97
4.4. Simpulan Waktu Tanam Optimal
Onset padi lahan tadah hujan di wilayah monsunal, seperti di Indramayu pada tahun normal terdapat pada Oktober III dengan potensi waktu tanam
Februari III sampai dengan Maret II. Onset mundur 3 sampai 6 dasarian pada November III sampai dengan Desember III pada saat terjadi El Niño. Demikian
pula pada saat terjadi Dipole Mode positif, onset mundur 2 sampai 3 dasarian menjadi November IIIII. Pada lahan irigasi, di tahun normal onset lebih awal 2
dasarian dari lahan tadah hujan yaitu pada Oktober I dengan potensi waktu tanam sampai dengan Juni II – Juli II. Onset mundur masing-masing 1 dasarian saat
terjadi Dipole Mode positif dan 2 - 3 dasarian saat terjadi El Niño dengan potensi waktu tanam pada umumnya lebih pendek 1 dasarian dari tahun normalnya.
Onset di wilayah equatorial seperti di Pesisir Selatan terdapat pada OktoberISeptember III dengan potensi waktu tanam sampai dengan Maret III.
Pada lahan irigasi di tahun normal, onset lebih awal 3 dasarian dari lahan tadah hujan pada Agustus III dengan potensi waktu tanam sampai dengan Mei I. Pada
saat terjadi El Niño maupun IOD positif baik di lahan tadah hujan maupun lahan irigasi onset hanya mundur 1 dasarian dengan potensi waktu tanam sama dengan
pada tahun normalnya. Onset tidak bergeser pada wilayah yang tidak terkena dampak anomali
iklim baik di wilayah monsunal seperti di Cianjur maupun wilayah equatorial seperti di Solok. Onset padi lahan tadah hujan maupun irigasi di Cianjur pada
September III, sedangkan di Solok onset di lahan tadah hujan lebih awal dibandingkan dengan di Cianjur yaitu pada Mei IIJuni I dan untuk padi lahan
irigasi pada Mei I. Di lahan tadah hujan, pola tanam yang dapat dilakukan di Indramayu pada
tahun normal adalah padi – padipalawija – bera. Bila terjadi El Niño maupun IOD positif kuat, pola tanam berubah menjadi padi – palawijabera – bera.
Di lahan irigasi, pola tanam di wilayah Barat Indramayu seperti di Anjatan pada kondisi tahun normal adalah padi – padi – padipalawija karena suplai air
irigasi terpenuhi hampir sepanjang tahun. Untuk wilayah tengah dan Timur seperti di Kertasemaya dan Krangkeng pola tanam yang tepat adalah padi – padi –
palawija. Saat terjadi El Niño pola tanam di Anjatan menjadi padi – padi –
98 palawija Di Kertasemaya tidak terjadi perubahan pola tanam, tetapi untuk
Krangkeng pola tanam berubah menjadi padi-padipalawija-bera. Di Cianjur baik pada lahan irigasi maupun tadah hujan pola tanam yang tepat adalah padi – padi –
palawija. Di lahan tadah hujan, pola tanam di Pesisir Selatan yang tepat adalah Padi
– Padipalawija – bera. Di Solok pola tanam padi – padi – padi. Di lahan irigasi, pola tanam di Pesisir Selatan adalah Padi – Padi –Palawija dan di Solok padi
sepanjang tahun.
99
V. PENYUSUNAN MODEL PREDIKSI CURAH
HUJAN BERDASARKAN FENOMENA ENSO DAN IOD UNTUK MENENTUKAN
RENCANA TANAM
5.1. Pendahuluan
Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang mempunyai variabilitas dan fluktuasi yang paling tinggi diantara unsur iklim lainnya di daerah
tropis khususnya di Indonesia. Distribusi dan pola curah hujan yang teratur sangat besar peranannya dalam menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman baik
menurut skala ruang dan waktu sehingga dapat memberikan jaminan kesinambungan budidaya pertanian. Namun kondisi tersebut akan mengalami
gangguan jika terjadi anomali iklim ekstrim. Penyimpangan cuacaiklim yang terjadi di Indonesia dapat diakibatkan oleh perubahan suhu muka laut baik di
wilayah pasifik Equatorial maupun di wilayah Samudera Hindia seperti kejadian ENSO dan IOD.
Identifikasi sistem pertanaman dalam skala ruang dan waktu khususnya tanaman padi telah dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian melalui Balai Besar
Sumberdaya Lahan Pertanian BBSDLP dengan telah tersusunnya Kalender Tanam baik secara potensial maupun eksisting. Namun demikian belum ada
informasi peluang terjadinya penyimpangan curah hujan baik diakibatkan oleh perubahan suhu muka laut di Samudera pasifik Equatorial maupun Samudera
Hindia terutama pada wilayah-wilayah yang terindikasi kuat dipengaruhi oleh kedua fenomena iklim global tersebut.
Berbagai teknik analisis dan pemilihan model dalam menyusun prediksi sudah banyak dilakukan dengan pendekatan analisis keterkaitan waktu seperti
regresi fourier, analisis fractal, atau pendekatan analisis hubungan curah hujan dengan anomali suhu muka laut Nino 3,4 Dupe dan Tjasyono 1998; Boer 1999.
Namun demikian penggunaan jaringan syaraf tiruan neural network, NN merupakan alternatif pilihan sebagai salah satu model untuk menentukan peluang
penyimpanan curah hujan karena mempunyai keunggulan utama yaitu terletak pada kemampuannya merepresentasikan hubungan-hubungan liniear maupun
nonlinear, terutama hubungan-hubungan nonlinear yang rumit. NN meniru kerja