Pengembangan Model Prediksi Curah Hujan dalam Mendukung

26 tahun 1994 telah mengurangi luas panen sebesar 3,1 persen atau 341.000 ha, demikian juga hasil per hektar menurun sebesar 0,6 persen atau 0,27 kuha. Pada tahun 2003, akibat curah hujan yang rendah terjadi kekeringan di areal sawah di sentra padi Jawa seluas 430.295 ha disamping 82.696 ha yang mengalami puso BAPENAS 2004, bila terjadi kekeringan berlanjut maka akan mengganggu stabilitas pangan karena 50 pasokan padi nasional berasal dari Pulau Jawa.

2.7. Pengembangan Model Prediksi Curah Hujan dalam Mendukung

Penyesuaian Kalender Tanam Prediksi curah hujan diperlukan untuk merencanakan waktu dan pola tanam beberapa bulan ke depan bahkan satu tahun ke depan. Berbagai teknik analisis dan pemilihan model sudah banyak digunakan dalam penyusunan model prediksi curah hujan. Dengan mengembangkan model yang tervalidasi dengan baik diharapkan dapat menghasilkan informasi yang lebih akurat dalam waktu yang cepat sehingga penyesuaian kalender tanam dapat direncanakan sedini mungkin dalam mengantisipasi anomali iklim yang terjadi. Wigena 2006 menyatakan bahwa penyusunan model prediksi curah hujan tergantung pada keberadaan autokorelasi dan kolinieritas data pada peubah tak bebas yang akan diduga. Variasi keberadaan antara autokorelasi dengan kolinieritas dapat diterapkan dengan menggunakan analisis jaringan syaraf tiruan. Jaringan saraf tiruan JST dalam Bahasa Inggris dinamakan artificial neural network ANN, atau juga disebut simulated neural network SNN, atau pada umumnya disebut neural network NN. JST pertama kali ditemukan Warren McCulloch, seorang neurophysiologist, dan rekannya seorang matematikawan Walter Pitts pada tahun 1943. ANN merupakan sebuah alat pemodelan data statistik non linier berupa jaringan dari sekelompok unit pemrosesan yang dimodelkan berdasarkan interkoneksi syaraf buatan yang menggunakan suatu model komputasi untuk memproses informasi yang terdistribusi dan bekerja secara pararel Hecht-Nielsen 1988. Fungsinya ditentukan oleh struktur jaringan dan kekuatan hubungan, kemudian pengolahan dilakukan pada komputasi elemen simpul atau nodes DARPA 1998. 27 ANN adalah sistem pengolah informasi yang mempunyai karakteristik mirip dengan jaringan syaraf biologis, yaitu jaringan syaraf pada otak manusia Gambar 2.8. Gambar 2.8 Konsep jaringan syaraf manusia dan model jaringan syaraf tiruan. a komponen- komponen syaraf neuron, b gambaran mengenai synapses , dan c model jaringan syaraf. Biasanya terdapat paling tidak tiga lapisan pada suatu jaringan langkah maju, terdiri dari satu lapisan input input layer, lapisan tersembunyi hidden layer , dan suatu lapisan output output layer. Lapisan input memberi umpan kepada lapisan tersembunyi, kemudian lapisan tersembunyi memberi umpan kepada lapisan output. Pengolahan aktual dalam suatu jaringan terjadi di dalam simpul pada lapisan tersembunyi dan lapisan output Gambar 2.9. Gambar 2.9 Skema ANN feed forward Pemrosesan informasi dalam ANN dapat disingkat sebagai berikut, sinyal baik berupa aksi atau potensial muncul sebagai masukan unit sinapsis; efek dari tiap sinyal dinyatakan sebagai bentuk perkalian dengan sebuah nilai bobot 28 untuk mengindikasikan kekuatan dari sinapsis. Semua sinyal yang diberi pengali bobot ini kemudian dijumlahkan satu sama lain untuk menghasilkan unit aktivasi. Jika aktivasi ini melampaui sebuah batas ambang tertentu maka unit tersebut akan memberikan keluaran dalam bentuk respon terhadap masukan. Model satu neuron ini, kemudian dibuat dalam bentuk jaring-jaring neuron sehingga kita memiliki sebuah jaring saraf buatan Gambar 2.10. Aktivasi dari unit masukan diatur dan diteruskan melalui jaring hingga nilai dari keluaran dapat ditentukan. Jaring berperan sebagai fungsi vektor yang mengambil satu vektor pada masukan dan mengeluarkan satu vektor lain dikeluarkan. Gambar 2.10 Jaring saraf buatan Model jaringan syaraf buatan dapat memiliki sebuah lapisan bobot, dimana masukan dihubungkan langsung dengan keluaran, atau beberapa lapisan yang di dalamnya terdapat lapisan tersembunyi. Tiap-tiap lapisan terdiri dari banyak simpul, interkoneksi hanya terjadi antara simpul-simpul yang terletak pada satu lapisan dengan simpul-simpul yang terletak pada lapisan tetangganya. Simpul-simpul yang berhubungan langsung dengan masukan dan terletak dalam satu lapisan yang sama, lapisan tersebut disebut lapisan masukan simpul-simpul yang memberikan keluaran dan terletak dalam satu lapisan disebut lapisan keluaran. Simpul-simpul yang terletak dalam satu atau beberapa lapisan dan tidak berhubungan langsung dengan keadaan di luar jaringan disebut lapisan dalam atau lapisan tersembunyi. Banyaknya simpul pada lapisan masukan dan lapisan keluaran tergantung pada jenis pemakaian tertentu Subiyanto 1998. 29 Dengan merekayasa lapisan tersembunyi, memungkinkan mendekati semua fungsi arsitektur jaringan saraf buatan tipe maju. ANN untuk prediksi data deret waktu misalkan curah hujan digunakan sebagai perseptron perceptron yang mempelajari sebuah curah hujan sedemikian sehingga mampu melakukan identifikasi dan aproksimasi dari data deret waktu tersebut. Kemudian model ini digunakan untuk memprediksi data curah hujan. Galat Propagasi Balik error back propagation merupakan model training yang sering digunakan untuk model ANN arus maju multi layer feed forward neural network . Model training galat propagasi balik merupakan aturan koreksi kesalahan dimana kesalahan keluaran jaring saraf dipropagasikan kembali ke dalam lapisan tersembunyi untuk diproses kembali. 30

