EVALUASI EFISIENSI KERJA BAGIAN PRODUKSI FLOORING DENGAN PENDEKATAN METODE WORK LOAD ANALYSIS DI PT. DHARMA SATYA NUSANTARA SURABAYA.
EVALUASI EFISIENSI KERJA BAGIAN PRODUKSI FLOORING
DENGAN PENDEKATAN METODE WORK LOAD ANALYSIS
DI PT. DHARMA SATYA NUSANTARA SURABAYA
SKRIPSI
OLEH :
ANNAS MAHFUDZ
0632010060
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Skripsi ini yang berjudul “Evaluasi Efisiensi Kerja Bagian Produksi Flooring Dengan Pendekatan Metode Work Load Analysis Di PT. Dharma Satya Nusantara Surabaya”.
Adapun laporan Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik di jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Laporan ini dapat terselesaikan karena tidak lepas dari bimbingan pengarahan, petunjuk, dan bantuan dari berbagai pihak yang membantu dalam penyusunannya. Oleh karena itu, penulis tidak lupa untuk menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Ir. Sutiyono, MT, sebagai Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. M. Tutuk Safirin, MT, sebagai Ketua Jurusan Teknik Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Drs. Ir. Hari Supriyanto, MSIE, selaku dosen pembimbing skripsi. 4. Dosen penguji atas waktu yang diluangkan kepada kami.
5. Pimpinan PT. Dharma Satya Nusantara untuk memberikan tempat penelitian saya. 6. Semua karyawan PT. Dharma Satya Nusantara Surabaya yang telah banyak
(3)
7. Keluargaku, terutama Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan, semangat, dan bantuan baik secara moril maupun materiil dalam proses penyusunan laporan ini..
Rekan-rekan Angkatan 2006 yang telah mendukung dalam penyusunan laporan. Dalam penulisan laporan ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan dan kebaikan laporan ini.
Akhir kata semoga laporan Skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan menambah wawasan kita bersama.
(4)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAKSI
BAB I : PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Batasan Masalah ... 4
1.4 Asumsi... ... 4
1.5 Tujuan Penelitian... ………. 5
1.6 Manfaat Penelitian... 5
1.7 Sistematika Penulisan ………. 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 8 2.1 Konsep Efisien, Efektif dan Produktifitas ... 8
2.2 Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) .. 10
2.2.1 Perencanaan Sumber Daya Manusia ………… 11
2.3 Deskripsi Atau Uraian Jabatan ……… 13
2.3.1 Langkah-langkah Menyusun Deskripsi Atau Uraian Jabatan ………....…... 15
(5)
2.4 Pengukuran Kerja (Work Measurement) …..………… 17
2.4.1 Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti (Stop Watch Time Study) ………. …. . 17
2.4.2 Sampling Kerja (Work Sampling) ……… 34
2.5 Faktor Penyesuaian (Performance Rating)…………... 43
2.6 Work Load Analysis (WLA) ……… 56
2.7 Peneliti Terdahulu...……... 59
BAB III : METODE PENELITIAN 61 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 61
3.2 Identifikasi Dan Definisi Operasional Variabel ……. 61
3.3 Langkah Pemecahan Masalah ……… 63
3.4 Metode Pengumpulan Data……….. ………….. 69
3.5 Metode Pengolahan Data …...……… 70
3.5.1 Uji Keseragaman Data ……… 70
3.5.2 Uji Kecukupan Data ……… 71
3.5.3 Metode Work Load Analysis (WLA) …………. 73
BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN 74 4.1 Pengumpulan Data ……….. 74
4.1.1 Proses Produksi ……… 74
4.1.2 Jumlah Karyawan Tiap Stasiun Kerja ………… 74
4.1.3 Perancangan Alat Pengumpulan Data ... 75
4.1.4 Identifikasi Elemen-elemen Kerja ... 76
4.1.5 Identifikasi Variabel ... 77
(6)
4.2.1 Data Kegiatan Produktif Dan Kegiatan Non
Produktif ... 78 4.2.2 Pengukuran Jumlah Waktu Yang Dibutuhkan
Untuk Menyelesaikan Aktivitas ... 80 4.3 Pengolahan Data ... 81 4.3.1 Uji Keseragaman Data Dan Uji Kecukupan Data 81 4.3.2 Penentuan Performance Rating (Penyesuaian)
Tiap Jabatan ... 89 4.3.3 Penentuan Allowance (Kelonggaran) Tiap
Jabatan ... 91 4.3.4 Perhitungan Beban Kerja Tiap Jabatan ... 94 4.3.5 Penentuan Jumlah Karyawan Yang Sebenarnya 95 4.3.6 Hasil Dan Pembahasan ... 97
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 100
5.1 Kesimpulan ... 100 5.2 Saran ... 100 DAFTAR PUSTAKA
(7)
DAFTAR TABEL
2.1 Pengelompokan Data ………. 30
2.2 Penyesuaian Menurut Westinghouse ... 44
2.3 Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-faktor Yang Berpengaruh 54 4.1 Jumlah Karyawan Tiap Stasiun Kerja ... 75
4.2 Elemen Kerja Proses Preparation ... 76
4.3 Elemen Kerja Proses Processing ... 77
4.4 Elemen Kerja Proses Finishing ... 77
4.5 Produktif Berdasarkan Elemen Kerja Proses Preparation ... 78
4.6 Produktif Berdasarkan Elemen Kerja Proses Processing ... 79
4.7 Produktif Berdasarkan Elemen Kerja Proses Finishing ... 79
4.8 Frekuensi Pengamatan Proses Preparation ... 81
4.9 Frekuensi Pengamatan Proses Processing ... 83
4.10 Frekuensi Pengamatan Proses Finishing ... 86
4.11 Performance Rating Berdasarkan Westinghouse ... 90
4.12 Allowance Berdasarkan Faktor-faktor Yang Berpengaruh …….… 92
4.13 Perhitungan Beban Kerja ………....……… 94
(8)
DAFTAR GAMBAR
2.1 Hubungan Efisiensi, Efektivitas Dan Produktivitas ………... 9
2.2 Distribusi Kemampuan Kerja ... 26
2.3 Langkah-langkah Sistematis Dari Aktivitas Sampling Kerja ... 42
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambaran Umum Perusahaan
Lampiran 2 Jumlah Karyawan Tiap Stasiun Kerja Lampiran 3 Identifikasi Elemen-elemen Kerja
Lampiran 4 Data Kegiatan Produktif Dan Kegiatan Non Produktif
Lampiran 5 Pengukuran Jumlah Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Menyelesaikan Aktivitas
Lampiran 6 Uji Keseragaman Data Dan Uji Kecukupan Data Lampiran 7 Waktu Pengamatan Secara Acak
Lampiran 8 Perhitungan Beban Kerja Berdasarkan Elemen-elemen Kerja Lampiran 9 Perhitungan Manual Penentuan Performance Rating, Allowance Dan Beban Kerja Tiap Bagian
Lampiran 10 Form Permohonan Dan Penunjukan Dosen Pembimbing Skripsi Lampiran 11 Perhitungan Balance Delay
(10)
ABSTRAKSI
Saat ini perusahaan-perusahaan memberikan perhatian khusus pada efesiensi, efektifitas, dan produktivitas. Hal ini dapat dipenuhi apabila perusahaan melakukan pengaturan terhadap jadwal penyelesaian permintaan dengan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang berpengaruh agar pesanan dapat diselesaikan atau tenaga kerja yang terlibat langsung di dalam bagian proses produksi.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang perkayuan dengan bahan baku utama adalah kayu sengon. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas karyawan adalah beban kerja yang diberikan oleh perusahaan. Untuk itu pihak perusahaan harus memperhatikan beban kerja yang akan diberikan karyawan agar tercapai produktifitas karyawan yang optimal.
Untuk mengatasi masalah pengukuran beban kerja pada PT. Dharma Satya Nusantara, maka dalam penelitian ini menggunakan metode (WLA). Metode Work Load Anlysis adalah gambaran deskriptif dari beban kerja yang di butuhkan dalam suatu unit perusahaan. Metode ini akan memberikan informasi mengenai pengalokasian sumber daya manusia karyawan untuk menyelesaikan beban kerja yang ada.
Berdasarkan hasil pengukuran beban kerja pada PT. Dharma Satya Nusantara dengan menggunakan metode Work Load Analysis (WLA) dapat di simpulkan bahwa beban kerja karyawan pada bagian proses Preparation 92.47% dengan jumlah karyawan yang optimal adalah 4 orang, pada bagian proses Processing 94.97% dengan jumlah karyawan yang optimal adalah 3 orang, dan pada bagian proses Finishing 94.41% dengan jumlah karyawan yang optimal adalah 6 orang.
(11)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi ini, banyak perusahaan yang memberikan perhatian khusus pada efisiensi, efektifitas dan produktivitas. Karena dari ketiga hal tersebut, perusahaan dapat melihat penggunaan optimal dari sumber daya yang dimiliki serta pencapaiannya terhadap target yang diinginkan oleh suatu perusahaan. Namun dalam penelitian ini lebih difokuskan pada pencapaian tingkat efisiensi yang lebih baik. Dalam rangka menunjang kelancaran pekerjaan tugas karyawan dan pembangunan, diperlukan karyawan yang lebih profesional, rajin, bersih dan bertanggung jawab, sehingga dapat mendukung perwujudan visi dan misi perusahaan. Melalui penataan karyawan akan memudahkan perencanaan karyawan, yang meliputi pengadaan, penempatan, pengembangan, dan pemberhentian. Dimana hasil dari penataan ini adalah dapat memperbaiki komposisi dan distribusi karyawan sehingga karyawan dapat didayagunakan secara optimal dalam rangka meningkatkan kinerja.
PT. Dharma Satya Nusantara adalah suatu perusahaan yang berjalan di bidang perkayuan yang bertempat di jawa timur yang menghasilkan produk Block Board sebagai produk utama dan terbesar selain Bare Core, Door dan Flooring. PT. Dharma Satya Nusantara mulai berproduksi dengan bahan baku sengon sejak berlokasi di Gresik, yaitu tahun 1988, adapun produksinya adalah Bare Core dan Block Board. Hasil produksi tersebut sebagian besar ( +/- 90 % ) diekspor. PT. Dharma Satya
(12)
Nusantara mulai berdiri tahun 1980 dimana berkantor pusat di Jakarta dan lokasi kegiatan industrinya ada di Kalimantan. Tahun 1988 kegiatan industri dipindahkan dari Kalimantan ke Jawa, mula-mula di Jawa Timur (Gresik dan Surabaya). Seiring dengan perkembangan bisnisnya, maka dibangun juga industri di kota-kota lainnya, antara lain di Bekasi, Temanggung, dan Banyumas.
