ↔ phenobarbital
Unknown 1
Hal. 99 37. furosemida
↔ prednison Unknown
12 Hal. 100
38. gentamisin ↔ seftriakson
Unknown 1
Hal. 100 39. haloperidol
↔ fenitoin FK
1 Hal. 101
40. haloperidol ↔ phenobarbital
FK 1
Hal. 101 41. HCT
↔ metil prednisolon Unknown
1 Hal.102
42. HCT ↔ prednison
Unknown 1
Hal. 102 43. isoniazid
↔ fenitoin FK
4 Hal. 103
44. kaptopril ↔ aspirin
Unknown 1
Hal. 103 45. kaptopril
↔ digoksin FK
2 Hal. 104
46. kaptopril ↔ furosemida
Unknown 14
Hal. 104 47. kaptopril
↔ HCT Unknown
1 Hal. 105
48. kaptopril ↔ losartan
Unknown 6
Hal. 105 49. kaptopril
↔ metil prednisolon Unknown
6 Hal.106
50. kaptopril ↔ prednison
Unknown 11
Hal. 106 51. karboplatin
↔ etoposid Unknown
2 Hal. 107
52. karboplatin ↔ vinkristin
Unknown 1
Hal. 107 53. ketorolac
↔ prednison Unknown
1 Hal. 108
54. ketorolac ↔ spironolakton
Unknown 1
Hal. 108 55. kloramfenikol
↔ fenitoin FK
1 Hal. 109
56. kloramfenikol ↔ metronidazol
Unknown 3
Hal. 109
Tabel 4.8 Lanjutan
57. kloramfenikol ↔ seftriakson
Unknown 1
Hal. 110 58. kodein
↔ furosemida Unknown
2 Hal. 110
Universitas Sumatera Utara
59. Kodein ↔ meperidin
Unknown 1
Hal. 111 60. kotrimoksazol
↔ spironolakton Unknown
1 Hal. 111
61. manitol ↔ albuterol
Unknown 1
Hal. 112 62. meperidin
↔ furosemida Unknown
1 Hal. 112
63. metil prednisolon ↔ losartan
Unknown 3
Hal. 113 64. metil prednisolon
↔ spironolakton Unknown
2 Hal. 113
65. metotreksat ↔ deksamethason
Unknown 2
Hal. 114 66. metotreksat
↔ prednison Unknown
6 Hal. 114
67. metotreksat ↔ sitarabin
FK 1
Hal. 115 68. metotreksat
↔ vinkristin Unknown
9 Hal. 115
69. metronidazol ↔ fenitoin
FK 1
Hal. 116 70. metronidazol
↔ phenobarbital FK
1 Hal. 116
71. nifedipin ↔ asam mefenamat
Unknown 1
Hal. 117 72. nifedipin
↔ fenitoin FK
3 Hal. 117
73. nifedipin ↔ kalsium
Unknown 2
Hal. 118 74. nifedipin
↔ phenobarbital FK
1 Hal. 118
75. nifedipin ↔ prednison
Unknown 3
Hal. 119 76. parasetamol
↔ fenitoin FK
5 Hal. 119
77. parasetamol ↔ isoniazid
FK 1
Hal. 120 78. parasetamol
↔ metotreksat FK
1 Hal. 120
79. parasetamol ↔ Phenobarbital
FK 3
Hal. 121 80. phenobarbital
↔ calcitriol FK
1 Hal. 121
81. phenobarbital ↔ cetirizin
Unknown 1
Hal. 122 82. phenobarbital
↔ cholecalciferol FK
1 Hal. 122
83. phenobarbital ↔ prednison
FK 1
Hal. 123 84. prednison
↔ losartan FK
4 Hal. 123
85. prednison ↔ spironolakton
Unknown 11
Hal. 124 86. ranitidin
↔ fenitoin Unknown
3 Hal. 124
87. rifampin ↔ deksametason
FK 1
Hal. 125 88. rifampin
↔ fenitoin FK
4 Hal. 125
89. rifampin ↔ prednison
FK 4
Hal. 126 90. sefotaksim
↔ furosemida Unknown
8 Hal. 126
91. seftazidim ↔ gentamisin
Unknown 17
Hal. 127 92. seftriakson
↔ furosemida Unknown
19 Hal. 127
93. seftriakson ↔ mycophenolic acid
FK 1
Hal. 128 Rujukan; Tatro, 2009; Stockley, 2008; Drugs.com, 2013.
