BAB 4. HASIL
Pada penelitian terdapat 96 bayi baru lahir yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada yang hilang dalam pemantauan. Bayi tersebut dibagi menjadi
dua kelompok responden yaitu kelompok bayi yang mendapat ASI dan kelompok bayi yang mendapatkan NNS Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Profil penelitian Bayi baru lahir
sesuai kriteria inklusi N=96
ASI n=48
NNS n=48
Bayi yang mengikuti
penelitian dari awal hingga
akhir n=48
Bayi yang mengikuti
penelitian dari awal hingga
akhir n=48
Randomisasi
Universitas Sumatera Utara
Pada kelompok bayi yang memperoleh ASI, mayoritas berjenis kelamin perempuan 62.5 sedangkan pada kelompok NNS jumlah bayi
yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan hampir sama banyak yaitu 52.1 dan 47.9 Tabel 4.1.
Prosedur invasif minor pada kedua kelompok bayi mayoritas adalah jenis suntikan Hepatitis B, masing-masing 28 bayi 58.3 pada kelompok
yang mendapat ASI dan 33 bayi 68.8 pada kelompok NNS. Pada kelompok bayi yang mendapat NNS, yang terbanyak dilahirkan secara
spontan 56.3 sedangkan pada kelompok yang memperoleh ASI yang dilahirkan secara spontan dan dengan sectio cessaria jumlahnya sama yaitu
sebanyak 24 bayi tabel 4.1.
Tabel 4.1. Karakteristik responden penelitian
KARAKTERISTIK ASI
NNS n=48
n=48
Jenis Kelamin n -
Laki-laki 18 37.5
25 52.1 -
Perempuan 30 62.5
23 47.9 Jenis Suntikan n
- Vitamin K
20 41.7 15 31.2
- Hepatitis B
28 58.3 33 68.8
Partus n -
Spontan 24 50
27 56.3 -
Sectio cessaria 24 50
21 43.7 Usia gestasi minggu, rerata SD
36.3 3.7 36.9 4.1
Usia kronologis hari, rerata SD 1.9 1.2
1.7 1.0 Berat badan lahir gram, rerata SD
3134.6 356.3 3165.4 467.8
Berat badan sekarang gram, rerata SD 3115.6 361.2
3133.8 469.9 APGAR 1, rerata SD
8 0.9 8.4 0.8
APGAR 5, rerata SD 9.8 1.6
10 1.5
Usia gestasi ditentukan dengan kriteria BALLARD, dimana kedua kelompok ASI dan NNS menunjukkan usia gestasi yang cukup bulan yaitu masing-
masing 36.3 3.7 minggu dan 36.9 4.1 minggu. Usia kronologis untuk
Universitas Sumatera Utara
kedua kelompok juga tidak jauh berbeda yaitu 1.9 1.2 hari dan 1.7 1.0 hari. Untuk kedua kelompok juga menunjukkan berat lahir dan berat saat
penelitian berlangsung tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna P 0.05.
Nilai Apgar 1 pada kelompok bayi yang memperoleh ASI berbeda bermakna dengan nilai Apgar 1 pada kelompok bayi yang memperoleh NSS P = 0.04.
Namun untuk nilai Apgar 5 tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna P = 0.52 dengan nilai masing-masing 9.8 1.6 dan 10 1.5.
Skala PIPP
Dari tabel 4.2 dapat dilihat kesesuaian antara kedua penilai yang digunakan dalam menghitung koefisien Kappa. Nilai kosefisien Kappa untuk skala PIPP
adalah 0,8 p = 0,0001, yang menunjukkan bahwa kekuatan kesesuaian strength of agreement antara dua penilai sangat baik. Dengan
menggunakan korelasi Pearson diperoleh nilai r = 0,9 p = 0,01, artinya korelasi antara penilai pertama dan kedua sangat kuat.