Pengukuran efisiensi kerja karyawan di PT. Dharma Satya Nusantara Jawa Timur masih dikatakan konvensional, karena dalam kenyataannya perusahaan ini hanya menggunakan tolak ukur prestasi kerja sebagai pedoman untuk menilai keberhasilan suatu kinerja karyawan, padahal dalam pencapaian efisiensi kerja ada faktor-faktor yang mempengaruhi dan harus diperhatikan yaitu salah satunya beban kerja karyawan itu sendiri yang apabila dilihat tidak pernah ada keseimbangan dimana karyawan yang berlebihan beban kerja akan cenderung lebih cepat bosan dan lelah dalam menjalankan tugasnya, sehingga cenderung tidak produktif. Hal terebut sangat mempengaruhi dalam proses produksi, dimana dapat mengurangi efisiensi daripada proses produksi tersebut karena karyawan banyak yang merasa beban kerjanya lebih berat dan cenderung tidak produktif dimana hasilnya akan menjadi kurang maksimal. Melihat efisiensi merupakan hal yang sangat penting maka dilakukan pengembangan berbagai metode untuk menunjang peningkatan efisiensi kerja. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Work Load Analysis (WLA), dimana pengertiannya adalah gambaran deskriptif dari beban kerja yang dibutuhkan dalam suatu unit organisasi. Metode ini akan
(13)
memberikan informasi mengenai pengalokasian sumber daya karyawan untuk menyelesaikan beban kerja. Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah karyawan pada PT. Dharma Satya Nusantara, sebagai suatu instansi yang bergerak di bidang produksi perkayuan. Apabila tidak ada perhatian yang khusus terhadap kualitas maupun produktifitas maka instansi tersebut dapat ditinggal oleh para konsumennya. Agar lebih berkualitas dan produktif maka harus ditunjang dengan peningkatan efisiensi yang memadai.
Dengan diterapkannya metode Work Load Analysis diharapkan dapat terjadi peningkatan efisiensi kerja karyawan PT. Dharma Satya Nusantara pada umumnya dan peningkatan kualitas pelayanan pada khususnya sehingga akhirnya tujuan perusahaan akan tercapai.
1.2 Perumusan Masalah
Sehubungan dengan adanya upaya untuk meningkatkan efisiensi maka permasalahan yang akan diselesaikan melalui penelitian ini adalah “Berapa jumlah karyawan yang optimal pada bagian produksi berdasarkan analisa terhadap beban kerja “.
(14)
1.3 Batasan Masalah
Beberapa batasan masalah dalam pengukuran tingkat efisiensi kerja dan penentuan jumlah karyawan yang optimal agar dalam pemecahan masalah nantinya tidak menyimpang dan meluas dari lingkup yang ditentukan, antara lain :
1. Pengukuran efisiensi kerja ditinjau dari beban kerja pada bagian produksi flooring.
2. Acuan dalam pengukuran beban kerja adalah job description yang diberikan oleh pihak manajemen
3. Penelitian ditujukan hanya kepada kinerja karyawan.
1.4 Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Tidak terjadi perubahan job description pada karyawan selama periode penelitian.
2. Skill karyawan yang dihasilkan dianggap baik dan efektivitas kerja tiap karyawan selama penelitian tidak berubah.
3. Biaya tenaga kerja tidak menjadi pembahasan dalam penentuan jumlah karyawan yang optimal.
(15)
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui beban kerja karyawan dari tiap karyawan pada bagian produksi. 2. Menentukan jumlah karyawan yang optimal pada bagian produksi
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi perusahaan.
- Mengetahui tingkat efisiensi kerja berdasarkan beban kerjanya untuk tiap karyawan.
- Mengetahui jumlah karyawan yang optimal. 2. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya penelitian ini penulis dapat belajar dan menerapkan metode Work Load Analisys (WLA) dan mengimplementasikan pendidikan yang dicapai diperguruan tinggi.
3. Bagi Universitas
Hasil analisa ini dapat digunakan sebagai pembendaharaan perpustakaan, agar dapat berguna bagi mahasiswa dan menambah ilmu pengetahuan.
(16)
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman atas materi-materi yang dibahas dalam tugas akhir ini, maka berikut ini akan penulis uraikan secara garis besar isi dari masing-masing bab sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan menguraikan tentang berbagai hal yang melatar belakangi dari penelitian ini, perumusan masalah, batasan masalah, asumsi-asumsi yang digunakan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian seperti konsep Manajemen Sumber Daya Manusia, Perencanaan Sumber Daya Manusia, Analisis Jabatan, Deskripsi atau Uraian Jabatan (Job Description), Work Measurement, Metode Work Load Analysis (WLA). BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini menguraikan tentang penelitian, identifikasi variabel, metode pengumpulan data yang digunakan, analisis data-data yang telah dikumpulkan selama penelitian serta langkah-langkah yang digunakan untuk pemecahan masalah dan pencapaian tujuan.
(17)
BAB IV : ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menguraikan tentang aktifitas pengumpulan dan pengolahan data. Aktifitas pengumpulan data meliputi aktifitas dari posisi/jabatan dan waktu penyelesaian aktifitas. Pada tahap ini data akan digambarkan seperti perhitungan waktu aktifitas, allowance, beban kerja sampai dengan penentuan jumlah karyawan yang optimal. Dan dilakukan analisa terhadap pengolahan data sehingga hasil-hasil tersebut dapat lebih mudah dipahami serta akan dapat memberikan gambaran mengenai hasil pengolahan data tersebut.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini kesimpulan dan saran ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil pemecahan persoalan dan saran-saran sebagai bahan pertimbangan serta memberikan kesimpulan atas analisa terhadap hasil pengolahan data. Kesimpulan tersebut harus dapat menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Selain itu juga berisi tentang saran penelitian.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Efisien, Efektif dan Produktivitas
Pengertian efesiensi menurut Sumanth (1985) adalah perbandingan atau rasio dari keluaran (output) dengan masukkan (input). Efisiensi mengacu pada bagaimana baiknya sumber daya digunakan untuk menghasilkan output. Sedangkan efektivitas adalah derajat pencapaian tujuan dari sistem yang diukur dengan perbandingan atau rasio dari keluaran ( output aktual ) yang dicapai dengan keluaran (output ) standart yang diharapkan.
Efisiensi merupakan penghematan penggunaan sumber daya dalam kegiatan organisasi, dimana efisiensi pada “daya guna”. Efisiensi dimaksudkan pemakaian sumber daya yang lebih sedikit untuk mencapai hasil yang sama. Efisiensi merupakan ‘ukuran’ yang membandingkan rencana penggunaan masukan (input) dengan realisasi penggunannya. Efisiensi 100% sangat sulit dicapai, tetapi efisiensi yang mendekati 100% sangat diharapkan. Konsep ini lebih berorientasi pada input daripada output.
Efektivitas merupakan ukuran yang menyatakan seberapa baik atau seberapa jauh sasaran (kualitas, kwantitas dan waktu) telah tercapai. Nilai efektivitas dicerminkan oleh perbandingan nilai output akhir dengan output yang direncanakan. Makin besar sasaran yang dicapai, makin tinggi tingkat efektivitas. Konsep efektivitas yang tinggi belum tentu menunjukkan efisien yang tinggi pula. Suatu proses dikatakan lebih efektif bila dengan masukan (input) yang sama diperoleh
(19)
keluaran (output) yang lebih besar, hasil yang lebih baik atau dalam waktu lebih singkat. Berdasarkan Sumanth (1985), produktivitas adalah rasio antara output dengan input. Dengan diketahui nilai indeks produktivitas, maka akan diketahui pula seberapa efektif proses produksi yang telah digunakan untuk meningkatkan output dan seberapa efisien pula sumber – sumber input yang telah berhasil dihemat.
Produktivitas dan efisiensi adalah 2 (dua) konsep penting dalam mengukur performance. Produktivitas seperti yang sudah dijelaskan diatas dapat didefinisikan sebagai rasio output dengan input. Definisi ini mudah dan dapat diterangkan dengan jelas oleh suatu kondisi produksi dimana ada satu output dan satu input, tetapi pada umumnya produksi memiliki multiple output dan input. Efisiensi dapat didefinisikan sebagai tingkat penggunaan sumber daya yang sebesar-besarnya (berhubungan dengan utilitas sumber daya).
Gambar 2.1 Hubungan Efisiensi, Efektivitas Dan Produktivitas Input Produksi
Hasil Usaha
Hasil Sampling
Produktivitas
Efisiensi Kualitas Efektifitas
(Sumber : “Productivity Engineering And Management”, Sumanth, 1985)
Produktivitas =
igunakan Inputyangd
iperoleh Ouputyangd
(20)
Produktivitas =
kan yangdiguna Sumberdaya
icapai Hasilyangd
Produktivitas =
Efisiensi s Efektivita
2.2 Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan di samping faktor yang lain seperti modal. Oleh karena itu, SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi, sebagai salah satu fungsi dalam perusahaan yang dikenal dengan manajemen sumber daya manusia (MSDM).
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Karena sumber daya manusia (SDM) dianggap semakin penting perannya dalam pencapaian tujuan perusahaan, maka berbagai pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang SDM dikumpulkan secara sistematis dalam apa yang disebut manajemen sumber daya manusia. Istilah “manajemen” mempunyai arti sebagai kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya memanage (mengelola) sumber daya manusia.
Dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan, permasalahan yang dihadapi manajemen bukan hanya terdapat pada bahan mentah, alat-alat kerja, mesin-mesin produksi, uang dan lingkungan kerja saja, tetapi juga menyangkut karyawan (sumber
(21)
daya manusia) yang mengelola faktor-faktor produksi lainnya. Karyawan baru yang belum mempunyai keterampilan dan keahlian dilatih, sehingga menjadi karyawan yang terampil dan ahli. Apabila dia dilatih lebih lanjut serta diberikan pengalaman dan motivasi, dia akan menjadi karyawan yang matang. Pengolahan sumber daya manusia inilah yang disebut manajemen SDM. (Hani Handoko.1992.Manajemen Personalia, halaman 4)
2.2.1 Perencanaan Sumber Daya Manusia
Perencanaan merupakan suatu kegiatan atau proses yang sangat penting dalam berbagai kegiatan dalam suatu organisasi, termasuk dalam manajemen sumber daya manusia, sebab perencanaan merupakan prasyarat pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan. Hal ini dapat dipahami sebab secara umum perencanaan merupakan proses penentuan tujuan, pengevaluasian berbagai alternatif pencapaiannya, dan penentuan tindakan yang akan diambil.
