ANALISIS KECELAKAAN DAN KESEHATAN KERJA DAN UPAYA PENCEGAHANNYA DI BAGIAN FLOORING DENGAN PENDEKATAN RISK ASSESMENT PT. DHARMA SATYA NUSANTARA SURABAYA.
DENGAN PENDEKATAN RISK ASSESMENT
PT. DHARMA SATYA NUSANTARA SURABAYA
SKRIPSI
OLEH :
FARID NOVIANTO
0632010069
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Skripsi ini yang berjudul “Analisis Kecelakaan Dan Kesehatan Kerja Dan Upaya Pencegahannya Di Bagian Flooring PT. Dharma Satya Nusantara Surabaya Dengan Pendekatan Risk Assesment”.
Adapun laporan Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik di jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Laporan ini dapat terselesaikan karena tidak lepas dari bimbingan pengarahan, petunjuk, dan bantuan dari berbagai pihak yang membantu dalam penyusunannya. Oleh karena itu, penulis tidak lupa untuk menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Ir. Sutiyono, MT, sebagai Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. M. Tutuk Safirin, MT, sebagai Ketua Jurusan Teknik Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Ir. Budi Santoso, MMT dan Ir. Iriani, MMT, selaku dosen pembimbing skripsi. 4. Dosen penguji atas waktu yang diluangkan kepada kami.
5. Pimpinan PT. Dharma Satya Nusantara untuk memberikan tempat penelitian saya. 6. Semua karyawan PT. Dharma Satya Nusantara Surabaya yang telah banyak
(3)
penyusunan laporan ini..
Rekan-rekan Angkatan 2006 yang telah mendukung dalam penyusunan laporan. Dalam penulisan laporan ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan dan kebaikan laporan ini.
Akhir kata semoga laporan Skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan menambah wawasan kita bersama.
(4)
Hal HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL ... . vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAKSI ... . ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Batasan Masalah ... 3
1.5 Asumsi ... 3
1.6 Manfaat Penelitian ... 4
1.7 Sistematika Penulisan ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Keselamatan (Safety) dan Kesehatan (Health) ... 6
2.1.1 Keselamatan Kerja ... 6
2.2 Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 7 2.2.1 Terbentuknya Agensi OSHA dan NIOSH ... 8
2.2.2 UU No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja ... 9
2.3 Perhitungan Tingkat Implementasi Program... 10
(5)
2.4.2 Bahaya Ditempat Kerja... 14
2.4.3 Faktor Penyebab Kecelakaan... 19
2.4.4 Kategori Kecelakaan Kerja ... 20
2.5 Definisi Hazop ……… 23
2.5.1 Karakteristik Hazop ………... 23
2.6 Definisi Hazards ... 24
2.6.1 Kategori Hazards ……….. 24
2.7 Risk Assessment ... 25
2.7.1 Identifikasi Resiko ... 27
2.7.2 Penilaian Resiko... 27
2.7.3 Kembangkan Solusi altenatif ... 30
2.7.4 Memutuskan Tindakan Yang Akan Diambil ... 31
2.8 Penarikan Sampel ... 32
2.8.1 Sampel Probabilitas... 32
2.8.2 Sampel Nonprobabilitas ... 34
2.9 Metode Statistik Yang Dipakai ... 34
3.0 Variabel-variabel yang digunakan dalam pembuatan kuisioner 37 3.1 Penelitian Terdahulu ... 39
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 41
3.2 Identifikasi Variabel... 41
3.3 Langkah – Langkah Pemecahan Masalah ... 44
3.3.1 Metode Pengumpulan Data ... 50
(6)
3.4.1 Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja ... 53
3.4.2 Penentuan Level / Tingkat Implementasi Program K3. 54 3.4.3 Pengkategorian Hazards Dengan Pendekatan (RA)... 54
3.4.4 Tindakan Pencegahan Dan Pengendalian ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 56
4.1.1 Data Kuisioner Penilaian Tingkat Implementasi Program K3... 56
4.1.2 Data Kecelakaan Kerja ... 57
4.1.2.1 Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja ... 58
4.2 Pengolahan Data ... 59
4.2.1 Perhitungan Tingkat Kinerja Implementasi program K3 61 4.3 Penentuan Tingkat / Level Implementasi Program K3 ... 66
4.4 Identifikasi dan Pengkategorian Hazards ... 67
4.5 Analisa dan Pembahasan... 73
4.5.1 Analisa Perhitungan Tingkat Implementasi Program K3 74 4.5.2 Analisa Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja ... 77
4.5.3 Analisa Penentuan Level / Tingkat Implementasi Program K3... 80
4.5.4 Analisa Dari Identifikasi dan Perangkingan Hazards ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 83
5.2 Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA
(7)
(8)
DAFTAR GAMBAR
2.1. Tanda / Lambang Bahaya ……… 15
2.2. Alat Pelindung Diri ……… 18
2.3. Peta Tingkat Implementasi – Tingkat Kecelakaan ………. 22
3.1. Langkah-langkah Pemecahan Masalah ……….. 46
4.1. Peta tingkat Implementasi ……….. 66
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambaran umum Perusahaan Lampiran 2 Contoh Kuisioner
Lampiran 3 Hasil Kuisioner
Lampiran 4 Rekapitulasi Pengisian Kuisioner Implementasi Program K3 Lampiran 5 Perhitungan Manual Pencapaian Implementasi Program K3 Lampiran 6 Hasil Pengujian Validitas Dan Reliabilitas
Lampiran 7 Identifikasi Resiko
Lampiran 8 Perhitungan Manual Penilaian Matriks Lampiran 9 Matriks Risk Assessment
Lampiran 10 Tindakan Pencegahan Terhadap Sumber bahaya Lampiran 11 Tabel Statistik Untuk r Tabel
(10)
DAFTAR TABEL
2.1. Penggolongan Bahaya di Tempat Kerja ……… 14
2.2. Rekomendasi Laju Minimum………. 17
2.3. Kategori Kecelakaan Kerja ……… 21
2.4. Checklist Identifikasi Bahaya dan penilaian resiko ……….. 27
2.5. Matriks Risk Assesment ………... 28
2.6. Pengendalian Resiko ………. 31
3.1. Kode dan Variabel dalam kuisioner ……….. 42
3.2. Kuisioner Penilaian Program K3 ………... 51
3.3. Data Kecelakaan Kerja ……… 53
3.4. Kategori Kecelakaan Kerja ……… 53
3.5. Kategori urutan Hazard berdasar Risk Assessment ……… 54
3.6. Tindakan Pencegahan Terhadap Resiko yang Mungkin Timbul…. 55 4.1. Data Kuisioner ……… 57
4.2. Data Kecelakaan Kerja Januari 2009 – Mei 2010 ……….. 57
4.3. Kategori Kecelakaan Kerja ………. 58
4.4. Kategori Kecelakaan Kerja Januari 2009 - Mei 2010 ……… 58
4.5. Pengujian Validitas ……… 60
4.6. Pengujian Reliabilitas ……… 61
4.7. Nilai Tingkat Kinerja Program K3………. 63
4.8. Kisaran Range Achievement ………. 65
4.9. Nilai Total rata-rata dan Pencapaian Program K3 ……… 65
(11)
ABSTRAKSI
Di era globalisasi dan pasar bebas yang marak dengan berbagai persaingan, penerapan kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia.
PT. Dharma Satya Nusantara merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi flooring (lantai kayu). Evaluasi / audit terhadap implementasi program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan hal rutin yang harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan. Pengukuran keberhasilan pelaksanaan program K3 yang hanya didasarkan pada parameter output jumlah kecelakaan yang terjadi, kurang obyektif karena tidak mempertimbangkan proses yang ditempuh untuk mendapatkan output tersebut.
Hasil dari audit tersebut akan memberi gambaran mengenai keberhasilan tingkat implementasi program K3 dan rekomendasi atau saran mengenai kekurangan yang perlu diperbaiki maupun keberhasilan yang perlu dipertahankan dan lebih ditingkatkan. Dalam penelitian ini dikembangkan model pengukuran keberhasilan implementasi program K3 yang digabungkan dengan parameter jumlah kecelakaan kerja yang terjadi dan proses implementasi program K3. Selain itu juga dilakukan identifikasi dan pengkategorian terhadap hazards dengan pendekatan risk assessment.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pencapaian tingkat implementasi program K3 di PT. Dharma Satya Nusantara Surabaya sebesar 84%, sehingga termasuk dalam kategori kuning. Level / tingkat implementasi program K3 di PT. Dharma Satya Nusantara berada pada level 3 (hati-hati). Adapun analisa terhadap sumber bahaya, pertama, ada satu sumber bahaya (hazards) yang mendapat ranking 2 (high risk), yaitu : kegiatan pengoperasian mesin crosscut; kedua ada lima sumber bahaya (hazards) yang mendapat ranking 3 (moderate risk), yaitu : mengangkat / menurunkan barang (manual), pengoperasian mesin MRS, pengoperasian mesin glue spader, pengoperasian Forklift (FLT), perbaikan mesin; ketiga ada ketiga tiga sumber bahaya (hazards) yang mendapat rangking 4 (low risk), yaitu : pencucian kayu tiris dengan cairan oxalid, pengoperasian mesin painting dan pembersihan gudang.
Untuk mengurangi jumlah kecelakaan kerja di PT Dharma Satya Nusantara, maka upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu memberi training pengoperasian alat kerja, penggunaan APD dengan baik, dan penempatan operator yang sudah berpengalaman.
Kata kunci : kesehatan dan keselamatan kerja, risk assessment, hazards.
(12)
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat Indonesia makin cepat dengan berdirinya perusahaan dan tempat kerja yang beraneka ragam. Perkembangan industri yang pesat ini diiringi pula oleh adanya resiko bahaya yang lebih besar dan beraneka ragam karena adanya alih teknologi dimana penggunaan mesin dan peralatan kerja yang semakin kompleks untuk mendukung berjalannya proses produksi. Hal ini dapat menimbulkan kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan kerja.
PT. Dharma Satya Nusantara adalah suatu perusahaan yang berjalan di bidang perkayuan yang bertempat di jawa timur yang menghasilkan produk Block Board sebagai produk utama dan terbesar selain Bare Core, Door dan Flooring. PT. Dharma Satya Nusantara mulai berproduksi dengan bahan baku sengon sejak berlokasi di Gresik, yaitu tahun 1988, adapun produksinya adalah Bare Core dan Block Board. Hasil produksi tersebut sebagian besar ( +/- 90 % ) diekspor. PT. Dharma Satya Nusantara mulai berdiri tahun 1980 dimana berkantor pusat di Jakarta dan lokasi kegiatan industrinya ada di Kalimantan. Tahun 1988 kegiatan industri dipindahkan dari Kalimantan ke Jawa Timur (Gresik dan Surabaya).
