43
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab sebelumnya telah dikemukakan bahwa teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif dan teknik komparatif.
Teknik deskriptif adalah menyajikan data hasil penelitian mengenai elemen- elemen yang berkaitan dengan penentua n tarif sewa bis pariwisata. Sedangkan
teknik komparatif digunakan untuk memahami data dan membandingkan antara hasil temuan lapangan di perusahaan jasa transportasi Po BIMO dengan
teori yang digunakan yaitu metode cost plus pricing dengan pendekatan full costing.
A. Prosedur Penentuan Tarif Sewa Bis Pariwisata
1. Prosedur-prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata yang telah ditetapkan oleh Po BIMO Yogyakarta.
a. Mempertimbangkan standar tarif sewa bis pariwisata pesaing agar
tarif yang ditentukan tidak terlalu tinggi ataupun tidak terlalu rendah.
b. Membuat taksiran biaya-biaya yang akan terjadi dalam satu tahun.
c. Memisahkan taksiran biaya ke dalam biaya kantor dan armada.
d. Menentukan laba yang diharapkan bagi perusahaan, yaitu sebesar
20 dari total biaya yang ditaksir. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Menentukan besar tarif sewa bis pariwisata dengan cara
menjumlahkan seluruh taksiran biaya-biaya untuk setiap jenis bis ditambah laba yang diharapkan.
f. Mempertimbangkan keadaan perekonomian dan kepariwisataan.
Apabila daya beli konsumen tinggi maka perusahaan akan menaikkan tarif sewa bis pariwisata dan bila daya beli konsumen
rendah maka perusahaan akan menurunkan tarif sewa bis pariwisata.
2. Prosedur-prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata menurut teori
dengan menggunakan metode cost plus pricing pendekatan full costing
. a.
Mempertimbangkan harga jual atau tarif yang sering dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada. Perusahaan otobis tidak dapat
menentukan harga tanpa melihat harga dari pesaing Basu Swastha dan Irawan, 2005:244.
b. Membuat taksiran biaya-biaya yang akan terjadi dalam satu tahun.
c. Memisahkan taksiran biaya ke dalam biaya produksi dan non
produksi, kemudian menghitung total biaya produksi dan non produksi untuk mendapatkan biaya penuh untuk setiap jenis bis.
d. Menentukan mark-up dengan cara:
1 Menentukan laba yang diharapkan.
2 Menghitung persentase mark-up yang diperoleh dari biaya non
produksi ditambah dengan laba diharapkan dibagi dengan biaya produksi dan dikali 100.
Persentase Mark-up:
3 Menghitung mark-up dalam rupiah dapat dihitung dengan
mengalikan persentase mark-up dengan total biaya produksi. e.
Menentukan besar tarif menurut harga jual normal dengan cara menambahkan mark-up pada biaya produksi. Harga jual normal
menurut pendekatan full costing per unit dirumuskan: Harga Jual per unit = Biaya Produksi per unit + mark-up per unit
f. Mempertimbangkan keadaan perekonomian. Apabila makin besar
daya beli konsumen, semakin besar pula kemungkinan bagi penjual untuk menetapkan tingkat harga yang lebih tinggi Basu Swastha,
2002:148.
100 produksi
biaya produksi
non biaya
diharapkan yang
Laba ×
+
3. Perbandingan prosedur-prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata yang berlaku di Po BIMO dengan penentuan tarif
sewa bis pariwisata berdasarkan teori yang diajukan adalah: Prosedur-prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata
menurut teori. Prosedur-prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata
menurut perusahaan. Interpretasi
a. Mempertimbangkan harga jual atau tarif yang sering
dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada. Perusahaan otobis tidak dapat menentukan harga tanpa
melihat harga dari pesaing Basu Swastha dan Irawan, 2005:244.
a. Mempertimbangkan standar tarif sewa bis pariwisata
pesaing agar tarif yang ditentukan tidak terlalu tinggi ataupun tidak terlalu rendah.
Tepat
b. Membuat taksiran biaya-biaya yang akan terjadi dalam
satu tahun. b.
Membuat taksiran biaya-biaya yang akan terjadi dalam satu tahun.
Tepat c.
Memisahkan taksiran biaya ke dalam biaya produksi dan non produksi, kemudian menghitung total biaya produksi
dan non produksi untuk mendapatkan biaya penuh untuk setiap jenis bis.
c. Memisahkan taksiran biaya ke dalam biaya kantor dan
armada. Kurang
Tepat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Menentukan mark-up dengan cara:
1 Menentukan laba yang diharapkan.
2 Menghitung persentase mark-up yang diperoleh dari
biaya non produksi ditambah dengan laba diharapkan dibagi dengan biaya produksi dan dikali 100.
3 Menghitung mark-up dalam rupiah dapat dihitung
dengan mengalikan persentase mark-up dengan total biaya produksi.
d. Menentukan laba yang diharapkan bagi perusahaan, yaitu
sebesar 20 dari total biaya yang ditaksir. Tepat
e. Menentukan besar tarif menurut harga jual normal
dengan cara menambahkan mark-up pada biaya produksi. Harga jual normal menurut pendekatan full costing per
unit dirumuskan: Harga Jual per unit =
Biaya Produksi per unit+ mark-up e.