Dalam konteks manajemen sumber daya manusia, perencanaan merupakan proses penentuan kebutuhan sumber daya manusia dan tindakan untuk mendapatkannya. Kebutuhan akan perencanaan SDM dalam perusahaan sukar dipenuhi secepatnya atau semudah yang tersirat dalam pikiran. Perusahaan yang tidak merencanakan SDM-nya sering akan menemukan bahwa mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan karyawan sesuai dengan tujuan dari perusahaan secara efektif dan efisien. Suatu perusahaan tanpa didukung karyawan yang sesuai baik segi
(22)
kuantitatif, kualitatif, strategi, operasional dan fungsional maka perusahaan itu tidak akan mampu mempertahankan keberadaan, mengembangkan dan memejukannya di masa mendatang.
Pengertian perencanaan sumber daya manusia menurut Torrington & Tan Chwee Huat mengatakan :
Perencanaan sumber daya manusia merupakan kegiatan khusus yang berkaitan dengan penentuan kebutuhan sumber daya manusia perusahaan, baik kebutuhan jangka pendek maupun kebutuhan jangka panjang. Dalam bentuk yang lebih operasional adalah kegiatan yang berkaitan dengan memprediksi atau memperkirakan seberapa banyak orang atau pegawai yang dibutuhkan untuk melakukan tugas-tugas, baik jumlahnya maupun jenisnya, berapa yang akan tersedia, dan apa yang dilakukan untuk memastikan bahwa penawaran sama dengan permintaan pada waktu yang bersamaan.
Menurut William B. Werther & Keith Davis mengatakan sebagai :
Proses yang sistematis yang meramalkan kebutuhan pegawai (demand) dan ketersediaan (supply) pada masa yang akan datang, baik jumlah maupun jenisnya, sehingga departemen sumber daya manusia dapat merencanakan pelaksanaan rekrutmen, seleksi, pelatihan dan aktivitas yang lain dengan lebih baik.
Berdasarkan definisi diatas dapat dikatakan bahwa perencanaan sumber daya manusia merupakan proses penentuan kebutuhan pegawai pada masa yang akan
(23)
datang berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi dan persediaan tenaga kerja yang ada. (Efendi H.2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, halaman 75).
2.3 Deskripsi atau Uraian Jabatan (Job Description)
Analisis jabatan adalah proses menguraikan data jabatan menjadi informasi jabatan. Data jabatan tersebut meliputi informasi tentang identitas jabatan, hasil kerja, bahan kerja, perangkat kerja, pelaksanaan kerja, hubungan jabatan, kondisi pelaksanaan dan syarat jabatan.
Di dalam pelaksanaan kerja sebenarnya terdapat informasi tentang kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang pemegang jabatan. Kewajiban dibedakan menjadi dua, yaitu : kewajiban yang berkaitan langsung dengan proses pelaksanaan kerja dan kewajiban yang bukan dalam proses pelaksanaan kerja. Sedangkan kewajiban yang merupakan proses pelaksanaan kerja yang sebenarnya merupakan rangkaian tindak kerja atau yang merupakan proses kerja ini, disebut dengan tugas. Uraian tugas (task description) dapat diberikan pengertian sebagai deskripsi atau uraian jabatan (job description) dalam arti sempit. Job description sering diberikan terjemahannya dengan “Deskripsi” atau “Uraian Jabatan”, tetapi sering pula dengan “Deskripsi atau Uraian Pekerjaan”.
Moekijat (1999) menerjemahkan dengan uraian pekerjaan, yaitu penguraian secara lebih rinci dan bulat (compact) tentang pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang pegawai yang sebelumnya sudah dibuatkan analisis
(24)
pekerjaannya. Dalam job description sudah harus dimuat pula tentang persyaratan-persyaratan (qualification) yang diperlukan untuk dapatnya melakukan pekerjaan tersebut.
Moekijat (1999) memberikan terjemahan dengan “gambaran jabatan”, yaitu keterangan singkat yang ditulis secara cermat dan teliti mengenai kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab-tanggung jawab dari suatu jabatan tertentu.
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa job description mengandung dua macam pengertian, yaitu :
a. Pengertian sempit, job description hanya diberikan pengertian sebagai uraian tugas saja (task description) atau uraian tentang apa yang dikerjakan oleh seorang pekerja atau pemegang jabatan tanpa disertai informasi lain, seperti : hubungan kerja dan syarat jabatan.
b. Pengertian luas, job description diberikan pengertian baik uraian tugas maupun informasi lainnya, seperti : hubungan kerja, syarat jabatan, standar pekerjaan dan latihan yang diperlukan.
Deskripsi atau uraian jabatan adalah suatu dokumen tertulis yang bersifat deskriptif dan merupakan suatu catatan yang mengidentifikasikan pekerjaan yang harus dilaksanakan beserta tanggung jawabnya, hubungannya dengan jabatan-jabatan lain, persyaratan-persyaratan pelaksanaannya, frekuensi atau luas lingkup pekerjaannya. (Soeyanto Rais.1997, Analisis Jabatan, halaman 44)
(25)
2.3.1 Langkah-langkah Menyusun Deskripsi atau Uraian Jabatan
Deskripsi atau uraian jabatan dilakukan dalam unit organisasi terendah. Proses penyusunannya adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan satu unit organisasi terendah yang akan dideskripsikan atau diuraikan jabatannya.
b. Menginventarisasikan tugas yang ada dalam unit tersebut, yaitu yang dilakukan oleh seluruh pegawai yang berada di dalamnya, termasuk yang dilakukan oleh kepala unit yang bersangkutan. Perlu diingat juga bahwa mungkin saja tugas tersebut tidak sedang dilakukan.
c. Mendeskripsikan atau menguraikan syarat-syarat setiap tugas. Syarat ini meliputi pendidikan, bakat, temperamen dan minat kerja, upaya fisik atau mental dan fungsi kerja. Perlu diingat bahwa untuk jabatan tertentu, selain syarat-syarat tersebut di atas mungkin ada syarat yang perlu dipertimbangkan juga, seperti : pelatihan, pengalaman dan kondisi fisik. Sebaliknya, untuk jabatan yang sederhana, syarat-syarat tersebut mungkin dapat dikurangi.
d. Memperkirakan waktu setiap tugas. Untuk menghitung waktu setiap tugas dapat digunakan 2 cara yaitu :
- Menghitung secara riil volume waktu yang diperlukan untuk setiap tugas. Perhitungan ini dilakukan dengan mengingat frekuensi tugas, yaitu ada tugas harian, periodik (mingguan, bulanan, triwulan dan seterusnya) dan insidentil.
(26)
Perhitungan tersebut dapat dengan mengambil ukuran per hari (400 menit), per minggu (40 jam) dan per bulan (160 jam).
- Memperkirakan volume waktu yang diperlukan untuk setiap tugas menurut penggolongan waktu antar tugas.
e. Mengelompokkan tugas-tugas menurut syarat jabatan yang baik.
Dalam mengelompokkan tugas menurut syarat-syaratnya perlu diingat bahwasannya unit kerja pada umumnya terdapat 2 macam tugas, yaitu tugas manajerial dan tugas teknik.
f. Menghitung waktu untuk setiap kelompok tugas, untuk menetapkan jumlah pemegang jabatan.
Menghitung waktu setiap kelompok tugas dimaksudkan untuk melihat layak atau tidaknya sekelompok tugas tersebut menjadi jabatan dari segi materiil. Apabila layak secara materiil, maka menghitung jumlah pemegang jabatannya berdasarkan waktu minimal untuk satu hari per orang per kerja.
g. Menyusun deskripsi atau uraian jabatan yang pasti atas dasar langkah-langkah yang diambil.
Kelompok-kelompok tugas yang layak dirumuskan menjadi jabatan, kemudian disusun dalam suatu bentuk deskripsi atau uraian jabatan. Setelah disusun menjadi satu bentuk deskripsi atau uraian jabatan, biasanya akan diketahui perlunya adanya penyesuaian dan penyerasian antar butir informasi.
(27)
2.4 Pengukuran Kerja (Work Measurement)
Salah satu kriteria pengukuran kerja adalah pengukuran waktu (time study). Pengukuran kerja yang dimaksudkan adalah pengukuran waktu standar atau waktu baku. Pengertian umum pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seseorang operator dalam melaksanakan kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal.
Proses pengukuran waktu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu pengukuran waktu secara langsung dan pengukuran waktu secara tidak langsung. Disebut secara langsung karena pengamat berada di tempat di mana objek sedang diamati. Pengamat secara langsung melakukan pengukuran atas waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator (obyek pengamatan) dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pengukuran secara langsung terdiri dari dua cara, yaitu pengukuran dengan menggunakan stop watch dan sampling kerja. Sedangkan pengukuran waktu secara tidak langsung adalah pengamat tidak berada secara langsung di lokasi (objek) pengukuran. (Hari Purnomo.2004,Pengantar Teknik Industri, halaman 42).
2.4.1 Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti (Stop Watch Time Study) Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stop watch time study) diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19 yang lalu. Metoda ini terutama sekali baik diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang
(28)
berlangsung singkat dan berulang-ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran maka akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang mana waktu ini akan dipergunakan sebagai standard penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama seperti itu. Secara garis besar langkah-langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan jam henti ini dapat diuraikan sebagai berikut :
Definisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati dan supervisor yang ada.
Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan seperti lay out, karakteristik/spesifikasi mesin atau peralatan kerja lain yang digunakan dan lain-lain.
Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja sedetail-detailnya tapi masih dalam batas-batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.
Amati, ukur dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk menyelesaikan elemen-elemen kerja tersebut.
Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah jumlah siklus kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak ? Test pula keseragaman data yang diperoleh.
Tetapkan rate of performance dari operator saat melaksanakan aktivitas kerja yang diukur dan dicatat waktunya tersebut. Rate of performance ini
(29)
ditetapkan untuk setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk untuk performance operator. Untuk elemen kerja yang secara penuh dilakukan oleh mesin maka performance dianggap normal (100%).
Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performance yang ditunjukkan oleh operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal.
Tetapkan waktu longgar (allowance time) guna memberikan fleksibilitas. Waktu longgar yang akan diberikan ini guna menghadapi kondisi-kondisi seperti kebutuhan personil yang bersifat pribadi, faktor kelelahan, keterlambatan material dan lain-lainnya.
Tetapkan waktu kerja baku (standard time) yaitu jumlah total antara waktu normal dan waktu longgar.
Berdasarkan langkah-langkah tersebut terlihat bahwa pengukuran kerja dengan jam henti ini merupakan cara pengukuran yang obyektif karena disini waktu ditetapkan berdasarkan fakta yang terjadi dan tidak cuma sekedar diestimasi secara subyektif. Disini juga berlaku asumsi-asumsi dasar sebagai berikut :
Metoda dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama dan dibakukan terlebih dahulu sebelum kita mengaplikasikan waktu baku ini untuk pekerjaan yang serupa.