Dalam lingkungan industri khususnya di PT. Dharma Satya Nusantara Surabaya, berbagai potensi bahaya misalnya kecelakaan kerja senantiasa dijumpai serta belum terukurnya secara lengkap potensi bahaya (hazard) adalah problematika yang ada di perusahaan tersebut. Tingkat kecelakaan kerja di PT. Dharma Satya Nusantara tergolong masih cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dalam penelitian di PT. Dharma Satya Nusantara berupa data jumlah kecelakaan kerja selama kurang lebih 1,5 tahun sebanyak 23 kasus
(13)
mengalami kecelakaan kerja saat memotong kayu veener. Kayu veneer tidak pada posisinya sehingga didorong dengan tangan terbuka dan mengenai pekerja, setelah di periksa ternyata bagian jari tengah tangan pekerja kukunya terkelupas. Data tersebut belum bisa mewakili jumlah kecelakaan kerja yang sebenarnya terjadi karena masih banyak kasus kecelakaan kerja tidak dilaporkan yang jumlahnya diperkirakan lebih banyak lagi.
Risk Assessment (analisa resiko) merupakan tahap pengkalkulasian terhadap hazard (potensi bahaya) yang dapat terjadi. Bertujuan untuk mereduksi ketidakpastian dalam pengukuran resiko dan biasanya berkaitan dengan pengukuran tingkat keparahan (severity) dan tingkat probabilitas (frequency/probability). Cara yang dapat dilakukan adalah menerapkan dan mengukur tingkat keberhasilan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk mengkategorikan hazard dengan menggunakan metode Risk Assessment, yang ditentukan berdasar pada parameter banyaknya kecelakaan yang terjadi. Dari hasil pengukuran tersebut akan memberi gambaran mengenai tingkat implementasi program K3 dan rekomendasi atau saran mengenai kekurangan yang perlu diperbaiki atau keberhasilan yang perlu dipertahankan dan lebih ditingkatkan.
Atas dasar inilah yang akhirnya menciptakan gagasan untuk melakukan identifikasi potensi bahaya (hazard) yang timbul di PT. Dharma Satya Nusantara Surabaya, sehingga dapat diketahui hazard (potensi bahaya) yang mempunyai nilai resiko paling tinggi (high risk) sampai hazard yang mempunyai nilai resiko paling rendah (low risk). Dengan demikian dapat dilakukan penanganan yang tepat sebagai usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dikemudian hari.
(14)
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Berapa tingkat kecelakaan dan keselamatan kerja dengan pendekatan risk assessment di bagian flooring PT. Dharma Satya Nusantara Surabaya ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi kecelakaan dan kesehatan kerja karyawan di bagian flooring PT.
Dharma Satya Nusantara Surabaya.
2. Mengetahui tingkat implementasi kecelakaan dan kesehatan kerja karyawan PT. Dharma Satya Nusantara Surabaya.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Kecelakaan kerja yang terjadi pada tenaga kerja di bagian pemotongan kayu. 2. Data kecelakaan kerja mulai bulan januari 2009 sampai mei 2010.
1.5 Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Sistem Manajemen K3 (SMK3) yang diterapkan oleh PT. Dharma Satya Nusantara dan kondisi fisik pabrik yang diukur tingkat implementasinya tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung.
2. Responden bersikap objective dalam memberikan penilaian terhadap implementasi program K3.
(15)
PT. Dharma Satya Nusantara.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi perusahaan.
- Mengetahui tingkat keselamatan kerja berdasarkan banyaknya kecelakaan kerja untuk tiap karyawan.
- Mengetahui upaya pencegahan kecelakaan kerja sehingga pekerja merasa aman. 2. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya penelitian ini penulis dapat belajar, menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan dan mengimplementasikan pendidikan yang dicapai diperguruan tinggi.
3. Bagi Universitas
Hasil analisa ini dapat digunakan sebagai pembendaharaan perpustakaan, agar dapat berguna bagi mahasiswa dan menambah ilmu pengetahuan.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah: BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, manfaat dan tujuan serta sitematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini diuraikan dasar-dasar teori yang ada hubungannya dengan analisa permasalaannya.
(16)
Dalam bab ini diuraikan metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini hingga pembahasannya.
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan analisa dari pengumpulan dan pengolahan data sampai pembahasan masalah.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisikan kesimpulan dari hasil pembahasan dimuka dan saran-saran yang berupa alternatif pemecahan masalah yang diharapkan dapat membantu perusahaan sesuai dengan tujuannya.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(17)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Keselamatan (Safety) dan Kesehatan (Health)
Menurut Asfahl (1999), keselamatan (safety) berkaitan dengan efek yang akut dari hazards, sedangkan kesehatan (health) berkaitan dengan efek yang kronis dari hazards.
Efek yang akut adalah suatu reaksi tiba–tiba terhadap kondisi yang parah atau buruk, efek yang kronis adalah suatu keadaan jangka panjang yang semakin memburuk dikarenakan tereksposnya atau terpaparnya keadaan yang kurang baik secara berkepanjangan.
2.1.1. Keselamatan Kerja
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Menurut Suma’mur (1981) keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Seringkali konsep keselamatan dan kesehatan bisa dipisahkan menjadi 2 hal yang berbeda menurut definisi tersebut. Namun terkadang beberapa situasi bisa menjadi merupakan persoalan keselamatan dan sekaligus kesehatan. Usaha
(18)
mencegah dan mengatasi kecelakaan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari usaha memelihara kesehatan para karyawan karena usaha-usaha tersebut saling berkaitan. Kondisi kesehatan fisik maupun mental seseorang dapat berakibat pada terjadinya kecelakaan, walaupun si karyawan sudah menggunakan berbagai alat pelindung sekalipun, oleh karena itu lingkungan fisik yang jelek tidak hanya berakibat pada keselamatan karyawan, tetapi tanpa disadari mempengaruhi fisik dan mentalnya.
Sebagai contoh adalah kebisingan dalam industri, biasanya merupakan sumber bahaya yang berkaitan dengan kesehatan karena terpaparnya kebisingan dalam jangka waktu yang lama antara level kisaran 90 sampai 100 desibell bisa mengakibatkan kerusakan yang permanen. Namun kebisingan juga bisa merupakan sumber bahaya yang berkaitan dengan keselamatan karena terpaparnya kebisingan yang akut secara tiba–tiba bisa mencelakakan sistem pendengaran. Banyak bahan kimia yang merupakan sumber bahaya yang mempunyai efek akut dan sekaligus kronis, dan karenanya dipertimbangkan sebagai bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan.
2.2. Perundang–undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Wickens et.al (1998) menyatakan bahwa keselamatan ditempat kerja telah dipengaruhi lebih dari 100 tahun terakhir. Telah disadari bahwa selama periode tahun 1800-an, pekerja melakukan tugas mereka dibawah kondisi yang tidak aman (unsafe condition) dan tidak sehat. Filosofi bisnis saat ini adalah membiarkan segala sesuatunya terjadi dan membiarkan hukum alam berjalan tanpa batas. Walaupun secara teknis, dibawah undang–undang umum, majikan diharapkan
(19)
untuk menyediakan tempat yang aman untuk bekerja, pada kenyataannya masyarakat umum menerima kecelakaan sebagai hal yang tidak dapat dihindarkan.
Ketika sebuah kecelakaan terjadi, kompensasi yang diterima oleh pekerja adalah ketidakpedulian majikannya. Perusahaan membantah bahwa kondisi yang berbahaya adalah normal. Wickens et.al (1998) mengutip dari Hammer (1989) perusahaan mengklaim bahwa : (1) tingkah laku pekerja yang terluka merupakan kontributor terhadap kecelakaan; (2) rekan kerja karyawan lalai / tidak peduli; atau (3) pekerja yang terluka telah menyadari akan adanya hazards dalam pekerjaan mereka dan diasumsikan telah mengetahui resikonya. Sampai tahun 1900-an, kondisi kerja sangat buruk dan tingkat kecelakaan kerja terus meningkat.
2.2.1. Terbentuknya Agensi OSHA dan NIOSH
Wickens et.al (1998) menyatakan bahwa pada tahun 1960-an banyak orang yang merasa bahwa undang–undang negara bagian masih belum cukup, banyak industri yang masih mempunyai standar keselamatan dan kesehatan kerja yang buruk, dan tingkat injury serta kematian yang terlalu tinggi. Sebagai hasilnya pada tahun 1970 pemerintah federal bertindak untuk membentuk standar keselamatan tertentu pada industri dengan menandatangani Occupational Safetyand Health Act (OSHA). Undang – undang ini membentuk lembaga administratif OSHA dibawah Departemen Tenaga Kerja AS. OSHA mengimplementasikan program keselamatan, menentukan standar keselamatan dan kesehatan, melakukan pengawasan, penyelidikan masalah, memonitor illness dan injury, memberi penalti, petisi ke pengadilan untuk mengambil tindakan terhadap majikan yang tidak memperhatikan keselamatan,
(20)
menyediakan pelatihan keselamatan, menyediakan konsultasi pencegahan kecelakaan dan kesehatan. Majikan harus menyesuaikan dengan regulasi OSHA melalui mentaati standar untuk menghindari kecelakaan, menyediakan catatan tentang injury dan kematian yang terkait dengan pekerjaan, menyediakan catatan tentang tereksposnya pekerja oleh material beracun atau hazards lain, dan menyediakan informasi bagi karyawan mengenai keselamatan dan kesehatan.
Satu lagi organisasi pemerintah yang juga dianggap penting adalah National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). NIOSH melakukan fungsi penelitian dan penyelidikan. NIOSH melakukan atau mengkaji ulang penelitian untuk mengidentifikasi tipe–tipe kondisi yang berbahaya ditempat kerja. NIOSH menyediakan rekomendasi yang sering menjadi masukan standar OSHA.
2.2.2. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
Undang–undang ini ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja Direktorat Pembinaan Norma–Norma Keselamatan Kerja, Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, disahkan pada tanggal 12 Januari 1970. Ada 11 bab, 18 pasal dalam UU No. 1 tahun 1970, yaitu :
1. Pasal 1 Tentang Istilah–istilah 2. Pasal 2 Ruang Lingkup
3. Pasal 3, 4 Syarat–syarat Keselamatan Kerja
4. Pasal 5, 6, 7, 8 Pengawasan UU Keselamatan Kerja 5. Pasal 9 Pembinaan
(21)
6. Pasal 10 Panitia Pembina K3 7. Pasal 11 Kecelakaan Kerja
8. Pasal 12 Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja
9. Pasal 13 Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja 10. Pasal 14 Kewajiban Pengurus
11. Pasal 15, 16, 17, 18 Ketentuan–ketentuan Penutup
2.3. Perhitungan Tingkat Implementasi Program
Kurniadi H. Prabowo (2005) menyatakan penilaian tingkat implementasi dilakukan dengan membandingkan setiap pertanyaan dalam checklist dengan standar implementasi yang digunakan sebagai acuan oleh pihak manajemen untuk menerapkan program K3. Nilai tertinggi diberikan jika implementasi memenuhi semua standar yang ditentukan dan sebaliknya nilai terendah diberikan jika implementasi sama sekali tidak memenuhi standar.