Menentukan besar tarif sewa bis pariwisata menurut harga jual dengan cara menjumlahkan seluruh taksiran biaya-
biaya untuk setiap jenis bis ditambah laba yang diharapkan.
Tepat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
f. Mempertimbangkan keadaan perekonomian. Apabila
makin besar daya beli konsumen, semakin besar pula kemungkinan bagi penjual untuk menetapkan tingkat
harga yang lebih tinggi Basu Swastha, 2002:148. f.
Mempertimbangkan keadaan perekonomian dan kepariwisataan. Apabila daya beli konsumen tinggi maka
perusahaan akan menaikkan tarif sewa bis pariwisata, dan bila daya beli konsumen rendah maka perusahaan
akan menurunkan tarif sewa bis pariwisata. Tepat
Berdasarkan data dari hasil penelitian pada Po BIMO dan di analisis menggunakan metode cost plus pricing dengan pendekatan full costing,
dapat diambil kesimpulan bahwa prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata Po BIMO dapat diinterpretasikan kurang tepat dan tepat.
Interpretasi kurang tepat menurut cost plus pricing dengan pendekatan full costing,
karena perusahaan tidak memisahkan taksiran biaya-biaya ke dalam biaya produksi dan non produksi, tetapi hal tersebut tidak
mempengaruhi penentuan besar tarif sewa bis pariwisata yang dilakukan oleh perusahaan.
Selain itu terdapat lima pernyataan yang mendukung interpretasi tepat pada prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata yang telah disimpulkan
menurut perusahaan dan teori di bawah ini, yaitu: a.
Pada bagian pertama dapat diinterpretasikan tepat dalam mempertimbangkan harga jual, karena dalam hal ini menurut teori dan
perusahaan mempertimbangkan harga jual yang dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada, karena perusahaan otobis tidak bisa
menentukan harga tanpa melihat harga pesaing. b.
Pada bagian kedua dapat diinterpretasikan tepat dalam membuat taksiran biaya, karena dalam hal ini menurut teori dan perusahaan
membuat taksiran-taksiran biaya yang akan dikeluarkan untuk tarif sewa bis pariwisata dala m satu tahun.
c. Pada bagian ketiga dapat diinterpretasikan tepat dalam menentukan
laba, karena dalam hal ini menurut teori dan perusahaan menentukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
laba yang digunakan untuk menghitung tarif sewa bis pariwisata yang diinginkan konsumen.
d. Pada bagian keempat dapat diinterpretasikan tepat dalam menentukan
besar tarif, karena dalam hal ini menurut teori dan perusahaan menghitung tarif sewa bis pariwisata. Akan tetapi, terdapat sedikit
perbedaan dalam menghitung tarif sewa bis pariwisata jika menurut perusahaan tarif dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh taksiran
biaya-biaya untuk setiap jenis bis ditambah laba yang diharapkan namun menurut teori dengan cara menambahkan mark-up pada biaya
produksi. e.
Pada bagian kelima dapat diinterpretasikan tepat dalam mempertimbangkan keadaan perekonomian karena dalam hal ini
menurut teori dan perusahaan bila daya beli konsumen yang besar menentukan tingkat harga yang lebih tinggi akan berpengaruh pada
kenaikan tarif sewa bis pariwisata begitu sebaliknya bila daya beli rendah akan menurunkan tarif sewa bis pariwisata.
Walaupun pada praktiknya perusahaan sudah melakukan pengumpulan, pencatatan serta memisahkan taksiran biaya-biaya tersebut
ke dalam biaya kantor dan armada, nyatanya pemisahan biaya tersebut masih belum bisa memberikan keterangan taksiran biaya mana saja yang
berpengaruh langsung terhadap biaya produksi dan non produksi. Sebagian taksiran biaya-biaya yang berpengaruh untuk biaya armada oleh
perusahaan dimasukan ke dalam biaya kantor. Hal tersebut dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyulitkan perusahaan dalam menyusun laporan rugi laba, karena laporan rugi laba yang disusun dengan metode full costing
menitikberatkan pada penyajian unsur-unsur biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi- fungsi pokok yang ada dalam perusahaan. Karena
perusahaan tidak memisahkan bukan biaya yang berpengaruh langsung dan yang tidak berpengaruh langsung pada produksinya, maka prosedur
tersebut kurang tepat menurut teori. Sedangkan untuk prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata yang interpretasinya tepat menurut teori dapat
membantu perusahaan agar lebih baik lagi dalam menetapkan prosedur- prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata.
Jadi prosedur yang dijalankan oleh perusahaan dalam menentukan harga jualnya kurang tepat, karena perusahaan tidak memisahkan taksiran
biaya-biaya ke dalam biaya produksi dan non produksi. Maka dapat disimpulkan prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata yang
dilaksanakan oleh Po BIMO kurang tepat menurut teori.
B. Penentuan Besar Tarif Sewa Bis Pariwisata