Operator harus memahami benar prosedur dan metoda pelaksanaan kerja sebelum dilakukan pengukuran kerja. Operator-operator yang akan
(30)
dibebani dengan waktu baku ini diasumsikan memiliki tingkat ketrampilan dan kemampuan yang sama dan sesuai untuk pekerjaan tersebut. Untuk ini persyaratan mutlak pada waktu memilih operator yang akan dianalisa waktu kerjanya benar-benar memiliki tingkat kemampuan yang rata-rata.
Kondisi lingkungan fisik pekerjaan juga relatif tidak jauh berbeda dengan kondisi fisik pada saat pengukuran kerja dilakukan.
Performance kerja mampu dikendalikan pada tingkat yang sesuai untuk seluruh periode kerja yang ada.
Aktivitas pengukuran kerja dengan jam henti (stop watch) umumnya diaplikasikan pada industri manufacturing yang memiliki karakteristik kerja yang berulang-ulang, terspesifikasi jelas dan menghasilkan output yang relatif sama. Meskipun demikian aktivitas ini bisa pula diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan non manufacturing seperti yang bisa dijumpai dalam aktivitas kantor gudang atau jasa pelayanan lainnya asalkan kriteria-kriteria tersebut dibawah ini bisa terpenuhi : (Sritomo, 2003, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, halaman 173).
Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara repetitive (berulang-ulang) dan uniform.
(31)
Hasil kerja (output) harus dapat dihitung secara nyata (kuantitatif) baik secara keseluruhan maupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang berlangsung.
Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya.
2.4.1.1 Pengukuran dan Pencatatan Waktu Kerja
Tiga metode yang umum dipakai dalam mengukur elemen-elemen kerja dengan menggunakan jam henti (stop watch), yaitu :
1. Pengukuran waktu secara terus menerus (continuous timing)
Dalam pengukuran ini pengamat kerja kan menekan tombol stop watch pada saat elemen kerja pertama dimulai dan membiarkan jarum penunjuk stop watch berjalan terus sampai periode atau siklus kerja selesai berlangsung. Disini pengamat kerja terus menerus mengamati jalannya jarum stop watch dan mencatat pembacaan waktu yang ditunjukkan setiap akhir dari elemen-elemen kerja pada lembar waktu pengamatan. Waktu sebenarnya dari masing-masing elemen diperoleh dari pengurangan pada saat pengukuran waktu selesai dilaksanakan.
2. Pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing)
Pengukuran ini kadang-kadang disebut sebagai snap-back method. Pada metode ini jarum petunjuk stop watch akan dikembalikan (snap back) komposisi
(32)
semula atau nol pada setiap akhir dari elemen kerja yang diukur. Setelah dilihat dan dicatat waktu kerja yang diukur kemudian tombol ditekan lagi untuk dan segera jarum penunjuk bergerak untuk mengukur elemen kerja berikutnya. Demikian seterusnya sampai akhir dari elemen, tombol ditekan lagi untuk mengembalikan jarum ke nol. Dengan cara demikian maka data waktu untuk setiap elemen kerja yang diukur akan dapat dicatat secara langsung tanpa ada pekerjaan tambahan untuk pengukuran seperti yang dijumpai dalam metode continuous timing (terus menerus).
3. Pengukuran waktu secara penjumlahan (Accumulative Timing)
Pada pengukuran waktu kerja ini memungkinkan pembaca membaca data waktu secara langsung untuk masing-masing elemen kerja yang ada. Disini akan digunakan dua atau lebih stop watch yang akan bekerja secara bergantian. Dua atau tiga stop watch dalam hal ini akan didekatkan sekaligus pada papan pengamatan dan dihubungkan dengan suatu tuas. Apabila stop watch pertama dijalankan, maka stop watch nomor dua dan tiga berhenti (stop) dan jarum tetap pada posisi nol. Apabila elemen kerja sudah berakhir maka tuas ditekan yang akan menghentikan gerakan jarum dari stop watch pertama dan menggerakkan stop watch kedua untuk mengukur elemen kerja berikutnya, demikian seterusnya. Metode akumulatif memberikan keuntungan didalam hal pembacaan akan mudah dan lebih teliti karena jarum stop watch tidak dalam keadaan bergerak pada saat pembacaan data waktu dilaksanakan
(33)
seperti halnya yang kita jumpai untuk pengukuran kerja dengan menggunakan satu stop watch. (Sritomo, 2003, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, halaman 181).
2.4.1.2 Langkah-langkah Pelaksanaan Pengukuran Waktu Kerja
Persiapan sebelum melakukan pengukuran kerja adalah sangat penting karena hal ini tersebut akan sangat mempengaruhi kualitas pengukuran yang dilaksanakan. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum pengukuran waktu kerja secara langsung dengan jam henti :
1. Penetapan Tujuan Pengukuran
Sebagaimana halnya dalam melakukan berbagai kegiatan, tujuan melakukan kegiatan harus ditetapkan terlebih dahulu. Dalam pengukuran waktu, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran.
Apabila waktu baku akan dikaitkan dengan upah perangsang maka segala pihak yang akan terlibat dalam masalah ini seperti operator, supervisor dan lainnya haruslah ikut bertanggung jawab untuk suksesnya pelaksanaan pengukuran kerja tersebut supervisor terutama harus betul-betul bertanggung jawab dan bertugas memberitahukan agar operator sendiri juga harus bersikap wajar (normal) pada saat diteliti dan mengikuti segala prosedur dan metode kerja yang distandardkan sebelumnya.
(34)
2. Melakukan Penelitian
Tujuan utama dari aktivitas pengukuran kerja adalah waktu baku yang harus dicapai oleh seorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Suatu kondisi yang ada dapat dicari waktu baku harus dicapai tersebut. Artinya akan didapat juga waktu baku yang pantas untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kondisi yang bersangkutan. Suatu perusahaan biasanya menginginkan waktu kerja yang sesingkat-singkatnya agar dapat meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Keuntungan demikian tidak akan diperoleh jika kondisi kerja dari pekerjaan yang ada di perusahaan tersebut tidak menunjang.
Selain itu penelitian pendahuluan juga dilakukan dengan maksud agar dapat mengetahui sistem yang ada, sudah baik atau belum guna melaksanakan pengukuran. Jika dalam pengukuran pendahuluan terdapat kejanggalan pada sistem kerja yang ada, maka sistem kerja yang ada harus diatur dan diperbaiki terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil waktu baku yang benar-benar dapat diwakili pengukuran waktu dalam sistem kerja tersebut.
3. Memilih Operator
Operator yang akan diukur untuk pekerjaan bukanlah orang yang begitu saja diambil dari pabrik. Operator harus memahami benar prosedur dan metode pelaksanaan kerja sebelum dilakukan pengukuran kerja. Operator-operator yang akan dibebani dengan waktu baku ini diasumsikan memiliki tingkat ketrampilan dan
(35)
kemampuan yang sama dan sesuai untuk pekerjaan tersebut. Untuk ini persyaratan mutlak pada waktu memilih operator yang akan dianalisa waktu kerjanya benar-benar memilih tingkat kemampuan yang rata-rata.
Berdasarkan penyelidikan, terlihat bahwa orang-orang yang berkemampuan rendah dan berkemampuan tinggi jumlahnya sedikit. Sedangkan orang yang berkemampuan rata-rata jumlahnya banyak. Bila dilihat dari tujuan pengukuran waktu yaitu mendapatkan waktu penyelesaian, maka dengan melihat kenyataan kemampuan pekerja, orang yang dicari bukanlah orang yang berkemampuan tinggi atau rendah, karena orang-orang demikian hanya meliputi sebagian kecil saja dari keseluruhan pekerja yang ada. Jadi yang dicari adalah waktu penyelesaian pekerjaan secara wajar diperlukan oleh pekerjaan normal dan ini adalah orang—orang yang berkemampuan rata-rata.
Disamping itu operator yang dipilih adalah orang yang pada saat pengukuran dilakukan mau bekerja secara wajar dan dalam pemilihan operator juga harus memperhatikan bahwa kondisi operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur tersebut dalam keadaan sehat, sehingga dalam pengukuran nantinya operator bekerja seperti biasanya.
Distribusi kemampuan pekerja umumnya akan mengikuti seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.2. Dari gambar dibawah ini, terlihat bahwa orang-orang yang berkemampuan rendah dan berkemampuan tinggi jumlahnya sedikit. Sedangkan orang yang berkemampuan rata-rata jumlahnya banyak. Secara statistik distribusi
(36)
demikian dapat dibuktikan berdistribusi normal atau dapat didekati oleh distribusi normal.
Jumlah pekerja
rendah Rata-rata tinggi
Kemampuan kerja Gambar 2.2 Distribusi Kemampuan Kerja
(Sumber : “Teknik Tata Cara Kerja”, Sutalaksana, 1979)
4. Melatih Operator
Setelah operator yang baik didapatkan, perlu adanya perhatian terhadap operator tersebut terutama jika kondisi dan cara kerja yang didapat tidak sama dengan yang dijalankan operator. Hal ini terjadi jika pada saat penelitian pendahuluan kondisi kerja atau cara kerja sudah mengalami perubahan.
Dalam keadaan tersebut operator harus dilatih terlebih dahulu karena sebelum diukur operator harus terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang ditetapkan (telah dibakukan) itu. Yang perlu diingat adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang didapat
(37)
dari suatu penyelesaian yang wajar dan bukan penyelesaian dari orang-orang yang bekerja kaku dengan berbagai kesalahan.
5. Mengurai Pekerjaan Atas Elemen Pekerjaan
Cara terbaik untuk menggambarkan suatu operasi adalah dengan membagi kedalam elemen-elemen kerja yang lebih detail dan mampu untuk diukur dengan mudah secara terpisah. Elemen-elemen yang terjadi secara reguler biasanya dicatat terlebih dahulu dilembar pengamatan dan baru kemudian elemen-elemen lainnya yang juga merupakan bagian dari pekerjaan tetapi tidak akan terjadi dalam siklus kerja secara berulang-ulang. Awal dan akhir dari elemen-elemen kerja ini harus bisa diindikasikan secara jelas sehingga bisa mempermudah pengukuran atau pencatatan waktu.
Besarnya waktu baku dapat ditetapkan berdasarkan elemen-elemen pekerjaan yang ada. Dengan mengetahui waktu baku untuk elemen-elemen kerja dalam hal ini dikenal dengan elemen waktu baku atau standart data maka memungkinkan untuk menetapkan total waktu baku untuk setiap operasi kerja.
Dengan membagi kedalam elemen-elemen kerja maka akan dapat dianalisa waktu-waktu yang berlebihan untuk tiap-tiap elemen yang ada atau waktu yang terlalu singkat untuk elemen kerja yang lain. Yang terakhir ini umumnya terjadi proses inspeksi. Demikian juga analisa yang dibuat untuk suatu elemen kerja yang bisa melihat adanya perbedaan (variasi) kecil dari metode kerja yang diaplikasikan
(38)
yang mana hal ini tidak akan terlihat dengan mudah bila dilakukan analisa studi untuk operasi secara keseluruhan.