Pencapaian tingkat implementasi dinyatakan dalam tiga kategori yaitu kategori merah, kuning, dan hijau. Dimana penetuan kategori pencapaian tingkat implementasi ini merujuk pada konsep Traffic Light System dalam pengukuran kinerja. Traffic Light System menunjukkan apakah score dari suatu indikator kinerja memerlukan suatu perbaikan atau tidak. Sedangkan kisaran nilai indikator kinerja untuk kategori merah, kuning, dan hijau mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996. Indikator dari Traffic Light System ini direpresentasikan dengan beberapa warna sebagai berikut :
(22)
1. Warna hijau
Achievement dari suatu indikator kinerja sudah tercapai. Kisaran nilai indikator kinerja untuk kategori ini adalah 85%-100%.
2. Warna kuning
Achievement dari suatu indikator kinerja belum tercapai, meskipun nilainya sudah mendekati target. Jadi pihak manajemen harus berhati–hati dengan adanya berbagai macam kemungkinan. Kisaran nilai indikator kinerja untuk kategori ini adalah 60%-84%.
3. Warna merah
Achievement dari suatu indikator kinerja benar–benar dibawah target yang telah ditetapkan dan memerlukan perbaikan dengan segera. Kisaran nilai indikator kinerja untuk kategori ini adalah 0%-59%.
Perhitungan tingkat implementasi program, dilakukan dengan menghitung rata–rata dari nilai yang diberikan oleh responden, kemudian menghitung rata– rata nilai dari masing–masing kategori penilaian. Untuk mengetahui suatu kategori penilaian termasuk dalam kriteria pencapaian: merah, kuning atau hijau maka nilai rata–rata tersebut harus dinormalisasikan dengan Rumus Normalisasi De Boer (Triekens et.al.,2000) sebagai berikut :
Achivement kategori penilaian=
minimum) skala
-maksimum (skala
minimum) skala
-aktual nilai (
x100%
2.4. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur. (M. Sulaksmono, 1997).
(23)
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Dalam artikel Departemen Kesehatan Republik Indonesia, oleh Pusat Kesehatan Kerja bahwa salah satu masalah yang hampir setiap hari terjadi di tempat kerja adalah kecelakaan yang menimbulkan hal-hal yang tidak kita inginkan, seperti kerusakan peralatan kerja, cedera tubuh, kecacatan bahkan kematian. Apabila kematian menyangkut banyak nyawa, maka yang terjadi adalah bencana.
Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan pekerjaan, dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya.
Bencana di industri (industrial disasters) dikategorikan sebagai bencana karena ulah manusia. Sesuai dengan jumlah korban yang terjadi misalnya sekitar 20 korban disebut “bencana industri berskala kecil”, 20 sampai 50 korban disebut “bencana industri skala menengah” dan bila menyangkut 50 sampai 100 orang atau lebih termasuk “skala berat”. Selanjutnya yang menjadi pokok pembicaraan kita adalah masalah kecelakaan industri. Kecelakaan adalah kejadian yang timbul tiba-tiba, tidak diduga dan tidak diharapkan.
(24)
Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat kerja khususnya di lingkungan industri dan kecelakaan ini belum tentu kecelakaan akibat kerja, karena untuk sampai ke diagnosa Kecelakaan Akibat Kerja harus melalui prosedur investigasi. Didalam terjadinya kecelakaan industri tidak ada unsur kesengajaan apalagi direncanakan, sehingga bila ada unsur sabotase atau tindakan kriminal merupakan hal yang diluar makna dari kecelakaan industri.
2.4.1. Jenis Kecelakaan Kerja
Tingkat kepercayaan suatu kecelakaan kerja juga sangat tergantung kepada standar – standar statistik kecelakaan yang dipakai secara seragam. Dalam hal ini diperlukan pembatasan yang tegas misalnya mengenai jenis kecelakaan menurut akibatnya, misalnya kecelakaan dengan :
1. kematian, yaitu kecelakaan – kecelakaan yang menyebabkan kematian.
2. cacat menetap, yaitu kecelakaan – kecelakaan yang berakibat pembatasan atau gangguan fisik atau mental yang menetap.
3. cacat sementara, yaitu kecelakaan – kecelakaan yang menyebabkan tidak mampu bekerja sekurang-kurangnya satu hari setelah hari terjadinya kecelakaan. 4. lain-lain yaitu kecelakaan yang tidak termasuk ketiga golongan tersebut diatas. Untuk tingkat kepercayaan yang tinggi, laporan – laporan kecelakaan menurut bentuk-bentuk yang diwajibkan atau dianjurkan harus diisi dengan seteliti – telitinya (Dr. Suma’mur, keselamatan kerja hal.18, 1981).
(25)
2.4.2. Bahaya Ditempat Kerja
Hazards / bahaya merupakan kondisi yang potensial menyebabkan injury terhadap orang, kerusakan peralatan struktur bangunan, kerugian material, mengurangi kemampuan untuk melakukan sesuatu fungsi yang telah ditetapkan (Hammer,1989). Sedangkan Ashfal (1999), menyatakan bahwa hazards melibatkan resiko atau kesempatan (hazards involve risk of chance) yang berkaitan dengan elemen-elemen yang tidak diketahui.
Bahaya di tempat kerja adalah segala sesuatu di tempat kerja yang dapat melukai, baik secara fisik maupun mental. Bahaya ditempat kerja dapat digolongkan menjadi beberapa macam yaitu :
Bahaya terhadap keselamatan
Adalah bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan luka secara langsung. Contoh : benda-benda panas dan lantai yang licin.
Bahan kimia berbahaya
Gas, uap, cairan, atau debu yang dapat membahayakan tubuh. Contoh : bahan-bahan pembersih atau pestisida.
Ancaman bahaya lainnya
Contoh : kebisingan, penyakit menular, atau gerakan yang berulang-ulang. Tabel 2.1. Penggolongan Bahaya Ditempat Kerja Beserta Contohnya
Bahaya terhadap keselamatan
Bahan kimia berbahaya Ancaman bahaya lainnya • Listrik
Kebakaran/ledakan • Mesin-mesin tanpa
pelindung
• Mengangkat
benda-• Pelarut / pembersih • Asam / bahan yang menyebabkan iritasi • Debu (asbes, silika,
kayu)
• Kebisingan • Radiasi • Gerakan yang
berulang-ulang • Posisi tubuh yang
(26)
benda yang berat • Pengaturan tempat
kerja (berantakan, penyimpanan barang yang tidak baik) • Kendaraan bermotor
• Logam berat (timah hitam, arsenik, air raksa)
• Polusi udara Pestisida Resin
tidak nyaman • Panas / dingin • Penyakit menular • Stress / pelecehan • Beban kerja /
irama kerja
Berikut adalah tanda / lambang bahaya yang biasa digunakan ditempat kerja :
Tanda/Lambang Bahaya
Gambar 2.1. Tanda/lambang bahaya
Sumber Ref : keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan, Dr.Suma’mur, 1981.
Evaluasi Bahaya di Tempat Kerja
Merupakan suatu kegiatan meninjau kembali terhadap suatu tempat yang beresiko menimbulkan bahaya ditempat kerja. Aktivitas utama dalam mengevaluasi bahaya di tempat kerja adalah :
1. Pengamatan di lokasi kepada proses produksi dan cara kerja. 2. Wawancara dengan perkerja dan supervisor.
(27)
4. Penelaahan terdahap dokumen yang diperlukan dari perusahaan. 5. Pengukuran dan monitor terhadap efek bahaya bagi pekerja.
6. Pembandingan dari hasil monitor terhadap peraturan yang ada dan/atau merekomendasikan petunjuk mengenai batas-batas yang harus diikuti untuk meningkatkan keselamatan kerja.
Mengendalikan Bahaya
Merupakan usaha untuk mencegah dan mengurangi bahaya ditempat kerja dengan beberapa teknik pengendalian. Dalam hal ini pekerja tidak dapat dilindungi apabila bahaya yang ada belum diidentifikasi dan dievaluasi. Ada tiga jenis pengendalian, yakni :
1. Pengendalian Teknik
Yaitu dengan mengendalikan bahaya yang bersifat teknis, dengan memberikan rekomendasi untuk alat atau mesin tertentu sesuai dengan standartnya. Misalnya : Rekomendasi laju udara minimum untuk sistem ventilasi buangan lokal adalah :
(28)
Tabel 2.2. Rekomendasi Laju Minimum Untuk Sistem Ventilasi Buangan Lokal
Rekomendasi Laju Udara Minimum untuk Sistem Ventilasi Buangan Lokal
Mesin pengamplas; pengaduk Masuk ke dalam udara
berkecepatan tinggi dengan kecepatan tinggi
500 200
Cat semprot; pengisian drum; pengisian ban berjalan; alat penghancur
Masuk ke dalam udara berkecepatan tinggi
200 100
Penyemprot, pengisi container; ban berjalan dengan kecepatan rendah; pengelasan;
penyepuhan; pengawetan Masuk ke udara tenang
dengan kecepatan rendah
100 50
Penguapan dari tangki; sistem pelumas; dll
Masuk ke udara tenang tanpa kecepatan
Batas Atas Batas
Bawah
Laju Udara yang Direkomendasikan*
Contoh
Kondisi
polutan
* Laju udara diukur dalam satuan kaki per menit
Sumber Ref : keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan, Dr.Suma’mur, 1981.
2. Pengendalian Administratif
Yaitu dengan membentuk tim untuk pengendalian secara administratif untuk mencegah bahaya, misalnya dengan membentuk panitia pembina kesehatan dan keselamatan kerja (P2K3) untuk menangani usaha - usaha pengendalian bahaya dan keselamatan kerja, yaitu dengan
memberikan pengetahuan atau pelatihan bagi para pekerja sebelum melakukan aktivitas ditempat kerja.
3. Peralatan Pelindung Pekerja
Yaitu dengan memberikan alat pelindung diri (APD) bagi para pekerja yang bekerja ditempat yang beresiko menimbulkan bahaya. Berikut adalah contoh alat pelindung diri (APD):
(29)
Peralatan Pelindung Pekerja
Gambar 2.2. Alat pelindung diri
Sumber Ref : keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan, Dr.Suma’mur, 1981.