Keterangan : FK
: Farmakokinetika FD
: Farmakodinamika
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Jenis Obat yang Berpotensi Berinteraksi Kategori Mayor
No .
Obat Berinteraksi
Jenis Interaksi
Jumlah Kejadia
n Keteranga
n
1. calcitriol ↔ kalsium
Unknown 4
Hal. 129 2. deksamethason
↔ deferasirox Unknown
3 Hal. 129
3. fenitoin ↔ dopamin
Unknown 1
Hal. 130 4. kalium klorida
↔ spironolakton FK 1
Hal. 130 5. kaptopril
↔ kalium klorida FK
1 Hal. 131
6. kaptopril ↔ spironolakton
Unknown 14
Hal. 131 7. kotrimoksazol
↔ leucovorin Unknown
2 Hal. 132
8. metotreksat ↔ kotrimoksazol
FK 8
Hal. 132 9. rifampin
↔ isoniazid FK
5 Hal. 133
10. rifampin ↔ pirazinamid
Unknown 4
Hal. 133 11. spironolakton
↔ losartan Unknown
3 Hal. 134
Rujukan; Tatro, 2009; Stockley, 2008; Drugs.com, 2013 Keterangan :
FK : Farmakokinetika
FD : Farmakodinamika
Jenis interaksi obat berdasarkan mekanisme interaksinya pada pasien rawat inap Pediatrik ditunjukkan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Jenis interaksi obat-obat pada pasien rawat inap Pediatrik di RSUP H.
Adam Malik
Jenis interaksi obat berdasarkan tingkat keparahan pada pasien rawat inap Pediatrik ditunjukkan pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Level interaksi obat-obat pada pasien rawat inap Pediatrik di RSUP
H.Adam Malik
No Level Interaksi
Jumlah Persentase
1. Mayor 46
8,83 2. Moderat
346 66,41
3. Minor 129
24,76
Total 521
100
Berdasarkan hasil penelitian, frekwensi interaksi obat pada pasien rawat inap di bagian Pediatrik terjadi cukup tinggi yaitu 75,43 kasus. Mekanisme interaksi
No Jenis Interaksi
Jumlah Persentase
1. Interaksi Farmakokinetika 129
24,76 2. Interaksi Farmakodinamika
18 3,45
3. Interaksi Unknown 374
71,78
Total 521
100
Universitas Sumatera Utara
obat yang terjadi dalam penelitian ini adalah interaksi farmakokinetika ,farmakodinamika dan untuk beberapa jenis obat melalui mekanisme belumtidak
diketahui mekanisme interaksinya secara tepat unknown. Berdasarkan mekanisme interaksi, antara lain interaksi farmakokinetika adalah sebesar
24,76; farmakodinamika 3,45; dan unknown sebesar 71,78. Hal ini perlu mendapat perhatian farmasis. Apabila mengacu pada tujuan
utama asuhan kefarmasian pharmaceutical care untuk meminimalkan risiko terapi pada pasien, maka memeriksa kemungkinan adanya interaksi obat pada
pengobatan pasien merupakan salah satu tugas utama farmasis. Tingginya angka kejadian interaksi obat ini berkaitan dengan jumlah obat yang dikonsumsi
pasiendan jumlah diagnosis penyakit pasien
.
