Teori Sistem Landasan Teori

56

2.3.2 Teori Sistem

Teori Sistem dicetuskan oleh seorang ahli biologi yang bernama Bertalanffy. Bertalanffy menyatakan bahwa untuk menjelaskan dan memahami bahan kajian secara komprehensif, orang harus mengintegrasikan fakta-fakta ilmiah dari berbagai spesialisasi atau bidang lain. Bertalanffy memformulasikan teori dari sebuah sistem secara umum yang dapat diterapkan pada semua kajian ilmu Leiper dalam Pitana dan Surya Diarta, 2009:56-57. Lebih lanjut dinyatakan bahwa salah satu keunggulan cara berpikir sistem adalah kemampuannya untuk mengklarifikasi dan menyederhanakan persoalan yang kelihatannya kompleks. Kecendrungan cara berpikir sistem ini juga diterapkan dalam studi pariwisata di mana kompleksitas persoalan harus dihadapi bagi setiap orang yang berusaha memahami pariwisata secara komprehensif. Gunawan dalam Prasiasa 2013:21 menyatakan bahwa jika destinasi pariwisata dikatagorikan sebagai sebuah sistem, maka akan terdapat tiga karakter yang penting, yaitu 1 hirarki, artinya ada destinasi utama dan ada destinasi penunjang, ada yang besar dan ada yang kecil skalanya; tidak semua destinasi lokal mempunyai posisi yang sama, 2 struktur, artinya ada pintu gerbang internasional atau regional, ada staging area, dan ada touristic area dengan daya tariknya; dilihat dari sisi lain, ada kota besar, kota kecil, pedesaan, atau kawasan wisata yang mengalami urbanisasi, dan 3 jejaring, hubungan keterkaitan antara destinasi dengan origin, tempat asal wisatawan, dan jejaring hubungan antaradestinasi. Hubungan ini dapat diartikan sebagai hubungan fisik prasarana penghubung dan jejaring nonfisik. 57 Cara berpikir sistem dalam pariwisata adalah melihat pariwisata sebagai suatu aktivitas yang kompleks, yang dapat dipandang sebagai suatu sistem yang besar, yang mempunyai berbagai komponen, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, ekologi, dan seterusnya. Melihat pariwisata sebagai sebuah sistem berarti analisis mengenai berbagai aspek kepariwisataan tidak bisa dilepaskan dari subsistem yang lain, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, dan seterusnya, dalam hubungan saling ketergantungan dan saling terkait interconnectedness. Sebagai sebuah sistem, antar komponen dalam sistem tersebut terjadi hubungan interdependensi, yang berarti bahwa perubahan pada salah satu subsistem akan menyebabkan terjadinya perubahan pada subsistem lain sampai akhirnya kembali ditemukan harmoni yang baru Pitana dan Surya Diarta, 2009:57. Mill dan Morrison 1985:3 menyatakan bahwa “the tourism system is like a sp ider’s web-touch one part and rever-berations are felt throughout the system ”. Sistem pariwisata adalah seperti sarang laba-laba, apabila disentuh satu bagian sistem, maka akan mempengaruhi seluruh sistim “. Leiper dan Cooper, et all., dalam Pitana dan Surya Diarta 2013:58, menyatakan bahwa elemen-elemen dari sebuah sistem pariwisata yang sederhana yang menyangkut sebuah daerahnegara asal wisatawan, sebuah daerahnegara tujuan wisata, dan sebuah tempat transit serta sebuah generator yang membalik proses tersebut. Model sederhana sistem pariwisata mengandung lima elemen pokok, yaitu traveler- generating region, departing traveler, transit route region, tourist-destination region, dan returning traveler. Namun inti dari kelima elemen tersebut, menyangkut tiga hal pokok, yaitu elemen wisatawan, tiga elemen geografis 58 traveler-generator, transit route dan tourist-destination dan elemen industri pariwisata. Model sederhana sistem pariwisata dapat dilihat pada Gambar 2.2. Environment; Human, Socio-cultural, ekonomical, technological, physical Political, legal, etc. Gambar 2.2 Model Sederhana Sistem Pariwisata Leiper, 1990 Menurut Pitana dan Gayatri 2005, ada banyak aktor yang berperan dalam menggerakkan sistem pariwisata. Aktor adalah insan-insan pariwisata yang ada pada berbagai sektor. Secara umum, insan pariwisata dikelompokkan menjadi tiga pilar utama, yaitu masyarakat, pemerintah, dan swasta. Masyarakat adalah masyarakat umum yang ada pada destinasi, sebagai pemilik sah dari berbagai sumber daya yang merupakan modal pariwisata. Cooper, Fletcher, Gilpert, dan Wanhill yang dikutip Pitana dan Surya Diarta 2009:60-61, menyatakan bahwa ada beberapa keunggulan penggunaan pendekatan model sisitem pariwisata Leiper antara lain kemampuannya untuk memadukan pendekatan interdisiplin dalam mempelajari pariwisata, kemampuan model untuk dipakai dalam berbagai skala dan level penerapannya mulai dari level sebuah resort lokal sampai pada sebuah industri pariwisata bertarap Travelers- generating region Transit route region Tourist- destination region Departing Travelers Returning Travelers 59 internasional, sangat fleksibel dan memungkinkan mewakili beragam bentuk pariwisata dengan kemampuanya memilah dan menganalisis elemen-elemen utama dari beragam bentuk pariwisata, dan memiliki kemampuan menggambarkan prinsip-prinsip dalam studi pariwisata, di mana semua elemen dari pariwisata saling berhubungan dan berinteraksi. Pernyataan Mathieson dan Wall 1982 yang dikutip Pitana dan Surya Diarta 2009:61, menyatakan bahwa sistem pariwisata secara sederhana dibedakan menjadi tiga elemen, yaitu 1 elemen dinamik, yaitu perjalanan wisatawan, 2 elemen statik, yaitu keberadaan destinasi, dan 3 elemen konsekuensial, yaitu berbagai dampak yang timbul, seperti dampak ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan. Menurut Mill dan Morrison 1985, sebuah sistem pariwisata terdiri dari empat komponen utama, yakni 1 market reaching teh marketplace, 2 travel the purchase of travel products, 3 destination the shape of travel demand, dan 4 marketing the selling of travel.

2.3.3 Teori Perencanaan