Alat pelindung diri merupakan garis pertahanan terakhir. Perlu diketahui bahwa kewajiban memakai alat pelindung diri bila memasuki tempat kerja yang berbahaya tidak hanya berlaku bagi pekerja saja, melainkan juga bagi pimpinan perusahaan, pengawas, kepala bagian, dan siapa saja yang memasuki tempat tersebut. Beberapa alat pelindung diri adalah sebagai berikut :
a. Alat pelindung kepala
Terdiri dari : Safety Helmet, Hood, Hair cap. b. Alat pelindung mata
Terdiri dari : Kacamata dengan atau tanpa pelindung samping, Googles (cup / box type), Tameng muka (face shields / face screen).
(30)
c. Alat pelindung telinga
Terdiri dari : Sumbat telinga (ear plug), Tutup telinga (ear muff), d. Alat pelindung pernafasan
Terdiri dari : Air Purifying Respirator, Air Supplied Respirator Breathing Apparatuss
e. Alat pelindung tangan
Terdiri dari : Sarung tangan biasa, Gauntlets atau sarung tangan yang dilapisi dengan plat logam, Mitts atau sarung tangan dimana keempat jarinya dibungkus menjadi satu kecuali ibu jarinya.
f. Alat pelindung kaki
Terdiri dari : Sepatu pengaman untuk pengecoran baja, Sepatu untuk tempat-tempat khusus yang mengandung bahaya peledakan, Sepatu karet anti elektrostatik, Sepatu pengaman untuk pekerja bangunan.
g. Pakaian pelindung
Berbentuk apron yang menutupi sebagian dari tubuh pemakainya yaitu mulai dada sampai lutut pemakainya dan overal yang menutup seluruh tubuh.
h. Tali dan Sabuk pengaman
Digunakan pada pekerjaan mendaki, memanjat dan konstruksi bangunan.
2.4.2. Faktor Penyebab Kecelakaan
Hasil penelitian bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia. Unsur-unsur tersebut menurut buku “Management Losses” Bab II tentang “The Causes and Effects of Loss” antara lain :
(31)
1. Ketidakseimbangan fisik/kemampuan fisik tenaga kerja. 2. Ketidakseimbangan kemampuan psikologis naker. 3. Kurang pengetahuan.
4. Kurang trampil. 5. Stres mental. 6. Stres fisik.
7. Motivasi menurun (kurang termotivasi).
2.4.3. Kategori Kecelakaan Kerja
Sebelum melakukan analisa terhadap terjadinya suatu kecelakaan kerja diperlukan penyelidikan yakni upaya untuk menjawab berbagai pertanyanan seperti: apa, siapa, bagaimana, mengapa, dimana, dan bagaimana kecelakaan terjadi. Hasil dari penyelidikan tersebut digunakan untuk menyusun program pencegahan atau tindak lanjut untuk pencegahannya.
Dalam penyelidikan kerja yang sekaligus mengarah pada analisa selanjutnya, diperlukan adanya :
Laporan tentang peristiwa kecelakaan yang terjadi
Wawancara dengan saksi/teman sekerja yang melihat kejadian tesebut Pemeriksaan terhadap tempat kejadian
Mempelajari semua hal yang berkaitan denga peristiwa kecelakaan Menyusun formula untuk interpretasi
Menentukan faktor penyebab utama / akar permasalahan Melakukan rekonstruksi bila diperlukan
(32)
Kurniadi H Prabowo (2005) menyatakan banyaknya kejadian kecelakaan merupakan salah satu indikator keberhasilan program K3. Pengkategorian kecelakaan kerja dapat digolongkan menjadi 3 kategori, yaitu kecelakaan ringan, sedang dan berat. seperti ditunjukkan dalam tabel 2.3. berikut :
Tabel 2.3. Kategori Kecelakaan Kerja
Sumber Ref : Dedy Oktrianto Effendi, Jurnal FTI ITS Surabaya 2008
- Akibat dari dampak lingkungan :
1. Dampak yang ditimbulkan dapat menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan dan dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan masyarakat.
2. Dampak yang ditimbulkan terbatas dan mungkin pulih dalam jangka waktu tertentu dan memerlukan kontrol untuk menghilangkan potensi dan frekuensi dari dampak yang mungkin terjadi.
3. Dampak yang ditimbulkan kecil dan dapat pulih dalam jangka waktu yang singkat.
(33)
4. Tidak ada dampak terhadap lingkungan, tidak ada pengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.
Jangka waktu pemulihan :
1. Pemulihan memerlukan waktu lebih dari 3 bulan.
2. Pemulihan memerlukan waktu lebih dari 1 bulan dan kurang dari 3 bulan. 3. Pulih dalam waktu antara 1 minggu sampai 1 bulan.
4. Pulih dalam waktu kurang dari 1 minggu.
Penentuan level tingkat implementasi program K3 dilakukan dengan memetakan tingkat implementasi dan tingkat kecelakaan kerja kedalam Tabel Tingkat Implementasi Kecelakaan. Tabel tersebut memetakan pengukuran dalam 6 level implementasi, level 1 menunjukkan tingkat tertinggi dan level 6 merupakan level terendah. Peta tingkat implementasi tingkat kecelakaan dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:
Gambar 2.3. Peta Tingkat Implementasi – Tingkat Kecelakaan
TINGKAT IMPLEMENTASI HIJAU KUNING MERAH
HI
JA
U Level 1 (aman
& nyaman) Level 2 (cukup aman) Level 4 (rawan) KU NI
NG Level 2 (cukup aman)
Level 3 (hati-hati) Level 5 (berbahaya) TING KAT KE CEL A KAAN M E RA H Level 4 (rawan) Level 5 (berbahaya) Level 6 (sangat berbahaya) TING KATKA N P ENGONT R OLA N DAN KESES UAIAN P R OSEDUR (S U P ER VI SI )
PERBAIKI PROGRAM IMPLEMENTASI (PROSES)
(34)
2.5. Definisi Hazop
Hammer (1989) mendefinisikan The Hazard and Operability Study, dikenal sebagai Hazop adalah standart teknik analisis biaya yang digunakan dalam persiapan penetapan keamanan dalam sistem baru atau modifikasi untuk suatu keberadaan potensi bahaya atau masalah operabilitasnya. Studi Hazop adalah pengujian yang teliti oleh group spesialis, dalam bagian sebuah sistem mengenai apakah yang akan terjadi jika komponen tersebut dioperasikan melebihi dari normal model desain komponen yang telah ada.
Tujuan penggunaan Hazop adalah untuk meninjau suatu proses pada suatu sistem secara sistematis, untuk menentukan apakah proses penyimpangan dapat mendorong kearah kejadian atau kecelakaan yang tidak diinginkan.
2.5.1. Karakteristik Hazop
Sebagai suatu teknik yang digunakan untuk mempelajari kemungkinan penyimpangan dari operasi normal. Hazop memiliki karakteristik sebagai berikut :
- Sistematik, menggunakan struktur atau susunan yang tinggi dengan mengandalkan pada guide words dan gagasan tim untuk melanjutkan dan memastikan safe guards sesuai atau tidak dengan tempat dan obyek yang sedang diuji.
- Penggunaannya lebih sebagai sistem pada teknik penafsiran bahaya. - Perkiraan awal, sehingga mampu menghasilkan kualitas yang baik
(35)
2.6. Definisi Hazards
Rudi Suardi (2005) menyatakan bahwa hazards adalah sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja, dan atau aspek lainnya dari lingkungan kerja.
Menurut A.M. Sugeng Budiono, dalam artikelnya “hazards” yang sering disebut potensi bahaya merupakan sumber resiko yang potensial mengakibatkan kerugian baik material, lingkungan maupun manusia.
Asfahl (1999) menyatakan bahwa hazards melibatkan resiko atau kesempatan yang berkaitan dengan elemen-elemen yang tidak diketahui (unknown).
Hammer (1989) mendefinisikan hazards sebagai kondisi yang potensial untuk menyebabkan injury terhadap personel, kerusakan peralatan atau struktur bangunan, kerugian material atau mengurangi kemampuan untuk melakukan suatu fungsi yang telah ditetapkan. Ketika hazards timbul, maka peluang terjadinya efek–efek yang buruk tersebut akan muncul.
2.6.1. Kategori Hazards
Hazards primer adalah hazards yang bisa secara langsung dan segera menyebabkan : (1) injury atau kematian; (2) kerusakan peralatan, kendaraan, struktur atau fasilitas; (3) degradasi kapabilitas fungsional (terhentinya operasi dalam pabrik); (4) kerugian material. Berikut ini beberapa jenis / kategori hazards dalam industri :
(36)
2. Bahan Kimia : bahan–bahan berbahaya dan beracun, debu, uap kimia, larutan kimia.
3. Bahaya Biologi : virus, bakteri, jamur, parasit. 4. Bahaya Mekanis : permesinan, peralatan.
5. Bahaya Ergonomi : ruang sempit dan terbatas, pengangkutan barang, mendorong, menarik, pencahayaan tidak memadai, gerakan tubuh terbatas. 6. Bahaya Psikososial : pola gilir kerja, pengorganisasian kerja, long shift,
trauma.
7. Bahaya Tingkah Laku : ketidakpatuhan terhadap standar, kurang keahlian, tugas baru atau tidak rutin.
8. Bahaya Lingkungan Sekitar : gelap, permukaan tidak rata, kemiringan, kondisi permukaan berlumpur dan basah, cuaca, kebakaran.
2.7. Risk Assessment
Kurniadi Heru Prabowo (2005) menyatakan risk assessment (analisa resiko)merupakan tahap pengkalkulasian terhadap hazards (potensi bahaya)yang dapat terjadi. Bertujuan untuk mereduksi ketidakpastian dalam pengukuran resiko dan biasanya berkaitan dengan pengukuran tingkat keparahan (severity) dan tingkat probabilitas (frequency/probability). Severity adalah tingkat keparahan yang timbul dari peristiwa kecelakaan, baik berupa kematian, cacat sebagian/seluruh bagian tubuh, luka yang menyebabkan tidak mampu bekerja maupun tindakan pertolongan pertama (P3K). Sedangkan frequency/probability adalah kemungkinan suatu keadaan/kondisi yang dapat menyebabkan kejadian kecelakaan.