Seorang operator dapat bekerja dengan tempo yang berbeda-beda untuk setiap siklus kerja berlangsung. Dengan membagi operasi kerja ini kedalam elemen-elemen kerja maka performansi rating untuk setiap elemen kerja ini akan bisa diaplikasikan.
6. Menyiapkan Alat-alat Pengukuran
Peralatan yang dibutuhkan untuk aktivitas pengukuran kerja dengan jam henti ini adalah :
a. Jam henti (stop watch)
b. Lembar-lembar pengamatan (time study form) c. Pena atau pensil
d. Papan pengamatan (time study board) e. Kalkulator
Jam henti (stop watch) tersebut nantinya digunakan sebagai alat dalam pengukuran waktu tiap elemen-pekerjaan. Stop watch yang digunakan adalah stop watch digital dengan tingkat ketelitian samapai seperseratus detik.
Lembar-lembar pengamatan digunakan sebagai tempat mencatat hasil-hasil pengukuran. Agar catatan ini baik biasanya lembaran-lembaran pengamatan disediakan sebelum pengukuran dengan kolom yang memudahkan pencatatan dan pembacaan kembali. Pena atau pensil digunakan untuk mencatat segala yang
(39)
diperlukan pada lembaran-lembaran pengamatan. Papan pengamatan dimaksudkan untuk dipakai sebagai las lembaran pengamatan sehingga memudahkan pencatatan. (Sutalaksana.1979. Teknik Tata Cara Kerja, halaman 119).
2.4.1.3 Melakukan Pengukuran Waktu Kerja
Setelah dilakukan langkah-langkah persiapan tersebut, kemudian dilaksanakan pengukuran kerja. Adapun langkah-langkah yang dikerjakan selama pengukuran waktu kerja berlangsung, antara lain : (Sutalaksana.1979, Teknik Tata Cara Kerja, halaman 133).
1. Pengukuran Pendahuluan
Pengukuran pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang didapat dari hasil perhitungan waktu pengamatan. Biasanya pengukuran waktu dilakukan sebanyak 25 kali pengukuran.
2. Uji Keseragaman Data
Proses analisa keseragaman data ini dilakukan dengan menggunakan kontrol yang diperoleh dari pengamatan. Data-data yang didapat dari pengamatan kemudian dikelompokkan kedalam beberapa sub grup dan diselidiki apakah rata-rata sub grup tersebut berada dalam batas kontrol.
(40)
a. Mengelompokkan data kedalam subgrup-subgrup yang sama besar secara berturut-turut.
Tabel 2.1 Pengelompokan Data
(Sumber : “Manajemen Sumber Daya Manusia (Manajemen Kepegawaian)”, Moekijat, 1999)
Sub Grup
Waktu Pengamatan Rata-rata Sub Grup Jumlah 2 ij
X
Jumlah Sub Grup 1 2 L Ln X X X11, 12,...,Ln X X X21, 22,...,
Ln L
L X X
X 1, 2,...,
n X1 n X2 Ln X
2 1n X
2 2n X 2 Ln X
X1n n X2
XLnJumlah
n j L i ij
X
1 1
n j L i ijX
1 12
n j L i ij
X
1 1 Keterangan : ijX = Waktu pengamatan berturut-turut (i = 1,2,3,...,n ; j = 1,2,3,...,n) n = Jumlah per sub grup
L = Ukuran sub grup
N = Jumlah seluruh pengamatan
b. Menghitung harga rata-rata dari rata-rata sub grup.
L X X
ij(41)
1 2
N X Xij ij d. Menghitung standard deviasi sebenarnya dari waktu pengamatan.
L X
e. Menghitung derajat ketelitian tiap operator (degree of accurancy).
S= 100% X X
f. Menghitung tingkat keyakinan atau tingkat kepercayaan (convidence level). CL = 100 % - S %
g. Menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB).
BKA =
X k X
BKB =
X k X h. Analisa Keseragaman Data
Data yang dihasilkan dapat dikatakan seragam jika harga rata-rata dari sub grup berada dalam batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB). Setelah data terkumpul, maka diteruskan dengan mengidentifikasikan data yang terlalu ekstrim. Yang dimaksud ekstrim adalah data yang terlalu besar atau yang terlalu kecil dan menyimpang dari harga-harga yang disebabkan hal-hal tertentu. Data yang ekstrim ini dikeluarkan dari perhitungan berikutnya.
(42)
3. Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data dapat dilakukan setelah seluruh data dari hasil pengukuran telah seragam. Uji kecukupan data dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
2 2 2 '
ij ij ij X X X N s k N Dimana :N’ = Jumlah pengamatan teoritis yang seharusnya dilakukan s = Tingkat ketelitian
K = Koefisien distribusi normal sesuai dengan tingkat keyakinan/tingkat kepercayaan
Untuk tingkat keyakinan 68 % harga k adalah 1
Untuk tingkat keyakinan 95 % harga k adalah 2
Untuk tingkat keyakinan 99 % harga k adalah 3 Kesimpulan dari perhitungan yang diperoleh yaitu :
a. Apabila N’ N (jumlah pengamatan teoritis lebih kecil atau sama dengan pengamatan yang sebenarnya dilakukan), maka data tersebut dinyatakan telah mencukupi untuk tingkat keyakinan dan derajat ketelitian yang diinginkan tersebut, sehingga data tersebut dapat diolah untuk mencari waktu baku.
b. Tetapi jika sebaliknya, dimana N’ > N (jumlah pengamatan teoritis lebih besar dari jumlah pengamatan yang ada), maka data tersebut dinyatakan tidak cukup. Dan
(43)
agar data tersebut dapat diolah untuk mencari waktu baku, maka data pengamatan harus ditambah lagi sampai lebih besar dari jumlah data pengamatan teoritis.
2.4.1.4 Penetapan Waktu Baku
Waktu baku adalah waktu yang diperlukan oleh seseorang operator yang berkualifikasi baik untuk menyelesaikan pekerjaannya, dimana sudah terdapat pengaruh dari kelonggaran. (Sritomo.1995. Studi Gerak dan Waktu, halaman 202).
Waktu Baku = Waktu Normal x
allowance %
% 100
% 100 2.4.1.5 Perhitungan Output Standard
Perhitungan output standard merupakan langkah berikutnya setelah dilakukan pengukuran waktu kerja dan dilakukan uji keseragaman dan kecukupan data. Untuk mendapatkan output standard perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut : (Sutalaksana.1979. Teknik Tata Cara Kerja, halaman 137).
a. Menghitung waktu siklus rata-rata untuk tiap elemen kegiatan (Ws)
Ws = N
X ij
b. Menghitung waktu normal (Wn) Wn = Ws x p
Dimana p adalah faktor penyesuaian yang digunakan untuk menormalkan waktu pengamatan yang diperoleh, jika pekerja dinilai bekerja secara tidak wajar.
(44)
Wb = Wn x
allowance %
% 100
% 100
Dimana allowance merupakan faktor kelonggaran yang dinyatakan dalam % dari waktu normal dan diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya disamping waktu normal.
d. Menghitung ouput standard (OS)
Os =
Wb 1
2.4.2 Sampling Kerja (Work Sampling)
Terdapat berbagai cara mengemukakan bagaimana cara menetapkan waktu baku dimana terdapat diantaranya sampling pekerjaan, cara ini bersama – sama dengan menggunakan pengukuran waktu jam henti, yang merupakan cara langsung untuk dilakukan dengan menggunakan pengukuran langsung ditempat kegiatan pekerjaan dilakukan yakni kegiatan kerja ketika di mulai hingga akan berhenti (disudahi). Berbeda dengan cara jam henti, adalah pada sampling pekerjaan pengamat tidak terus menerus berada di tempat bekerja melainkan mengamati hanya pada sesaat – sesaat, dan pada waktu – waktu yang ditentukan secara acak.
Cara ini dikembangkan oleh L.H.C.Trippet di Inggris, cara tersebut digunakan di pabrik – pabrik tekstil di Inggris pada masa–masa tersebut (era revolusi industri ). Cara Sampling Pekerjaan ini menggunakan ilmu statistik pada sebenarnya, tetapi pada sampling pekerjaan hal ini akan lebih tampak nyata. Sehingga dapat kita
(45)
simpulkan bahwa, Sampling Pekerjaan adalah suatu prosedur pengukuran yang dilakukan pada waktu – waktu yang ditentukan secara acak. Agar dapat memahami berbagai kegunaan sampling pekerjaan, perlu diketahui terlebih dahulu metode pengukuran dengan sampling pekerjaan ini. (Sutalaksana.1979. Teknik Tata Cara Kerja, halaman 155).
2.4.2.1 Bekerjanya Sampling Pekerjaan
Telah disebutkan diatas, bahwa sampling pekerjaan dilakukan secara sesaat-sesaat pada waktu–waktu yang telah ditentukan secara acak. Sebenarnya pengamat melakukan sesaat–sesaat pada waktu yang acak, seperti halnya tidak berbeda dengan melakukan kunjungan kerumah teman antar mahasiswa. Kunjungan dilakukan pada saat–saat yang tidak tentu, mungkin seminggu sekali atau kurang dari itu. Jika mahasiswa melakukan kegiatan seperti itu, yang melakukan kegiatan tidak tentu, dengan demikian dapat dikatakan dia telah melakukan kunjungan pada waktu-waktu yang acak. Misalkan mahasiswa tersebut melakukan kunjungan sebanyak 10 kali berkunjung, dan diantaranya dia tidak mengunjungi temannya dikarenakan temannya tidak berada di rumah. Jika dia telah melakukan kunjungan lagi, katakanlah sebanyak 100 kali berkunjung, dan ke – 100 kunjungan ini temannya tidak dijumpai sebanyak 75 kali, maka dapat dikatakan 75% waktunya ( teman si mahasiswa ) tidak dihabiskan dirumahnya.
(46)
Ilustrasi diatas menunjukkan bagaimana kesimpulan tentang ada tidaknya suatu kejadian dapat disimpulkan melalui kunjungan – kunjungan. Terlihat pula semakin banyak kunjungan dilakukan semakin kuat dasar untuk mengambil kesimpulan. Begitu pula kurang lebih apa yang terjadi dengan sampling pekerjaan. Kunjungan – kunjungan dilakukan untuk mengetahui apa yang terjadi ditempat kerja yang bersangkutan. Dari catatan yang dilakukan setiap kali kunjungan dapat dilihat berbagai kegiatan yang terjadi serta seberapa sering (frekuensi) kegiatan itu teramati. (Sutalaksana.1979. Teknik Tata Cara Kerja, halaman 155).