Sebagian besar interaksi obat yang terjadi adalah bersifat merugikan. Dampak interaksi obat yang bersifat merugikan Stockley, 2008 pada penelitian antara
lain: a. menyebabkan hiperkalemia pada pasien misalnya, kombinasi antara kaptopril-
kalium sustained release, kaptopril-spironolakton, spironolakton-kalium sustained release, digoksin-albuterol, spironolakton-losartan dan sebagainya
b.peningkatan risiko hepatotoksisitas misalnya, isoniazid-rifampisin, pirazinamid- rifampisin, parasetamol-metotreksat.
c. meningkatkan toksisitas obat itu sendiri misalnya, digoksin-spironolakton. d. meniadakanmenurunkan efek obat lain yang diberikan bersamaan, misalnya:
nifedipin dan asam mefenamat. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat keparahan interaksi obat
karena selain dengan mengetahui mekanisme interaksi obat, tingkat keparahan
Universitas Sumatera Utara
interaksi juga dapat memberikan pengetahuan tentang prioritas monitoring. Interaksi termasuk ke dalam tingkat keparahan minor jika interaksi yang terjadi
bermakna kecil, dapat dihindarkan dengan cara penyesuaian dosis, memantau efek yang timbul, obat yang diketahui berinteraksi diganti dengan obat lain yang
memiliki kerja yang sama namun tidak berinteraksi dengan obat lainnya atau obat yang berinteraksi jika memungkinkan dihentikan penggunaannya Anonim
1
, 2013. Sebagai contoh pemberian bersama eritromicin dengan natrium bicarbonat
akan meningkatkan bioavailabilitas eritromicin Marvola, 1991. Namun, tidak semua interaksi obat minor merugikan, ada juga yang menguntungkan seperti
pemberian deksamethason dengan vitamin E, karena jika deksamethason digunakan dalam jangka waktu lama 1 minggu akan menurunkan sistem
kekebalan tubuh sedangkan vitamin E meningkatkan kekebalan tubuh karenabersifat antioksidan bahkan menurut Sutipornpalangkul, et al., 2009,
kedua obat tersebut bekerja sinergis dalam mengobati osteoartritis di mana deksamethason bertindak sebagai antiinflamasi dan vitamin E sebagai antioksidan
untuk menangkal radikal bebas sehingga mencegah peradangan akibat adanya radikal bebas.
Interaksi dikategorikan dengan tingkat keparahan moderat jika satu dari bahaya potensial mungkin terjadi pada pasien, dan beberapa jenis
intervensimonitor sering diperlukan. Efek interaksi moderat mungkin menyebabkan perubahan status klinis pasien, memerlukan perawatan
tambahan,perawatan di rumah sakit dan atau lama tinggal di rumah sakit semakin panjang Bailie, 2004. Efek interaksi ini dapat diatasi dengan cara menghindari
kombinasi obat yang dapat berinteraksi atau hanya diresepkan dalam keadaan
Universitas Sumatera Utara
tertentu Anonim
1
, 2003. Sebagai contoh pemberian PPI Proton Pump Inhibitor dengan furosemida dapat menyebabkan hipomagnesemia Thongon, dan
Krishnamra, 2011. Interaksi tingkat keparahan mayor terjadi jika terdapat probabilitas kejadian
yang tinggi, membahayakan pasien, menyangkut nyawa pasien dan dapat menyebabkan kerusakan permanen Bailie, 2004. Oleh karena itu sangat
dianjurkan untuk menghindari penggunaan obat-obat yang berinteraksi mayornamun jika diperlukan dapat diresepkan hanya saja setelah dipertimbangkan
antara keuntungan dan kerugiannya Anonim
1
, 2003. Contoh, kombinasi rifampisin dan isoniazid yang beresiko tinggi menyebabkan hepatotoksik namun
tetap digunakan karena memiliki keuntungan yang sangat besar dalam terapi pasien TBC Ena, dan Valls, 2005.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis obat yang sering berinteraksi pada pasien rawat inap bagian Pediatrik adalah furosemida, deksametason, vitamin E,
kaptopril, spironolakton, dan fenitoin. Pengetahuan mengenai jenis obat yang berinteraksi akan mempermudah mengidentifikasi kejadian interaksi obat pada
pasien. Melalui pelayanan informasi obat farmasis memegang peranan besar
rmencegah timbulnya dampak negatif interaksi obat yang tidak hanya mempengaruhi kemanfaatan dan kemanjuran obat namun lebih jauh dapat
memberi rasa aman serta mengurangi biaya yang harus dikeluarkan pasien Rahmawati, 2006.
4.5 Analisis Data 4.5.1 Karakteristik Obat