(37)
Perkalian antara nilai severity dan probability, akan didapatkan level resiko (risk level). Berdasarkan tentang prosedur tentang Risk Assessment and Management, level resiko (risk level) dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) tingkatan, yaitu:
extreme risk, dengan score ≥15
high risk, dengan score 10 sampai < 15 moderate risk, dengan score 5 sampai < 10 low risk, dengan score ≤ 4
Proses dari pelaksanaan dan pengendalian resiko (Risk Assessment and Management) terdiri atas 4 (empat) tahapan, antara lain:
Identifikasi kejadian/tindakan yang dapat menyebabkan resiko (identification potential event)
Penilaian resiko yang terjadi (Risk Assessment)
Kembangkan solusi alternatif (Develop alternative solution) Putuskan apa yang harus dilakukan (Decide what to do)
(38)
2.7.1 Identifikasi Resiko
Setelah melakukan pengamatan dilapangan maka, didapatkan beberapa potensi bahaya (hazards) baik yang berpengaruh kecil maupun besar dalam menimbulkan terjadinya resiko. Data identifikasi bahaya dapat dilihat dalam checklist identifikasi bahaya dan penilaian resiko dibawah ini:
Tabel 2.4. Checklist identifikasi bahaya dan penilaian resiko Penilaian Resiko No. Kegiatan Identifikasi
Bahaya
Identifikasi
Konsekuensi Severity Prob. Risk Level
2.7.2 Penilaian Resiko
Setelah dilakukan identifikasi resiko, maka langkah selanjutnya adalah penilaian masing-masing risk level ditiap resiko, dengan Matriks Risk Assessment, dibawah ini:
(39)
Tabel 2.5. Matriks Risk Assessment
Probability
Severity
Hampir pasti akan terjadi 5 Paparan terhadap keadaan berbahaya dialami terus menerus Cenderung untuk terjadi 4 Paparan terhadap keadaan berbahaya tidak terus menerus
(setiap bulan)
Mungkin dapat terjadi
3
Mungkin dapat terjadi (1-5 tahun)
Kecil kemungkinan terjadi
2
Kecil kemungkinan terjadi (5-10 tahun)
Jarang terjadi 1 Jarang terjadi (>10 tahun sekali) Catastropic 5 Kecelakaan mengakibatkan kematian atau kerugian > US $ 100K
25 20 15 10 5
Fatal 4
Kecelakaan mengakibatkan cacat
sebagian/seluruh tubuh atau kerugian US $25K - US $ 100K
20 16 12 8 4
Mayor 3
Kecelakaan mengakibatkan luka dan hari hilang >3x24 jam atau kerugian US
$10K - US $ 25K
15 12 6 3
Minor 2
Kecelakaan
mengakibatkan luka dan hari hilang <3x24 jam atau kerugian US $1K - US $ 10K
10 6 4 2
Incidental 1
Kecelakaan mengakibatkan luka ringan (tindakan P3K atau kerugian <US
$1K
5 4 3 2 1
Sumber Ref : Risk Assessment, Kurniadi Heru, 2005.
Level Resiko (risk level) = severity x probability
1. extreme risk, dengan score ≥15
2. high risk, dengan score 10 sampai < 15 3. moderate risk, dengan score 5 sampai < 10 4. low risk, dengan score ≤ 4
(40)
Severity:
1. Incidental: Kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan ringan (tindakan P3K) dan tidak menyebabkan hari hilang atau kerugian US $ < 1K.
2. Minor: Kecelakaan yang mengakibatkan luka dan hari hilang kurang dari 2x24 jam atau kerugian antara US $ 1K – US $ 10K.
3. Mayor: Kecelakaan yang mengakibatkan luka dan hilangnya hari kerja lebih dari 2x24 jam atau kerugian antara US $ 10K – US $ <25K.
4. Fatal: Kecelakaan yang mengakibatkan cacat sebagian/seluruh tubuh atau kerugian antara US $ 25K – US $ 100K.
5. Catasthropic: Kecelakaan yang mengakibatkan kematian atau kerugian US $ > 100K.
Probability:
1. Jarang terjadi: Kemungkinan terjadinya kecelakaan kurang dari 10 tahun sekali.
2. Kecil kemungkinan terjadi: Kemungkinan terjadinya kecelakaan terjadi 5 – 10 tahun.
3. Mungkin dapat terjadi: Kemungkinan terjadinya kecelakaan 1 – 5 tahun. 4. Cenderung untuk terjadi: Paparan terhadap keadaan berbahaya tidak
terus-menerus (setiap bulan).
5. Hampir pasti akan terjadi: Paparan terhadap keadaan berbahaya dialami terus-menerus.
(41)
2.7.3Kembangkan Solusi Alternatif (Develop Alternatif Solution)
Setelah level resiko diketahui, tahapan berikutnya adalah mengembangkan solusi alternative untuk mengeliminasi ataupun mereduksi resiko tersebut. Tetapi sebelumnya jika pada klasifikasi level ternyata level dari resiko berada pada batas yang masih diterima (acceptable risk) maka tindakan pencegahan atau preventif yang dilakukan adalah cukup memonitor saja aktivitas pengendalian resiko yang telah dilaksanakan.
Solusi alternatif diberikan hanya untuk level resiko yang tergolong tinggi hingga ekstrim (level resiko ≥ 10). Jika ternyata terdapat banyak resiko yang harus ditanggulangi sedangkan disatu sisi resourches yang ada terbatas, maka masalah ini akan menjurus pada penentuan prioritas. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk menentukan prioritas, salah satunya adalah analisa manfaat biaya (benefit-cost analysist). Baik metode kuantitatif maupun kualitatif dapat digunakan untuk menentukan prioritas.
Hirarki dalam mengendalikan resiko dapat dibagi atas:
1. Eliminasi, yaitu meniadakan tahapan suatu kegiatan/proses berbahaya. 2. Substitusi, yaitu mengganti suatu bahan atau memodifikasi proses.
3. Rekayasa teknik, yaitu dengan menambahkan Alat Pelindung Diri (APD), pemasangan sensor otomatis, dll.
4. Administrasi,misalnya rotasi/mutasi karyawan, pengendalian system ijin kerja, Alat Pelindung Diri (APD), yaitu dengan menggunakan APD ( ear-plug, masker, helm, safety shoes, dll).
Sedangkan contoh pilihan dalam pengendalian resiko dapat dilihat dalam tabel 2.6. dibawah ini:
(42)
Tabel 2.6. Tabel Pengendalian Resiko
Pencegahan Mitigasi/Pengurangan
Eliminasi Mengurangi
Probability Reduksi Dampak
Penanggulangan Bahaya Pindahkan fasilitas/bangu-nan Pindahkan peralatan Pindahkan orang Proses dibuat otomatis Desain ulang peralatan Desain ulang proses Ganti bahan/material Hentikan operasi Atasi sumber bahaya Prosedur operasi Alarm Prosedur pemeliharaan/ perawatan Training/pelatihan Pengawasan Audit: Fasilitas Prosedur Pihak ketiga Pemilihan kontraktor Pemeliharaan berkala Inspeksi K3 Rambu peringatan Umum:
Sistem Emergency shut down
Sistem Pengendalian
(control system)
Health and Safety (K3):
APD Mengurangi paparan (reduce exposure) Lingkungan (Environment): Daur Ulang (Recycle) Pemantauan/ monitoring (air, udara, air bawah tanah) Pengolahan limbah, pengendalian emisi/gas buang Latihan/Drill: Penanggulangan keadan darurat Kesiapan peralatan penanggulangan keadaan darurat
Sumber Ref : Risk Assessment, Kurniadi Heru, 2005.
2.7.4. Memutuskan Tindakan yang Akan diambil (Decide What to do)
Analisa keputusan merupakan metode paling sederhana yang dapat digunakan dalam mengambil keputusan. Analisa keputusan dipengaruhi oleh berbagai sudut pandang, misalnya dari segi ergonomi, motivasi, kepemimpinan, dan lain-lain.
(43)
Dalam menganalisa suatu keputusan, terdapat beberapa ketentuan umum yang harus dipertimbangkan, seperti dibawah ini :
1. Desain merupakan prioritas utama dalam rangka mengeliminasi hazards dibandingkan dengan metode lain.
2. Jika desain dari safeguards tidak mudah untuk dikerjakan, maka perlengkapan keamanan untuk perlindungan harus digunakan.
3. Jika desain maupun perlengkapan keamanan juga tidak praktis, maka peralatan peringatan otomatis harus ditetapkan.
4. Jika semua ketentuan diatas juga tidak mudah untuk dikerjakan, prosedur yang memenuhi dan pelatihan untuk personil dapat digunakan.
2.8 Penarikan Sampel
Penarikan sampel adalah suatu usaha pengambilan data statistik dari sebagian anggota populasi. Penarikan sampel dilakukan apabila ukuran populasi yang terlalu besar sehingga dengan penarikan sampel kita dapat menghemat waktu, biaya serta dapat menghindari percobaan yang bersifat merusak. Percobaan ini dibedakan menjadi : penarikan sampel probabilitas dan penarikan sampel nonprobabilitas.
2.8.1. Sampel Probabilitas
Dalam penarikan sampel probabilitas setiap unsur populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Sampel ini mempertimbangkan kemungkinan perbedaan antara nilai populasi yang diteliti. Adapun macam-macam sampel probabilitas disini antara lain :
(44)
a. Pengambilan Sampel Acak Sederhana
Pengambilan sampel pada metode ini dilakukan sedemikian rupa sehingga tiap satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Apabila besar populasi adalah P, sedang unsur dalam sampel atau sample size adalah p, besar kesempatan bagi tiap satuan elementer untuk dapat dipilih dalam sampel adalah P/p.
b. Pengambilan Sampel Sistematis
Pengambilan sampel sistematik adalah metode pengambilan sampel, dimana hanya unsur-unsur selanjutnya dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematik menurut pola tertentu.
c. Pengambilan Sampel Acak Distrafikasi
Pada penarikan sampel acak distrafikasi ini penarikan sampel dilakukan dengan membagi populasi yang diteliti kedalam strata yang seragam, dan dari setiap strata dilakukan pengambilan sampel secara acak.
d. Pengambilan Sampel Gugus Sederhana
Dalam pengmbilan sampel gugus sederhana ini, populasi digolongkan kedalam gugus-gugus yang disebut cluster dan dari cluster ini akan dilakukan pengambilan sampel. Jumlah gugus yang diambil harus acak, kemudian unsur-unsur penelitian dalam gugus tersebut harus diteliti semua. e. Pengambilan Sampel Gugus Bertahap
Dalam penarikan sampel gugus bertahap ini populasi dalam gugus-gugus yang merupakan satuan dimana sampel akan diambil. Pengambilan sampel dilakukan melewati tahap-tahap tertentu. Pada aplikasinya populasi dibagi gugus tingkat pertama, kemudian dari gugus tingkat pertama ini dibagi lagi
(45)
dalam gugus-gugus tingkat kedua, dan dari gugus tingkat kedua ini kemudian masih dibagi lagi dalam gugus-gugus tingkat selanjutnya.
2.8.2. Sampel Nonprobabilitas
Yang termasuk metode penarikan sampel nonprobabilitas adalah purposive sampling, yaitu metode penarikan sampel dimana sampel dipilih berdasar pertimbangan peneliti bahwa unit atau unsur penarikan sampel tersebut akan dapat membantu menjawab pertanyaan riset yang sedang dikerjakan.
Pada penarikan jenis sampel nonprobabilitas ini, unsur dari suatu populasi memiliki peluang yang berbeda untuk terpilih menjadi sampel, hanya orang-orang yang dianggap ahli.