2.4.2.2 Kegunaan Sampling Kerja
Sampling kerja memiliki kegunaan lain di bidang produksi sampling untuk menghitung waktu penyelesaian , kegunaan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh pekerja atau kelompok pekerja .
b. untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mesin–mesin atau alat pabrik yang akan digunakan atau telah digunakan.
c. untuk menentukan waktu baku bagi pekerja tidak langsung. d. untuk memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.
Distribusi pemakaian waktu kerja atau kelompok pekerja dan tingkat pemanfaatan mesin atau berupa alat, akan lebih mudah diketahui dengan mempelajari frekwensi setiap kegiatan atau pemakaian dari catatan pengamatan setiap melakukan
(47)
kunjungan. Kegunaan sampling pekerjaan yang telah dikemukakan sebagai kelebihan cara ini dibandingkan dengan cara jam henti.
Pada sampling pekerjaan dengan mudah dijalankan, yaitu dengan melakukan pengamatan kepada beberapa pekerjaan dalam setiap kunjungan kegiatan kerja. Begitu pula dengan pekerja tidak langsung, yang tidak mudah diukur dengan jam henti, karena tidak menentunya kegiatan mereka. Kemampuan sampling kerja, dapat memperkirakan kelonggaran, yang merupakan hal penting yang perlu di catat.
Tentang lamanya pengamatan, umumnya cara sampling pekerjaan membutuhkan waktu lebih lama. Misalnya, jika tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan sebesar 5%, dan 90%. Maka, untuk suatu kegiatan yang menghabiskan waktu 20% dari seluruh waktu yang disediakan diperlukan 6400 kali kunjungan. Berarti memakan banyak waktu 183 hari jika ditambah 5 kali kunjungan dilakukan setiap jam, setiap hari yang mempunyai 7 jam waktu kerja. Dengan kata lain, jika hendak yang diukur waktu baku hanyalah satu pekerjaan saja.
2.4.2.3 Langkah – Langkah sebelum Melakukan Sampling Pekerjaan
Langkah – langkah yang dijalankan sebelum melakukan sampling dilakukan, adalah sebagi berikut :
a. Menetapkan Tujuan Pengukuran, yaitu untuk apa sampling dilakukan, yang akan menentukan besarnya tingkat ketelitian dan keyakinan.
(48)
b. Jika sampling ditunjukkan untuk mendapatkan waktu baku, dilakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya sistem kerja yang baik. Bila belum, perbaikan – perbaikan sistem kerja yang baik, atau dilakukan perbaikan atas kondisi dan cara kerja dilakukan terlebih dahulu. Untuk mendapatkan waktu penyelesaian yang singkat, maka perbaikan cara kerja perlu dilakukan. Mempelajari kondisi kerja dan cara kerja kemudiaan memperbaikinya, adalah apa yang dilakukan dalam langkah penelitian pendahuluan. Tentunya ini berlaku jika pengukuran dilakukan atas pekerjaan yang telah ada dan bukan pekerjaan yang baru. Dalam keadaan seperti yang terakhir, maka yang dilakukan bukanlah memperbaiki melainkan merancang kondisi dan cara kerja yang baik yang baru sama sekali. Untuk memperbaiki kondisi dan cara kerja yang ada diperlukan pengetahuan dan penerapan perancangan sistem kerja yang baik.
c. Memilih operator, atau operator yang baik. Operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang yang begitu saja diambil dari pabrik. Orang ini harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu agar sampling pekerjaan dapat berjalan baik dan dapat diandalkan hasilnya. Syarat – syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama. Disamping itu operator yang dipilih adalah orang yang pada saat melakukan pengukuran mau bekerja secara wajar.
(49)
d. Bila perlu mengadakan latihan bagi para operator yang dipilih agar dapat trampil dan cakap untuk kegiatan yang akan dilakukan .
e. Melakukan pemisahan kegiatan sesuai pengamatan yang ingin diamati .
Pada cara sampling kegiatan, yang ingin diukur dipisahkan dari kegiatan – kegiatan lain yang mungkin terjadi. Bentuk yang paling sederhana adalah memisahkan seluruh kegiatan menjadi dua bagian yaitu yang pertama yang ingin diukur dan yang kedua yang lainnya.
Sehubungan dengan pemisahan kegiatan-kegiatan tersebut diatas ada satu hal yang perlu diperhatikan yaitu bahwa kegiatan-kegiatan tersebut harus mutually exclusive. Mutually exclusive artinya satu kegiatan terpisah sama sekali dari lainnya, dan jumlah semua kegiatan tersebut adalah semua kegiatan yang mungkin terjadi ditempat pekerjaan berlangsung.
2.4.2.4 Melakukan Sampling
Cara melakukan sampling pengamatan dengan sampling pekerjaan tidaklah berbeda dengan yang dilakukan untuk cara jam henti , yakni terdiri dari :
a. Mengambil sejumlah data, disini dilakukan sejumlah kunjungan yang banyaknya ditentukan oleh pengukur biasanya tidak kurang dari 30 (banyaknya kunjungan tiap kali pengamatan).
(50)
b. Menguji keseragaman data;
Dengan menentukan batas-batas kontrolnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
BKA = p + 3
np p1
BKB =
n p p p3 1
Dimana :
p = Prosentase terjadinya kejadian rata-rata yang dinyatakan dalam bentuk angka desimal ; n = Jumlah pengamatan per siklus waktu kerja.
c. Menghitung jumlah kunjungan yang diperlukan .
Uji kecukupan data dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
p S
p k
N 2
2
1 '
Dimana :
N’ = Jumlah pengamatan teoritis yang dilakukan
k = Harga indeks yang besarnya tergantung dari tingkat keyakinan yang diambil.
Untuk tingkat keyakinan 68 % harga k adalah 1
Untuk tingkat keyakinan 95 % harga k adalah 2
Untuk tingkat keyakinan 99 % harga k adalah 3
Langkah – langkah tersebut dilakukan terus, hingga jumlah kunjungan mencukupi, sesuai dengan tingkat keyakinan yang digunakan.
(51)
2.4.2.5 Penentuan Jumlah Sample Pengamatan Yang Dibutuhkan
Banyaknya pengamatan yang harus dilakukan dalam sampling kerja akan dipengaruhi oleh 2 faktor utama, yaitu :
Tingkat ketelitian (degree of accuracy) dari hasil pengamatan
Tingkat kepercayaan (level of convidence) dari hasil pengamatan
Dengan asumsi bahwa terjadinya kejadian seorang operator akan bekerja atau menganggur mengikuti pola distribusi normal, maka untuk mendapatkan jumlah sample pengamatan yang harus dilaksanakan dapat dicari berdasarkan rumus berikut :
Sp = k
Np p1
Dimana :
Sp = Tingkat ketelitian yang dikehendaki dan dinyatakan dalam desimal.
P = Prosentase terjadinya kejadian yang diamati dan juga dinyatakan dalam bentuk desimal.
N = Jumlah pengamatan yang harus dilakukan untuk sampling kerja.
K = Harga indeks yang besarnya tergantung dari tingkat keyakinan yang diambil.
Untuk tingkat keyakinan 68 % harga k adalah 1
Untuk tingkat keyakinan 95 % harga k adalah 2
(52)
LANGKAH PERSIAPAN AWAL -Catat segala informasi dari semua fasilitas yang
ingin diamati.
- Rencanakan jadwal waktu pengamatan berdasarkan prinsip randomasi (aplikasi table angka random).
PENGAMATAN AWAL (PRE-WORK SAMPLING) - Laksanakan pengamatan awal sejumlah pengamatan
tertentu secara acak (N pengamatan).
- Hitung pengamatan awal (%) untuk N pengamatan tersebut.
CEK KESERAGAMAN & KECUKUPAN DATA - Keseragaman Data :
- Batas kontrol :
N p p
3 1
- common sense
- Kecukupan Data : N’ =
p S p k 2 2 1
N’ N
HITUNG DERAJAT KETELITIAN DARI DATA PENGAMATAN YANG DIPEROLEH Rumus : Sp = k
N p p1
ANALISA KESIMPULAN
- Buat analisa terhadap hasil akhir yang berkaitan dengan % delay (p).
- Tarik kesimpulan & saran perbaikan untuk mengeliminir % delay yang dianggap terlalu besar.
N’ = N + n
Gambar 2.3 Langkah-langkah Sistematis dari Aktivitas Sampling Kerja
(Sumber : ”Ergonomi Studi Gerak Dan Waktu”, Sritomo, 2003) tidak ya
(53)
2.5 Faktor Penyesuaian (Performance Rating) dan Kelonggaran (Allowance) Tidak semua orang mempunyai kecepatan yang sama dalam melakukan pekerjaan karena berbagai faktor. Lambat atau cepat seseorang bekerja dapat disengaja atau tidak disengaja. Kondisi ini yang biasa orang bekerja tidak wajar. Menurut Sutalaksana dkk, 1979, ketidakwajaran tersebut karena bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat karena seolah-olah diburu waktu, atau menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruanan yang buruk. Kondisi yang tidak wajar ini harus dinormalkan yaitu dengan mengalikan waktu riil dengan faktor penyesuaian (p). Seorang bekerja diatas normal atau terlalu cepat maka p > 1, dan sebaliknya untuk orang yang bekerja lambat maka p < 1, serta orang yang bekerja wajar maka p = 1. Ada beberapa cara untuk menghitung nilai p, salah satunya adalah cara westinghouse, yaitu menghitung nilai p dengan mempertimbangkan faktor ketrampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi.
(54)
Tabel 2.2 Penyesuaian Menurut Westinghouse
(Sumber : “Teknik Tata Cara Kerja”, Sutalaksana, 1979)
Faktor Kelas Lambang Penyesuaian
Ketrampilan Usaha Kondisi Kerja Konsistensi Superskill Excelent Good Average Fair Poor Excessive Excellent Good Average Fair Poor Ideal Excellenty Good Average Fair Poor Perfect Excellent Good Average Fair Poor A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 A B C D E F A B C D E F + 0,15 + 0,13 + 0,11 + 0,08 + 0,06 + 0,03 0,00 - 0,05 - 0,10 - 0,16 - 0,22 + 0,13 + 0,12 + 0,10 + 0,08 + 0,05 + 0,02 0,00 - 0,04 - 0,08 - 0,12 - 0,17 + 0,06 + 0,04 + 0,02 0,00 - 0,03 - 0,07 + 0,04 + 0,03 + 0,01 0,00 - 0,02 - 0,04
(55)
Penyesuaian menurut Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu ketrampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi.
Ketrampilan atau skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan ketrampilan, tetapi hanya sampai ketingkat tertentu saja, tingkat mana merupakan kemampuan maksimal yang dapat diberikan pekerja yang bersangkutan. Untuk keperluan penyesuaian ketrampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri dari setiap kelas sebagai berikut :
SUPER SKILL :
1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya. 2. Bekerja dengan sempurna.
3. Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik.
4. Gerakan-gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti. 5. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin.
6. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau terlihat karena lancarnya.
7. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencana tentang apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis).
8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja yang baik.
(56)
EXELLENT SKILL :
1. Percaya pada diri sendiri.
2. Tampak cocok dengan pekerjaannya. 3. Terlihat telah terlatih baik.
4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran-pengukuran atau pemeriksaan-pemeriksaan.
5. Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya dijalankan tanpa kesalahan.
6. Menggunakan peralatan dengan baik.
7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu. 8. Bekerjanya cepat tetapi halus.
9. Bekerja berirama dan terkoordinasi. GOOD SKILL :
1. Kwalitas hasil baik.
2. Bekerjanya tampak lebih baik dari pada kebanyakan pekerjaan pada umumnya.
3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang ketrampilannya lebih rendah.
4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap. 5. Tidak memerlukan banyak pengawasan. 6. Tiada keragu-raguan.
(57)
7. Bekerjanya “stabil”.
8. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik. 9. Gerakan-gerakannya cepat.
AVERAGE SKILL :
1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri. 2. Gerakannya cepat tapi tidak lambat.
3. Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan yang perencanaan. 4. Tampak sebagai pekerja yang cakap.
5. Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tiadanya keragu-raguan. 6. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik.
7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya. 8. Bekerjanya cukup teliti.
9. Secara keseluruhan cukup memuaskan. FAIR SKILL :
1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.
2. Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya.
3. Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan. 4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.
5. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan dipekerjaan itu sejak lama.
(58)
6. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak tidak selalu yakin.
7. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri. 8. Jika tidak bekerja sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah. 9. Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya. POOR SKILL :
1. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran. 2. Gerakan-gerakannya kaku.
3. Kelihatan ketidak yakinannya pada urut-urutan gerakan. 4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan. 5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya.
6. Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja. 7. Sering melakukan kesalahan-kesalahan.
8. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri. 9. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri.
Untuk usaha atau effort cara Westinghouse, usaha disini dimaksudkan sebagai kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya.Untuk keperluan penyesuaian usaha dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-cirinya sebagai berikut :
EXCESSIVE EFFORT :
(59)
2. Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya.
3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja.
EXELLENT EFFORT :
1. Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi.
2. Gerakan-gerakan lebih “ekonomis” daripada operator-operator biasa. 3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.
4. Banyak memberi saran-saran.
5. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang. 6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu. 7. Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari. 8. Bangga atas kelebihannya.
9. Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali. 10.Bekerjanya sistematis.
11.Karena lancarnya perpindahan dari suatu elemn ke elemen lain tidak terlihat. GOOD EFFORT :
1. Bekerja berirama.
2. Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang-kadang tidak ada. 3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.
(60)
5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari. 6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.
7. Menerima saran-saran dan petunjuk-petunjuk dengan senang. 8. Dapat memberi saran-saran untuk perbaikan kerja.
9. Tempat kerjanya diatur baik dan rapi.
10.Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik. 11.Memelihara dengan baik kondisi peralatan. AVERAGE EFFORT :
1. Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor. 2. Bekerja dengan stabil.
3. Menerima saran-saran tapi tidak melaksanakannya. 4. Set up dilaksanakan dengan baik.
5. Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan. FAIR EFFORT :
1. Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal.
2. Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya. 3. Kurang sungguh-sungguh.
4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya. 5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku. 6. Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik.
(61)
8. Terlampau hati-hati.
9. Sistematika kerjanya sedang-sedang saja. 10.Gerakan-gerakannya tidak terencana. POOR EFFORT :
1. Banyak membuang-buang waktu.
2. Tidak memperhatikan adanya minat kerja. 3. Tidak mau menerima saran-saran.
4. Tampak malas dan lambat bekerja.
5. Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan bahan-bahan.
6. Tempat kerjanya tidak diatur rapi.
7. Tidak peduli pada cocok/baik tidaknya peralatan yang dipakai. 8. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur. 9. Set up kerjanya terlihat tidak baik.
Kondisi kerja atau condition pada cara Westinghouse adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan. Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas yaitu Ideal, Excellent, Good, Average, Fair dan Poor. Kondisi yang ideal tidak selalu sama bagi setiap pekerjaan karena berdasarkan karakteristiknya masing-masing pekerja membutuhkan kondisi ideal sendiri-sendiri. Faktor yang harus diperhatikan adalah konsistensi atau consistency. Faktor ini perlu diperhatikan karena kenyataan bahwa pada setiap pengukuran waktu
(62)
angka-angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus lainnya, dari jam ke jam bahkan dari hari ke hari.
Allowance (Kelonggaran) merupakan faktor yang harus diperhitungkan dalam menentukan waktu baku ataupun beban kerja. Kelonggaran diberikan unuk tiga hal yaitu kelonggaran untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan selama melakukan pekerjaan. Kelonggaran dihitung dalam prosentase dan akan ditambahkan setelah diperoleh waktu normal. Yang termasuk ke dalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal seperti minum sekedar menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-bercakap dengan teman sekerja untuk menghilangkan ketegangan ataupun dalam berkerja. Kebutuhan ini jelas terlihat sebagai sesuatu yang mutlak, misalnya : sesorang diharuskan terus berkerja dengan rasa haus atau melarang pekerja untuk sama sekali tidak bercakap-cakap sepanjang jam-jam kerja. Larangan demikian tidak saja merugikan pekerja (karena merupakan tuntutan psikologis dan fisologis yang wajar) tetapi juga merugikan perusahaan karena dengan kondisi demikian pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik bahkan hampir dapat dipastikan produktivitasnya menurun. Rasa lelah atau fatique tercermin antara lain dari menurunnya produktivitas, salah satu ciri-cirinya adalah sering terlambat datang, kurang serius dalam malaksanakan tugasnya, dll. Ada pula hambatan yang tidak dapat terhindarkan karena berada diluar kekuasaan
(63)
pekerjaan untuk mengendalikannya, antara lain menerima/meminta petunjuk kepada kepala bagian , menunggu akibat mesin tidak dapat dioperasikan, dll.
(64)
Tabel 2.3 Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-faktor Yang Berpengaruh
Faktor Contoh pekerjaan Kelonggaran
A. Tenaga yang dikeluarkan Ekivalen beban kerja Pria Wanita
1.Dapat diabaikan Bekerja dimeja duduk Tanp beban 0,0 – 6,0 0,0 – 6,0
2.Sangat ringan Bekerja dimeja 0,00 – 2,25 kg 6,0 – 7,5 6,0 – 7,5
3.Ringan Mencekop, ringan 2,25 – 9,00 7,5 – 12,0 7,5 – 16,0
4.Sedang Mencngkul 9,00 – 18,00 12,0 – 19,0 16,0 – 30,0
5.Berat Mengayun pacul yang berat 19,00 – 27,00 19,0 – 30,0
6.Sangat berat Memanggul beban 27,00 – 50,00 30,0 – 50,0
7.Luar biasa berat Memanggul kurang berat Diatas 50 kg
B.Sikap Kerja
1.Duduk Bekerja duduk, ringan 0,00 – 1,0 2.Berdiri diatas dua kaki Badan tegak, ditumpu dua kaki 1,0 – 2,5 3.berdiri diatas satu kaki Satu kaki mengerjakan alat control 2,5 – 4,0 4.Berbaring Pada bagian sisi, belakang atau depan badan 2,5 – 4,0 5.Membungkuk Badan dibungkukkan betumpu pada kedua kaki 4,0 – 10 C.Gerak Kerja
1.Normal Ayunan bebas dari palu 0 2.Agak terbatas Ayunan terbatas dari palu 0 – 5 3.Sulit Membawa beban berat dengan satu tangan 0 – 5 4.Pada anggota-anggota terbatas Bekerja dengan tangan diatas kepala 5 – 10 5.Seluruh anggota badan terbatas Bekerja dilorong pertambangan yang sempit 10 – 15
D.Kelelahan Mata *) Pencahayaan baik Buruk
1.Pandangan yang terputus-putus Membawa alat ukur 0,0 – 6,0 0,0 – 6,0 2.Pandangan yang hamper terus menerus Pekerjaan-pekerjaan yang teliti 6,0 – 7,5 6,0 – 7,5 3.Pandangan terus menerus dengan focus Memeriksa cacat-cacat pada kain 7,5 – 12,0 7,5 – 16,0
Berubah-ubah 12,0 – 19,0 16,0 – 30,0
4.Pandangan terus menerus dengan focus Pemeriksaan sangat teliti 19,0 – 30,0
(65)
E.Keadaan temperature tempat kerja **) Temperatur ( °C ) Kelemahan Normal Berlebihan
1.Beku Dibawah 0 Diatas 10 Diatas 12
2.Rendah 0 – 13 10 – 0 12 – 5
3.Sedang 13 – 22 5 – 0 8 – 0
4.Normal 22 – 28 0 – 5 0 – 8
5.Tinggi 28 – 38 5 – 40 8 – 100
6.Sangat tinggi Diatas 38 Diatas 40 Diatas 100
F.Keadaan Atmosfer ***)
1.Baik Ruang yang berventilasi baik, udara segar 0
2.Cukup Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan (tidak berbahaya) 0 – 5
3.Kurang baik Adanya debu-debu beracun, atau tidak beracun tetapi banyak 5 – 10 4.Buruk Adanya bau-bau berbahaya yang mengharuskan menggunakan alat-alat pernafasan 10 – 20 G.Keadaan lingkungan yang baik
1.Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0
2.Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10 detik 0 – 1
3.Siklus kerja berulang-ulang antara 0-5 detik 1 – 3
4.Sangat bising 0 – 5
5.JIka factor-faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kualitas 0 – 5
6.Terasa adanya getaranh lain 5 – 10
7.Keadaan-keadaan yang luar biasa 5 – 15
(Sumber : “Tenik Tata Cara Kerja”, Sutalaksana, 1979)
Ketreangan :
*) Kontras anatara warna hendaknya diperhatikan **) Tergantung juga pada keadaan ventelasi
***) Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim Catatan Pelengkap : Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi : Pria = 0 – 2,5 %
(66)
2.6 Work Load Analysis
Definisi dari Work Load Analysis menurut Moekijat (1985) adalah prosedur yang memberikan atau menghasilkan alat-alat pengukur tenaga kerja dan standar-standar penyusunan tenaga kerja yang menunjukkan jumlah-jumlah yang dipekerjakan untuk masing-masing jabatan. Beban kerja adalah banyaknya pekerjaan yang dapat dihitung dari estimasi hasil kerja. Sedangkan yang dimaksud dengan analisis beban kerja adalah mengistimasikan beban pekerjaan yang akan dihadapi dalam periode perencanaan tertentu (how much work is scheduled to be done). Lebih lanjut dikatakan bahwa analisis beban kerja ini dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan atau meramalkan kebutuhan tenaga kerja yang sebenarnya dibutuhkan sehingga tidak terjadi kesenjangan jumlah. Selanjutnya dikatakan pula bahwa beban kerja dapat dihitung berdasarkan pengalaman masa lalu atau dengan perhitungan kuatitatif yang berdasarkan perhitungan waktu standard. Kesenjangan tenaga kerja dalam hal jumlah maupun kualitas dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil kerja.
