dilaksanakan dengan baik. Inspeksi ini merupakan salah satu tugas dari manajemen K3 dalam menjaga kinerja perusahaan, khususnya dalam mencegah
timbulnya kecelakaan dan bahaya yang dapat menimbulkan korban serta kerugian. Dalam pencapaian implementasi program K3, pengendalian limbah dan
industri berkinerja sebesar 88 dimana sudah memperoleh nilai yang cukup Karena PT. DHARMA SATYA NUSANTARA SURABAYA sudah mempunyai
kemampuan dalam hal mengolah limbah waste serta mendaur ulang recycle kayu yang tidak terpakai dengan pengadaan mesin boiler, sehingga tidak sampai
mencemari karyawan maupun lingkungan sekitar. Hal ini merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat pada umumnya.
Akses jalan masuk dan evakuasi terhadap karyawan memperoleh nilai sebesar 73 dan berkategori kuning, hal ini disebabkan karena perusahaan belum
memiliki saluran air sehingga pada waktu musim hujan, serta jalan atau pintu darurat bagi karyawan bila terjadi sesuatu misalkan bencana kebakaran atau
gempa bumi.
4.5.2. Analisa Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja
Dari data kecelakaan kerja yang diperoleh selama 1,5 tahun, terjadi 23 kecelakaan kerja di PT. DHARMA SATYA NUSANTARA SURABAYA yaitu 4
mesin, 5 non mesin dan 14 lalu lintas. Dari keempat kecelakaan pada mesin tersebut rata-ratanya termasuk dalam kategori KUNING. Karena telah terjadi
kecelakaan kerja dalam kategori KUNING, maka secara keseluruhan ditentukan bahwa kategori kecelakaan kerja di PT. DHARMA SATYA NUSANTARA
SURABAYA Januari 2009 – Mei 2010 adalah termasuk kategori KUNING. Suatu kecelakaan kerja dikategorikan hijau bila kecelakaan tersebut tidak menyebabkan
pekerja kehilangan hari kerjanya. Walaupun pada kenyataannya pekerja tersebut kehilangan beberapa jam kerja dikarenakan mendapat perawatan medis sederhana
atau pertolongan pertama, namun karena pekerja tersebut kembali mengerjakan tugas regulernya setelah terjadinya kecelakaan maka tidak ada hari kerja yang
hilang yang dihitung. Sedangkan suatu kecelakaan kerja dikategorikan kuning apabila
kecelakaan tersebut membutuhkan perawatan medis yang intensif, sehingga pekerja harus meninggalkan tugas regulernya selama satu hari kerja penuh atau
lebih mengakibatkan hari kerja hilang. Namun kecelakaan fatal dan cacat seumur hidup tidak dikategorikan sebagai kasus hilangnya hari kerja, karena
sesungguhnya pekerja tersebut tidak akan bekerja lagi. Untuk kasus tersebut dikategorikan dalam kategori merah.
Dari keempat kecelakaan kerja yang terjadi di PT. DHARMA SATYA NUSANTARA SURABAYA, semuanya disebabkan oleh perilaku pekerja yang
membahayakan. Yang pertama adalah kasus kecelakaan yang terjadi tanggal 11 September 2009 saat Roma Sosa bagian veneer mendorong kereta hendak
membawa veneer untuk dipotong tanpa disengaja tumit sebelah kiri sobek karena terjepit kereta. Pada kasus ini perilaku pekerja yang kurang hati – hati, ia tidak
fokus terhadap apa yang dikerjakannya sehingga terjadilah kecelakaan yang mengakibatkan tumitnya terlukasobek. Serta pekerja tersebut tidak menggunakan
APD sebagai antisipasi untuk mengurangi dampak akibat kecelakaan kerja. Pada
kasus kedua terjadi tanggal 12 Desember 2009 saat Prayitno operator mesin crosscut tangannya terkena mesin crosscut saat hendak mendorong veneer karena
veneer tidak pada posisinya. Pada kasus ini disebabkan perilaku pekerja karena belum mengerti akan SOP Standart Operating Procedure yang mengakibatkan
jari tengah tangan pekerja kukunya terkelupas. Pada kasus ini perilaku pekerja yang kurang hati – hati, ia tidak fokus terhadap apa yang dikerjakannya sehingga
terjadilah kecelakaan. Sedangkan pada kasus ketiga yang terjadi tanggal 11 Mei 2010 saat M. Faizin Teknisi TLF Flooring membetulkan mesin handboor, tiba-
tiba selang handboor lepas dan menyapu mata sebelah kanan dari M. Faizin dan mengakibatkan luka memar di bagian mata kanan. Pada kasus ini perilaku pekerja
yang belum mengerti akan SOP Standart Operating Procedure dan hal ini sangat berbahaya dan sangat dilarang. Sedangkan pada kasus keempat yang terjadi
tanggal 19 Mei 2010 saat Sumarsono Teknik Flooring hendak mengikir alat pengeleman kayuglue spader karena permukaan alat kurang rata, tiba-tiba ganjal
roll terlepas sehingga alat glue spader tadi bergerak dan mengenai tangan dari operator sehingga mengakibatkan jari pada tangan kanan sobek. Pada kasus ini
perilaku pekerja yang kurang hati – hati, ia tidak fokus terhadap apa yang dikerjakannya sehingga terjadilah kecelakaan.
Dengan demikian keempat kecelakaan tersebut dapat dicegah agar tidak terulang kembali dengan cara meningkatkan kedisiplinan pekerja dan memelihara
tempat kerja agar selalu dalam kondisi aman dan nyaman untuk bekerja.
4.5.3. Analisa Penentuan Level Tingkat Implementasi Program K3