2.9. Metode-metode Statistik yang Dipakai
Agar data-data yang dikumpulkan dapat memberi informasi yang tepat dan berguna dalam analisa dan pengambialan keputusan lebih lanjut sehingga data-data tersebut perlu diolah. Untuk itu dibutuhkan tools yang tepat untuk membantu dalam penyelesaiannya. Dalam pengambilan sampel penelitian harus hati-hati dan memenuhi aturan dalam pemilihan sampel. Menurut Suharsini Arikunto (1993,100-102) apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjek besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih tergantung pada :
Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana.
Sempitnya luas wilayah pengamatan dari setiap subjek, hal ini menyangkut banyaknya sedikit data.
(46)
Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk penelitian yang resikonya besar, maka sampelnya lebih besar, hasilnya akan lebih besar. Metode-metode statistik yang dibutuhkan dalam pengolahan data antara lain : 1. Uji Kecukupan Data
Untuk menghitung jumlah sampel yang diperlukan dalam penyebaran kuisioner berikutnya, dilakukan uji kecukupan data dengan rumus sebagai berikut :
2 22
.
e
q
p
Z
N
dimana :
N = Jumlah sample minimum Z α/2 = Nilai distribusi normal baku = Taraf signifikansi (0.95) e = Tingkat kesalahan (0.05)
p = Proporsi jumlah kuisioner yang dianggap benar q = Proporsi jumlah kuisioner yang dianggap salah
Kesimpulan dari perhitungan yang diperoleh yaitu :
a. Apabila N N’ (jumlah pengamatan teoritis lebih kecil atau sama dengan pengamatan yang sebenarnya dilakukan), maka data tersebut dinyatakan telah mencukupi untuk tingkat keyakinan dan derajat ketelitian yang diinginkan tersebut, sehingga data tersebut dapat diolah.
b. Tetapi jika sebaliknya, dimana N > N’ (jumlah pengamatan teoritis lebih besar dari jumlah pengamatan yang ada), maka data tersebut dinyatakan tidak
(47)
cukup. Dan agar data tersebut dapat, maka pengamatan dilakukan dengan cara penelitian populasi.
2. Uji Validitas
Validitas didefinisikan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (test) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberi hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Validitas dihitung dengan rumus korelasi produk momen :
r =
2 2 2 2
12y y
N x x
N
y x xy
N
dimana :
x = skor tiap-tiap variabel y = skor tiap responden N = jumlah responden
rxy = Korelasi Product Moment
X = Sigma / jumlah X (sor butir)
2X = Sigma / jumlah X kuadrat
Y = Sigma / jumlah Y
2Y = Sigma / jumlah Y kuadrat
(48)
Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja kemudian yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan cara teknik belah dua dari Spearman Brown.
Spearman Brown :
rtot = b b r r
1 2
Dimana :
rtot = Koefesien reliabilitas seluruh item
rb = angka korelasi produk moment belahan pertama dan belahan kedua.
3.0. Variabel – variabel yang digunakan dalam pembuatan kuisioner Dalam penelitian ini adapun variabel – variabel yang digunakan dalam pembuatan kuisioner yang dikutip (menurut Kurniadi H. Prabowo) yaitu :
(49)
No Kode Variabel Kuisioner Program K3
1. A Penggunaan APD
A1 Peralatan keselamatan kerja sudah terpenuhi dan dalam kondisi baik
A2 APD telah tersedia untuk setiap jenis pekerjaan yang berbahaya dan sesuai standar
A3 Semua peralatan APD telah digunakan dengan benar
A4 Pekerja mentaati penggunaan APD dilokasi kerja
A5
Petugas K3 selalu mengontrol distribusi dan penggunaan APD
2. B Upaya pencegahan terjadi keadaan darurat
B1
Pihak PT. Dharma Satya Nusantara Memiliki prosedur dalam menghadapi keadaan darurat dengan baik
B2 Pekerja memahami respon yang harus diambil dalam keadaan darurat sebelum tim bantuan tiba B3
Latihan mengatasi keadaan bahaya sudah disusun dan dilaksanakan dengan baik dan rutin
B4 Ada tim khusus yang membantu proses pengendalian darurat
B5 Proses pengawasan berlangsung secara rutin dan terjadwal
3. C Penyelidikan Kecelakaan
C1 Data kecelakaan kerja tercatat dengan lengkap C2 Pengawas melaporkan tentang semua jenis
kecelakaan yang terjadi dalam 24 jam
C3
Petugas SHE (Safety Healthy Environment) menindaklanjuti semua laporan yang berkaitan dengan aspek K3
4. D Hubungan koordinasi dengan pihak security
D1 Pihak security mengontrol benda yang dibawa pekerja saat memasuki area operasi
D2 Security selalu siaga dalam menjaga keamanan
lingkungan sekitar pabrik
D3 Security selalu siaga dalam mengawasi
keluar-masuknya orang atau kendaraan
5. E Hubungan koordinasi dengan pihak teknik
E1
Semua mesin berbahaya dalam keadaan terlindungi dan bisa digunakan sesuai fungsi dengan baik
E2
Program pemeliharaan mesin secara preventive
sudah terjadwal
(50)
E3
Adanya pemberitahuan dini tentang cara, beban, dan peringatan penggunaan
6. F Training
F1 Pelatihan dan pembinaan operasional telah diikuti oleh pekerja
F2 Pelatihan dan pembinaan operasional telah dilaksanakan secara berkelanjutan (continue) F3 Pelatihan dan pembinaan operasional telah
berjalan efektif 7. G Inspeksi
G1 Pihak SHE (Safety Healthy Environment) telah melakukan inspeksi didaerah kerja secara rutin G2 Dukungan dan keikutsertaan manajemen puncak
dalam kegiatan inspeksi
G3 Adanya peringatan dan sanksi yang jelas setiap kelalaian pekerja dalam bekerja
G4 Adanya buku keterangan dan dokumentasi yang dijadikan sebagai bahan monitoring
8. H Pengendalian limbah dan polusi
H1 Telah terprogram sistem pembuangan yang baik H2 Sistem pembuangan tertutup dengan baik dan
sesuai fungsi
H3 Telah terprogram sistem pengolahan limbah yang masih bisa diolah dengan baik
H4 Sistem pengolahan limbah telah dilaksanakan secara efektif
H5 Telah terprogram sistem pencegahan meluasnya efek kecelakaan terhadap lingkungan sekitar H6 Adanya tim khusus yang berpengalaman guna
mengatasi meluasnya efek kecelakaan 9. I Akses jalan masuk dan evakuasi
I1 Jalan masuk dan evakuasi yang dilalui pekerja dalam kondisi baik
I2 Seluruh jalan dalam kondisi bersih dari partikel berbahaya (kerikil, minyak, limbah, air, dll) I3 Kondisi jalan berada dalam kondisi aman saat
musim kering dan musim hujan
3.1. Penelitian Terdahulu
Kurniadi Heru Prabowo (2005)
Pengukuran tingkat kinerja implementasi lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja (LK3) dan perangkingan hazards dengan pendekatan risk assessment di Instalasi Surabaya Grup-Unit Pemasaran V Pertamina
(51)
Surabaya. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus kategori penilaian yang kemudian dikombinasikan dengan data kecelakaan dari perusahaan.
Dedy Oktrianto Effendi ( Jurnal FTI ITS Surabaya 2008 )
Pengukuran tingkat kesiapan perusahaan terhadap bahaya ditempat kerja dan penanganan hazard di PT. Otsuka Indonesia. Pengukuran kesiapan bahaya ditempat kerja meliputi 3 kategori. Pertama dengan menggunakan cheklist berdasarkan PER.05/MEN/1996. Kedua dengan mengetahui lost rate akibat kecelakaan kerja. Dan yang ketiga dengan mengukur kesiapan ketika terjadi kondisi darurat seperti kebakaran.
Hasil penelitian ini adalah nilai pencapaian tingkat implementasi program K3 sebesar 91% diperoleh dari hasil penilaian cheklist. Nilai ini mengindikasikan bahwa tingkat implementasi program K3 adalah kuning. Sementara itu, pencapaian tingkat kerugian (loss rate) berada pada level kuning. Dari kedua parameter tersebut, dapat diperoleh level program K3 adalah level 2 atau bisa dikatakan cukup baik.
(52)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di PT. Dharma Satya Nusantara Surabaya yang berlokasi di Jalan Kalianak 55 L Surabaya
Proses pengambilan data dilakukan mulai Bulan Januari 2009 sampai bulan Mei 2010 dengan penelitian langsung, data dari perusahaan, dan hasil wawancara dengan beberapa karyawan.
3.2. Identifikasi Variabel
Adapun variabel-variabel dari penelitian ini adalah : a. Variabel terikat
Variabel ini adalah sebuah variabel yang nilainya ditentukan oleh satu atau beberapa faktor lain. Didalam penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah sebagai berikut :
- Data kecelakaan kerja PT. Dharma Satya Nusantara
Jumlah angka kecelakaan kerja mulai dari januari 2009 sampai mei 2010 yang kemudian digunakan sebagai bahan analisa untuk dilakukan penanganan terhadap bahaya yang mungkin terjadi.
- Jenis dan kategori kecelakaan kerja PT. Dharma Satya Nusantara
Jenis kecelakaan dan kategori meliputi uraian tentang terjadinya kecelakaan dan akibat yang ditimbulkan seperti hilangnya jam kerja.
(53)
b. Variabel bebas
Variabel bebas ini nilainya tidak bergantung pada variabel lain, biasanya nilai variabel ini dapat ditentukan secara bebas tergantung kebutuhan yang diinginkan. Variabel bebas pada penelitian ini terdiri dari :
1. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Yang dimaksud program kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu
sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipasi bila terjadi hal yang demikian. Adapun variabel – variabel yang digunakan meliputi:
Tabel 3.1 Kode dan variabel – variabel yang digunakan dalam kuisioner
No Kode Implementasi Program K3 Rata – rata Kategori
A Penggunaan APD
A1 Peralatan keselamatan kerja sudah terpenuhi dan dalam kondisi baik
A2 APD telah tersedia untuk setiap jenis pekerjaan yang berbahaya dan sesuai standar
A3 Semua peralatan APD telah digunakan dengan benar A4 Pekerja mentaati penggunaan APD dilokasi kerja 1.
A5 Petugas K3 selalu mengontrol distribusi dan penggunaan APD
Rata - Rata
Normalisasi
B Upaya pencegahan terjadi keadaan darurat
B1 Pihak PT. Dharma Satya Nusantara Surabaya Memiliki prosedur dalam menghadapi keadaan darurat dengan baik B2 Pekerja memahami respon yang harus diambil dalam keadaan
darurat sebelum tim bantuan tiba B3
Latihan mengatasi keadaan bahaya sudah disusun dan dilaksanakan dengan baik dan rutin
2.