III. ANALISIS DAN DELINEASI DAMPAK ENSO

Dokumen yang terkait

Pengaruh Indian Ocean Dipole (IOD) terhadap propagasi Madden Julian Oscillation (MJO)

3 27 31

Identifikasi Fenomena ENSO (El Nino-Southern Oscillation) DAN IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Daerah Jawa Barat (Studi Kasus Kabupaten Indramayu dan Cianjur)

3 29 184

Pengaruh ENSO (El Nino- Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Wilayah Tipe Hujan Equatorial dan Monsunal (Studi Kasus Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dan Kabupaten Karawang, Jawa Barat)

2 24 60

Penetapan kalender tanam padi berdasarkan fenomena enso (El Niño Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) di wilayah Monsunal dan Equatorial

0 11 404

Variability of Sea Surface Temperature and its Interelationships with The Monsoon, Dipole Mode (DM) and El Nino Southern Oscillation (ENSO) in the Southeast Asia and its Surrounding Waters

2 10 826

Pengaruh El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) terhadap Produktivitas Kelapa Sawit

1 2 56

Keragaman curah hujan indonesia saat fenomena indian ocean dipole (iod) dan el nino southern-oscillation (enso)

1 5 39

Variability of Sea Surface Temperature and its Interelationships with The Monsoon, Dipole Mode (DM) and El Nino Southern Oscillation (ENSO) in the Southeast Asia and its Surrounding Waters

2 29 425

Pengaruh Indian Ocean Dipole (IOD) dan El Nino Southern Osscillation (ENSO) Terhadap Variabilitas Upwelling Di Perairan Selatan Jawa.

0 1 1

Impacts of El Niño 2015 and the Indian Ocean Dipole 2016 on Rainfall in the Pameungpeuk and Cilacap Regions

0 0 12