Beban kerja dapat dihitung dengan mengalikan antara kuantitas pekerjaan dengan waktu penyelesaian pekerjaan secara wajar atau sering disebut dengan waktu standard/ waktu baku. Waktu penyelesaian pekerjaan ini dapat ditentukan dari hasil studi waktu. Beban kerja juga dapat ditentukan dari hasil perkalian antara prosentase produktif dengan performance rating dan allowance.
(67)
Menurut National Institutes of Health, Work Load Analysis merupakan gambaran deskriptif dari kebutuhan beban kerja yang dibutuhkan dalam suatu unit organisasi. Metode ini akan memberikan informasi mengenai pengalokasian sumber daya, prioritas dalam berkomunikasi dan identifikasi kemampuan dan pelatihan yang dibutuhkan oleh karyawan untuk menyelesaikan beban kerja. Sedangkan dalam penelitian Tugas Akhir ini yang digunakan adalah acuan dari National Institutes of Health. Saat organisasi menyelesaikan suatu tugas dengan tepat dan staf yang ada mampu menyelesaikan pekerjaannya, maka manajemen dapat menentukan rencana jangka panjang tentang pengalokasian prioritas sumber daya dan staf yang dibutuhkan berdasarkan kemajuan sumber daya tersebut untuk mencapai tujuan dan staf yang dibutuhkan. Perencanaan dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi proses operasi dan meningkatkan kemampuan teknis dan kompetensi.
Kegunaan dari Work Load Analysis adalah : - Alat manajemen dalam mengambil keputusan
- Menganalisa beban kerja berdasarkan kegiatan, disiplin yang dibutuhkan, pengalokasian tenaga ahli, penempatan staf pada posisi yang mendesak.
- Menganalisa proses-proses kerja yang ada dan mencari jalan yang potensial untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas.
- Menyediakan data pendukung dalam mengikat dana program-program sosial , ekonomi dan penelitian.
(68)
- Memfasilitasi diskusi dan pengkajian ulang yang berhubungan dengan produk hasil. - Proyek yang timbul dari program-program baru/tambahan serta tugas-tugas yang
berdasarkan pada beban kerja maupun kekuatan kerja (work force) saat ini dan mendatang.
- Menyediakan data untuk mengkorelasikan beban kerja dengan kebutuhan personal dengan tujuan pengalokasian sumber daya yang lebih komprehensif.
- Membantu manajer menentukan bagaimana mengurangi kelebihan atau ketidak seimbangan beban kerja.
- Membantu dalam penyusunan kebutuhan pelatihan untuk karyawan.
- Menyediakan data sumber daya manusia ketika organisasi mengalami perubahan. - Merancang disiplin ilmu apa yang dibutuhkan oleh pekerja dimasa yang akan
datang.
- Membantu pengembangan dan evaluasi dari pengukuaran performansi. - Menyediakan data pendukung dalam keputusan alokasi sumber daya.
- Menghasilkan data base dari proses kerja untuk referensi pada masa yang akan datang.
Work Load Analysis terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah menentukan jumlah aktivitas kerja yang dibutuhkan dan hal yang akan diselesaikan pada satu tahun yang mendatang pada setiap unit organisasi. Setiap aktivitas kerja, unit pengukuran, sumber data yang digunakan dan pertimbangan lainnya harus jelas, konsisten dan akurat. Bagian kedua adalah menentukan jumlah waktu yang
(1)
2. Proses Processing
o Memberikan lem terhadap top making, core making dan back making
Diperoleh t = 25 menit, dengan output produksi = 102 unit
o Setel mesin dan melakukan proses cold press
Diperoleh t = 11 menit, dengan output produksi = 102 unit
o Setel mesin dan melakukan proses hot press
Diperoleh t = 8 menit, dengan output produksi = 102 unit
Dari perhitungan di atas, proses processing mulai dari memberikan lem terhadap top making, core making dan back making hingga setel mesin dan melakukan proses hot press diperoleh waktu 44 menit untuk mencapai 102 unit. Dengan demikian, untuk waktu 60 menit akan didapatkan output produksi sebanyak
= 102
44 60
x = 139 unit (kapasitas maksimal). Setelah mengetahui output produksi (kapasitas maksimal) dari elemen-elemen tersebut, diperoleh output kapasitas produksi yaitu 139 unit/jam, sehingga dalam waktu satu bulan diperoleh output kapasitas produksi = 139 x 8 x 30 = 33360 unit/bulan.
3. Proses Finishing
o Setel mesin dan melakukan pemotongan panjang
Diperoleh t = 4 menit, dengan output produksi = 102 unit
o Setel mesin dan melakukan pemotongan lebar
Diperoleh t = 5 menit, dengan output produksi = 102 unit
o Meratakan permukaan sandwich bagian back
Diperoleh t = 5 menit, dengan output produksi = 102 unit
(2)
Diperoleh t = 5 menit, dengan output produksi = 102 unit
o Meratakan permukaan sandwich bagian keseluruhan
Diperoleh t = 5 menit, dengan output produksi = 102 unit
o Melakukan pengecatan
Diperoleh t = 6 menit, dengan output produksi = 102 unit
o Setel mesin dan melakukan proses profil panjang kayu
Diperoleh t = 4 menit, dengan output produksi = 102 unit
o Setel mesin dan melakukan proses profil lebar kayu
Diperoleh t = 5 menit, dengan output produksi = 102 unit
o Melakukan pembungkusan
Diperoleh t = 5 menit, dengan output produksi = 102 unit
Dari perhitungan di atas, proses finishing mulai dari setel mesin dan melakukan pemotongan panjang hingga melakukan pembungkusan diperoleh waktu 44 menit untuk mencapai 102 unit. Dengan demikian, untuk waktu 60 menit akan didapatkan output produksi sebanyak = 102
44 60
x = 139 unit (kapasitas maksimal). Setelah mengetahui output produksi (kapasitas maksimal) dari elemen-elemen tersebut, diperoleh output kapasitas produksi yaitu 139 unit/jam, sehingga dalam waktu satu bulan diperoleh output kapasitas produksi = 139 x 8 x 30 = 33360 unit/bulan..
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Balance Delay No. Elemen Kerja Output Kapasitas
Produksi Riil Prosentase
Output Kapasitas
Produksi Maksimal Prosentase 1 Proses Preparation 102 unit/jam 72.84% 139 unit/jam 100% 2 Proses Processing 102 unit/jam 72.83% 139 unit/jam 100% 3 Proses Finishing 102 unit/jam 73.36% 139 unit/jam 100%
(3)
o Pada proses preparation, diperoleh output kapasitas produksi maksimal
sebanyak 139 unit/jam dengan prosentase sebesar 100% dan output kapasitas produksi riil sebanyak 102 unit/jam dengan prosentase sebesar 72.84%, sehingga diperoleh peningkatan output kapasitas produksi sebanyak = 37 unit/jam dengan prosentase = 27.16%.
o Pada proses processing, diperoleh output kapasitas produksi maksimal
sebanyak 139 unit/jam dengan prosentase sebesar 100% dan output kapasitas produksi riil sebanyak 102 unit/jam dengan prosentase sebesar 72.82%, sehingga diperoleh peningkatan output kapasitas produksi sebanyak = 37 unit/jam dengan prosentase = 27.18%
o Pada proses finishing, diperoleh output kapasitas produksi maksimal
sebanyak 139 unit/jam dengan prosentase sebesar 100% dan output kapasitas produksi riil sebanyak 102 unit/jam dengan prosentase sebesar 73.36%, sehingga diperoleh peningkatan output kapasitas produksi sebanyak = 37 unit/jam dengan prosentase = 26.64%
(4)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian adalah penelitian yang dilakukan terhadap 13 orang, yang dibagi kedalam 3 bagian dapat diketahui besarnya beban kerja masing-masing bagian, sebagai berikut :
a. Pada bagian Proses Preparation, mempunyai rata-rata beban kerja sebesar 92.47%, sehingga tidak perlu adanya perubahan komposisi tenaga kerja, penambahan ataupun pengurangan jumlah karyawan ( 4 orang ).
b. Pada bagian Proses Processing, mempunyai rata-rata beban kerja sebesar 94.97%, sehingga tidak perlu adanya perubahan komposisi tenaga kerja, penambahan ataupun pengurangan jumlah karyawan ( 3 orang ).
c. Pada bagian Proses Finishing, mempunyai rata-rata beban kerja sebesar 94.41%, sehingga tidak perlu adanya perubahan komposisi tenaga kerja, penambahan ataupun pengurangan jumlah karyawan ( 6 orang ).
5.2 Saran
1. Sebaiknya perusahaan memberikan penambahan-penambahan tugas / jobdesk terhadap tiap operator sesuai masing-masing proses, agar dapat mengurangi tingkat kegiatan non produktif yang dalam hal ini yaitu menganggur..
(5)
2. Sebaiknya perusahaan dapat menambah jumlah karyawan untuk masing-masing proses, tentunya dengan penambahan tugas / jobdesk, dimana hal tersebut dapat mengurangi beban kerja tiap operator.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T. Hani, 1991, “ Manajeman Personalia dan Sumber Daya Manusia”, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.
Efendi H.,Drs.,M.Si, 2002, “ Manajeman Sumber Daya Manusia”, Penerbit Grasindo, Jakarta.
Moekijat, Drs., 1999, “ Manajeman Sumber Daya Manusia (Manajeman Kepegawaian)”, Penerbit Mandra Maju, Bandung.
Purnomo, Hari, 2004, Pengantar Teknik Industri”, Penerbit Radja Grafindo Persada .Jakarta
Soeyanto Rais M.A, Drs, Dkk, 1997, “ Analisis Jabatan Untuk Meningkatkan Efektivitas Kerja”, Penerbit Airlangga University Press, Surabaya. Saragih, Maretha Dory,2006,” Evaluasi efisiensi kerja karyawan tata usaha
Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Jatim dengan pendekatan metode Workload Analysis (WLA)”,Tugas Akhir UPN Veteran Jatim, Surabaya
Sumanth, D.J, 1985, “ Productivity Engineering And Managemant”, Mc Graw Hill Int. Book Company, Singapore.
Sutalaksana, Dkk, 1979, “ Teknik Tata Cara Kerja”, Penerbit : Jurusan Teknik Industri ITB.
Wignjosoebroto, Sritomo, 2003, “Ergonomi, Studi gerak dan waktu”, Penerbit PT. Guna Widya, Jakarta.