(54)
Rata - Rata
Normalisasi C Penyelidikan Kecelakaan
C1 Data kecelakaan kerja tercatat dengan lengkap
C2 Pengawas melaporkan tentang semua jenis kecelakaan yang terjadi dalam 24 jam
3.
C3 Petugas SHE (Safety Healthy Environment) menindaklanjuti semua laporan yang berkaitan dengan aspek K3
Rata - Rata
Normalisasi
D Hubungan koordinasi dengan pihak security
D1 Pihak security mengontrol benda yang dibawa pekerja saat memasuki area operasi
D2 Security selalu siaga dalam menjaga keamanan lingkungan sekitar pabrik
4.
D3 Security selalu siaga dalam mengawasi keluar-masuknya orang atau kendaraan
Rata - Rata
Normalisasi
E Hubungan koordinasi dengan pihak teknik E1 Semua mesin berbahaya dalam keadaan
terlindungi dan bisa digunakan sesuai fungsi dengan baik E2 Program pemeliharaan mesin secara preventive sudah
terjadwal 5.
E3 Adanya pemberitahuan dini tentang cara, beban, dan peringatan penggunaan
Rata - Rata
Normalisasi F Training
F1 Pelatihan dan pembinaan operasional telah diikuti oleh pekerja
F2 Pelatihan dan pembinaan operasional telah dilaksanakan secara berkelanjutan (continue)
6.
F3 Pelatihan dan pembinaan operasional telah berjalan efektif Rata - Rata
Normalisasi G Inspeksi
G1 Pihak SHE (Safety Healthy Environment) telah melakukan inspeksi didaerah kerja secara rutin
G2 Dukungan dan keikutsertaan manajemen puncak dalam kegiatan inspeksi
G3 Adanya peringatan dan sanksi yang jelas setiap kelalaian pekerja dalam bekerja
7.
G4 Adanya buku keterangan dan dokumentasi yang dijadikan sebagai bahan monitoring
(55)
Normalisasi
H Pengendalian limbah padat dan polusi
H1 Telah terprogram sistem pembuangan yang baik
H2 Sistem pembuangan tertutup dengan baik dan sesuai fungsi H3 Telah terprogram sistem pengolahan limbah padat yang masih
bisa diolah dengan baik
H4 Sistem pengolahan limbah telah dilaksanakan secara efektif H5 Telah terprogram sistem pencegahan meluasnya efek
kecelakaan terhadap lingkungan sekitar 8.
H6 Adanya tim khusus yang berpengalaman guna mengatasi meluasnya efek kecelakaan
Rata - Rata
Normalisasi
9. I Akses jalan masuk dan evakuasi
I1 Jalan masuk dan evakuasi yang dilalui pekerja dalam kondisi baik
I2 Seluruh jalan dalam kondisi bersih dari partikel berbahaya (kerikil, minyak, limbah, air, dll)
I3 Kondisi jalan berada dalam kondisi aman saat musim kering dan musim hujan
Rata - Rata
Normalisasi
Nilai Tingkat implementasi program K3
2. Jenis bahaya
Menjelaskan berbagai macam jenis bahaya yang terdapat pada perusahaan yang bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
3.3. Langkah–Langkah Pemecahan Masalah
Langkah-langkah ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam menyelesaikan penelitian yang dilakukan. Metodologi penelitian merupakan sebuah kerangka penelitian yang memuat langkah-langkah yang ditempuh dalam memecahkan permasalahan yang ingin diselesaikan.
Dalam metode penelitian untuk penelitian ini terdiri atas lima tahap, yaitu : (1) tahap identifikasi masalah; (2) tahap pengukuran tingkat imlementasi program K3; (3) tahap pengkategorian hazards; (4) tahap analisa dan pembahasan; (5)
(56)
tahap penarikan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya tentang langkah–langkah pemecahan masalah diatas, dapat digambarkan dalam flowchart sebagaiberikut :
(57)
(58)
Keterangan flowchart :
1. Mulai
Langkah awal penelitian dalam menentukan topik permasalahan. 2. Studi Lapangan
Langkah ini merupakan suatu pengenalan awal dari perusahaan yang menjadi tujuan penelitian. Dengan studi lapangan diharapkan dapat diketahui beberapa masalah yang ada pada perusahaan yang sesuai dengan topik penelitian yang akan diteliti.
3. Studi Literatur
Studi literatur ini bertujuan untuk meningkatkan serta memperdalam landasan teori dari permasalahan yang akan diteliti, serta menunjang dan mempermudah bagi peneliti memecahkan masalah dalam penelitian tersebut. 4. Perumusan Masalah
Perumusan masalah disusun berdasar latar belakang dari masalah yang ada, kemudian ditentukan metode yang tepat dalam menyelesaikan tersebut.
5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hal yang ingin dicapai dalam pemecahan masalah tersebut.
6. Identifikasi Variabel
Adapun Variabel bebas dari penelitian ini yaitu Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), Jenis bahaya. Untuk variable terikatnya yaitu Sumber bahaya serta resiko yang mungkin terjadi.
(59)
7. Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah Data Kecelakaan kerja selama tahun 2009 dan data kuisioner yang disebar pada karyawan PT Dharma Satya Nusantra Surabaya .
8. Pembuatan Checklist / KuisionerPenilaian Implementasi Program K3
Checklist / Kuisionerini dibuat berdasarkan hasil wawancara, pengamatan dan pembuatan pertanyaan disesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan pada saat observasi. Kuisioner ini dibuat dengan skala 1, 2, dan 3.
Skala 1 = Apabila responden merasa kondisi riil sama sekali belum memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Skala 2 = Apabila responden merasa diberikan jika kondisi riil memenuhi sebagian dari standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Skala 3 = Apabila responden merasa diberikan jika kondisi riil telah memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
9. Penetapan Sampel
Dalam pengambilan sampel penelitian harus hati-hati dan memenuhi aturan dalam pemilihan sampel. Apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjek besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.
10.Penyebaran Kuisioner
Penyebaran kuisioner diberikan dan diisi oleh karyawan PT. Dharma Satya Nusantara Surabaya
(60)
11.Pengembalian Kuisioner
Setelah kuisioner diisi oleh karyawan PT. Dharma Satya Nusantara Surabaya kemudian kuisioner dikembalikan kepada peneliti dan setelah itu data disusun agar bisa untuk dilakukan pengujian selanjutnya.
12.Uji Validitas
Yaitu menguji apakah data valid atau tidak dengan membandingkan r tabel dengan r hitung dari output program SPSS versi 11. Apabila r hitung lebih besar dari r tabel maka data valid, begitupun sebaliknya.
13.Uji Reliabilitas
Yaitu menguji apakah data reliabel atau tidak dengan membandingkan α tabel dan α hitung dari program SPSS versi 11. Jika α hitung lebih besar dari α tabel maka data reliabel. Apabila ada data yang tidak reliabel maka ada perubahan dari isi kuisioner.
14.Perhitungan Implementasi Program K3
Menghitung rata-rata nilai dari masing-masing kategori penilaian. 15.Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja
Dilakukan dengan mengacu pada tinjauan pustaka, yaitu kategori hijau jika terjadi kecelakaan ringan, kategori kuning jika terjadi kecelakaan sedang, kategori merah jika terjadi kecelakaan fatal.
16.Penentuan Level / Tingkat Implementasi Program
Dilakukan dengan memetakan hasil perhitungan implementasi program K3 dengan kategori kecelakaan kerja kedalam suatu tabel.
(61)
18. Identifikasi dan Pengkategorian Hazards
Pada tahap ini hazards diurutkan berdasar jenis bahaya dan ditentukan pula
risk level-nya.
19. Analisa dan Pembahasan
Berisi data-data yang diperoleh dari perusahaan beserta langkah-langkah pengolahannya sehingga didapat hasil akhir untuk mengetahui persoalan dalam penelitian ini.
20. Kesimpulan dan Saran
Setelah kegiatan ini selesai, maka perlu untuk disimpulkan mengenai hasil dan manfaat yang diperoleh dari penelitian ini serta saran yang diberikan sebagai bahan masukan bagi perusahaan.
3.3.1 Metode Pengumpulan Data
Untuk menganalisa suatu masalah yang dihadapi, diperlukan beberapa macam data yang berhubungan dengan masalah tersebut. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara sebagai berikut:
1. Studi Lapangan (field research)
Memperoleh data-data dengan melakukan interview atau wawancara langsung dengan pihak yang bersangkutan dalam perusahaan tersebut, yang nantinya didapat sejumlah data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. 2. Studi Literatur
Merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari literatur-literatur atau buku-buku yang berhubungan dengan
(62)
risk assessment. Studi ini berhubungan dengan pemilihan metode pemecahan masalah dan teori yang digunakan dalam penelitian ini.
3.3.2 Metode Pengolahan Data
Data-data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dengan perhitungan sesuai pada tinjauan pustaka pada Bab II.
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:
Perhitungan implementasi program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Penentuan kategori kecelakaan kerja
Penentuan level tingkat implementasi program K3 dengan memetakan hasil perhitungan tingkat kecelakaan
Pengkategorian hazards dengan pendekatan risk assessment Tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap hazards.
3.4. Perhitungan Implementasi Program K3
Pembuatan kuisionerpenilaian implementasi program, kuisioner ini dibuat dengan mengacu pada standar keselamatan dan kesehatan kerja dan juga UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Kuisioner yang digunakan dalam penilaian implementasi program K3 ini sebagai berikut:
Tabel 3.2. KuisionerPenilaian Implementasi Program K3
Nilai No. Pertanyaan/Kategori Penilaian
1 2 3 Catatan
Pengisian kuisioner dilakukan oleh karyawan PT. Dharma Satya Nusantara Surabaya yang berhubungan langsung dengan sistem produksi yang
(63)
ada di perusahaan. Setiap daftar pertanyaan dalam kuisioner ini diberi nilai dengan skala sebagai berikut :
Skala 1 diberikan jika kondisi riil sama sekali belum memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Skala 2 diberikan jika kondisi riil memenuhi sebagian dari standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Skala 3 diberikan jika kondisi riil telah memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Perhitungan implementasi program, dilakukan dengan menghitung rata-rata dari nilai yang diberikan oleh responden, Kemudian menghitung rata-rata-rata-rata nilai dari masing–masing kategori penilaian. Untuk mengetahui suatu kategori penilaian termasuk dalam kriteria pencapaian: merah, kuning atau hijau, maka nilai rata–rata tersebut harus dinormalisasikan dengan Rumus Normalisasi De Boer (Triekens et.al.,2000) sebagai berikut :
Achivement kategori penilaian =
minimum) skala
-maksimum (skala
minimum) skala
-aktual nilai (
x100%
Nilai hasil normalisasi dari semua kategori kemudian dirata–rata sehingga diperoleh satu nilai tunggal, yaitu nilai akhir yang menunjukkan tingkat
implementasi program. Jika nilai akhir tersebut berada dalam kisaran 85%-100% maka implementasi program dikategorikan nilai hijau, jika berkisar antara 60%-84% maka dikategorikan kuning dan jika nilainya kurang dari 60% maka
(64)
3.4.1 Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja
Pengumpulan data kecelakaan kerja, pada tahap ini berupa data sekunder yang berupa data kecelakaan kerja selama tahun 2006 yang terjadi di unit kerja yang diamati. Tabel yang digunakan untuk mengetahui data kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3. Data Kecelakaan Kerja
Keterangan No. Tanggal
Kejadian
Uraian Tentang
Terjadinya Kecelakaan Luka/Cedera Hari kerja yang hilang
Penentuan kategori kecelakaan kerja, dilakukan dengan mengacu pada tinjauan pustaka, yaitu dikategorikan hijau jika terjadi kecelakaan ringan, kuning jika terjadi kecelakaan sedang dan merah jika terjadi kecelakaan fatal.