Tabel 4.2. Kesesuaian penilaian skala nyeri PIPP antara 2 penilai
PIPP II Total
Nyeri minimal Nyeri
sedang Nyeri hebat
PIPP I Nyeri minimal
15 15
Nyeri sedang 42
42 Nyeri hebat
39 39
Total 15
42 39
96
Keterangan: PIPP I : Skala PIPP peneliti pertama
PIPP II : Skala PIPP peneliti kedua
Universitas Sumatera Utara
PIPP I
20 10
-10
PI PP I
I
30
20
10
-10
Gambar 4.2. Penilaian skala nyeri PIPP oleh kedua penilai
Terdapat perbedaan yang bermakna skala PIPP antara kelompok bayi yang mendapat ASI dengan kelompok bayi yang mendapat NNS dengan P =
0.01. Skala PIPP pada kelompok bayi yang mendapat ASI jauh lebih rendah dibandingkan kelompok bayi yang menggunakan NNS Tabel 4.3. Selain itu,
terdapat perbedaan bermakna P = 0.03 pada lama tangisan kelompok bayi yang mendapat ASI dengan kelompok bayi yang mendapat NNS dengan nilai
rata-rata 19.1 17.1 dan 29.4 28.1. Dengan hasil ini diketahui lama tangisan pada bayi yang mendapat ASI jauh lebih singkat dibandingkan kelompok bayi
yang mendapat NNS, dengan selisih sebesar 10.1 detik.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Perbedaan nilai skala nyeri PIPP dan lama tangisan pada kelompok bayi yang mendapat ASI dan NNS
Karakteristik Kelompok
IK 95 P
ASI NNS
n=48 n=48
Skala nyeri PIPP 9.3 3.6
12.5 3.3 -4.6 - -1.8
0,001 Lama Tangisan detik
19.1 17,1 29,4 28.1
-19.7 - -0.9 0,03
nilai berupa rerata SD
Pada tabel 4.4 tidak terdapat perbedaan yang bermakna skala PIPP dan lamanya tangisan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan
nilai P = 0.4 dan P = 0.4.
Tabel 4.4. Perbedaan nilai skala PIPP dan lama tangisan berdasarkan jenis kelamin Karakteristik
Kelompok IK 95
P Laki-Laki
Perempuan n=43
n=53
Skala nyeri PIPP 11.3 3.8
10.6 3.9 -4.0 – - 0.9
0.4 Lama Tangisan detik
22.3 23.6 25.9 23.7
-4.1 – - 0.9 0.5
nilai berupa rerata SD
Pada tabel 4.5 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna skala PIPP antara jenis suntikan vitamin K dan Hepatitis B dengan nilai P = 0.002.
Namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna lama tangisan responden antara suntikan vitamin K dan Hepatitis B P = 0.06. Sehingga disimpulkan
jenis suntikan Hepatitis B lebih nyeri dibandingkan vitamin K, meskipun lama tagisan tidak berbeda bermakna.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5. Perbedaan nilai skala PIPP dan lama tangisan berdasarkan jenis suntikan Karakteristik
Kelompok IK 95
P Vitamin K
Hepatitis B n=35
n=61
Skala nyeri PIPP 9.3 3.9
11.8 3.5 -19.3 – 0.4
0.002 Lama Tangisan detik
18.3 17.7 27.7 26.0
-18.3 – 0.6 0.06
nilai berupa rerata SD
Parameter Fisiologis
Frekuensi denyut jantung pada pengamatan detik ke-150 atau 30 detik setelah tindakan invasif minor antara kedua kelompok metode tidak ada
perbedaan yang bermakna dengan uji T independen p = 0.4 dengan IK -4,03 – 9,22 Gambar 4.3. Tapi, pada saturasi oksigen terdapat perbedaan
yang bermakna dari pengamatan detik ke-150 untuk kedua kelompok studi p = 0,001 pada IK 95 2,3-7.4 Gambar 4.4.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3. Grafik frekuensi denyut jantung tiap kelompok ASI dan NNS
Gambar 4.3. Grafik saturasi oksigen pada kelompok ASI dan NNS
Universitas Sumatera Utara
BAB 5. DISKUSI