Tabel 3.4. Kategori Kecelakaan Kerja
Keterangan No. Tanggal
Kejadian
Uraian Tentang Terjadinya
Kecelakaan Luka/ cedera
Hari Kerja Hilang
Kategori Kecelakaan
(65)
3.4.2. Penentuan Level / Tingkat Implementasi Proram K3
Penentuan level tingkat implementasi program, dilakukan dengan memetakan hasil perhitungan implementasi program dan kategori kecelakaan kerja kedalam suatu tabel. Ada 6 level / tingkat implementasi program.yaitu: Level 1 (aman dan nyaman)
Level 2 (cukup aman) Level 3 (hati-hati) Level 4 (rawan) Level 5 (berbahaya) Level 6 (sangat berbahaya)
3.4.3. Pengkategorian Hazards dengan Pendekatan Risk Assessment
Pada tahap ini dilakukan pengkategorian terhadap hazards yang timbul diunit kerja yang diamati. Langkah awal dalam tahap ini adalah pemahaman mengenai aliran proses produksi yang terjadi di unit kerja tersebut, kemudian pengidentifikasian hazards dan langkah terakhir adalah pengkategorian hazards
dengan menggunakan pendekatan Risk Assessment. Output yang dihasilkan dari tahap ini berupa kategori dari hazards yang mungkin timbul diunit kerja tersebut.
Tabel 3.5. Kategori Urutan Hazards berdasarkan Risk Assessment Jenis Bahaya Sumber Bahaya Resiko Yang Mungkin Terjadi Risk Level
(66)
3.4.4. Tindakan Pencegahan dan Pengendalian
Setelah dilakukan identifikasi dan pengkategorian hazards, selanjutnya perlu direncanakan tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap hazards
tersebut. Tindakan pencegahan dan pengendalian tersebut akan ditampilkan dalam suatu tabel seperti dibawah ini :
Tabel 3.6. Tindakan Pencegahan Terhadap Resiko Yang Mungkin Timbul Akibat Hazards
Resiko Akibat Sumber Bahaya Tindakan
(67)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi pengumpulan data dan pengolahan data – data yang telah diperoleh untuk menentukan tingkat implementasi program K3 dan mendapatkan kategori dari sumber bahaya (hazards) yang timbul di area flooring PT. DHARMA SATYA NUSANTARA SURABAYA.
4.1. Pengumpulan Data
Data – data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuisioner di PT. DHARMA SATYA NUSANTARA SURABAYA dan data kecelakaan kerja mulai bulan januari 2009 sampai mei 2010 yang meliputi sumber – sumber bahaya (hazards) / identifikasi resiko yang timbul di unit tersebut. Untuk hasil dari kuisioner yang sudah diisi oleh karyawan dapat dilihat pada lampiran 3 hasil kuisioner.
4.1.1. Data Kuisioner Penilaian Tingkat Implementasi Program K3
Pada pengumpulan data kuisioner yang telah diisi oleh karyawan PT. DHARMA SATYA NUSANTARA SURABAYA setelah diolah didapatkan nilai total rata-rata seperti yang terlihat pada Tabel 4.1. dibawah ini :
(1)
6. Pengoperasian mesin painting (Brush,Infra red,Filler,UV) Resiko terganggunya pernafasan, pusing dan gangguan iritasi pada kulit,
Training produksi, SOP, Penggunaan APD (masker), penempatan operator yang sudah
berpengalaman
7. Pengoperasian Forklift / FLT
Resiko pekerja tertabrak FLT, resiko tabrakan antar FLT, resiko tabrakan FLT dengan rak, resiko pekerja / driver tertimpa barang.
Training “Operating FLT”, SOP, safety belt, helmet, safety shoes,
alarm, rotary lamp and sign
8. Membersihkan gudang
Resiko pekerja tertabrak forklift, resiko pekerja terkontaminasi debu, resiko pekerja terkena material sisa pemotongan kayu ,dll
Training “material handling”, Penggunaan APD (sarung tangan,
safety shoes), SOP
9. Perbaikan mesin
Resiko terganggunya indera pendengaran, resiko pekerja terkena sharp hand tools, resiko terjerat oleh mesin yang berputar, resiko akan ledakan (compressed air hazards), resiko kontak dengan benda panas
Persiapkan alat kerja yang dibutuhkan, gunakan hand tools
dengan benar, gunakan APD dengan benar, matikan mesin bila
perlu, SOP
(2)
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan data – data dan analisa pengolahan data yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Identifikasi kecelakaan kerja di bagian flooring :
- Sakit pada tulang belakang terjadi saat mengangkat dan menurunkan barang, hal ini sering dijumpai di area packing, karena sebagian area packing didominasi perempuan sehingga pekerjaan kurang maksimal. - Iritasi pada kulit terjadi saat pengambilan rebusan kayu tiris karena dalam
pencucian terdapat campuran oxalid (zat kimia untuk menghilangkan getah pada kayu).
- Luka sobek bahkan cacat sebagian tubuh terjadi pada saat memotong kayu. Hal ini disebabkan pekerja kurang fokus terhadap apa yang dikerjakan. - Sesak nafas terjadi di area mesin painting, karena dalam mesin painting
kayu yang sudah finishing akan dimasukkan ke mesin cat kemudian diteruskan pengeringan dengan infra red dan UV, dan diarea ini bau yang ditimbulkan mengandung asam.
2. Pencapaian Tingkat keberhasilan implementasi program K3 di PT Dharma Satya Nusantara Surabaya sebesar 84 %, sehingga termasuk dalam kategori kuning ( berada pada range 60 % - 84 %). Yang berarti bahwa pencapaian dari
(4)
tingkat keberhasilan implementasi program K3 masih belum mencapai target yang maksimal.
Level Implementasi program K3 – tingkat kecelakaan di PT. Dharma Satya Nusantara Surabaya berada pada level 3 ( hati-hati ). Level ini mengindikasikan bahwa proses implementasi kurang baik (karena tingkat implementasi berada pada kategori kuning ) sehingga level implementasi program K3 masih perlu diperhatikan lagi.
Untuk upaya pencegahan sebaiknya dilakukan training sebelum memulai kerja dan pemberitahuan akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja tetap dipertahankan meskipun pekerja sering lalai dalam bekerja.
Hendaknya melakukan upaya pencegahan secara preventif dan pengendalian yang tepat terhadap setiap sumber bahaya (hazards) yang telah diidentifikasi pada penelitian ini, dengan prioritas pada sumber bahaya (hazards) yang mendapat rangking tertinggi, yaitu pengoperasian mesin crosscut. Sebaiknya disekitar mesin cross cut diberi wacana untuk penggunaan APD, begitu halnya dengan area-area yang lain. Apabila sudah tertera hendaknya tempat itu tidak jauh dari operator dan dapat dibaca dengan jelas.
5.2. Saran
Setelah melakukan penelitian di PT. DHARMA SATYA NUSANTARA SURABAYA, maka saran yang dapat diberikan adalah :
(5)
hanya beberapa meter tapi kalau dikerjakan manual akan sangat menguras tenaga.
- Sebaiknya pada saat pengambilan kayu tiris dari perebusan menggunakan sarung tangan meskipun cara mengambilnya memakai alat. Hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga apabila air rebusan mengenai kita.
- Adanya peringatan dini tentang keselamatan kerja terutama pada mesin crosscut, sebaiknya wacana peringatan tempatnya dekat dengan operator.
2. Hendaknya dilakukan pengontrolan (controlling) pelaksanaan program, pengawasan (supervisi), dan penegakan disiplin penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) serta kepatuhan terhadap SOP (Standar Operation Procedure), karena tingkat kecelakaan masih berada pada kategori kuning.
Alangkah baiknya melakukan penyempurnaan metode identifikasi sumber bahaya yang selama ini digunakan oleh PT. DHARMA SATYA NUSANTARA SURABAYA, selain itu perlu dilakukan penilaian resiko / perangkingan sumber bahaya (hazards) agar dapat diprioritaskan sumber bahaya mana yang paling kritis, sehingga dapat diambil tindakan pengendalian untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan kerugian.
(6)
A.M. Sugeng Budiono, 2005. “Pengenalan Potensi Bahaya Industrial Dan Analisis Kecelakaan Kerja”. (Dalam Artikel) Depnaketrans.
Ashfal, C, Ray, 1999. “Industrial safety And Health Management”. Fourth Edition. Prentice-Hall, Inc., New Jersey.
Dr. Gempur Santoso, Drs., M. Kes, 2004. “Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja”
Hammer, Willie, 1989. “ Occupational Safety Management And Engineerin”.
Fourth Edition. Prentice Hall, Inc., New Jersey.
Kurniadi Heru Prabowo, 2005. “Pengukuran Tingkat Kinerja Implementasi Lingkungan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja (LK3) dan Perangkingan Hazards dengan Pendekatan Risk Assessment” (studi kasus: Instalasi Surabaya Grup-Unit Pemasaran V Pertamina Surabaya).,ITS, Surabaya. M. Sonny Sumarsono, 2003. “Metode Riset Sumber Daya Manusia”.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomer : PER.05/MEN/1996. Tentang “Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja”.
Rudi, Suardi, 2005. “ Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, Panduan Penerapan Berdasarkan OHSAS18001 Dan Permenaker 05/1996”.
Suma’mur, 1986. “Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kebakaran”, Jakarta, Gunung Agung.
Triekens, J.H, Hvolby, H.H, 2000. “Performance Measurement and Improvement in Supply Chain”. Ciney Conference.
Wickens, Christopher. D, Gordon, Sallie. E and Liu, Pili, 1998, “An Introduction to Human Factor Engineering”. Adisson Wesley Educational Publisher Inc., New York.